Anda di halaman 1dari 19

KB METODE SEDERHANA

METODE SEDERHANA
1. TANPA ALAT
1.1 KB alamiah
a. metode kalender (ogino-knaus)
1) Dasar
a) Menentukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat selama 6-12 bulan terakhir.
b) Tahun 1930 Kyusaku Ogino di jepang dan Herman Knaus di Austria, yang bekerja
sendiri-sendiri, menemukan bahwa:
(1) Ogino : ovulasi umumnya terjadi pada hari ke-15 sebelum haid berikutnya, tetapi
dapat pula terjadi 12-16 hari sebelum haid yang akan datang.
(2) Knaus : ovulasi selalu terjadi pada hari ke-15 sebelum haid yang akan datang.
Problem terbesar dengan Metode Kalender adalah bahwa jarang ada wanita yang
mempunyai siklus haid teratur setiap 28 hari.
2) Tehnik Metode Kalender
a) Seorang wanita menentukan masa suburnya dengan:
(1) Mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek, untuk menentukan awal dari masa
suburnya.
(2) Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang, untuk menentukan akhir dari masa
suburnya.

b) Kalkulasi masa subur secara tradisional didasarkan pada 3 asumsi:
(1) Ovulasi terjadi pada hari ke14 tambah kurang 2 hari sebelum permulaan haid
berikutnya.
(2) Spermatozoa bertahan hidup 2-3 hari.
(3) Ovum hidup selama 24 jam.
c) Diperlukan catatan siklus haid 8 bulan atau lebih.
Hari pertama persangkaan masa subur : siklus terpendek 18.
Asal angka 18 : 14 + 2 + 2
Hari hidup spermatozoa.
Hari terakhir persangkaan masa subur : siklus terpanjang 11
Asal angka 11 : 14 2 1
Hari hidup ovum.
3) Efektivitas Metode Kalender
Angka kegagalan: 14.4 47 kehamilan pada 100 wanita per tahun.

b. metode suhu basal (termal)
1) Dasar
Peninggian suhu badan basal 0.2 - 0.5
0
C pada waktu ovulasi.
Peninggian suhu badan basal mulai 1 - 2 hari setelah ovulasi, dan disebabkan oleh
peninggian kadar hormon progesteron.

2) Teknik Metode Suhu Badan Basal :
a) Umumnya digunakan untuk termometer khusus dengan kalibrasi yang di perbesar
(basal termometer), meskipun termometer biasa dapat juga dipakai.
b) Waktu pengukuran harus pada saat yang sama setiap pagi dan setelah tidur nyenyak
sedikitnya 3-5 jam serta masih dalam keadaan istirahat mutlak.
(1) Oral (3 menit)
(2) Rektal (1 menit)
(3) Vaginal
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu badan basal :
a) Influensa atau infeksi traktus respiratorius lain.
b) Infeksi/penyakit-penyakit lain yang meninggikan suhu badan.
c) Inflamasi lokal lidah, mulut atau daerah anus.
d) Faktor-faktor situasional seperti mimpi buruk, jet lag, mengganti popok bayi pukul 6
pagi,
e) Jam tidur yang ireguler
f) Pemakaian minuman panas atau dingin sebelum penngambilan suhu badan basal.
g) Pemakaian selimut elektris.
h) Kegagalan membaca termometer dengan tepat atau baikl.
4) Efektifitas Metode Suhu Basal
a) Angka kegagalan : 0.3 - 6.6 kehamilan pada 100 wanita per tahun.
b) Kerugian utama metode suhu badan basal ialah bahwa abstinens sudah harus
dilakukan pada masa pra-ovulasi.

c. Metode Lendir Serviks (Billings)
1) Dasar
Perubahan siklis dari lendir serviks yang terjadi karena perubahan kadar estrogen.
2) Peranan Lendir Serviks.
Lendir serviks yang diatur oleh hormon estrogen dengan progesterone ikut berperan
dalam reproduksi.
Pada setiap siklus haid di produksi 2 macam lendir serviks oleh sel-sel serviks, yaitu:
Lendir Type-E (Estrogenik):
1) Di produksi pada fase akhir pra-ovulasi dan fase ovulasi
2) Sifat-sifat:
a) Banyak, tipis, seperti air (jernih) dan viskositas rendah.
b) Spinnbarkeit (elastisitas) besar. Spinnbakeit = sampai seberapa jauh lendir dapat
diregangkan sebelum putus.
c) Bila dikeringkan terjadi bentuk seperti daun pakis (fernlike patterns, farning,
arborization).
3) Lendir Spermatozoa dapat "menembus" lendir ini


Type-G (gestagenik) :
1) Diproduksi pada fase awal pra-ovulasi dan setelah ovulasi.
2) Sifat-sifat : kental, viskositas tinggi, keruh.
3) Dibuat karena peninggian kadar progesterone.
4) Spermatozoa tidak dapat "menembus" lendir ini.
3) Efektifitas Metode Lendir Serviks
Angka kegagalan 0,4-3.97 kehamilan pada 100 wanita pertahun.

d. Metode Sympto-Termal
1) Pengertian
Kombinasi antara bermacam metode KB alamiah untuk menentukan masa subur/
ovulasi.
2) Efektivitas
Angka kegagalan 4,9 34.4 kehamilan pada 100 wanita pertahun
Keuntungan dan Kerugian dari Kontrasepsi KB Alamiah
Keuntungan
1. Aman
2. Murah/tanpa biaya
3. Dapat diterima oleh banyak Golongan agama
4. Sangat berguna baik untuk merencanakan maupun menghindari terjadinya
kehamilan.
5. Mengajar wanita, kadang-kadang suaminya, perihal siklus haid.
6. Tanggung jawab berdua sehingga menambah komunikasi dan kerja sama

Kerugian
1. Kurang begitu efektif dibandingkan metode-metode kontrasepsi lain.
2. Perlu instruksi dan konseling sebelum memakai metode ini.
3. Memerlukan catatan siklus haid yang cukup.
4. Dapat menghambat spontanitas seksual, stress psikologis dan kesulitan-kesulitan
dalam perkawinan.
5. Bila siklus haid tidak teratur, dapat mempersulit.
6. Bila terjadi kehamilan, ada resiko bahwa ovum/spermatozoa-nya sudah "terlalu tua.
1.2 Coitus Interuptus (senggama terputus)
a. Definisi
Coitus Interruptus Adalah suatu metode kontrasepsi di mana senggama diakhiri
sebelum terjadi ejakulasi intra-vaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genitalia eksterna
wanita.
b. Keuntungan
1.Tidak memerlukan alat/murah
2. Tidak menggunakan zat-zat kimiawi
3. Selalu tersedia setiap saat.
4. Tidak mempunyai efek samping.
c. Kerugian
Angka kegagalan cukup tinggi 16-23 kehamilan per 100 wanita per tahun
d. Faktor-faktor yang menyebabkan angka kegagalan yang tinggi ini adalah:
1. adanya cairan pra-ejakulasi (yang sebelumnya sudah tersimpan dalam kelenjar
prostat, urethra, kelenjar cowper), yang dapat keluar setiap saat, dan setiap tetes
sudah dapat mengandung berjuta-juta spermatozoa.
2. kurangnya kontrol diri pria, yang pada metode ini justru sangat penting.
3. Kenikmatan seksual berkurang bagi suami-istri, sehingga dapat mempengaruhi
kehidupan perkawinan.
e. Kontra-Indikasi
Ejakulasi prematur pada pria.
f. Hal-hal penting yang harus dilketahui oleh akspetor:
1. Sebelum senggama, cairan pra-ejakulasi pada ujung penis harus
dibersihkan terlebih dahulu.
2. Bila pria merasa akan ber-ejakulasi, ia harus segera mengeluarkan
penis-nya dari dalam vagina, dan selanjutnya ejakulasi dilakukan jauh
dari erifieum vagina.
3. Coitus interruptus bukan merupakan metode kontrasepsi yang baik bila
pasangan suami-isteri menginginkan senggama yang berulang kali,
karena semen yang masih dapat tertinggal di dalam cairan bening pada
ujung penis.
4. Coitus interruptus bukan metode kontrasepsi yang baik bila suami suami
mempunyai kesulitan mengetahui kapan ia akan berejakulasi.
5. Coitus interruptus cukup tepat untuk suami yang tidak mempunyai
"perembesan" dari cairan pra-ejakulasisenbelum senggama.
6. Coitus interruptus masih merupakan metode kontrasepsi yang lebih baik
dari pada sama sekali tidak memakai metode apapun.

2. DENGAN ALAT
2.1 Mekanis/ Barier
a. Kondom
1) definisi
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan
di antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani)yang
dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis
yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung
berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti putting susu.

2) Tipe Kondom :
a) Kondom biasa
b) Kondom berkontur (bergerigi)
c) Kondom beraroma
d) Kondom tidak beraroma



3) Cara Kerja
a) Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga
sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.
b) Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HPV dan HIV/AIDS) dari satu
pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang tebuat dari lateks dan
vinil).
4) Efektivitas
Kondom cukup efektif bila di pakai secara benar pada setiap kali berhubungan
seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak di
pakai secara konsisten. Secara ilmiah di dapatkan hanya sedikit angka kegagalan
kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
5) Manfaat

a) Kontrasepsi
(1) Efektif bila di gunakan dengan benar.
(2) Tidak mengganggu produksi asi.
(3) Tidak mengganggu kesehatan klien.
(4) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
(5) Murah dan dapat di beli secara umum.
(6) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
(7) Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus di tunda.

b) Nonkontrasepsi
(1) Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB.
(2) Dapat mencegah penularan IMS.
(3) Mencegah ejakulasi dini.
(4) Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi bahan
karsinogenik eksogen pada serviks).
(5) Saling berinteraksi sesama pasangan.
(6) Mencegah imuno infertilisasi.

6) Keterbatasan
a) Efektifitas tidak terlalu tinggi.
b) Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi.
c) Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung).
d) Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi.
e) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
f) Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum.
g) Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah.

7) Dan Kontraindikasi Kondom Indikasi
INDIKASI KONDOM KONTRAINDIKASI KONDOM
Sesuai untuk pria yang: Tidak sesuai untuk pria yang:
Ingin berpartisipasi dalam program
KB.

Ingin segera mendapatkan alat
kontrasepsi.
Ingin kontrasepsi sementara.

Ingin kontrasepsi tambahan.


Hanya ingin menggunakan alat
kontrasepsi jika akan
berhubungan.
Berisiko tinggi tertular/ menularkan
IMS.
Mempunyai pasangan yang
berisiko tinggi apabila terjadi
kehamilan.
Alergi terhadap bahan dasar
kondom.
Menginginkan kontrasepsi jangka
panjang.
Tidak mau terganggu dengan
berbagai persiapan untuk
melakukan hubungan seksual.
Tidak peduli berbagai
persyaratan kontrasepsi.

8) CARA PENGGUNAAN
a) Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual.
b) Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spermisida ke dalam kondom.
c) Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting atau benda tajam
lainnya pada saat membuka kemasan.
d) Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada glans penis
dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan
karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut kea rah pangkal penis.
Pemasangan ini harus dilakukan sebelum penetrasi penis ke vagina.
e) Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma pada bagian ujungnya,
maka saat memakai, longgarkan sedikit bagian ujungnya agar tidak terjadi robekan
pada saat ejakulasi.
f) Kondom dilepas sebelum penis melembek.
g) Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga kondom tidak
terlepas pada saat penis dicabut dan lepaskan kondom di luar vagina agar tidak
terjadi tumpahan cairan sperma di sekitar vagina.
h) Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai.
i) Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman.
j) Sediakan kondom dalam jumlah cukup di rumah dan jangan disimpan di tempat yang
panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi rusak atau robek saat
digunakan.
k) Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom tampak
rapuh/kusut.
l) Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral, atau pelumas dari bahan
petrolatum karena akan segera merusak kondom.


9) Penanganan Efek Samping Dan Masalah Kesehatan Lainnya.

Efek Samping atau Masalah Penanganan
Kondom rusak atau diperkirakan
bocor (sebelum berhubungan).
Kondom bocor atau dicurigai ada
curahan di vagina saat
berhubungan.
Dicurigai adanya reaksi alergi
(spermisida).

Buang dan pakai kondom baru atau
pakai spermisida digabung kondom.
Jika dicurigai ada kebocoran,
pertimbangkan pemberian Morning
After Pill.
Reaksi alergi, meskipun jarang,
dapat sangat mengganggu dan bisa
berbahaya. Jika keluhan menetap





Mengurangi kenikmatan
hubungan seksual.
sesudah berhubungan dan tidak ada
gejala IMS,berikan kondom alami
(produk hewani: lamb skin atau gut)
atau bantu klien memilih metode
lain.
Jika penurunan kepekaan tidak bisa
ditolelir biarpun dengan kondom
yang lebih tipis, anjurkan pemakaian
metode lain.



b. Diafragma

1) Definisi
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang di
insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.

2) Jenis
a) Flat spring (flat metal band).
b) Coil spring (coil wire).
c) Arching spring (kombinasi metal spring).
3) Cara Kerja
Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi
bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida.
4) Manfaat
Kontrasepsi
a) Efektif bila digunakan dengan benar.
b) Tidak mengganggu produksi ASI.
c) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6 jam
sebelumnya.
d) Tidak mengganggu kesehatan klien.
e) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
Nonkontrasepsi
a) Salah satu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS, khususnya apabila digunakan
dengan spermisida.
b) Bila digunakan pada saat haid, menampung darah menstruasi.
5) Keterbatasan
a) Efektivitas sedang (bila digunakan dengan spermisida angka kegagalan 6-16
kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama).
b) Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara
penggunaan.
c) Motivasi diperlukan berkesinambungan dengan menggunakannya setiap
berhubungan seksual.
d) Pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan untuk memastikan
ketepatan pemasangan.
e) Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran uretra.
f) Pada 6 jam pascahubungan seksual, alat masih harus berada di posisinya.

6) Indikasi Dan Kontraindikasi Diafragma

INDIKASI DIAFRAGMA KONTRAINDIKASI
DIAFRAGMA
Sesuai untu klien yang : Tidak sesuai untuk klien yang :
b. Tidak menyukai metode
kontrasepsi hormonal, seperti
perokok, atau di atas usia 35
tahun.

c. Tidak menyukai pengguna
AKDR.
d. Menyusui dan perlu kontrasepsi.


e. Memerlukan proteksi terhadap
IMS.
f. Memerlukan metode sederhana
g. Berdasarkan umur dan paritas
serta masalah kesehatan
menyebabkan kehamilan
menjadi berisiko tinggi.

h. Terinfeksi saluran uretra.

i. Tidak stabil secara psikis atau
tidak suka menyentuh alat
kelaminnya (vulva dan vagina).

j. Mempunyai riwayat sindrom
syok karena keracunan.
sambil menunggu metode yang
lain.
k. Ingin metode KB efektif.

7) Cara Penggunaan
a) Gunakan diafragma setiap kali melakukan hubungan seksual.
b) Pertama kosongkan kandung kemih dan cuci tangan.
c) Pastikan diafragma tidak berlubang (tes dengan mengisi diafragma dengan air, atau
melihat menembus cahaya).
d) Oleskan sedikit spermisida krim atau jelli pada kap diafragma (untuk memudahkan
pemasangan tambahkan krim atau jelli, remas bersamaan dengan pinggirannya).
e) Posisi saat pemasangan diafragma:
(1) Satu kaki diangkat ke atas kursi atau dudukan toilet.
(2) Sambil berbaring.
(3) Sambil jongkok.
f) Lebarkan kedua bibir vagina.
g) Masukkan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang, dorong bagian depan
pinggiran ke atas di balik tulang pubis.
h) Masukkan jari ke dalam vagina sampai menyentuh serviks, sarungkan karetnya dan
pastikan serviks telah terlindungi.
i) Diafragma dipasang di vagina sampai 6 jam sebelum hubungan seksual. Jika
hubungan seksual berlangsung di atas 6 jam setelah pemasangan, tambahkan
spermisida ke dalam vagina. Diafragma berada di dalam vagina paling tidak 6 jam
setelah terlaksananya hubungan seksual. Jangan tinggalkan diafragma di dalam
vagina lebih dari 24 jam sebelum diangkat (tidak dianjurkan mencuci vagina setiap
waktu, pencucian vagina bisa dilakukan setelah ditunda 6 jam sesudah hubungan
seksual).
j) Mengangkat dan mencabut diafragma dengan menggunakan jari telunjuk dan
tengah.
k) Cuci dengan sabun dan air, keringkan sebelum disimpan kembali di tempatnya.

8) Penanganan Efek Samping
Efek Samping Penanganan
Infeksi saluran uretra






Dugaan adanya reaksi alergi
diafragma atau dugaan adanya
reaksi alergi spermisida.



Rasa nyeri pada tekanan
terhadap kandung
kemih/rektum.


Timbul cairan vagina dan
berbau jika dibiarkan lebih dari
24 jam.
Pengobatan dengan antibiotik yang
sesuai, apabila diafragma menjadi
pilihan utama dalam ber-KB. Sarankan
untuk segera mengosongkan kandung
kemih setelah melakukan hubungan
seksual atau sarankan memakai
metode lain.
Walaupun jarang terjadi, terasa kurang
nyaman dan mungkin berbahaya. Jika
ada gejala iritasi vagina, khususnya
pascasanggama, dan tidak mengidap
IMS, berikan spermisida yang lain atau
bantu untuk memilih metode lain.
Pastikan ketepatan letak diafragma
apabila alat terlalu besar. Cobalah
dengan ukuran yang lebih kecil.
Tindaklanjuti untuk menyakinkan
masalah telah ditangani.
Periksa adanya IMS atau benda asing
dalam vagina (tampon dll), jika tidak
ada, sarankan klien untuk melepas
diafragma setelah melakukan hubungan
seksual, tapitidak kurang dari 6 jam
setelah aktivitas terakhir. Setelah
diangkat (diafragma harus dicuci
dengan hati-hati menggunakan sabun
cair dan air, jangan menggunakan
bedak atau talk jika akan disimpan).Jika
mengidap IMS, lakukan pemprosesan
alat sesuai dengan pencegahan infeksi.


2.2 Kimiawi

a. Spermisida
1) dasar
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk
menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk :
a) Aerosol (busa).
b) Tablet vaginal, suppositoria.
c) Krim.
2) Cara Kerja
Menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma,
dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
3) Pilihan
a) Busa (Aerosol) efektif segera setelah insersi.
b) Busa spermisida dianjurkan apabila digunakan hanya sebagai metode kontrasepsi.
c) Tablet vagina, suppositoria, dan film penggunaannya disarankan menunggu 10-15
menit sesudah dimasukkan sebelum hubungan seksual.
d) Jenis spermisida jelli biasanya hanya digunakan dengan diafragma.
4) Manfaat
Kontrasepsi
a) Efektifitas seketika (busa dan krim).
b) Tidak mengganggu produksi ASI.
c) Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain.
d) Tidak mengganggu kesehatan klien.
e) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
f) Mudah digunakan.
g) Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
h) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
Nonkontrasepsi
Merupakan salah satu perlindungan terhadap IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS.

5) Keterbatasan
a) Efektifitas kurang (18-29 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama).
b) Efektifitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara
penggunaan.
c) Ketergantungan pengguna dari motivasi berkelanjutan dengan memakai setiap
melakukan hubungan seksual.
d) Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi sebelum melakukan
hubungan seksual (tablet busa vagina, suppositoria dan film).
e) Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam.
6) Indikasi Dan Kontraindikasi Spermisida
INDIKASI SPERMISIDA KONTRAINDIKASI SPERMISIDA
Sesuai untuk klien yang: Tidak sesuai untuk klien:
Tidak dianjurkan metode
kontrasepsi hormonal, seperti
perokok, atau di atas usia 35
tahun.
Tidak menyukai pengguna
AKDR.
Menyusui dan perlu kontrasepsi.

Memerlukan proteksi terhadap
IMS.
Memerlukan metode sederhana
sambil menunggu metode yang
lain.
Berdasarkan umur dan paritas serta
masalah kesehatan menyebabkan
kehamilan menjadi berisiko tinggi.

Terinfeksi saluran uretra.

Tidak stabil secara psikis atau tidak
suka menyentuh alat kelaminnya
(vulva dan vagina).
Mempunyai riwayat sindrom syok
karena keracunan.
Ingin metode KB efektif.

7) Cara Penggunaan
a) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa atau
krim) dan insersi spermisida.
b) Penting untuk menggunakan spermisida setiap melakukan aktivitas hubungan
seksual.
c) Jarak tunggu sesudah memasukkan tablet vagina atau suppositoria adalah 10-15
menit.
d) Tidak ada jarak tunggu setelah memasukkan busa.
e) Penting untuk mengikuti anjuran dari pabrik tentang cara penggunaan dan
penyimpanan dari setiap produk.
f) Spermisida ditempatkan jauh di dalam vagina sehingga serviks terlindungi dengan
baik.
Aerosol (Busa)
a) Kocok tempat Aerosol 20-30 menit sebelum digunakan.
b) Tempatkan kontainer dengan posisi ke atas, letakkan aplikator pada mulut kontainer,
dan tekan aplikator untuk mengisi busa.
c) Sambil berbaring lakukan insersi aplikator ke dalam vagina mendekati serviks.
Dorong sampai busa keluar.
d) Aplikator segera dicuci pakai sabun dan air, tiriskan, dan keringkan. Jangan berbagi
aplikator dengan orang lain.
e) Tablet Vagina atau Suppositoria
f) Cuci tangan sebelum membuka paket.
g) Lepaskan tablet atau suppositoria dari paket.
h) Sambil berbaring masukkan tablet vagina atau suppositoria jauh ke dalam vagina.
i) Tunggu 10-15 menit sebelum mulai berhubungan seksual.
j) Sediakan selalu ekstra pengadaan tablet vagina atau suppositoria di tempat.
k) Krim
l) Insersi kontrasepsi krim setelah dikemas ke dalam aplikator sampai penuh,
masukkan ke dalam vagina sampai mendekati serviks.
m) Tekan alat pendorong sampai krim keluar. Tidak perlu menunggu kerja krim.
n) Aplikator harus dicuci dengan sabun dan air sesuai dengan pencegahan infeksi
untuk alat-alat,tiriskan dan keringkan.
o) Untuk memudahkan pembersihan alat, pisahkan bagian-bagiannya. Jangan berbagi
aplikator dengan orang lain.
p) Sediakan selalu ekstra pengadaan krim terutama apabila ternyata kontainer kosong.
8) penanganan efek samping dan masalah lain
Efek Samping dan Masalah Penanganan
Iritasi vagina.





Iritasi penis dan tidak nyaman.




Gangguan rasa panas di vagina.





Periksa adanya vaginitis dan IMS.
Jika penyebabnya spermisida,
alihkan ke spermisida lainnya
dengan komposisi kimia berbeda
atau bantu klien memilih metode
lain.
Periksa IMS, jika penyebabnya
spermisida, alihkan ke spermisida
lainnya dengan komposisi kimia
berbeda atau bantu klien memilih
metode lain.
Periksa reaksi alergi atau terbakar.
Yakinkan bahwa rasa hangat adalah
normal. Jika tidak ada perubahan,
alihkan ke spermisida lainnya
dengan komposisi kimia berbeda
atau bantu klien memilih metode
lain.
Pilih spermisida lain dengan
komposisi kimia berbeda atau bantu
klien memilih metode lain.

Anda mungkin juga menyukai