Anda di halaman 1dari 44

Kontrasepsi Non Farmakologi

Farmakoterapi I
KELOMPOK 6 C 2011

Dita Ariesta Febriani (FA/08707)


Annissa Rahmadian Utami (FA/08710)
Larina Olivia Carolina (FA/08713)
Desi Susilo Wati (FA/08716)
Pungki Kusuma Putri Arifiani (FA/08722)
Dyah Kusumawardani (FA/08725)
Desy Widyastuti (FA/08728)
METODE KONTRASEPSI
NON FARMAKOLOGI
 Abstinence (Penahanan Nafsu)
 Fertility Awareness (Kesadaran Masa
Subur)
 Mechanical Barrier (Penghalang Mekanik)
 Surgery (Pembedahan): Vasectomy &
Tubectomy
ABSTINENCE
• Suatu keadaan dimana pasangan menahan
hawa nafsu dari hubungan seksual.
• Satu-satunya metode yang 100% mencegah
kehamilan.
• Membutuhkan komitmen, kontrol diri, dan
persetujuan dari pasangan.
• Konseling dan diskusi merupakan cara
alternatif untuk menunjukkan perhatian
terhadap pasangan.
FERTILITY AWARENESS
METHOD
Calendar Method
Cervical Mucus Method
Basal Body Temperature (BBT)
Symptothermal Method/Combination
Method
Calendar Method

• Usaha mengatur kehamilan dengan


menghindari hubungan seksual selama
masa subur.
• Perhitungan masa subur:
Bila periode haid teratur (28 hari)
o Hari pertama dalam siklus haid dihitung
sebagai hari ke-1.
o Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke-
16.
Calendar Method (lanjutan)

Bila periode haid tidak teratur


o Catat jumlah hari dalam 1 siklus haid selama 6 bulan
(6 siklus).
o Satu siklus haid dihitung mulai dari hari pertama haid
saat ini hingga hari pertama haid berikutnya.
Kemudian dicatat panjang dan pendek harinya.
o Masukkan dalam rumus: Jumlah hari terpendek
selama 6 siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini
menentukan hari pertama masa subur.
o Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi
11. Hal ini menentukan hari terakhir masa subur.
Calendar Method (lanjutan)
Cervical Mucus Method

Metode Keluarga Berencana Alamiah


(KBA) dengan cara mengenali masa subur
dari siklus menstruasi dengan mengamati
lendir serviks dan perubahan rasa pada
vulva menjelang hari-hari ovulasi.
Cervical Mucus Method (lanjutan)

Pengamatan lendir serviks dapat


dilakukan dengan:
• Merasakan perubahan rasa pada vulva
sepanjang hari.
• Melihat langsung lendir pada waktu tertentu.
• Pada malam harinya, hasil pengamatan ini
harus dicatat. Catatan ini akan menunjukkan
pola kesuburan dan pola ketidaksuburan.
Cervical Mucus Method (lanjutan)

Instruksi Kepada Pengguna/Klien


Pengamatan dilakukan sepanjang hari dan dicatat pada malam harinya.
• Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan perhatikan
perubahan perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk periksa ke
dalam vagina.
• Pengguna metode ovulasi harus mengenali pola kesuburan dan pola
dasar ketidaksuburan.
• Pasangan dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual paling tidak
selama satu siklus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jenis lendir
normal atau pola kesuburan maupun pola dasar tidak subur.
• Selama hari-hari kering (tidak ada lendir) setelah menstruasi, senggama
tergolong aman pada dua hari setelah menstruasi.
Cervical Mucus Method (lanjutan)

Instruksi Kepada Pengguna/Klien (lanjutan)


• Lendir basah, jernih, licin dan elastis menunjukkan masa subur
(pantang bersenggama). Lendir kental, keruh, kekuningan dan
lengket menunjukkan masa tidak subur.
• Berikan tanda (x) pada hari terakhir adanya lendir bening, licin
dan elastis. Ini merupakan hari puncak dalam periode subur
(fase paling subur).
• Pantang senggama dilanjutkan hingga tiga hari setelah puncak
subur. Hal ini untuk menghindari terjadinya pembuahan.
• Periode tak subur dimulai pada hari kering lendir, empat hari
setelah puncak hari subur sehingga senggama dapat
dilakukan hingga datang haid berikutnya.
Basal Body Temperature (BBT)

• Suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama


istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur).
Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari
segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan
aktivitas lainnya.
• Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui
kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu basal
tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer
basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara
oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan
pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit.
BBT (lanjutan)
• Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat
Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun
terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat
kemudian tidak akan kembali pada suhu 35
derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa
subur/ovulasi.
• Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi
sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun kembali
sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada
suhu tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini
terjadi karena produksi progesteron menurun.
BBT (lanjutan)
Petunjuk Bagi Pengguna Metode BBT
• Suhu diukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum
bangun dari tempat tidur).
• Catat suhu ibu pada kartu yang telah tersedia.
• Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari
pertama dari siklus haid untuk menentukan suhu tertinggi dari
suhu yang “normal dan rendah” dalam pola tertentu tanpa
kondisi-kondisi di luar normal atau biasanya.
• Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau
gangguan lain.
• Tarik garis pada 0,05 derajat Celcius – 0,1 derajat Celcius di
atas suhu tertinggi dari suhu 10 hari tersebut. Garis ini disebut
garis pelindung (cover line) atau garis suhu.
BBT (lanjutan)
Petunjuk Bagi Pengguna Metode BBT (lanjutan)
• Periode tak subur mulai pada sore hari setelah hari
ketiga berturut-turut suhu tubuh berada di atas garis
pelindung/suhu basal.
• Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama
haid hingga sore ketiga kenaikan secara berurutan suhu
basal tubuh (setelah masuk periode masa tak subur).
• Masa pantang untuk senggama pada metode suhu
basal tubuh labih panjang dari metode ovulasi billings.
• Perhatikan kondisi lendir subur dan tak subur yang
dapat diamati.
Symptothermal/Combination Method

• Metode yang mengkombinasikan metode


suhu basal tubuh dan mukosa serviks.
Tetapi ada teori lain yang menyatakan
bahwa metode ini mengamati tiga
indikator kesuburan yaitu perubahan suhu
basal tubuh, perubahan mukosa/lendir
serviks, dan perhitungan masa subur
melalui metode kalender.
Symptothermal/Combination Method
(lanjutan)
Petunjuk bagi Pengguna Metode Simptothermal
• Klien dapat melakukan hubungan seksual hingga dua hari berikutnya
setelah haid berhenti (periode tidak subur sebelum ovulasi).
• Ovulasi terjadi setelah periode tidak subur awal yang ditandai dengan
mulai keluarnya lendir dan rasa basah pada vagina (sama dengan
metode lendir serviks). Jangan melakukan hubungan seksual saat
periode subur sedang berlangsung.
• Pantangan melakukan hubungan seksual dilakukan mulai ada
kenaikan suhu basal 3 hari berurutan danhari puncak lendir subur.
• Apabila dua gejala ini tidak menentukan periode tidak subur awal,
periode subur, periode tak subur akhir maka ikuti perhitungan periode
subur yang terpanjang dimana tidak boleh melakukan hubungan
seksual.
MECHANICAL BARRIER
Male Condom
Female Condom
Diaphragm
Cervical Cap
Male Condom
Male Condom (lanjutan)

• Male condom merupakan lapisan tipis


ketat yang digunakan pada batang penis
sebelum penetrasi ke dalam vagina.
Kondom merupakan metode penghalang
mekanik yang paling populer.
Dibandingkan penghalang mekanik lain,
kondom menyediakan perlindungan yang
paling efektif terhadap penularan penyakit
menular seksual.
Male Condom (lanjutan)

• Efikasi
Angka kegagalan kondom pada pasangan yang
menggunakan kondom secara konsisten dan benar selama
tahun pertama diperkirakan sebesar 3 %. Namun, angka
kegagalan yang sebenarnya bisa mencapai 14%. Hal ini
menunjukkan bahwa kesalahan dalam penggunaan
berpengaruh besar terhadap kegagalan kontrasepsi.
Kesalahan yang umum terjadi pada penggunaan kondom
adalah kegagalan penggunaan kondom pada setiap
senggama, penggunaan lubrikan yang tidak tepat,
penempatan yang tidak tepat pada penis, dan teknik
pengeluaran penis dari vagina yang tidak tepat.
Male Condom (lanjutan)
Male Condom (lanjutan)
Cara Penggunaan
Female Condom
Female Condom (lanjutan)
• Female condom merupakan lapisan poliuretan
yang hanya dapat digunakan 1 kali. Kondom
ini terdiri dari 2 cincin fleksibel dengan
diameter 7,8 cm dan panjang 17 cm. Cincin
yang tertutup berfungsi sebagai mekanisme
insersi dan jangkar internal yang ditempatkan
pada rongga vagina. Cincin yang terbuka
dibiarkan berada di luar dan berfungsi sebagai
lubang tempat masuknya penis.
Female Condom (lanjutan)
• Mekanisme Kerja
Female condom mencegah kehamilan dengan bertindak
sebagai penghalang masuknya sperma ke dalam
vagina. Penggunaan female condom bersamaan
dengan male condom tidak direkomendasikan karena
kedua kondom tersebut dapat melekat satu sama lain
dan menyebabkan perubahan posisi kondom.
• Efikasi
Bukti efikasi masih terbatas. Trial menunjukkan
angka kehamilan 15% dalam 6 bulan.
Female Condom (lanjutan)
Cara Penggunaan
Diaphragm
Diaphragm (lanjutan)

• Diafragma adalah cup latex yang dangkal


dengan mekanisme pegas untuk menjaga
diafragma agar tetap berada di posisi yang
tepat dalam vagina. Diafragma disisipkan
sebelum senggama. Krim spermisida
dioleskan di dalam cup sehingga krim
tersebut akan melapisi serviks saat
diafragma digunakan.
Diaphragm (lanjutan)
Diaphragm (lanjutan)
• Mekanisme Kerja
Diafragma mencegah kehamilan dengan bertindak sebagai
penghalang masuknya sperma ke dalam serviks. Setelah berada
dalam posisi yang tetap, diafragma menyediakan perlindungan
yang efektif selama 6 jam. Setelah lebih dari 6 jam, spermisida
ditambahkan lagi dengan aplikator. Setelah senggama, diafragma
harus dibiarkan di tempat selama setidaknya 6 jam.
• Efikasi
Efektivitas diafragma tergantung pada usia pengguna, pengalaman
pengguna, kontinuitas penggunaan, dan penggunaan spermisida.
Angka kegagalan dalam tahun pertama diperkirakan sebesar
20%.
Diaphragm (lanjutan)
Cara Penggunaan
Cervical Cap
Cervical Cap (lanjutan)
• Cervical cap adalah latex berbentuk cup yang
tepat menutupi serviks bagian bawah. Cap
harus diisi 1/3nya dengan spermisida
sebelum disisipkan. Cap disisipkan selama 8
jam sebelum senggama dan dapat dibiarkan
di dalam vagina selama 48 jam.
• Mekanisme Kerja
Cervical cap berfungsi sebagai penghalang mekanik
sekaligus pembunuh sperma dengan penggunaan
spermisida.
Cervical Cap (lanjutan)
• Efikasi
Efektivitas tergantung kecocokan ukuran cup
dengan serviks, dimana ukuran serviks ditentukan
oleh berapa kali seorang wanita melahirkan.
Dengan penggunaan sempurna, angka kegagalan
pada wanita yang belum pernah melahirkan
adalah 9%, sedangkan pada wanita yang sudah
pernah melahirkan sebesar 20%. Jika penggunaan
kurang sempurna, angka kegagalan pada wanita
yang belum pernah dan sudah pernah melahirkan
berturut turut sebesar 20% dan 40%.
Cervical Cap (lanjutan)
Cara Penggunaan
SURGERY: TUBECTOMY

• Tubectomy/tubal ligation/female sterilization merupakan


prosedur pembedahan dengan cara mengikat, memotong,
atau mengeblok kedua tuba fallopi untuk mencegah
kehamilan.
• Biasanya prosedur ini dilakukan setelah melahirkan karena
akses menuju tuba fallopi lebih mudah.
• Prosedur ini tidak berefek terhadap kadar hormon atau
seksualitas.
• Prosedur ini merupakan metode kontrasepsi permanen.
• Prosedur ini seringkali mengalami kegagalan.
TUBECTOMY (lanjutan)

• Potensi Komplikasi
o Ahli bedah dapat secara tidak sengaja merusak
ligamen peritoneal yang menyebabkan produksi
hormon pada ovarium menurun dan
menyebabkan menopause dini.
o Potensi komplikasi lainnya (sangat jarang)
adalah kehamilan ektopik dan gangguan
menstruasi.
TUBECTOMY (lanjutan)
SURGERY: VASECTOMY

• Vasectomy/male sterilization merupakan


prosedur memotong, mengikat, atau
mengeblok vas deferens.
• Sterilisasi akan berhasil apabila dilakukan
setelah sperma hilang dari saluran
ejakulasi.
• Merupakan metode kontrasepsi
permanen.
VASECTOMY (lanjutan)

• Mekanisme Kerja
Vasectomy bekerja dengan
menghentikan sperma agar tidak
masuk ke air mani. Ketika seorang
pria berejakulasi maka air mani
tidak mengandung sperma dan sel
telur wanita tidak dapat dibuahi.
VASECTOMY (lanjutan)

Anda mungkin juga menyukai