Disusun oleh :
Devi Handayani, S.KedJ 510145070
Mahayu Devi K , S KedJ 5101450 53
TelahdisetujuidandisahkanolehbagianProgramPendidikanFakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing:
dr. Ali Samhur, Sp.OG (
)
Dipresentasikan dihadapan:
dr. Ali Samhur, Sp.OG ( )
BAB I
PENDAHULUAN
1
Keluarga berencana merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama. Pencegahan kematian dan kesakitan ibu
merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan keluarga berencana1.
Perwujudan nyata dalam partisipasi program Keluarga Berencana adalah
dengan menggunakan kontrasepsi. Tetapi terdapat kendala berupa banyaknya
jenis kontrasepsi yang beredar dipasaran dan masyarakat hanya mampu menyebut
jenis alat atau obat kontrasepsi tersebut sedangkan informasi mengenai
keuntungan, kekurangan, kontraindikasi maupun efek samping dari kontrasepsi
tersebut tidak mereka dapatkan. Untuk itu diperlukan suatu layanan konseling
agar dapat menjelaskan secara benar setiap kontrasepsi dengan jelas mengenai
keuntungan, kerugian, efek samping maupun kontraindikasinya.1,14
Penggunaan alat dan obat kontrasepsi memang tidak dapat lepas dari efek
samping dan risiko yang kadang-kadang dapat merugikan kesehatan, namun
demikian yang harus dipikirkan adalah keuntungan dari penggunaan alat/ obat
kontrasepsi tersebut yang lebih besar dibanding tidak menggunakan
kontrasepsi.1,14
Pengaturan kelahiran memiliki keuntungan kesehatan yang nyata, salah
satu contoh pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium,
penggunaan kondom Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program
ini dapat menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status
kesehatan ibu terutama dalam mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan
jarak kelahiran mengurangi risiko kematian bayi. Selain memberi keuntungan
ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat, KB juga dapat
mencegah penularan penyakit menular seksual, seperti HIV.14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kontrasepsi
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. 1
Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1)
dapat dipercaya, 2) tidak menimbukan efek yang mengganggu kesehatan, 3)
daya kerjanya diatur menurut kebutuhan, 4) tidak menimbulkan gangguan
sewaktu melakukan koitus, 5) tidak memerlukan motivasi terus-menerus, 6)
mudah pelaksanaannya, 7) murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat, 8) dapat diterima penggunaanya oleh pasangan
yang bersangkutan1.
B. Akseptabilitas
Akseptabilitas suatu cara kontrasepsi ditentukan oleh beberapa faktor,
antara lain: 1) dapat dipercaya, 2) tidak ada efek sampingan atau hanya ada
efek sampingan ringan, 3) tidak mempengaruhi koitus, 4) mudah
penggunaannya, 5) harga obat/alat kontrasepsi terjangkau. Akseptabilitas ini
terbukti apabila pasangan tetap mempergunakan cara kontrasepsi yang
bersangkutan, dan baru berhenti jika pasangan ingin mendapat anak lagi, atau
jika kehamilan tidak akan terjadi lagi karena umur wanita sudah lanjut atau
oleh karena ia telah menjalani kontrasepsi permanen.1
C. Metode kontrasepsi
Metode-metode dengan efektivitas bervariasi yang saat ini digunakan
adalah :
1.
Kontrasepsi tanpa menggunakan alat-alat/obat-obatan
2.
Kontrasepsi secara mekanis baik untuk pria maupun wanita
3.
Kontrasepsi dengan obat-obat spermatisida
4.
Kontrasepsi Hormonal (oral, suntik, implant)
5.
Kontrasepsi dengan AKDR
6.
Kontrasepsi Mantap (tubektomi dan vasektomi).7
D. Kontrasepsi Tanpa Menggunakan Alat-Alat/ Obat-Obatan
1. Senggama terputus (coitus interuptus)
Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi
ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi
disadari sebelumnya oleh sebagian besar pria, dan setelah itu masih ada
waktu kira-kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini
dapat digunakan untuk menarik keluar penis dari vagina. Keuntungannya,
cara ini tidak membutuhkan biaya, alat-alat maupun persiapan, akan tetapi
kekurangannya bahwa untuk mensukseskan cara ini dibutuhkan
pengendalian diri yang besar dari pihak pria dan bisa mengurangi
kenikmatan/kepuasan dalam berhubungan seksual. Selanjutnya
penggunaan cara ini dapat menimbulkan neurasteni.3
Efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan
senggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-18
kehamilan per 100 perempuan per tahun). Kegagalan dengan cara ini dapat
disebabkan oleh:
a.
Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi (praejeculatory fluid)
yang dapat mengandung sperma, apalagi pada koitus yang berulang
(repeated coitus);
b.
Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina;
c.
Pengeluaran semen dekat pada vulva dapat menyebabkan kehamilan.3,7
2. Pembilasan pascasenggama (postcoital douche)
Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan
larutan obat (cuka atau obat lain) segera koitus merupakan cara yang telah
lama sekali dilakukan untuk tujuan kontrasepsi. Maksudnya ialah untuk
mengeluarkan sperma secara mekanik dari vagina. Penambahan cuka ialah
untuk memperoleh efek spermasida serta menjaga asiditas vagina.3,8
Cara ini mengurangi kemampuan terjadinya konsepsi hanya dalam
batas-batas tertentu karena sebelum pembilasan dapat dilakukan,
spermatozoa dalam jumlah besar telah memasuki servik uteri.3
a.
Metode suhu basal tubuh
b.
Metode lendir serviks
c.
Metode sympthotermal
d.
Metode kalender.3
2. Wanita
a. Pessarium
Bermacam-macam pessarium telah dibuat untuk tujuan
kontrasepsi. Secara umum pessarium dapat dibagi atas dua golongan,
yakni (1) diafragma vaginal ; dan (2) cervical cap. 4
1. Diafragma vaginal
B. Kontrasepsi progestasional
1. Progestin oral
Disebut juga mini pil adalah pil yang hanya mengandung progestin 350 μg
atau kurang yang diminum setiap hari. Pil ini tidak terlalu populer oleh karena
insiden perdarahan ireguler dan angka kehamilannya jauh lebih tinggi. Pilihan
yang baik bagi ibu yang menyusui, mulai diminum pada minggu ke 6 setelah
melahirkan1,5. Pil ini mengganggu kesuburan tapi tidak selalu menghambat
penetrasi ovulasi. Kemungkinan sebabnya adalah terbentuknya mukus serviks
yang menghambat penetrasi sperma dan perubahan pematangan endometrium
sehingga dapat menolak implantasi blastokista.6,13
Keuntungan
Resiko peningkatan penyakit kardiovaskular dan keganasan belum
terbukti, lebih kecil kemungkinannya menyebabkan peninggian tekanan
darah atau nyeri kepala, tidak berefek pada metabolisme karbohidrat dan
diperkirakan lebih jarang menyebabkan depresi, dismenorea, dan gejala
premenstruasi. 6,13
Kekurangan
Kegagalan kontrasepsi dan meningkatnya insiden kehamilan ektopik
apabila kontrasepsi gagal, perdarahan uterus yang tidak jelas, kista
ovarium fungsional menjadi sering, dan pil ini harus diminum pada waktu
yang sama atau hampir sama tiap harinya, yang jika terlambat sekalipun
hanya 3 jam untuk 2 hari berikutnya harus digunakan kontrasepsi lain
sebagai tambahan. 6,13
Kontraindikasi
Terutama pada wanita berumur, dengan perdarahan uterus yang tidak jelas,
riwayat kehamilan ektopik atau kista ovarium fungsional. 6,12
Kontrasepsi oral jangan digunakan pada wanita yang mengalami salah satu
keadaan dibawah ini :
Gangguan tromboflebitis atau tromboembolus
Riwayat tromboflebitis vena dalam atau gangguan tromboembolus
Penyakit sereborvaskular atau arteria koroner
Diketahui atau dicurigai mempunyai karsinoma payudara
Karsinoma endometrium atau diketahui atau dicurigai mempunyai
neoplasma dependen estrogen
Perdarahan genital abnormal yang tidak diketahui penyebabnya
Ikterus kolestatik pada kehamilan atau riwayat ikterus setelah
menggunakan pil
Adenoma atau karsinoma hati
Diketahi atau dicurigai hamil.10
4. Implan progestin
Pada umumnya tehnik pemasangan adalah sama pada setiap jenis AKDR,
tapi disini diterangkan mengenai cara pemasangan jenis lippes loop karena yang
paling banyak digunakan di Indonesia7.
Tekniknya berupa :
Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan diatas meja
ginekologi dalam posisi litotomi.
Bersihkan daerah vulva dan vagina secara a dan antisepsis dengan
betadine
Lakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak, bentuk, dan besar
uterus
Spekulum dimasukkan ke dalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan
dengan larutan antiseptik. Lalu dengan tenakulum dijepit bibir depan
porsio uteri, dan dimasukkan sonde ke dalam uterus untuk menentukan
arah dan panjangnya kanalis servikalis serta kavum uteri.
AKDR dimasukkan ke dalam uterus dengan tehnik tanpa sentuh, lalu
dorong ke dalam kavum uteri hingga mencapai uterus.
Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah
sehingga AKDR bebas.
Setelah selubung keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, dan
tenakulum juga dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2½ - 3 cm
keluar dari ostium uteri, dan akhirnya spekulum diangkat7.
Pemeriksaan setelah pemasangan AKDR dilakukan 1 minggu sesudahnya;
pemeriksaan kedua 3 bulan kemudian, dan selanjutnya tiap 6 bulan.
Cooper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat
dilepaskan lebih awal apabila diinginkan.11
Gambar 8. Minilaparotomi
B. Vasektomi
Gambar 9. Vasektomi
J. KONTRASEPSI DARURAT
Yang dimaksud dengan kontrasepsi darurat adalah, kontrasepsi yang dapat
mencegah kehamilan bula digunakan setelah berhubungan seksual. ”Kondar”
disebut juga “kontrasepsi pascasenggama”, “morning after pills” atau “morning
after treatment”. Kondar digunakan berdasarkan pertimbangan beberapa aspek
seperti, aspek kesehatan, ekonomi, sosial, dan agama. Berikut adalah indikasi
pemggunaan kontrasepsi darurat9:
1.
Kesalahan dalam pemakaian kontrasepsi seperti:
Kondom bocor, lepas, atau salah dalam penggunaan
Kegagalan senggama terputus
AKDR ekspulsi
Lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet
Terlambat lebuh dari 1 minggu untuk suntik kb yang setiap bulan, dan
terlambat suntik lebih dari 2 minggu untuk suntik KB tiga bulanan
2.
Perkosaan
3.
Tidak menggunakan kontrasepsi9.
Kontrasepsi yang dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat:
1. AKDR
Satu-satunya AKDR yang dapat digunakan adalah AKDR yang
mengandung tembaga ( Copper). Jika dipasang dalam waktu kurang dari 7
hari setelah senggama, AKDR mampu mencegah kehamilan dengan cara:
Mencegah sperma masuk ke tuba falopii, dan mengganggu mobilitas
sperma
Mencegah implantasi, dengan merubah suasana endometrium.
Kegagalan cara ini < 0,1%, dan AKDR tersebut dapat
dipertahankan sampai masa aktifnya habis 9.
2. Pil KB
Terdapat beberapa cara dalam menggunakan pil KB sebagai
kontrasepsi darurat:
Metode Yuzpe
Metode ini menggunakan Pil KB dengan kandungan 50 mg etinil
estradiol dan 0,5 mg norgestrel atau 0,25 mg levonorgestrel per pil.
Kondar harus digunakan dalam 3 x 24 jam pertama pasca senggama.
Berikan 2 pil kontrasepsi sebagai dosis awal, kemudian berikan lagi 2
pil setelah 12 jam pil pertama diberikan9.
Pil KB progestin (Postinor)
Pada berbagai penelitian, efektivitas pil KB progestin dan metode
yuzpe hampir setara, Namun keunggulan pil progestin terletak pada
minimnya efek samping, karena menggunakan hormon tunggal
dengan dosis yang lebih kecil9.
Pil mini ( levonorgestrel 0,75 mg) diberikan dalam 3x 24 jam
pascasenggama sebagai dosis aman, kemudian berikan dosis ulangan
(1 pil) , 12 jam setelah dosis awal diberikan9.
Efek samping yang ditimbulkan sama seperti efek samping
penggunaan pil progestin lainnya, seperti mual, muntah, dan timbulnya
gangguan perdarahan. Apabila terjadi muntah setelah 2 jam pemberian,
maka pemberian pil tersebut harus diulangi, dan sebaiknya diberikan
obat anti muntah terlebih dahulu9.
BAB III
KESIMPULAN
6. Lippes Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti
spiral atau huruf S bersambung. Untuk meudahkan kontrol,
dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis
yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A
berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang
hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm
(tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai
angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari spiral jenis
ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau
penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastic ( Erfandi,
2008).
b. LNG-20
1. Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20 mcg
per hari.
2. Sedang ditelit di Firlandia.
3. Angka kegagalan / kehamilan angka terendah : <0,5 per 100 wanita
per tahun.
4. Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan
perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya, karena 25%
mengalami amenore atau pendarahan haid yang sangat sedikit.
EFEKTIFITAS
Sebagai kontrasepsi AKDR tipe T efektifitasnya sangat tinggi yaitu
berkisar antara 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1
kegagalan dalan 125-170 kehamilan). Sedangkan AKDR dengan pregesteron
antara 0,5-1 kehamilan per 100 perempuan pada tahun pertama penggunaan
(saifuddin, 2003)
Akseptor
CARA KERJA
Cara kerja dari alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut.
Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti, ada
yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang menimbulkan rekasi
radang setempat dengan serbukan lekosit yang dapat melarutkan blastosis atau
sperma.
1. Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami perubahan-perubahan pada
pemakaian AKDR yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam
uterus.
2. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan
sering adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR yang dapat
menghalangi nidasi.
3. AKDR yang mengeluarkan hormon akan mengentalkan lender
serviks sehingga menghalangi pergerakan sperma untuk dapat melewati
cavum uteri.
4. Pergerakan ovum yang bertambah cepat didalam tuba fallopii
5. Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan sexual
terjadi) AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim dan
mempengaruhi sel telur dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi.
Sebagai kontrasepsi darurat (dipasang setelah hubungan sexual terjadi)
dalam beberapa kasus mungkin memiliki mekanisme yang lebih mungkin
adalah dengan mencegah terjadinya implantasi atau penyerangan sel telur
yang telah dibuahi ke dalam dinding rahim.( Hadayani, 2010)
Daftar Pustaka