Anda di halaman 1dari 41

REFERAT KONTRASEPSI

Disusun oleh :
Devi Handayani, S.KedJ 510145070
Mahayu Devi K , S KedJ 5101450 53

TelahdisetujuidandisahkanolehbagianProgramPendidikanFakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing:
dr. Ali Samhur, Sp.OG (
)

Dipresentasikan dihadapan:
dr. Ali Samhur, Sp.OG ( )

disahkan Ka. Program Profesi :


dr. Dona Dewi Nirlawati ( )

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN


KANDUNGAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURAKARTA 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1
Keluarga berencana merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan
preventif yang paling dasar dan utama. Pencegahan kematian dan kesakitan ibu
merupakan alasan utama diperlukannya pelayanan keluarga berencana1.
Perwujudan nyata dalam partisipasi program Keluarga Berencana adalah
dengan menggunakan kontrasepsi. Tetapi terdapat kendala berupa banyaknya
jenis kontrasepsi yang beredar dipasaran dan masyarakat hanya mampu menyebut
jenis alat atau obat kontrasepsi tersebut sedangkan informasi mengenai
keuntungan, kekurangan, kontraindikasi maupun efek samping dari kontrasepsi
tersebut tidak mereka dapatkan. Untuk itu diperlukan suatu layanan konseling
agar dapat menjelaskan secara benar setiap kontrasepsi dengan jelas mengenai
keuntungan, kerugian, efek samping maupun kontraindikasinya.1,14
Penggunaan alat dan obat kontrasepsi memang tidak dapat lepas dari efek
samping dan risiko yang kadang-kadang dapat merugikan kesehatan, namun
demikian yang harus dipikirkan adalah keuntungan dari penggunaan alat/ obat
kontrasepsi tersebut yang lebih besar dibanding tidak menggunakan
kontrasepsi.1,14
Pengaturan kelahiran memiliki keuntungan kesehatan yang nyata, salah
satu contoh pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan ovarium,
penggunaan kondom Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program
ini dapat menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status
kesehatan ibu terutama dalam mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan
jarak kelahiran mengurangi risiko kematian bayi. Selain memberi keuntungan
ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat, KB juga dapat
mencegah penularan penyakit menular seksual, seperti HIV.14

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kontrasepsi
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. 1
Kontrasepsi ideal itu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1)
dapat dipercaya, 2) tidak menimbukan efek yang mengganggu kesehatan, 3)
daya kerjanya diatur menurut kebutuhan, 4) tidak menimbulkan gangguan
sewaktu melakukan koitus, 5) tidak memerlukan motivasi terus-menerus, 6)
mudah pelaksanaannya, 7) murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat, 8) dapat diterima penggunaanya oleh pasangan
yang bersangkutan1.
B. Akseptabilitas
Akseptabilitas suatu cara kontrasepsi ditentukan oleh beberapa faktor,
antara lain: 1) dapat dipercaya, 2) tidak ada efek sampingan atau hanya ada
efek sampingan ringan, 3) tidak mempengaruhi koitus, 4) mudah
penggunaannya, 5) harga obat/alat kontrasepsi terjangkau. Akseptabilitas ini
terbukti apabila pasangan tetap mempergunakan cara kontrasepsi yang
bersangkutan, dan baru berhenti jika pasangan ingin mendapat anak lagi, atau
jika kehamilan tidak akan terjadi lagi karena umur wanita sudah lanjut atau
oleh karena ia telah menjalani kontrasepsi permanen.1
C. Metode kontrasepsi
Metode-metode dengan efektivitas bervariasi yang saat ini digunakan
adalah :
1.
Kontrasepsi tanpa menggunakan alat-alat/obat-obatan
2.
Kontrasepsi secara mekanis baik untuk pria maupun wanita
3.
Kontrasepsi dengan obat-obat spermatisida
4.
Kontrasepsi Hormonal (oral, suntik, implant)
5.
Kontrasepsi dengan AKDR
6.
Kontrasepsi Mantap (tubektomi dan vasektomi).7
D. Kontrasepsi Tanpa Menggunakan Alat-Alat/ Obat-Obatan
1. Senggama terputus (coitus interuptus)
Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi
ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi
disadari sebelumnya oleh sebagian besar pria, dan setelah itu masih ada
waktu kira-kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini
dapat digunakan untuk menarik keluar penis dari vagina. Keuntungannya,
cara ini tidak membutuhkan biaya, alat-alat maupun persiapan, akan tetapi
kekurangannya bahwa untuk mensukseskan cara ini dibutuhkan
pengendalian diri yang besar dari pihak pria dan bisa mengurangi
kenikmatan/kepuasan dalam berhubungan seksual. Selanjutnya
penggunaan cara ini dapat menimbulkan neurasteni.3
Efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan
senggama terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-18
kehamilan per 100 perempuan per tahun). Kegagalan dengan cara ini dapat
disebabkan oleh:
a.
Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi (praejeculatory fluid)
yang dapat mengandung sperma, apalagi pada koitus yang berulang
(repeated coitus);
b.
Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina;
c.
Pengeluaran semen dekat pada vulva dapat menyebabkan kehamilan.3,7
2. Pembilasan pascasenggama (postcoital douche)
Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan
larutan obat (cuka atau obat lain) segera koitus merupakan cara yang telah
lama sekali dilakukan untuk tujuan kontrasepsi. Maksudnya ialah untuk
mengeluarkan sperma secara mekanik dari vagina. Penambahan cuka ialah
untuk memperoleh efek spermasida serta menjaga asiditas vagina.3,8
Cara ini mengurangi kemampuan terjadinya konsepsi hanya dalam
batas-batas tertentu karena sebelum pembilasan dapat dilakukan,
spermatozoa dalam jumlah besar telah memasuki servik uteri.3

3. Perpanjangan masa menyusui anak (Prolonged lactation)


Menyusui secara eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi
sementara yang cukup efektif, selama ibu belum mendapat haid, dan
waktunya kurang dari 6 bulan pascapersalinan. Efektivitasnya dapat
mencapai 98 %.1,7
Laktasi dikaitkan dengan adanya prolaktinemia dan prolaktin menekan
adanya ovulasi. Tetapi ovulasi pada suatu saat akan terjadi dan dapat
mendahului haid pertama sehingga apabila hanya mengandalkan
pemberian ASI saja dapat memberikan resiko kehamilan untuk itu dapat
dipertimbangan pemakaian kontrasepsi lain.2,8
Tabel 1. Waktu yang dianjurkan untuk memulai kontrasepsi pada
wanita menyusui
Persalinan 3 minggu 6 minggu 6 bulan
Metode Amenorea √ √ √
Laktasi (MAL)
AKDR √ √ √
Sterilisasi √ √
Kondom/spermasida √ √ √ √
Kontrasepsi Progestin √ √
KB Alamiah √ √
Kontrasepsi kombinasi √

4. Pantang berkala (rhythm method)


Masa subur yang disebut ”Fase Ovulasi” mulai 48 jam sebelum ovulasi
dan berakhir 24 jam setelah ovulasi. Sebelum dan sesudah masa itu, wanita
tersebut berada dalam masa tidak subur.2
Kesulitan cara ini ialah bahwa waktu yang tepat dari ovulasi sulit
untuk ditentukan; ovulasi umumnya terjadi 14 ± 2 hari sebelum hari
pertama haid yang akan datang. Untuk memprediksi timbulnya ovulasi
dapat digunakan beberapa metode sebagai berikut:
Gambar 1. Metode penentuan masa ovulasi

a.
Metode suhu basal tubuh
b.
Metode lendir serviks
c.
Metode sympthotermal
d.
Metode kalender.3

E. Kontrasepsi Secara Mekanis


1. Pria
a. Kondom
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu
melakukan koitus, dan mencegah tumpahnya sperma dalam vagina.
Bentuk kondom adalah silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung
yang terbuka, sedang ujung yang buntu berfungsi sebagai penampung
sperma. Diameternya biasanya kira-kira 31-36,5 mm dan panjang lebih
kurang 19 mm. Kondom dilapisi dengan pelicin yang mempunyai sifat
spermatisid. 4,9
Keuntungan kondom, selain untuk tujuan kontrasepsi juga dapat
memberi perlindungan terhadap penyakit kelamin. Kekurangannya ialah
pasangan yang mempergunakannya merasakan selaput karet tersebut
sebagai penghalang dalam kenikmatan sewaktu melakukan koitus. Sebab-
sebab kegagalan memakai kondom ialah bocor atau koyaknya alat itu atau
tumpahnya sperma yang disebabkan oleh tidak dikeluarkannya penis
segera setelah terjadi ejakulasi. Efek sampingan kondom tidak ada, kecuali
jika ada alergi terhadap bahan untuk membuat karet. 4

2. Wanita
a. Pessarium
Bermacam-macam pessarium telah dibuat untuk tujuan
kontrasepsi. Secara umum pessarium dapat dibagi atas dua golongan,
yakni (1) diafragma vaginal ; dan (2) cervical cap. 4
1. Diafragma vaginal

Gambar 2. Diafragma vaginal

Diafragma vaginal terdiri atas kantong karet yang berbentuk


mangkuk dengan per elastis pada pinggirnya. Per ini ada yang terbuat
dari logam tipis yang tidak dapat berkarat, ada pula yang dari kawat
halus yang tergulung sebagai spiral dan mempunyai sifat seperti per. 4,10
Diafragma dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus untuk
menjaga jangan sampai sperma masuk ke dalam uterus. Untuk
memperkuat khasiat diafragma, obat spermatisida dimasukkan ke dalam
mangkuk dan dioleskan pada pinggirnya. Diafragma vaginal sering
dianjurkan pemakaiannya dalam hal-hal seperti :
1.
keadaan dimana tidak tersedia cara yang lebih baik.
2.
jika frekuensi koitus tidak seberapa tinggi, sehingga tidak
dibutuhkan perlindungan yang terus-menerus.
3.
jika pemakaian pil, AKDR, atau cara lain harus dihentikan untuk
sementara waktu oleh karena sesuatu sebab. 4,11
Pada keadaan-keadaan tertentu pemakaian diafragma tidak dapat
dibenarkan, misalnya pada 1) sistokel yang berat; 2) prolapsus uteri; 3)
fistula vagina; 4) hiperantefleksio atau hiperretrofleksio uterus. 4
Efek sampingan mungkin disebabkan oleh reaksi alergi terhadap
obat-obat spermatisida yang dipergunakan, atau oleh karena terjadi
perkembangbiakan bakteri yang berlebihan dalam vagina jika
diafragma dibiarkan terlalu lama terpasang di situ4. Efektivitas nya
sedang (bila digunakan dengan spermasida angka kegagalan 6-18
kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama)1.
2. Cervical cap
Cervical cap dibuat dari karet atau plastik, dan mempunyai bentuk
mangkuk yang dalam dengan pinggirnya terbuat dari karet yang tebal.
Ukurannya ialah dari diameter 22 mm sampai 33 mm; jadi lebih kecil
daripada diafragma vaginal. Cap ini dipasang pada porsio servisis uteri
seperti memasang topi. Dewasa ini alat ini jarang dipakai untuk
kontrasepsi. 4
Gambar 3. Cervical cap

F. Kontrasepsi Dengan Obat-Obat Spermatisida


Obat spermatisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas 2
komponen, yaitu zat kimiawi yang mampu mematikan spermatosoon, dan
vehikulum yang nonaktif dan yang dipergunakan untuk membuat tablet atau
cream/jelly.
Kini di pasaran terdapat banyak obat-obat spermatisida, antara lain dalam
bentuk :
1. Suppositorium
Lorofin suppositoria, Rendel pessaries. Suppositorium dimasukkan
sejauh mungkin ke dalam vagina sebelum koitus. Obat ini baru mulai aktif
setelah 5 menit. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit sampai 1 jam. 4
2. Jelly atau cream
1) Perseptin vaginal jelly, Orthogynol vaginal jelly,
2) Delfen vaginal cream. 4
Jelly lebih encer daripada cream. Obat ini disemprotkan ke dalam
vagina dengan menggunakan suatu alat. Lama kerjanya kurang lebih 20
menit sampai 1 jam. 4
3. Tablet busa
Sampoon, Volpar, Syn-A-Gen. Sebelum digunakan, tablet terlebih
dahulu dicelupkan ke dalam air, kemudian dimasukkan ke dalam vagina
sejauh mungkin. Lama kerjanya 30-60 menit. 4
G. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi ini tersedia dalam berbagai bentuk, oral, injeksi, dan
implant. Kontrasepsi oral adalah kombinasi estrogen dan progestin atau hanya
progestin – mini pil. Kontrasepsi injeksi atau implant hanya mengandung
progestin atau kombinasi estrogen dan progestin.12
1. Kontrasepsi estrogen plus progestin (kombinasi)
Kontrasepsi kombinasi estrogen-progesteron dapat diberikan per
oral, suntikan IM, atau dalam bentuk koyo. Kontrasepsi oral paling sering
digunakan dan sering terdiri dari kombinasi suatu zat estrogen dan bahan
prosgestasional yang diminum tiap hari selama 3 minggu dan berhenti
selama 1 minggu, agar terjadi perdarahan lucut (with drawal bleeding) dari
uterus. 5
Efektivitasnya tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi),
bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun
pertama penggunaan)1.
Terdapat 2 jenis cara kerja pil estrogen kombinasi:
1.
Monofasik: Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet, mengandung
hormon aktif estrogen dan progestin dalam dosis yang sama, dengan 7
tablet tanpa hormon aktif. Jenis monofasik paling banyak digunakan
saat ini. Setiap tabletnya mengandung 30 -100 μ g etinilestradiol (di
beberapa negara terdapat pula tablet dengan 10 dan 20 μ g) dan
gestagen sintetik dengan dosis yang berbeda-beda. Kebanyakan efek
samping yang timbul disebabkan oleh kandungan estrogen sehingga
saat ini hampir semua pil kontrasepsi mempunyai kadar estrogen yang
rendah (20-35 μ g etinilestradiol). Dari sebagian besar penelitian,
pemberian dosis 50 μ g menimbulkan efek samping yang sangat
rendah.5,12
2.
Pil sekuensial ( bifasik/ trifasik): Pil yang tersedia dalam kemasan 21
tablet, mengandung hormon aktif estrogen dan progestin dalam dosis
yang yang berbeda ( dua atau tiga dosis), dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif. Cara kerjanya mirip dengan suatu siklus haid normal, khasiat
kontrasepsi hanya berdasarkan pada hambatan ovulasi oleh estrogen
dalam fase pertama dan pada fase kedua gestagen hanya berguna untuk
menimbulkan perdarahan yang teratur. Pil sekuensial tidak seefektif pil
kombinasi oleh karenanya angka kegagalan relatif tinggi. Di Indonesia
sediaan ini tidak pernah beredar. 5,12

No Nama Dagang Progesteron Estrogen


1 (Jenis Kombinasi)
Microgynon 30 150 mcg Levonorgestrel 30 mcg Etinilestradiol
Nordette 28 150 mcg Levonorgestrel 30 mcg Etinilestradiol
Nordial 28 250 mcg Levonorgestrel 50 mcg Etinilestradiol
Mercilon 28 150 mcg Levonorgestrel 20 mcg Etinilestradiol
Marvelon 28 150 mcg Desogestrel 30 mcg Etinilestradiol
Ovostat 28 1 mg Linestrenol 50 mcg Etinilestradiol
Lyndiol 2,5 mg Linestrenol 50 mcg Etinilestradiol
Gynera 75 mcg Gestroden 30 mcg Etinilestradiol
Diane 35 2 mg Siproterone asetat 35 mcg Etinilestradiol
2 (jenis kombinasi
bertingkat) 50 mcg Levonorgestrel 30 mcg Etinilestradiol
Triquilar ED 75 mcg Levonorgestrel 40 mcg Etinilestradiol
125 mcg Levonorgestrel 30 mcg Etinilestradiol

50 mcg Levonorgestrel 30 mcg Etinilestradiol


Trinordial 75 mcg Levonorgestrel 40 mcg Etinilestradiol
125 mcg Levonorgestrel 30 mcg Etinilestradiol
3 Exluton 28 0,5 mg Linestrenol
Tabel 2. Macam-macam Pil kontrasepsi kombinasi
Mekanisme kerja
Efek terpenting adalah mencegah terjadinya ovulasi dengan menekan
gonadotropin releasing factors dari hypothalamus. Hal ini dapat menghambat
sekresi follicle stimulating hormone dan lutenizing hormone dari hipofisis.5,12
Estrogen akan menghambat ovulasi dengan menekan gonadotropin.
Estrogen ini juga mungkin akan menghambat implantasi dengan mengubah
pematangan endometrium. Estrogen mempercepat transportasi ovum. namun,
progestin menyebabkan perlambatan. Karena itu, peran keduanya dalam
mengubah motilitas tuba dan uterus masih belum jelas. 5
Progestin menyebabkan terbentuknya mucus servik yang kental, sedikit,
selular, dan menghambat jalannya sperma. Kapasitasi sperma juga mungkin
terhambat. Seperti estrogen, progestin menyebabkan endometrium menjadi
kurang memungkin kan untuk implantasi blastokista. Akhirnya progestin juga
dapat menghambat ovulasi dengan menekan gonadotropin.5,12
Efek gabungan dari estrogen dan progestin dalam kaitannya dengan
kontrasepsi adalah supresi ovulasi yang sangat efektif, blockade penetrasi sperma
oleh mucus serviks, dan penghambatan implantasi di endometrium apabila dua
mekanisme pertama gagal. Kontrasepsi oral kombonasi estrogen plus progestin,
apabila diminum setiap hari selama 3 dari 4 minggu, menghasilkan proteksi
terhadap kehamilan yang hampir absolute. 5
Efek yang menguntungkan
Pil kombinasi estrogen plus progestin adalah bentuk kontrasepsi reversibel
paling efektif yang tersedia. Dilaporkan angka kegagalan 0,32 per 100 wanita-
tahun atau kurang. Efek menguntungkan lainnya yang dilaporkan adalah
kepadatan tulang meningkat; pengeluaran darah menstruasi dan anemia
berkurang; angka kehamilan ektopik lebih rendah sampai 90%; dismenorea yang
berkaitan dengan endometriosis berkurang; kista ovarium fungsional sampai 80%
dan salpingitis berkurang; keluhan premenstruasi berkurang; angka kanker
endometrium dan ovarium berkurang sampai 40%; berbagai penyakit payudara
jinak berkurang sampai 40%; perbaikan hirsutisme; perbaikan akne; pencegahan
aterogenesis; insiden dan keparahan penyakit radang panggul berkurang; dan
perbaikan rematoid artritis10.
Kemungkinan efek yang merugikan
a. Efek metabolik
 Lipoprotein dan lemak
Kontrasepsi oral kombinasi meningkatkan kadar trigliserida dan kolesterol
total. Estrogen menurunkan konsentrasi kolesterol LDL dan meningkatkan
HDL, sedangkan sebagian progestin menyebabkan hal yang sebaliknya.
Hal ini penting untuk mengetahui pada proses pembentukan penyakit
pembuluh arteri. 5,12
 Metabolisme karbohidrat
Kontrasepsi oral dapat menurunkan toleransi glukosa pada sejumlah
pemakai dengan persentase yang signifikan. Hal ini tampaknya terjadi
sebagai akibat langsung dosis estrogen yang digunakan. Progestin
biasanya meningkatkan sekresi insulin dan menciptakan resistensi insulin.
Karena efek ini, steroid kontrasepsi dapat mengintensifkan diabetes yang
sudah ada atau mungkin ternyata cukup diabetogenik sehingga mampu
memicu munculnya diabetes secara klinis pada wanita yang rentan. Tapi
efek ini seperti pada kehamilan, efek diabetogeniknya sering reversibel
apabila kontrasepsi oralnya dihentikan. 5
 Metabolisme protein
Estrogen akan meningkatkan pembentukan berbagai globulin oleh hati.
Meningkatnya pembentukan angiotensinogen tampaknya berkaitan dengan
dosis, dan konversinya oleh renin menjadi angiotensin I dicurigai
menimbulkan hipertensi. Fibrinogen dan mungkin faktor II, VII, IX, X,
XII, XIII, akan meningkat sejalan dengan dosis estrogen, dan insiden
kedua bentuk trombosis ini berkaitan dengan dosis estrogen. 5
b. Penyakit hati
c. Neoplasia
d. Efek kardiovaskular
Terdapat sejumlah resiko kardiovaskular yang jarang tetapi bermakna pad
pemakaian kontrasepsi hormonal.
 Tromboembolisme
Mishell (2000) menganalisis bahwa resiko tromboembolisme vena
diperkirakan meningkat 3-4 kali lipat pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral. Sekitar 1 per 10000 wanita-tahun, sehingga insiden pada
pemakai kontrasepsi oral yang sebesar 1,0 sampai 3,0 per 10000 wanita-
tahun adalah kecil.5,11
 Hipertensi
Ini timbul sebagai respons terhadap estrogen, terbukti meningkat kadar
angiotensinogen (substrat renin) plasma sampai mendekati kadar pada
kehamilan normal. Tekanan darah akan normal kembali saat kontrasepsi
dihentikan. Terjadinya hipertensi pada kehamilan bukan merupakan
halangan bagi pemakaian kontrasepsi oral setelahnya. 5
 Infark miokardium
Infark miokardium terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi
oral dan juga merokok, karena merokok merupakan faktor resiko
independen. Ada 2 patokan penting dalam kaitannya dengan merokok dan
kontrasepsi oral adalah lebih dari 15 batang rokok per hari bagi orang
berusia lebih dari 35 tahun yang sedang atau pernah merokok. 5,12
 Nyeri kepala migren
e. Efek pada reproduksi
 Amenorea pasca pil
Setelah kontrasepsi kombinasi dihentikan 3 bulan biasanya ovualasi akan
segera pulih dan kembali seperti semula5.
 Laktasi
Pemakaian hormon kontrasepsi oral pada ibu menyusui akan mengurangi
jumlah ASI. Hanya sedikit hormon yang diekskresikan ke dalam ASI.
Karena hampir tidak memberikan efek pada laktasi dan merupakan
kontrasepsi yang baik.
f. Efek lain
 Mukorea
 Kloasma
 Mioma uteri; kemungkinan besar tidak bertambah besar pada pemakaian
kontrasepsi oral
 Pertambahan berat badan; tidak semua wanita yang menggunakan ini akan
mengalami peningkatan berat badan. Hal ini terjadi oleh karena adanya
retensi cairan, tetapi umumnya akibat pola makan yang berubah sebab ibu
merasa tenang dan tidak takut hamil lagi setelah menggunakan alat
kontrasepsi5 .
 Depresi; karena kontrasepsi oralyang mengandung estrogen 50 μg atau
lebih

B. Kontrasepsi progestasional
1. Progestin oral
Disebut juga mini pil adalah pil yang hanya mengandung progestin 350 μg
atau kurang yang diminum setiap hari. Pil ini tidak terlalu populer oleh karena
insiden perdarahan ireguler dan angka kehamilannya jauh lebih tinggi. Pilihan
yang baik bagi ibu yang menyusui, mulai diminum pada minggu ke 6 setelah
melahirkan1,5. Pil ini mengganggu kesuburan tapi tidak selalu menghambat
penetrasi ovulasi. Kemungkinan sebabnya adalah terbentuknya mukus serviks
yang menghambat penetrasi sperma dan perubahan pematangan endometrium
sehingga dapat menolak implantasi blastokista.6,13
 Keuntungan
Resiko peningkatan penyakit kardiovaskular dan keganasan belum
terbukti, lebih kecil kemungkinannya menyebabkan peninggian tekanan
darah atau nyeri kepala, tidak berefek pada metabolisme karbohidrat dan
diperkirakan lebih jarang menyebabkan depresi, dismenorea, dan gejala
premenstruasi. 6,13
 Kekurangan
Kegagalan kontrasepsi dan meningkatnya insiden kehamilan ektopik
apabila kontrasepsi gagal, perdarahan uterus yang tidak jelas, kista
ovarium fungsional menjadi sering, dan pil ini harus diminum pada waktu
yang sama atau hampir sama tiap harinya, yang jika terlambat sekalipun
hanya 3 jam untuk 2 hari berikutnya harus digunakan kontrasepsi lain
sebagai tambahan. 6,13
 Kontraindikasi
Terutama pada wanita berumur, dengan perdarahan uterus yang tidak jelas,
riwayat kehamilan ektopik atau kista ovarium fungsional. 6,12

2. Kontrasepsi progestin suntik


Keunggulan suntikan progestin adalah efektivitas kontrasepsi yang setara
dengan atau lebih baik daripada kontrasepsi oral kombinasi, efek bertahan lama
dengan hanya 4 – 6 kali penyuntikan setahun, dan gangguan laktasi yang minimal.
Depo medroksiprogesteron asetat (Depo provera) dan Noretindron etantat
(Norgest) telah banyak dipakai secara luas diseluruh dunia, mekanisme kerja
kedua obat tampaknya multipel, termasuk inhibisi ovulasi, peningkatan
kekentalan mukus serviks, dan pembentukan endometrium yang kurang ramah
bagi implantasi ovum. 6,13
Kelebihan dan kekurangannya serupa dengan progestin oral.
Kekurangannya mencakup amenorea berkepanjangan, perdarahan uterus selama
dan setelah pemakaian, dan anovulasi yang lama setalah penghentian kontrasepsi.
Pemulihan kesuburan akan lambat namun tidak terhambat, pada pemakaian
jangka panjang trigliserida dan kolesterol HDL menurun tetapi kolesterol LDL
tidak meningkat, hanya terjadi sedikit modifikasi metabolisme glukosa, insiden
anemia defisiensi besi menurun. Disamping itu terjadi juga peningkatan berat
badan yang nyata. 6
Depo medroksiprogesteron disuntikan dalam-dalam di kuadran luar atas
bokong tanpa dipijat untuk memastikan agar obat dilepaskan secara perlahan-
lahan. Dosis lazim adalah 150 mg setiap 90 hari. 3,12
Noetindron etantat disuntikan dengan cara yang sama dalam dosis 200mg,
tetapi penyuntikan obat ini harus diulang setiap 60 hari. 6

3. Injeksi Medroksiprogesteron asetat/ Estradiol Sipionat


Obat kontrasepsi baru yang disuntikan setiap bulan. Obat ini mengandung
25mg Medroksiprogesteron asetat plus 5 mg estradiol sipionat yang dipasarkan
dengan nama Lunelle atau Cyclo-Provera. 6,12
Mekanisme kerja obat ini dengan menghambat ovulasi dan menekan
proliferasi endometrium. Kadar estrasdiol mencapai puncak pada 3 sampai 4 hari
pascainjeksi dengan nilai yang setara dengan lonjakan praovulasi dalam siklus
menstruasi ovulatorik normal. Kadar estradiol menetap setinggi ini selama sekitar
10-14 hari, dan penurunannya menyebabkan perdarahan lucut 10 sampai 20 hari
pasca penyuntikan. 6,13
Frekuensi penyuntikan merupakan masalah yang nyata. Timbulnya
perdarahan yang tidak teratur, namun setelah 3 bulan pemakaian, ketidakteraturan
perdarahan tampaknya menjadi lebih jarang terjadi dibandingkan dengan injeksi
depomedroksiprogesteron asetat. Pulihnya kesuburan setelah penghentian
berlangsung cepat, dengan hampir 83% wanita menjadi hamil dalam 12 bulan
setelah penghentian. Angka pemulihan kesuburan jauh lebih cepat daripada
penghentian dengan suntikan Depomedroksiprogesteron asetat. 6

Kontrasepsi oral jangan digunakan pada wanita yang mengalami salah satu
keadaan dibawah ini :
 Gangguan tromboflebitis atau tromboembolus
 Riwayat tromboflebitis vena dalam atau gangguan tromboembolus
 Penyakit sereborvaskular atau arteria koroner
 Diketahui atau dicurigai mempunyai karsinoma payudara
 Karsinoma endometrium atau diketahui atau dicurigai mempunyai
neoplasma dependen estrogen
 Perdarahan genital abnormal yang tidak diketahui penyebabnya
 Ikterus kolestatik pada kehamilan atau riwayat ikterus setelah
menggunakan pil
 Adenoma atau karsinoma hati
 Diketahi atau dicurigai hamil.10
4. Implan progestin

Gambar 4. Kontrasepsi implan


Sistem norplant menyalurkan levonorgestrel dalam wadah silastik yang
diimplantasikan dijaringan subdermal. Terdapat beberapa jenis kontrasepsi
implant seperti:
a.
Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan
lama kerjannya 5 tahun.
b.
Implanon. Terdiri dari datu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40
mm, dengan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan
lama kerjannya 3 tahun.
c.
Jadena, dan Indoplant. Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg
levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun. 6

Keunggulan dan kekurangan hampir identik dengan progestin oral,


kecuali efek pada metabolisme karbohidrat. Dilaporkan bahwa setelah pemakaian
6 bulan, kadar glukosa dan insulin mengalami perubahan bahkan pada wanita
nondiebetik. Pada wanita normal perubahan ini tidak bermakna, tetapi akan sangat
mengkhawtirkan pada orang yang berpotensi untuk diabetik. Setelah pencabutan
implant, kesuburan dapat kembali segera. 6

H. METODE KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)


AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
Gambar 5. AKDR
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja dari AKDR sampai saat ini belum diketahui dengan
pasti, tetapi pendapat yang terbanyak mengatakan bahwa dengan adanya AKDR
dalam kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai
dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista dan sperma. Pada
pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali dijumpai sel-sel
makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa. Disamping itu ditemukan juga
sering timbulnya kontraksi uterus pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi
nidasi. Diduga ini disebabkan karena meningkatnya prostaglandin dalam uterus
pada wanita tersebut.7,15
Pada AKDR bioaktif selain kerjanya menimbulkan peradangan, juga oleh
karena ion logam atau bahan lain yang melarut dari AKDR mempunyai pengaruh
terhadap sperma. Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif ialah ion
logam tembaga (Cu)2,3; pengaruh AKDR bioaktif dengan berkurangnya
konsentrasi logam makin lama makin berkurang.
Efektifitasnya tinggi dapat mencapai 0.6 – 0.8 kehamilan/100 perempuan dalam 1
tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).7,15
Jenis-jenis AKDR

Gambar 6. Jenis-jenis AKDR


Sampai sekarang telah banyak ditemukan jenis-jenis AKDR, tapi yang
paling banyak digunakan dalam program KB di Indonesia ialah AKDR jenis
copper T dan spiral (Lippes loop). Bentuk yang beredar dipasaran adalah spiral
(Lippes loop), huruf T (Tcu380A, Tcu200C, dan NovaT), tulang ikan (MLCu350
dan 375), dan batang (Gynefix). Unsur tambahan adalah tembaga (cuprum), atau
hormon (Levonorgestrel).6

AKDR Dengan Progestin


Mirena, adalah contoh AKDR yang mengandung levonorgestrel
( progesteron) yang memiliki bentuk T, yang melepaskan 20 mcg levonorgestrel
perhari ke dalam rongga uterus, dengan masa aktif sekitar 5 tahun. Mekanisme
kerja Mirena, hampir sama dengan AKDR pada umumnya, namun Mirena
memiliki efek dari pelepasan progesterone intrauterin, sehingga memiliki efek
sistemik dari progesteron yang sangan kecil. Berikut adalah kelebihan AKDR
dengan Progestin:
- Mengurangi nyeri dan jumlah perdarahan saat haid
- Diberikan pada wanita perimenopause, dan diberikan dengan estrogen
untuk mencegah hiperplasia endometrium
- Dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif untuk mengurangi
perdarahan uterus disfungsional
- Tidak mengganggu fungsi hati, sehingga dapat digunakan bersama-
sama dengan pasien yang sedang menjalani pengobatan TB, atau
epilepsi.6,15
Kelemahan AKDR dengan progestin:
- Mahal
- Memiliki sedikit efek progesteron sistemik, seperti meningkatkan
resiko trombosis, menurunkan kadar HDL darah, memperburuk
perjalan kanker payudara dan miom.6
Keuntungan-keuntungan AKDR
AKDR mempunyai keunggulan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena :
1.
Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian
satu kali motivasi
2.
Tidak menimbulkan efek sistemik
3.
Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal
4.
Efektivitas cukup tinggi
5.
Reversibel
6.
Tidak ada pengaruh terhadap ASI.6
Efek samping AKDR
 Perdarahan
 Masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak, terutama pada
bulan-bulan pertama pemakaian
 Rasa nyeri dan kejang di perut
 Gangguan pada suami
 Ekspulsi (pengeluaran sendiri) .6
Komplikasi AKDR
 Infeksi
AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya
tidak menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan
disucihamakan. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh sudah
adanya infeksi yang subakut atau menahun pada traktus genitalis sebelum
pemasangan AKDR6,7.
 Perforasi
Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa
terjadi pula kemudian.
Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang tertutup, harus segera
dikeluarkan segera karena ditakutkan akan terjadinya ileus, begitu pula
dengan yang mengandung logam. Pengeluaran dapat dilakukan dengan
laparotomi jika dengan laparoskopi gagal, atau setelah terjadi ileus. Jika
AKDR yang menyebabkan perforasi itu jenis terbuka dan linear, dan tidak
mengandung logam AKDR tidak perlu dikeluarkan dengan segera.6,15
 Kehamilan
Jika terjadi kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat pada
bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim.
Angka keguguran dengan AKDR in situ tinggi. Jadi jika ditemukan
kehamilan dengan AKDR in situ sedang benangnya masih kelihatan,
sebaiknya dikeluarkan oleh karena kemungkinan terjadinya abortus setelah
dikeluarkan lebih rendah dari pada dibiarkan terus. Tetapi jka benangnya
tidak kelihatan, sebaiknya dibiarkan saja berada dalam uterus6,7.
Kontraindikasi pemasangan AKDR
Kontraindikasi pemasangan AKDR dibagi atas 2 golongan, yaitu
kontraindikasi yang relatif dan kontraindikasi mutlak.
Yang termasuk kontraindikasi relatif ialah:
1.
Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus
2.
Insufisiensi serviks uteri
3.
Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas SC, enukleasi
mioma, dsb.
4.
Kelainan jinak serviks uteri, seperti erosio porsiones uteri.6,15
Yang termasuk kontraindikasi mutlak ialah :
1.
Kehamilan
2.
Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis (Penyakit Menular
Seksual)3
3.
Adanya tumor ganas pada traktus genitalis6.
4.
Adanya metrorhagia yang belum disembuhkan
5.
Pasangan yang tidak lestari/harmonis6.
Pemasangan AKDR
AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut :
 Sewaktu haid sedang berlangsung
Pemasangan dapat dilakukan pada hari pertama atau pada hari terakhir
haid. Keuntungannya : pemasangan lebih mudah karena serviks saat itu
sedang terbuka dan lembek, rasa nyeri tidak seberapa keras, perdarahan
yang timbul akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan, kemungkinan
pemasangan pada uterus yang sedang hamil tidak ada7.
 Sewaktu postpartum
Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan:
1. Secara dini(immediate insertion); dipasang pada wanita yang
melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit.
2. Secara langsung (direct insertion); dipasang dalam masa tiga bulan
setelah partus atau abortus.
3. Secara tidak langsung (indirect insertion); dipasang sesudah masa
tiga bulan setelah partus atau abortus; atau pada saat tidak ada
hubungan sama sekali dengan partus atau abortus7.
Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah
bersalin, menurut beberapa sarjana, sebaiknya AKDR ditangguhkan
sampai 6-8 minggu postpartum oleh karena jika pemasangan AKDR
dilakukan antara minggu kedua dan minggu keenam setelah partus, bahaya
perforasi atau ekspulsi lebih besar 7.
 Sewaktu postabortum
Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi
fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic
abortion merupakan kontraindikasi
 Beberapa hari setelah haid terakhir
Dalam hal ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama
sebelum AKDR dipasang.

Sebelum dipasang, sebaiknya diperlihatkan ke akseptor bentuk AKDR


yang dipasang dan bagaimana letaknya setelah terpasang. Dan dijelaskan pula
kemugkinan efek samping yang dapat terjadi seperti perdarahan, rasa sakit ,
AKDR yang keluar sendiri.

Teknik pemasangan AKDR

Gambar 7. Pemasangan AKDR

Pada umumnya tehnik pemasangan adalah sama pada setiap jenis AKDR,
tapi disini diterangkan mengenai cara pemasangan jenis lippes loop karena yang
paling banyak digunakan di Indonesia7.
Tekniknya berupa :
 Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan diatas meja
ginekologi dalam posisi litotomi.
 Bersihkan daerah vulva dan vagina secara a dan antisepsis dengan
betadine
 Lakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak, bentuk, dan besar
uterus
 Spekulum dimasukkan ke dalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan
dengan larutan antiseptik. Lalu dengan tenakulum dijepit bibir depan
porsio uteri, dan dimasukkan sonde ke dalam uterus untuk menentukan
arah dan panjangnya kanalis servikalis serta kavum uteri.
 AKDR dimasukkan ke dalam uterus dengan tehnik tanpa sentuh, lalu
dorong ke dalam kavum uteri hingga mencapai uterus.
 Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah
sehingga AKDR bebas.
 Setelah selubung keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, dan
tenakulum juga dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2½ - 3 cm
keluar dari ostium uteri, dan akhirnya spekulum diangkat7.
Pemeriksaan setelah pemasangan AKDR dilakukan 1 minggu sesudahnya;
pemeriksaan kedua 3 bulan kemudian, dan selanjutnya tiap 6 bulan.
Cooper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat
dilepaskan lebih awal apabila diinginkan.11

Cara mengeluarkan AKDR


Mengeluarkan AKDR biasanya dilakukan dengan cara menarik benang AKDR
yang keluar dari ostium uteri eksternum dengan dua jari, dengan pinset, atau
dengan cunam. Kadang-kadang benang tidak tampak dari ostium uteri eksternum.
Tidak terlihatnya benang oleh karena :
 Akseptor menjadi hamil
 Perforasi usus
 Ekspulsi yang tidak disadari oleh akseptor
 Perubahan letak AKDR sehingga benang tertarik ke dalam rongga uterus,
seperti adanya mioma uterus7.
I. METODE KONTRASEPSI MANTAP (TUBEKTOMI DAN
VASEKTOMI)
Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falopii wanita
sedangkan vasektomi ialah pada kedua vas deferens pria,yang mengakibatkan
yang bersangkutan tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi.1
A. Tubektomi
Tubektomi adalah suatu tindakan oklusi/ pengambilan sebagian saluran
telur wanita untuk mencegah proses fertilisasi.3 Tindakan tersebut dapat dilakukan
setelah persalinan atau pada masa interval. Setelah dilakukan tubektomi, fertilitas
dari pasangan tersebut akan terhenti secara permanen. Waktu yang terbaik untuk
melakukan tubektomi pascapersalinan ialah tidak lebih dari 48 jam sesudah
melahirkan karena posisi tuba mudah dicapai dari subumbilikus dan rendahnya
resiko infeksi. Bila masa 48 jam pascapersalinan telah terlampaui maka pilihan
untuk tetap memilih tubektomi, dilakukan 6-8 minggu persalinan atau pada masa
interval8.
Keuntungan tubektomi ialah :
 Motivasi hanya satu kali saja, tidak diperlukan motivasi yang berulang-
ulang
 Efektivitas hampir 100%
 Tidak mempengaruhi libido seksualis
 Kegagalan dari pihak pasien tidak ada8.
Kerugiannya ialah bahwa tindakan ini dapat dianggap tidak reversibel,
walaupun ada kemungkinan untuk membuka tuba kembali pada mereka yang
masih menginginkan anak lagi dengan operasi Rekanalisasi8.
Indikasi dilakukannya tubektomi :
 Penghentian fertilitas atas indikasi medik
 Kontrasepsi permanen8.
Syarat-syarat tubektomi :
 Syarat sukarela
 Syarat bahagia
 Syarat medik.8
Tindakan yang dilakukan sebagai tindakan pendahuluan untuk mencapai
tuba falopii terdiri atas : pembedahan transabdominal seperti laparotomi, mini
laparotomi (gambar 2.1), laparoskopi; pembedahan transvaginal seperti kolpotomi
posterior, kuldoskopi; dan pembedahan transservikal (transuterin) seperti
penutupan lumen tuba histeroskopik.8

Gambar 8. Minilaparotomi

Untuk menutup lumen dalam tuba, dapat dilakukan pemotongan tuba


dengan berbagai macam tindakan operatif, seperti cara Pomeroy, cara Irving, cara
Uchida, cara Kroener, cara Aldridge. Pada cara Madlener tuba tidak dipotong.
Disamping cara-cara tersebut, penutupan tuba dapat pula dilakukan dengan jalan
kauterisasi tuba, penutupan tuba dengan clips, Falope ring, Yoon ring, dll8.

B. Vasektomi
Gambar 9. Vasektomi

Indikasi vasektomi ialah bahwa pasangan suami isteri tidak menghendaki


kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan
pada dirinya.Kontraindikasi, sebenarnya tidak ada, kecuali bila ada kelainan lokal
yang dapat mengganggu sembuhnya luka operasi, jadi sebaiknya harus
disembuhkan dahulu.8,11
Keuntungan vasektomi :
 Tidak menimbulkan kelainan fisik maupun mental
 Tidak mengganggu libido seksualitas
 Operasinya hanya berlangsung sebentar sekitar 10 - 15 menit.8,11

J. KONTRASEPSI DARURAT
Yang dimaksud dengan kontrasepsi darurat adalah, kontrasepsi yang dapat
mencegah kehamilan bula digunakan setelah berhubungan seksual. ”Kondar”
disebut juga “kontrasepsi pascasenggama”, “morning after pills” atau “morning
after treatment”. Kondar digunakan berdasarkan pertimbangan beberapa aspek
seperti, aspek kesehatan, ekonomi, sosial, dan agama. Berikut adalah indikasi
pemggunaan kontrasepsi darurat9:
1.
Kesalahan dalam pemakaian kontrasepsi seperti:
 Kondom bocor, lepas, atau salah dalam penggunaan
 Kegagalan senggama terputus
 AKDR ekspulsi
 Lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet
 Terlambat lebuh dari 1 minggu untuk suntik kb yang setiap bulan, dan
terlambat suntik lebih dari 2 minggu untuk suntik KB tiga bulanan
2.
Perkosaan
3.
Tidak menggunakan kontrasepsi9.
Kontrasepsi yang dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat:
1. AKDR
Satu-satunya AKDR yang dapat digunakan adalah AKDR yang
mengandung tembaga ( Copper). Jika dipasang dalam waktu kurang dari 7
hari setelah senggama, AKDR mampu mencegah kehamilan dengan cara:
 Mencegah sperma masuk ke tuba falopii, dan mengganggu mobilitas
sperma
 Mencegah implantasi, dengan merubah suasana endometrium.
Kegagalan cara ini < 0,1%, dan AKDR tersebut dapat
dipertahankan sampai masa aktifnya habis 9.
2. Pil KB
Terdapat beberapa cara dalam menggunakan pil KB sebagai
kontrasepsi darurat:
 Metode Yuzpe
Metode ini menggunakan Pil KB dengan kandungan 50 mg etinil
estradiol dan 0,5 mg norgestrel atau 0,25 mg levonorgestrel per pil.
Kondar harus digunakan dalam 3 x 24 jam pertama pasca senggama.
Berikan 2 pil kontrasepsi sebagai dosis awal, kemudian berikan lagi 2
pil setelah 12 jam pil pertama diberikan9.
 Pil KB progestin (Postinor)
Pada berbagai penelitian, efektivitas pil KB progestin dan metode
yuzpe hampir setara, Namun keunggulan pil progestin terletak pada
minimnya efek samping, karena menggunakan hormon tunggal
dengan dosis yang lebih kecil9.
Pil mini ( levonorgestrel 0,75 mg) diberikan dalam 3x 24 jam
pascasenggama sebagai dosis aman, kemudian berikan dosis ulangan
(1 pil) , 12 jam setelah dosis awal diberikan9.
Efek samping yang ditimbulkan sama seperti efek samping
penggunaan pil progestin lainnya, seperti mual, muntah, dan timbulnya
gangguan perdarahan. Apabila terjadi muntah setelah 2 jam pemberian,
maka pemberian pil tersebut harus diulangi, dan sebaiknya diberikan
obat anti muntah terlebih dahulu9.

BAB III
KESIMPULAN

Kontrasepsi ialah suatu usaha-usaha untuk mencegah terjadinya


kehamilan. Dan usaha –usaha pencegahan itu dapat bersifat sementara, dapat juga
bersifat permanent.
Dalam hal ini setiap calon peserta KB (akseptor KB) bebas dalam
menentukan dan memilih jenis alat dan obat kontrasepsi yang paling cocok untuk
dirinya.
Untuk dapat memilih mana alat atau obat kontrasepsi yang kiranya cocok
untuk mereka baik dalam hal rasionalitas, efektivitas dan efisiensi, maka
masyarakat harus dapat memperoleh informasi yang benar, jujur, dan terbuka
mengenai kelebihan, kekurangan, efek samping, dan kontrasindikasi dari masing-
masing alat atau obat tersebut dari para penyelenggara KB tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Manuaba IBG. 2001. Pelayanan Keluarga Berencana. Dalam:


Manuaba IBG. (eds). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC. 715-719
2. Saifuddin AB, Affandi B, dan Lu ER. 2005. Metode Amenorea
Laktasi (MAL). Dalam: Saifuddin AB, Affandi B, dan Lu ER. eds.
Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi I Cetakan 5.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; h. 40 – 71.
3. Albar E. 2010. Kontrasepsi tanpa menggunakan Alat. Dalam:
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, dan Rachimhadhi T, eds. Ilmu
kandungan Edisi 2 Cetakan 5. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo FK UI. h. 535-539.
4. Saifuddin AB, Affandi B, dan Lu ER. 2005. Metode Barier. Dalam:
Saifuddin AB, Affandi B, dan Lu ER. eds. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi Edisi I Cetakan 5. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Pedoman
pelayanan kontrasepsi darurat. Jakarta : Departemen Kesehatan
bekerjasama dengan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia dan WHO,
6. Cunningham F G, Gant NF. 2006. Williams Obstetri. Edisi ke-
21.Volume 2. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
7. Notoharjo Riono. 2002. Reproduksi kontrasepsi dan keluarga
berencana. Jakarta: Kanisius. Pp 330-350.
8. Martini E. 2008. Kontrasepsi. Jakarta selatan; redaksi gagas
media.pp 200-250.
9. Rekomendasi Praktik pilihan untuk Penggunaan kontrasepsi. 2002.
Edisi 2. Buku Kedokteran EGC
10. Singarimbun M. 2011. Kontrasepsi dalam Rangka Keluarga
Berencana Pencegahan Kehamilan. Bandung. Bharata. Pp 8-25.
11. David K et all, Reversing the United states Stenlization Paradox by
Increasing Vasectomy Untilization: Association of Reproductive
Health Professionals. April 2011.
12. Jessica A, Puting the Pill to Work: Association of Reproductive
health professionals.Desember 2010.
13. Joseph W, Goldzieher and the bird of hormonal Contraception:
Association of Reproductive health Professionals. Agustus 2010.
14. Rameet Singh et all, beyond A prescription: Strategies for Improving
Contraceptive care: Association of Reproductive Health
Professionals. Januari 2009.
15. David N, Description of Factor Influence the Lowering Untilization
IUD Contraception: Jurnal Maternity and Neonatal vol 1 no 2, April
2009

JENIS – JENIS IUD


IUD yang banyak dipakai di indonesia dewasa ini dari jenis Un Medicate
yaitu Lippes Loop dan yang dari jenis Medicate Cu T, Cu-7, Multiload dan Nova-
T. (Handayani, 2010)
1. AKDR Non-Hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4, karena itu berpuluh-
puluh macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari generasi pertama yang
terbuat dari benang sutra dan logam sampai generasi plastic (polietilen) baik
yang ditambah obat maupun tidak.
a. Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi 2 :
1. Bentuk terbuka (oven device): Misalnya : LippesLoop, CUT, Cu-7,
Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.
2. Bentuk tertutup (closed device): Misalnya : Ota-Ring, Atigon dan
Graten Berg Ring.

b. Menurut Tambahan atau Metal


1. Medicated IUD
▪ Misalnya : Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja
3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja
8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375
(daya
kerja 3 tahun).
▪ Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera dibelakang IUD
menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan,
misalnya Cu T 220 berarti tembaga adaklah 200m².
▪ Cara insersi : withdrawal
2. Un Medicated IUD
 Misalnya : Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.
 Cara insersi lippes loop : Push Out
 Lippes Loop dapat dibiarkan in-utero untuk selama-
lamanya sampai menopause, sepanjang tidak ada keluhan dan
atau persoalan bagi akseptornya.
3. Copper-T
 AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana
pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus.
Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi
(anti pembuahan) yang cukup baik.
4. Copper-7
 AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang
vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu)
yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama
seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T.
5. Multi Load
 AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua
tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya
dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan
kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2
untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu
standar, small (kecil), dan mini.

6. Lippes Loop
 AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti
spiral atau huruf S bersambung. Untuk meudahkan kontrol,
dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis
yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A
berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang
hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm
(tebal, benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai
angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari spiral jenis
ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau
penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastic ( Erfandi,
2008).

2.IUD yang mengandung hormonal


a.Progestasert-T = Alza T
1. Panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna
hitam.
2. Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65
mcg progesteron per hari.
3. Tabung insersinya berbentuk lengkung
4. Daya kerja : 18 bulan
5. Teknik insersi : plunging (modified withdrawal)

b. LNG-20
1. Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20 mcg
per hari.
2. Sedang ditelit di Firlandia.
3. Angka kegagalan / kehamilan angka terendah : <0,5 per 100 wanita
per tahun.
4. Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan
perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya, karena 25%
mengalami amenore atau pendarahan haid yang sangat sedikit.

EFEKTIFITAS
 Sebagai kontrasepsi AKDR tipe T efektifitasnya sangat tinggi yaitu
berkisar antara 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1
kegagalan dalan 125-170 kehamilan). Sedangkan AKDR dengan pregesteron
antara 0,5-1 kehamilan per 100 perempuan pada tahun pertama penggunaan
(saifuddin, 2003)

 Efektivitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation


rate) yaitu berapa lama IUD tetap tinggal in-utero tanpa : Ekspulsi spontan,
terjadinya kehamilan & pengangkatan / pengeluaran karena alasan-alasan medis
atau pribadi.
1.Efektivitas dari bermacam-macam IUD tergantung pada :
 IUD-nya : ukuran, bentuk & mengandung Cu atau Progesterone.

 Akseptor

1. Umur : Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi


dan pengangkatan / pengeluaran IUD.
2. Paritas : Makin muda usia, terutama pada nulligravid, makin tinggi
angka ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD.
3. Frekuensi senggama

2.Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi. Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan per


100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegiatan dalam 125-170 kehamilan).
(Handayani, 2010)

CARA KERJA
 Cara kerja dari alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut.

1. Menghambat kemampuan sperma masuk ketuba fallopi.


2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
3. IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu.
4. IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi
perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
5. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
(Sarwono, 2007)

 Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti, ada
yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang menimbulkan rekasi
radang setempat dengan serbukan lekosit yang dapat melarutkan blastosis atau
sperma.
1. Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami perubahan-perubahan pada
pemakaian AKDR yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam
uterus.
2. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan
sering adanya kontraksi uterus pada pemakaian AKDR yang dapat
menghalangi nidasi.
3. AKDR yang mengeluarkan hormon akan mengentalkan lender
serviks sehingga menghalangi pergerakan sperma untuk dapat melewati
cavum uteri.
4. Pergerakan ovum yang bertambah cepat didalam tuba fallopii
5. Sebagai metode biasa (yang dipasang sebelum hubungan sexual
terjadi) AKDR mengubah transportasi tuba dalam rahim dan
mempengaruhi sel telur dan sperma sehingga pembuahan tidak terjadi.
Sebagai kontrasepsi darurat (dipasang setelah hubungan sexual terjadi)
dalam beberapa kasus mungkin memiliki mekanisme yang lebih mungkin
adalah dengan mencegah terjadinya implantasi atau penyerangan sel telur
yang telah dibuahi ke dalam dinding rahim.( Hadayani, 2010)

KEUNTUNGAN, KERUGIAN DAN EFEK SAMPING

1. Keuntungan dari alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut: a.sebagai


kontrasepsi, efektifitasnya tinggi. b.IUD (AKDR) dapat efektif segera
setelah pemasangan, c.Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari
CuT-380A dan tidak perlu diganti), d.Sangat efektif karena tidak perlu lagi
mengingat-ingat, e.Tidak mempengaruhi hubungan seksual,
f.Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil,
g.Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A),
h.Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, i.Dapat dipasang segera
setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).
j.Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih setelah haid terakhir).
k.Tidak ada interaksi dengan obat-obat., l.Membantu mencegah kehamilan
ektopik (Saifuddin. AB, 2006).
2. Kerugian dari alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut. Setelah
pemasangan, beberapa ibu mungkin mengeluh merasa nyeri dibagian perut
dan pendarahan sedikit-sedikit (spoting). Ini bisa berjalan selama 3 bulan
setelah pemasangan. Tapi tidak perlu dirisaukan benar, karena biasanya
setelah itu keluhan akan hilang dengan sendrinya. Tetapi apabila setelah 3
bulan keluhan masih berlanjut, dianjurkan untuk memeriksanya ke dokter.
Pada saat pemasangan, sebaiknya ibu tidak terlalu tegang, karena ini juga
bisa menimbulkan rasa nyeri dibagian perut. Dan harus segera ke klinik
jika: a.Mengalami keterlambatan haid yang disertai tanda-tanda
kehamilan: mual, pusing, muntah-muntah. b.Terjadi pendarahan yang
lebih banyak (lebih hebat) dari haid biasa. c.Terdapat tanda-tanda infeksi,
semisal keputihan, suhu badan meningkat, mengigil, dan lain sebagainya.
Pendeknya jika ibu merasa tidak sehat. d.Sakit, misalnya diperut, pada saat
melakukan senggama. Segeralah pergi kedokter jika anda menemukan
gejala-gejala diatas.
3. Efek samping yang umum terjadi: a.Perubahan siklus haid (umumnya pada
3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan), b.Haid lebih lama
dan banyak. c.Perdarahan (spotting) antara menstruasi, d.Saat haid lebih
sakit
4. Komplikasi lain : a.Merasakan sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah
pemasangan, b.Perdarahan pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia, c.Perforasi dinding uterus (sangat
jarang apabila pemasangannya benar).
5. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
6. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
sering berganti pasangan.
7. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
AKDR. Penyakit radang panggul memicu infertilitas.
8. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam
pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan
9. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan
AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari
10. Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri
11. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila
AKDR dipasang segera setelah melahirkan)
12. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk
mencegah kehamilan normal. Perempuan harus memeriksa posisi benang
AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus
memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau
melakukan ini. ( Handayani, 2010 )

Efek pil kombinasi (estrogen dan progesterone) terhadap ibu menyusui


Hipotalamus dalam melepaskan sebuah hormone yang mencegah produksi
prolactin. Hormone ini dikenal sebagai PIH ( prolactin inhibiting hormone)-
hormone penekan prolactin. Saat kehamilan dan progesterone meningkat, setelah
melahirkan estrogen menurun secara drastic sehingga PIH menurun, prolactin dan
oksitosin meningkat. Fungsi prolactin dan oksitosin untuk menghasilkan kelenjar
susu.
Pada pil kombinasi ( estrogen dan progesterone), pada estrogen kerjanya sama
dengan PIH, ketika estrogen diberikan maka estrogen meningkat sehingga PIH
meningkat yang menyebabkan kerja prolactin menurun mengakibatkan produksi
kelenjar air susu menurun.

Daftar Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.


Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.2009. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Setiadi. Anatomi dan Fisiologi Manusia. 2007.Yogyakarta: Graha
Ilmu. Diana. Kamus Kedokteran Lengkap. Surabaya: Serba Jaya.
H. Syaifudin, B.AC.Drs. Anatomi Fisiologis. Edisi : 2, 1997. EGC. Jakarta.
Buku Saku Ilmu Kandungan, 2003
Olson, James, M.D, Ph.D. Belajar Mudah Farmakologi. Edisi : 1, 2004. EGC.
Jakarta
Arif Manjoer,.dkk,. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jilid I. Media
Aesculapius. FKUI. Jakarta. 2001
Rustam Mochtar,.Prof,. DR,. Sinopsis Obstetri. Jilid II. EGC. Jakarta. 1998

Anda mungkin juga menyukai