Nim : P3.73.24.4.21.222
Berbagai jenis metode atau alat kontrasepsi dibagi menjadi (Hartanto, 2014):
1. Kontrasepsi Sterilisasi. Yaitu pencegahan kehamilan dengan mengikat sel indung telur
pada wanita (tubektomi) atau testis pada pria (vasektomi). Proses Sterilisasi ini harus
dilakukan oleh ginekolog (dokter kandungan). Efektif bila memang ingin melakukan
pencegahan kehamilan secara permanen.
a. Kontrasepsi Teknik, dibagi menjadi :
Coitus Interuptus (senggama terputus) : ejakulasi dilakukan di luar vagina.
Sistem Kalender (pantang berkala) : tidak melakukan senggama pada masa
subur, perlu kedisiplinan dan pengertian antara suami istri karena sperma
maupun sel telur (ovum) mampu bertahan hidup sampai dengan 48 jam setelah
ejakulasi.
Prolonged lactation atau menyusui, selama tiga bulan setelah melahirkan saat
bayi hanya minum ASI (Air Susu Ibu) dan menstruasi belum terjadi, otomatis
tidak akan terjadi kehamilan.
c. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal bisa berupa pil KB yang diminum sesuai petunjuk hitungan
hari yang ada pada setiap blisternya, suntikan, susuk, (Implant) yang ditanam untuk
periode tertentu, koyo KB atau spiral berhormon.
Kontrasepsi Hormonal terdiri dari:
Pil Kombinasi Oral Contraception (OC)
Suntik KB
Susuk KB
Kemudian menurut Handayani (2014) ada 6 langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci
SATU TUJU yaitu :
1. SA : Sapa dan Salam Sapa dan salam klien secara terbuka dan sopan, berikan perhatian
sepenuhnya , berbicara ditempat yang nyaman serta terjamin privasinya.
2. T : Tanya Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya, bantu klien untuk berbicara
mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan reproduksinya, tujuan,
kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya.
3. U : Uraikan Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi.
4. Tu : Bantu Bantulah klien menentukan pilihannya, bantulah klien berfikir mengenai apa
yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.
5. J : Jelaskan Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya
setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan perlihatkan alat/obat
kontrasepsinya, jelakan cara penggunaannya. 12
6. U : Kunjungan Ulang Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan klien akan kembali untuk
melakukan pemeriksaan atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu
mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi suatu masalah.
Issue ketidakadilan gender yang dapat terjadi calon akseptor dan akseptor kontrasepsi
Persfektif gender dalam pelaksanaan program keluarga berencana menekankan adanya
kebebasan untuk memilih metode kontrasepsi bagi siapa saja yang memerlukannya, informasi yang
lebih baik dibidang keluarga berencana, ketersediaan pelayanan yang lebih luas dan meningkatkan
partisipasi laki-laki dalam keluarga berencana. Namun hingga kini masih ditemui adanya
ketimpangan gender dalam pelaksanaan program tersebut. Salah satunya adalah dalam partisipasi
dalam kontrasepsi bahwa wanita lebih tinggi dari laki – laki. Pada penelitian Ilham syahputera,
hidayat dan Ratih (2020) menyatakan bahwa penggunaan kontrasepsi masih didominasi
olehperempuan dengan persetase sebesar 88,2% yang terdiri dari berbagai jenis/metode kontrasepsi
seperti spiral/IUD, sterilisasi wanita/Tubektomi, Susuk KB/Implant, suntik dan pil. Sedangkan
persentase laki-laki yang menggunakan kontrasepsi hanya sebesar 11,8% yang terdiri dari pengguna
kontrasepsi kondom dan sterilisasi pria/vasektomi.
Issue lainnya terkait stereotip bahwa urusan KB merupakan tanggungjawab perempuan.
Selain itu adanya pembagian peran gender dalam keluarga menjadikan perempuan sebagai sasaran
program KB. Perempuan yang berada pada sektor domestik yang bertugas mengurus rumah tangga
menyebabkan banyak program KB ditujukan kepada perempuan. Selain itu, terbatasnya pilihan
kontrasepsi bagi laki-laki juga mempengaruhi ketimpangan gender dalam penggunaan kontrasepsi.
Jenis kontrasepsi yang tersedia lebih banyak diperuntukkan bagi perempuan seperti suntik, pil,
susuk KB/Implant, Spiral/IUD, dan tubektomi. Sedangkan kontrasepsi bagi laki-laki hanya kondom
dan vasektomi. Terbatasnya pilihan kontrasepsi bagi laki-laki menyebabkan tingkat partisipasi laki-
laki dalam penggunaan kontrasepsi menjadi rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Amallia, S., Afriyani, R. and Sari, Y. P. (2015) “Pengaruh Konseling Kontrasepsi Hormonal
Terhadap ngkat Pengetahuan Akseptor Keluarga Berencana Pasca Persalinan,” pp. 266–270.
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dsar dan Rujukan (2013). Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Choiriyah, L., Armini, N. K. A. and Hadisuyatmana, S. (2020) “Dukungan Suami dalam Pemilihan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) pada Pasangan Usia Subur (PUS).,” Indonesian
Journal of Community Health Nursing, 5(2), p. 72. doi: 10.20473/ijchn.v5i2.18481.
Handayani, S. (2014) Buku Ajar Pelayanan Keluarga Bencana. Jakarta: Pustaka Rihama.
Nur, Y. et al. (2019) “FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT IBU
DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD,” 5(1), pp. 47–59.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464 tahun 2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan (2010). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan (2017). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Saifuddin (2016) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Bina Pustaka.
Syahputra, I., Hidayat and Baiduri, R. (2020) “Ketimpangan Gender Dalam Penggunaan
Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Di Kecamatan Tanjung Morawa,” Ketimpangan Gender
Dalam Penggunaan Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Di Kecamatan Tanjung Morawa,
1(Gender, Kontrasepsi, Pasangan Usia Subur), pp. 83–91.
Undang - Undang Profesi Bidan Nomor 320 Tahun 2020 (2020). Jakarta.
Wikojoastro, H. (2013) Ilmu Kandungan. Jakarta: FEUI.