Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA KONTRASEPSI

Nama : Nurlita Listiana

Nim : P3.73.24.4.21.222

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2022
PENDAHULUAN
Persiapan Pengetahuan
Berbagai macam metode dan teknik kontrasepsi sebagai berikut:
Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” berarti mencegah atau melawan, dan konsepsi berarti
pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang menyebabkan
kehamilan. Jadi, kontrasepsi adalah metode yang digunakan untuk mencegah kehamilan (Amallia,
Afriyani and Sari, 2015).
Kontrasepsi terbagi atas dua yaitu secara alami dan bantuan alat. Kontrasepsi alami
merupakan metode kontrasepsi tanpa menggunakan bantuan alat apapun, caranya adalah dengan
tidak melakukan hubungan seksual pada masa subur, cara ini lebih dikenal dengan metode kalender.
Kelebihannya adalah memperkecil kemungkinan terjadinya efek samping karena tidak
menggunakan alat sedangkan kelemahannya adalah kurang efektif karena kadar perhitungan masa
subur bisa meleset dan tidak akurat (Wikojoastro, 2013).
Secara umum syarat metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut (Saifuddin, 2016):
1. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila digunakan.
2. Berdaya guna, dalam arti bila digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah
terjadinya kehamilan.
3. Tidak memerlukan motivasi terus-menerus.
4. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di
masyarakat.
5. Terjangkau harganya oleh masyarakat
6. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali kesuburannya,
kecuali kontrasepsi mantap.

Berbagai jenis metode atau alat kontrasepsi dibagi menjadi (Hartanto, 2014):
1. Kontrasepsi Sterilisasi. Yaitu pencegahan kehamilan dengan mengikat sel indung telur
pada wanita (tubektomi) atau testis pada pria (vasektomi). Proses Sterilisasi ini harus
dilakukan oleh ginekolog (dokter kandungan). Efektif bila memang ingin melakukan
pencegahan kehamilan secara permanen.
a. Kontrasepsi Teknik, dibagi menjadi :
 Coitus Interuptus (senggama terputus) : ejakulasi dilakukan di luar vagina.
 Sistem Kalender (pantang berkala) : tidak melakukan senggama pada masa
subur, perlu kedisiplinan dan pengertian antara suami istri karena sperma
maupun sel telur (ovum) mampu bertahan hidup sampai dengan 48 jam setelah
ejakulasi.
 Prolonged lactation atau menyusui, selama tiga bulan setelah melahirkan saat
bayi hanya minum ASI (Air Susu Ibu) dan menstruasi belum terjadi, otomatis
tidak akan terjadi kehamilan.

b. Kontrasepsi Mekanik, terdiri dari :


 Kondom : terbuat dari latex. Terdapat kondom untuk pria maupun wanita serta
berfungsi sebagai pemblokir sperma.
 Spermatisida : bahan kimia aktif untuk membunuh sperma, berbentuk cairan,
krim atau tisu vagina yang harus dimasukkan ke dalam vagina lima menit
sebelum senggama.
 Vaginal diafragma : lingkaran cincin dilapisi karet fleksibel ini akan menutup
mulut rahim bila dipasang dalam liang vagina enam jam sebelum senggama.
 IUD (Intra Uterina Device) atau spiral : terbuat dari bahan polyethylene yang
diberi lilitan logam, umumnya tembaga (Cu) dan dipasang di mulut rahim.

c. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal bisa berupa pil KB yang diminum sesuai petunjuk hitungan
hari yang ada pada setiap blisternya, suntikan, susuk, (Implant) yang ditanam untuk
periode tertentu, koyo KB atau spiral berhormon.
Kontrasepsi Hormonal terdiri dari:
 Pil Kombinasi Oral Contraception (OC)
 Suntik KB
 Susuk KB

Peran dan kewenangan bidan dalam pelayanan kontrasepsi:


Ruang lingkup kewenangan bidan dalam program KB yaitu memberikan pelayanan yang meliputi
pelayanan keschatan reproduks! perempuan dan keluarga berencana, memberkan penyuluhan dan
konseling keschatan reproduksi perempuan dan keluarga Berencana, memberikan alat kontrasepsi
oral dan kondom, pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, memberikan
pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, dan melaksanakan program Pemerintah salah satunya
Program KB (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464 tahun 2010 tentang
Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, 2010).
Dalam permenkes nomor 1464 tahun 2010 dijelaskan bahwa bidan berwenang memberikan
penyuluhan dan konseling kesehatan reporduksi perempuan dan keluarga bencana. Cara bidan
membantu pasien memilih kontrasepsi yang tepat dan sehat yaitu dimulai dengan membuat pasien
merasa nyaman saat pelayanan, menjelaskan metode KB sesuai kebutuhan, dilakukan secara
perlahan – lahan dan jelas, menggunakan alat bantu, membantu pasien memilih metode kontrasepsi,
menelaah pemahaman pasien tentang cara menggunakan metode, membicarakan kemungkinan efek
samping serta meminta pasien untuk kunjungan ulang.
Pasal 21 Permenkes RI No. 28 tahun 2017 menjelaskan wewenang bidan dalam memberikan
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, meliputi:
a) Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
b) Pelayanan kotrasepsi oral, kondom, dan suntikan.
Selain wewenang yang telah dijelaskan pada Pasal 18, bidan juga memiliki
kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan dan
pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan sencara mandat dari dokter
(Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan, 2017).
Standar Profesi Bidan terkait kontrasepsi menurut UU nomor 320 tahun 2020 (Undang - Undang
Profesi Bidan Nomor 320 Tahun 2020, 2020):
1. Pemanfaatan Kriteria Kelayakan Medis dalam penggunaan Kontrasepsi
2. Pemeriksaan fisik terfokus pada ibu yang ingin mendapatkan pelayanan Keluarga Berencana
3. Konseling Keluarga berencana
4. Pembetian Pil Kontrasepsi
5. Pemberian kontrasepsi darurat
6. Pemberian Kondom
7. Pemberian Kontrasepsi Suntik
8. Pemasangan Intrauterine Device (IUD)
9. Pencabutan Intrauterine Device (IUD )
10. Pemasangan implant
11. Pencabutan implant
12. Fasilitasi Metode Amenorhoe Laitasi (MAL)
13. Edukasi dan konseling Metode Operasi Wanita (MOW) dan Metode Operasi Pria

Hasil penelitian terkini tentang pelayanan kontrasepsi


Hasil penelitian terkini terkait dengan kontrasepsi sebagai berikut:
Penelitian D. Retanti, P.Rakhmawati, F. Ningsih et all (2020) yang berjudul Hubungan
Tingkat Pengetahuan Terhadap Keberhasilan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil Kb menunjukkan
hasil bahwa tidak ada perbedaan signifikan tingkat pengetahuan masyarakat terhadap keberhasilan
berhasil maupun ketidakberhasilan dalam penggunaan pil KB.
Kemudian penelitian Nur, Abidin dan Sri (2019) yang berjudul Faktor - Faktor Yang
Berhubungan Dengan Minat Ibu Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD yang dilakukan di
Kabupaten Polewali Sulawesi Barat menunjukan bahwa faktor-faktor yang tidak berhubungan
dengan minat ibu dalam pemilihan alat kontrasepsi IUD adalah pengetahuan, kepemilikan BPJS dan
media. Kemudian penelitian ini juga menyarankan agar bidan untuk memberikan sosialisasi terkait
layanan IUD dengan BPJS, mitos-mitos, efektivitas dan efek samping IUD serta mengedukasi untuk
bergabung dengan program BPJS mendapatkan layanan IUD gratis. Selanjutnya, diharapkan suami
ikut serta dalam sosialisasi agar suami dapat mendukung istrinya untuk menggunakan IUD.
Penelitian Lilik Choiriyah, Ni Ketut Alit Armini dan Setho Hadisuyatmana (2020) yang
dilakukan di Kabupaten Gresik menunjukkan hasil bahwa penggunaan MKJP dipengaruhi oleh
peran suami dalam pengambilan keputusan dan dukungan suami. Penelitian ini menemukan
dukungan yang diberikan suami yaitu dalam bentuk transportasi, informasi dan diskusi bersama.
Selain itu MKJP juga dinilai unggul untuk menunda atau mencegah kehamilanyang tidak
diinginkan dan aman untuk kesehatan.
Penelitian Sri Rezqyawati (2019) yang berjudul deskripsi minat ibu-ibu pasangan usia subur
(pus) pengguna kontrasepsi di Kelurahan Anggalomelai Kecamatan Abeli Kota Kendari Sulawesi
Tenggara menunjukkan bahwa minat ibu-ibu Pasangan Usia Subur dalam menggunakan alat
kontrasepsi/KB dengan metode MKJP yaitu implan, Intra Uterine Device/spiral dan Metode
Operasi Wanita/tubektomi sebanyak 14.79%. Alasan ketertarikan PUS memilih metode MKJP
karena efektifitas untuk menunda dan menghentikan kehamilan, perasaan nyaman dan cocok
terhadap alat kontrasepsi/KB, manfaat yang dirasakan serta dukungan dari suami dan pelayanan
kesehatan, sedangkan minat untuk ibu-ibu PUS dalam menggunakan alat kontrasepsi/KB dengan
memilih metode non-MKJP yaitu suntik, kondom dan pil sebanyak 56.21%. Alasan ketertarikan
PUS memilih metode non-MKJP karena rasa takut PUS untuk memasang alat kontrasepsi/KB
dengan metode MKJP, perasaan nyaman dan cocok karena manfaat lain yang diberikan alat
kontrasepsi dan kurangnya efek samping yang negatif serta dukungan dari luar seperti palayanan
kesehatan dalam mengontrol akseptor KB.

Persiapan Keterampilan Klinis


Prosedur keterampilan klinis dalam pelayanan kontrasepsi
Asuhan keluarga berencana menurut kemenkes RI dalam buku saku pelayanan kesehatan ibu di
fasilitas kesehatan dasar dan rujukan (Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dsar dan Rujukan, 2013) yaitu dengan prinsip pelayanan kontrasepsi adalah dengan memberikan
kemandirian pada ibu dan pasangan untuk memilih metode yang diinginkan. Pemberi pelayanan
berperan sebagai konselor dan fasilitator, sesuai langkah-langkah berikut:
a. Jalin komunikasi yang baik dengan ibu Beri salam kepada ibu, tersenyum, perkenalkan diri anda.
Gunakan komunikasi verbal dan non-verbal sebagi awal interaksi dua arah. Tanya ibu tentang
identitas dan keinginannya pada kunjungan ini.
b. Nilailah kebutuhan dan kondisi ibu Tanyakan tujuan ibu berkontrasepsi dan jelaskan pilihan
metode yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut. Tanyakan juga apa ibu sudah memikirkan
pilihan metode tertentu.

Kemudian menurut Handayani (2014) ada 6 langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci
SATU TUJU yaitu :
1. SA : Sapa dan Salam Sapa dan salam klien secara terbuka dan sopan, berikan perhatian
sepenuhnya , berbicara ditempat yang nyaman serta terjamin privasinya.
2. T : Tanya Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya, bantu klien untuk berbicara
mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan reproduksinya, tujuan,
kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya.
3. U : Uraikan Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis kontrasepsi.
4. Tu : Bantu Bantulah klien menentukan pilihannya, bantulah klien berfikir mengenai apa
yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.
5. J : Jelaskan Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya
setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan perlihatkan alat/obat
kontrasepsinya, jelakan cara penggunaannya. 12
6. U : Kunjungan Ulang Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan klien akan kembali untuk
melakukan pemeriksaan atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu
mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi suatu masalah.

Persetujuan Tindakan Medis (Informed Consent). Kontrasepsi yang dipilih memerlukan


tindakan medis, surat persetujuan tindakan medis diperlukan. Informed Consent adalah
persetujuan yang diberikan oleh klien atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan
mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap klien tersebut. Tindakan medis yang
mengandung resiko harus dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak
memberikan persetujuan, yaitu klien yang bersangkutan dalam keadaan sadar dan sehat
mental. Sesudah calon peserta dan pasangannya menandatangani informed consent
pelayanan kontrasepsi baru dilakukan. Pada halaman belakang lembar persetujuan tindakan
medis terdapat catatan tindakan dan pernyataan oleh dokter/bidan/perawat yang melakukan
tindakan.

Persiapan Nilai Internal sebagai pemberi asuhan dalam pelayanan kontrasepsi


Nilai kemanusiaan yang akan diimplementasikan dalam asuhan pelayanan kontrasepsi
Sebelum melakukan usaha-usaha pemasyarakatan program KB,perlu dipahami beberapa nilai lama
dalam bidang kependudukan khususnya masyarakat yang tinggal dipedesaan. Mengajak seseorang
untuk mengikuti program KB, berarti mengajak mereka untuk meninggalkan nilai dan norma
lama.Nilai-nilai lama tersebut antara lain:
1. Adanya anggapan bahwa anak adalah jaminan hari tua.
2. Khususnya dalam masyarakat agraris,semakin banyak anak semakin menguntungkan bagi
keluarga dalam penyediaan tenaga kerja dalam bidang pertanian.
3. Kedudukan anak laki-laki sebagi factor penerus keturunan masih amat dominant. Karena
tidak memiliki keturunan laki-laki dikalangan kelompok masyarakat tertentu,berarti
putusnya hubungan dengan silsila kelompok.
4. Bagi masyarakat desa dan sebagian besar masyarakat kota pembicaraan terbuka mangenai
seksualitas adalah sesuatu yang tabu.Adanya pola pikir masyarakat yang kurang sehat
tentang makna keturunan.
5. Banyak anak banyak rezeki
Peraturan/ aspek legal terkait manajemen kontrasepsi
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464 tahun 2010 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan
3. Undang – Undang Profesi Bidan Nomor 320 Tahun 2020

Nilai Etika Akademik yang akan diimplementasikan dalam pelayanan kontrasepsi


Dalam memberikan pelayanan KB, bidan berkewajiban melaksanakannya secara professional.
Pekerja professional dituntut berwawasan sosial yang luas, sehingga pilihan jabatan dan perannya
didasari nilai tertentu, bersikap positif terhadap jabatan dan perannya dan bermotivasi serta
berusaha untuk berkarya sebaik-baiknya (Depkes,2003)
Dengan demikian sebagai jabatan professional bidan dalam pelaksanaan pelayanankebidanan, selalu
berpegang pada etika kebidanan. Etika dapat dapat berarti nilai dan norma moral yang menjadi
pegangan bagi sesorang atau sesuatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Etika mencakup prinsip, konsep dasar dan nilai – nilai yang membimbing makhluk hidup dalam
berpikir dan bertindak (Supardan S,2008).

Factor- factor yang harus dipertimbangkan dalam pelayanan KB:


1. Status kesehatan
2. Efek samping potensial
3. Konsekuensi kegagalan
4. Besar keluarga yang direncanakan
5. Persetujuan pasangan
6. Norma budaya lingkungan dan orang tua.

PENERAPAN ETIKA DALAM PELAYANAN KB


A. KONSELING
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan keluarga berencana. Dengan
melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan jenis
kontrasepsi yang akan digunakan sesuai pilihannya. Jika klien belum mempunyai keputusan karena
disebabkan ketidaktahuan klien tentang kontrasepsi yang akan digunakan, menjadi kewajiban bidan
untuk memberikan informasi tentang kontrasepsi yang dapat dipergunakan oleh klien, dengan
memberikan informasi tentang kontrasepsi yang dapat dipergunakan oleh klien, dengan
memberikan beberapa alternative sehingga klien dapat memilih sesuai dengan pengetahuan dan
keyakinan yang dimilikinya.
SIKAP BIDAN DALAM MELAKUKAN KONSELING YANG BAIK
a. Memperlakukan klien dengan baik
b. Interaksi antara petugas dan klien. Bidan harus mendengarkan, mempelajari dan menanggapi
keadaan klien serta mendorong agar klien berani berbicara dan bertanya
c. Member informasi yang baik kepada klien
d. Menghindari pemberian informasi yang berlebihan. Terlalu banyak informasi yang diberikan
akan menyebabkan kesulitan bagi klien untuk mengingat hal yang penting.
e. Tersedianya metode yang diinginkan klien
f. Membantu klien untuk mengerti dan mengingat. Bidan memberi contoh alat kontrasepsi dan
menjelaskan pada klien agar memahaminya dengan memperlihtkan bagaimana cara
penggunaannya. Dapat dilakukan dengan dengan memperlihatkan dan menjelaskan dengan
flipchart, poster, pamflet atau halaman bergambar.

Issue ketidakadilan gender yang dapat terjadi calon akseptor dan akseptor kontrasepsi
Persfektif gender dalam pelaksanaan program keluarga berencana menekankan adanya
kebebasan untuk memilih metode kontrasepsi bagi siapa saja yang memerlukannya, informasi yang
lebih baik dibidang keluarga berencana, ketersediaan pelayanan yang lebih luas dan meningkatkan
partisipasi laki-laki dalam keluarga berencana. Namun hingga kini masih ditemui adanya
ketimpangan gender dalam pelaksanaan program tersebut. Salah satunya adalah dalam partisipasi
dalam kontrasepsi bahwa wanita lebih tinggi dari laki – laki. Pada penelitian Ilham syahputera,
hidayat dan Ratih (2020) menyatakan bahwa penggunaan kontrasepsi masih didominasi
olehperempuan dengan persetase sebesar 88,2% yang terdiri dari berbagai jenis/metode kontrasepsi
seperti spiral/IUD, sterilisasi wanita/Tubektomi, Susuk KB/Implant, suntik dan pil. Sedangkan
persentase laki-laki yang menggunakan kontrasepsi hanya sebesar 11,8% yang terdiri dari pengguna
kontrasepsi kondom dan sterilisasi pria/vasektomi.
Issue lainnya terkait stereotip bahwa urusan KB merupakan tanggungjawab perempuan.
Selain itu adanya pembagian peran gender dalam keluarga menjadikan perempuan sebagai sasaran
program KB. Perempuan yang berada pada sektor domestik yang bertugas mengurus rumah tangga
menyebabkan banyak program KB ditujukan kepada perempuan. Selain itu, terbatasnya pilihan
kontrasepsi bagi laki-laki juga mempengaruhi ketimpangan gender dalam penggunaan kontrasepsi.
Jenis kontrasepsi yang tersedia lebih banyak diperuntukkan bagi perempuan seperti suntik, pil,
susuk KB/Implant, Spiral/IUD, dan tubektomi. Sedangkan kontrasepsi bagi laki-laki hanya kondom
dan vasektomi. Terbatasnya pilihan kontrasepsi bagi laki-laki menyebabkan tingkat partisipasi laki-
laki dalam penggunaan kontrasepsi menjadi rendah.

DAFTAR PUSTAKA
Amallia, S., Afriyani, R. and Sari, Y. P. (2015) “Pengaruh Konseling Kontrasepsi Hormonal
Terhadap ngkat Pengetahuan Akseptor Keluarga Berencana Pasca Persalinan,” pp. 266–270.

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dsar dan Rujukan (2013). Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Choiriyah, L., Armini, N. K. A. and Hadisuyatmana, S. (2020) “Dukungan Suami dalam Pemilihan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) pada Pasangan Usia Subur (PUS).,” Indonesian
Journal of Community Health Nursing, 5(2), p. 72. doi: 10.20473/ijchn.v5i2.18481.

Handayani, S. (2014) Buku Ajar Pelayanan Keluarga Bencana. Jakarta: Pustaka Rihama.

Hartanto, H. (2014) KB dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Nur, Y. et al. (2019) “FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT IBU
DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD,” 5(1), pp. 47–59.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464 tahun 2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan (2010). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan (2017). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Retanti, D. A. et al. (2020) “Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Keberhasilan Penggunaan


Alat Kontrasepsi Pil Kb,” Jurnal Farmasi Komunitas, 6(1), p. 23. doi:
10.20473/jfk.v6i1.21825.

Rezqyawati, S. (2019) “DESKRIPSI MINAT IBU-IBU PASANGAN USIA SUBUR (PUS)


PENGGUNA KONTRASEPSI DI KELURAHAN ANGGALOMELAI KECAMATAN
ABELI KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA,” Jurnal Penelitian Pendidikan
Geografi, 126(1), pp. 1–7.

Saifuddin (2016) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Bina Pustaka.

Syahputra, I., Hidayat and Baiduri, R. (2020) “Ketimpangan Gender Dalam Penggunaan
Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Di Kecamatan Tanjung Morawa,” Ketimpangan Gender
Dalam Penggunaan Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Di Kecamatan Tanjung Morawa,
1(Gender, Kontrasepsi, Pasangan Usia Subur), pp. 83–91.

Undang - Undang Profesi Bidan Nomor 320 Tahun 2020 (2020). Jakarta.
Wikojoastro, H. (2013) Ilmu Kandungan. Jakarta: FEUI.

Anda mungkin juga menyukai