Anda di halaman 1dari 23

ALAT KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA

A. Pengertian Kontrasepsi
Kontasepsi berasal dari kata ‘kontra’ yaitu mencegah dan ‘konsepsi’ yang
berarti penemuaan antara sel sperma dan sel telur yang mengakibatkan kehamilan.
Kontrasepsi merupakan upaya mencegah ovulasi, melumpuhkan sperma atau
mencegah penemuan sel telur dan sel sperma .

Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sel sperma laki-laki


mencapai dan membuahi sel telur wanita atau mencegah sel telur yang telah
dibuahi untuk berimplantasi dan berkembang didalam Rahim. Kontasepsi dapat
bersifat reversible (kembali) atau permanen (tetap).

Kontrasepsi yang bersifat reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat


dihentikan setiap saat tanpa efek lama dalam mengembalikan kesuburan atau
kemampuan kembali untuk memiliki anak. Sedangkan metode kontasepsi
permanen atau sterilisasi adalah metode kontasepsi yang tidak dapat
mengembalikan kesuburan karena telah melibatkan tindakan oprasi .

Faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi adalah efektifitas,


keamanan, frekuensi pemakaian, efek samping, serta kemauan dan kemampuan
untuk melakukan kontasepsi secara teratur dan benar. Selain itu pertimbangan
kontasepsi juga didasarkan atas biaya serta peran dari agama dan kultur budaya
mengenai kontrasepsi berikut, factor lainnya adalah frekuensi melakukan
hubungan seksual.

B. Tujuan Kontrasepsi
1. Untuk menunda kehamilan.
2. Untuk menjarakkan kehamilan.
3. Untuk mencegah kehamilan atau kesuburan.
C. Bentuk- bentuk Pelayanan Kontrasepsi
1. Pelayanan Kontrasepsi dengan Metode Sederhana
Metode sederhan digunakan pada masa subur atau minggu subur yang dapat
diperhitungkan dan diajarkan. Metode KB sederhana adalah metode KB yang
digunakan tanpa bantuan dari orang lain .
A. Metode Kalender
Metode ini digunakan prinsip pantang berkala, yaitu tidak melakukan masa
subur istri. Untuk menentukan masa subur istri digunakan 3 patokan:
 Ovulasi terjadi 14 hari kurang lebih sebelum haid yang akan datang
 Sperma dapat hidup selama 48 jam setelah ejakulasi
 Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi

Apabila konsepsi ingin dicegah koitus harus dihindari sekurang-kurangnya


selama tiga hari (72 jam), yaitu 48 jam sebelum ovulasi dan 24 jam setelah
ovulasi. Metode ini hanya digunakan pada wanita yang daur menstruasinya
teratur.

B. Koitus Interuptus (Senggama Terputus)


Cara kerjanya adalah dengan cara mengeluarkan alat kelamin pria
(penis) sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk kedalam vagina dan
kehamilan dapat dicegah. Manfaat dari metode ini yaitu tidak mengganggu
produksi ASI, tidak ada efek samping, dapat digunakan setiap waktu, tidak
membutuhkan biaya, meningkatkan keterlibatan pria dalam KB dan
memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang sangat dekat antar
pasangan. Indikasi dalam metode ini adalah :
 Pria yang ingin berpartisipasi dalam KB.
 Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan filosofi untuk tidak
menggunkan metode-metode lain.
 Pasangan yang memerlukan metode sementara sambil menunggu metode
yang lain.
 Pasangan yang menggunakan kontrasepsi segera.
 Pasangan yang menggunakan metode pendukung.
 Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.

Selain itu ada pula kontraindikasinya yaitu :


 Pria dengan pengalaman ejakulasi dini.
 Pria yang mengalami kelainan fisik dan psikologis.
 Perempuan yang mempunyai pasangan yang sulit untuk diajak
bekarjasama.
 Pasangan yang kurang berkomunikasi dengan baik.

2. Pelayanan Kontrasepsi Sederhana dengan Alat Non Hormonal

A. Kondom
Prinsipnya yaitu menghalangi masuknya sperma kedalam vagina sehingga
pertumbuhan dapat dicegah. Ada 2 jenis kondom yaitu kondom yang terbuat dari
karet dan usus domba. Kondom karet lebih elastis dan murah sehingga banyak
digunakan.
Secara teoritis kegagalan kondom hanya terjadi jika kondom tersebut sobek
karena kurang hati-hati, pelumas kurang, atau karena tekanan pada waktu
ejakulasi. Keuntungan dari penggunaan kondom yaitu murah, mudah
didapat, tidak memerlukan pengawasan, dan mengurangi kemungkinan penyakit
menular kelamin. Pada jumlah kecil kasus tersebut terdapat alergi terhadap
kondom karet.

Terdapat 2 model kondom :


1. Kondom untuk Pria
Kondom untuk pria merupakan bahan karet (lateks) polioretan (plastik) atau
bahan yang sejenis yang kuat, tipis dan elastis. Benda tersebut ditarik menutupi
penis yang sedang ereksi untuk menampung semen selama ejakulasi dan
mencegah sperma masuk kedalam vagina. Selaput kondom yang tebuat dari bahan
alami sebagai alat untuk mencegah kehamilan.
2. Kondom untuk Wanita (Diafragma)
Terbuat dari lapisan poliuretan tipis dengan cincin dalam yang fleksibel dan
dapat digerakan pada ujung yang tertutup yang dimasukkan kedalam vagina, dan
cincin yang kaku lebih besar pada ujung yang lebih terbuka dibagian depan yang
tetap berada didalam vagina dan terlindungi intoitus.
Kondom wanita hanya memiliki satu ukuran dan tidak perlu dipasang oleh
pemberi pelayanan kesehatan professional. Kondom tersebut harus dilumasi
terlebih dahulu dan tersedia sekaligus pelumas tambahan. Pelumas dapat
digunakan bersama dengan pemakaian kondom.
Untuk memasukan kondom wanita, tekan cincin kondom yang berbeda di
dalam ujung tertutup kondom. Kemudian di ujung berselubung yang tertutup
dimasukan kedalam vagina sedalam mungkin untuk memasukannya melewati
tulang pubis. Setelah melakukan hubungan seksual dan sebelum berdiri wanita
tersebut harus menekan dan memutar cincin terluar untuk menjaga semen yang
masuk agar tetap berada didalam kondom, kemudian dengan perlahan keluarkan
kondom dan buang.
Kondom dapat dimasukan ke dalam vagina selama 8 jam, terutama selama
berhubungan seksual, tetapi harus ditempatkan sebelum genetalia eksterna wanita
jika tujuannya untuk mencegah kehamilan dan infeksi. Keluhan yang sering
muncul pada pengguna kondom wanita dan pasangan suami istri, yaitu dapat
merasakan cincin pada bagian dalam kondom. Cincin bagian luar menekan
kedalam vagina, selubung kondom terbawa dan bergerak-gerak bersama penis
selama berhubungan seksual. Mengecek penempatan kondom yang benar yaitu
dengan memberikan pelumas tambahan, merupakan sebagian penyelesaiaan
masalah yang muncul pada kondom pengguna wanita.

B. IUD

IUD (Intras Uterin Devices) atau nama lain adalah AKDR (Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim) disebut juga spiral, alat ini dipasang dalam rahim wanita. IUD atau
AKDR adalah suatu alat kontrasepsi yang efektif, aman, dan nyaman bagi banyak
wanita. Alat ini merupakan metode kontrasepsi reversibel yang paling sering
digunakan diseluruh dunia dengan pemakai saat ini mencapai sekitar 100 juta
wanita. AKDR memiliki efektifitas lebih dari 99% dalam mencegah kehamilan
pada pemakaian 1 tahun atau lebih (Anna, 2006).

1. Mekanisme Kerja IUD


Mekanisme kerja IUD yaitu :
- Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba pallopi.
- Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
- IUD mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD membuat
sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi
kemampuan sperma untuk pembuahan.
- Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus. (Hidayati,
2009).

Sejarah mula IUD/AKDR tidak begitu jelas. Akan tetapi terungkap bahwa
pada zaman dahulu orang arab memasukkan batu kedalam rahim unta mereka dan
ternyata unta mereka memang tidak hamil. IUD/AKDR mulai dikembangkan pada
tahun 1909 di polandia, yaitu ketika Richter membuat suatu alat kontrasepsi dari
benang sutra tebal yang dimasukkan kedalam rahim. Kemudian pada tahun 1930
berkembang dengan dibuatnya cincin perak yang juga dimasukkan kedalam rahim
dan hasilnya memuaskan. Pada tahun 1962 Dr.Lippes membuat IUD/AKDR dari
plastik yang disebut lippes loop (Niken, 2010).

2. Efektifitas IUD/AKDR
Sebagai kontrasepsi yang efektifitasnya tinggi. Sangat efektif 0,6-0,8
kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170
kehamilan) (Hidayati, 2009). Pada prinsipnya semua kontrasepsi efektif apabila
digunakan dengan baik dan benar, namun ada beberapa metode yang tingkat
ketergantungannya cukup tinggi. Kontrasepsi ini Jika tidak dibina dengan baik
maka angka kegagalannya akan tinggi. Salah satu metode tersebut adalah alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau (IUD).
IUD/AKDR juga dapat mencegah kehamilan mencapai 98% hingga 100%
tergantung pada jenis IUD/AKDR . IUD/AKDR terbaru seperti copper T380A
memiliki efektifitas cukup tinggi, bahkan selama 8 tahun pengguna tidak
ditemukan adanya kehamilan. Pada penelitian yang lain ditemukan setelah
penggunaan 12 tahun ditemukan 2,2 kehamilan per 100 pengguna dan 0,4
diantaranya terjadi kehamilan (Niken, 2010).

3. Jenis IUD/AKDR yang Beredar


Jenis-jenis IUD/AKDR yang beredar atau dipakai di indonesia terdiri dari:
a. Inert, terbuat dari plastik (lippes loop) atau baja anti karat (the Chinese
ring).
b. Mengandung tembaga, seperti Cu T380A, Cu T200C, Multiload (Cu
ML250 dan 375), Nova T. Cu T380A berbentuk kerangka plastik, kecil,
fleksibel, menyerupai huruf T diselubungi oleh kawat tembaga halus,
sangat efektif, reversible, dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun).
c. Mengandung hormon steroid, seperti progestasert (hormon progesterone),
dan levonol (levonolgestrel) (Hidayati, 2009).

4. Keuntungan Menggunakan IUD/AKDR


Penggunaan IUD mempunyai beberapa keuntungan yaitu :
1. Sebagai kontrasepsi yang efektifitasnya tinggi yaitu :
Sangat efektif —> 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun
pertama (1 kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan).
2. IUD/AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
3. Metode jangka panjang (sampai 10 tahun dan tidak perlu diganti).
4. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil.
7. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (Cu T380A).
8. Tidak mempengaruhi produksi ASI (Niken, 2010).
9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi).
10. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir).
11. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.
12. Membantu mencegah kehamilan ektopik (Sarwono, 2006).
5. Efek Samping yang Umum Terjadi :
- Perubahan siklus haid (umumnya terjadi pada 3 bulan pertama pemasangan
dan akan berkurang setelah 3 bulan).
- Haid lebih lama dan banyak.
- Perdarahan (spotting)
- Saat haid lebih sakit.
- Komplikasi lain :
- Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan.
- Perdarahan berat pada waktu haid.
- Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
- Tidak baik digunakan pada wanita yang mempunyai penyakit IMS atau pada
perempuan yang sering berganti pasangan.
- Penyakit radang panggul.
- Klien tidak dapat melepas sendiri IUD nya.
- Perempuan juga harus rajin memeriksa benang IUD dari waktu kewaktu
dengan cara memasukkan jarinya kedalam vagina.

6. Yang dapat Menggunakan IUD


- Usia reproduktif
- Keadaan nulipara
- Menginginkan menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang
- Menyusui yang menginginkan menggunakan alat kontrasepsi
- Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
- Setelah mengalami abortus yang tidak terlihat adanya infeksi
- Tidak menyukai mengingat-ingat seperti Pil dan Suntik
- Tidak menghendaki kehamilansetelah 1-5 hari senggama yang tidak
dilindungi.

7. Tidak di Perkenankan Menggunakan IUD


- Diketahui hamil atau dicurigai hamil.
- Perdarahan yang tidak diketahui sebabnya.
- Dicurigai mengidap keganasan saluran genital,(Anna, 2006)
- Infeksi panggul, erosi serviks, perdarahan pervaginam yang tidak
diketahui penyebabnya, alergi logam dan kelainan pada rahim (Hidayati,
2009).
- Menoragia dan anemia, memiliki banyak pasangan seksual, usia dan
nuliparitas, (Anna, 2006).
- Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri (dinding uterus) .
- Ukuran rongga rahim kurang dari 5cm (Sarwono, 2006)

8. Waktu Pemasangan IUD


- Setiap waktu dalam siklus haid, yang dipastikan klien tidak hamil
- Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
- Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu
pasca persalinan.
- Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak
ada gejala infeksi
- Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi, (Sarwono,
2006).

3. Pelayanan Kontrasepsi Hormonal


A. Pil

Pil KB adalah alat kontrasepsi pencegah kehamilan atau pencegah konsepsi


yang digunakan dengan cara per-oral/kontrasepsi oral. Pil KB merupakan salah
satu jenis kontrasepsi yang banyak digunakan.Pil KB disukai karena relative
mudah didapat dan digunakan, serta harganya murah.

Pil KB atau oral contraceptives pill merupakan alat kontrasepsi hormonal yang
berupa obat dalam bentuk pil yang dimasukkan melalui mulut (diminum), berisi
hormon estrogen dan atau progesteron. Bertujuan untuk mengendalikan kelahiran
atau mencegah kehamilan dengan menghambat pelepasan sel telur dari ovarium
setiap bulannya. Pil KB akan efektif dan aman apabila digunakan secara benar dan
konsisten.

 Cara kerja pil KB :

Pil KB mengandung versi sintetis dua hormon yang diproduksi secara alami
dalam tubuh wanita: estrogen dan progestin. Kedua hormon ini mengatur siklus
menstruasi wanita, dan tingkat naik-turun hormon ini memainkan peran penting
dalam kehamilan. Pil kontrasepsi ini tersedia dalam dua jenis, pil kombinasi
(mengandung progestin dan estrogen) dan pil mini (hanya progestin).

Hormon yang terkandung dalam pil bekerja dalam tiga cara untuk mencegah
kehamilan terjadi: Pertama, mencegah indung telur untuk melepas sel telur agar
tidak terjadi proses pembuahan. Kedua, mengubah ketebalan lender leher rahim
guna menyulitkan sperma bergerak masuk ke dalam rahim untuk mencari telur.
Terakhir, mengubah lapisan dinding rahim sehingga tidak mungkin untuk sel telur
yang dibuahi tertanam di dalam rahim.

 Kelebihan:
 Sangat ampuh sebagai alat kontrasepsi apabila digunakan dengan benar
dan tidak terputus.
 Tidak mengganggu hubungan intim dengan pasangan.

 Bisa digunakan wanita segala usia.

 Kesuburan segera kembali setelah dihentikan.

 Mengatur siklus haid.

 Kekurangan:
 Pada tiga bulan pertama bisa merasakan mual.
 Pendarahan atau bercak darah, terutama jika lupa atau terlambat minum
pil.
 Bisa merasakan sakit kepala ringan.

 Berat badan naik.


 Biasanya haid akan terhenti.

 Walau sangat jarang, Wanita yang memiliki darah tinggi atau berusia 35
tahun keatas dan merokok, berisiko terserang stroke, serangan jantung atau
penggumpalan darah dalam pembuluh.
B. Suntikan KB

 Jenis KB Suntik :
1. KB Suntik 3 bulan, adalah jenis suntikan KB yang mengandung hormon
Depo Medroxyprogesterone Acetate (hormon progestin) dengan volume
150 mg. Alat kontrasepsi ini diberikan setiap 3 bulan atau 12 minggu.
Suntikan pertama diberikan 7 hari pertama saat periode menstruasi ibu,
atau 6 minggu setelah persalinan. Jenis suntikan KB ini ada yang dikemas
dalam cairan 1ml atau 3ml.
2. KB Suntik 1 bulan, adalah jenis suntikan KB yang diberikan 1 bulan
sekali. Dengan pemberian suntikan pertama sama dengan suntik 3 bulan,
yaitu setelah 7 hari pertama periode menstruasi, atau 6 minggu setelah
melahirkan. Alat kontrasepsi ini mengandung kombinasi hormon
Medroxyprogesterone Acetate (hormon progestin) dan Estradiol Cypionate
(hormon estrogen).

 Keefektifan Suntikan KB :
Bagi wanita yang tidak mempunyai masalah penyakit metabolik seperti
diabetes, hipertensi, thrombosis atau gangguan pembekuan darah serta riwayat
stroke. Tidak cocok buat wanita perokok.Karena rokok dapat menyebabkan
peyumbatan pembuluh darah.

Dilansir dari dokter sehat, alat kontrasepsi dengan cara ini banyak dipilih oleh
wanita di Indonesia dikarenakan cara kerjanya yang efektif dan cara
pemakaiannya yang praktis, selain itu harganya juga lebih murah. Sebelum
suntikan diberikan, terlebih dahulu ibu diperiksa kondisi badannya untuk
memastikan kesehatannya sendiri, dan memastikan kondisinya sedang dalam
kondisi tidak hamil.

 Kelebihan :
 Mudah digunakan.
 Hanya sekali suntik setiap tiga bulan dan bisa kembali subur saat ingin
dihentikan.
 Memberi perlindungan terhadap kanker rahim, kanker indung telur dan
pembengkakan pinggul.

 Memperkecil kemungkinan kurang darah dan nyeri haid.

 Tidak mengganggu hubungan intim dengan pasangan.

 Bisa digunakan wanita yang sudah punya anak ataupun baru menikah.

 Untuk kunjungan ulang tidak perlu terlalu tepat waktu.

 Jika digunakan ibu menyusui enam minggu setelah melahirkan, tidak


mempengaruhi ASI.

 Kekurangan :
 Awal pemakaian bisa terjadi bercak darah.
 Bisa menyebabkan kenaikan berat badan.
 Setelah setahun menggunakan dan berhenti haid belum teratur.

 Kesuburan lambat kembali, membutuhkan waktu empat bulan atau lebih.

 Cara Kerja :

 Mencegah pelepasan sel telur.


 Mengentalkan lender sehingga sperma sulit bertemu dengan sel telur.

4. Implan
Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonogestrel yang
dibungkus dalam kapsul silasticsilikon (polidemetsilixane) dan di susukkan
dibawah kulit. Banyak alasan dapat dikemukakan mengapa implant
dikembangkan dan diperkenalkan sebagai cara KB yang baru. Alasan-alasan
tersebut antara lain:
 Implant merupakan cara KB yang sangat efektif dalam mencegah
kehamilan dan dapat mengembalikan kesuburan secara sempurna.
 Implant tidak merepotkan. Setelah pemasangan, tidak perlu melakukan
atau memikirkan apa-apa misalnya pada penggunaan pil.

 Sekali pasang, ibu akan mendapatkan perlindungan selama 5 tahun.

 Implant cukup memuaskan. Tidak ada yang dimasukkan kedalam vagina


dan tidak mengganggu kebahagiaan dalam hubungan seksual.

 Implant sangat mudah diangkat kembali. Bila menginkan anak lagi,


kesuburannya dapat langsung kembali setelah norplant diangkat.

 Implant merupakan cara KB yang ideal bagi ibu yang tidak mau
mempunyai anak lagi, akan tetapi belum siap untuk melakukan sterilisasi.

 Kelebihan :

 Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.

 Tidak melakukan pemeriksaan dalam.

 Bebas dari pengaruh estrogen.

 Tidak mengganggu ASI.

 Klien hanya perlu kembali ke klinik jika ada keluhan.

 Perdarahan lebih ringan.

 Tidak menaikkan tekanan darah.

 Mengurangi nyeri haid.


 Mengurangi/memperbaiki anemia.

 Melindungi terjadinya kanker endometrium.

 Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.


 Melindungi diri dari beberapa penyakit radang panggul

 Kekurangan :

 Timbul beberapa keluhan nyeri kepala, peningkatan/penurunan berat


badan, nyeri payudara, perasaan mual, pusing kepala, perubahan mood
atau kegelisahan.

 Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.

 Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual,


termasuk HIV/AIDS.

 Efektifitasnya menurun jika menggunakan obat-obat tuberculosis atau


obate pilepsi.

 Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 wanita
per tahun).

 Cara Kerja :
 Mengentalkan lender serviks.
 Mengurangi proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi.
 Menekan ovulasi.

 Jenis Implan
 Norplant : terdiri dari 6 batang dan lama kerja 5 tahun.
 Implanont : terdiri dari 1 batang lama kerja 3 tahun.
 Indoplant dan Jadena : terdiri dari 2 batang dengan lama kerja 3 tahun.
4. Kontrasepsi dengan Metode Operasi
A. Vasektomi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi
pria dengan jalan melakukan oklusi vas deferens sehingga alur transportasi
sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi
(Saifuddin, 2003). Menurut Mochtar (1998) vasektomi (sterilisasi pria) adalah
tindakan memotong dan menutup saluran mani (vasdeferens) yang menyalurkan
sel mani (sperma) keluar dari pusat produksinya di testis. Vasektomi merupakan
suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana
dan sangat efektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada efek buruk pada
pria terhadap kegairahan seksual, kemampuan ereksi atau ejakulasi setelah
menjalani operasi (Hartanto, 2004).

1. Indikasi Kontrasepsi Medis Operasi Pria (MOP)


Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi
reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan
pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga (Saifuddin,
2003). Pada dasarnya indikasi untuk melakukan vasektomi ialah bahwa pasangan
suami-istri tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa
tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya (Prawirohardjo, 1999). Adapun
indikasi pemakaian kontrasepsi vasektomi antara lain :
a. Pasangan yang sudah tidak ingin menambah jumlah anak.
b. Istri yang tergolong sebagai kelompok yang beresiko tinggi untuk hamil
atau untuk suami yang istrinya tidak dapat dilakukan minilaparotomi atau
laparoskopi.
c. Akibat usia atau kesehatan, pihak istri termasuk resiko untuk hamil.
d. Pasangan yang telah gagal dengan kontrasespi lain (Saifuddin, 1996).

2. Kontra Indikasi Kontrasepsi Medis Operasi Pria (MOP)


Menurut Hartanto (2004) ada beberapa kontraindikasi dari kontrasepsi mantap
pria/vasektomi yaitu :
a. Infeksi kulit lokal, misalnya Scabies.
b. Infeksi traktus genitalia.
c. Kelainan skrotum dan sekitarnya seperti varicocele, hydrocele besar,
filariasis, hernia inguinalis, luka parut bekas operasi hernia, skrotum yang
sangat tebal.
d. Penyakit sistemik seperti penyakit-penyakit perdarahan, diabetes mellitus,
dan penyakit jantung koroner yang baru.
e. Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil.

3. Keuntungan Kontrasepsi Medis Operasi Pria (MOP)


a. Efektif.
b. Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.
c. Sederhana.
d. Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit.
e. Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anestesi lokal saja.
f. Biaya rendah.
g. Secara kultural, sangat dianjurkan di negara-negara dimana wanita merasa
malu untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita
dan paramedis wanita (Hanafi, 2004).

Menurut Mochtar (1998), keuntungan vasektomi ada beberapa anatara lain :

a. Teknik operasi kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan dan dimana
saja
b. Komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan.
c. Hasil yang diperoleh (efektivitas) hampir 100%.
d. Biaya murah dan terjangkau oleh masyarakat.
e. Bila pasangan suami istri ingin mendapatkan keturunan lagi, kedua ujung
vasdeferens disambung kembali (operasi rekanalisasi).

4. Kerugian Kontrasepsi Medis Operasi Pria (MOP)


a. Diperlukan suatu tindakan operatif.
b. Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau infeksi.
c. Kontap-pria belum memberikan perlindungan total sampai semua
spermatozoa, yang sudah ada didalam sistem reproduksi distal dari tempat
oklusi vas deferens dikeluarkan.
d. Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin
bertambah parah setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem
reproduksi pria (Hanafi, 2004).
5. Efek Samping/Komplikasi Vasektomi (MOP)
a. Reaksi alergi anastesi. Reaksi ini terjadi karena adanya reaksi
hipersensitif/alergi karena masuknya larutan anastesi lokal ke dalam
sirkulasi darah atau pemberian anastesi lokal yang melebihi dosis.
Penanggulangan dan pengobatannya adalah dengan Komunikasi Informasi
Edukasi (KIE) untuk menjelaskan sebab terjadinya. Reaksi ini dapat
terjadi pada saat dilakukan anastesi dan pada setiap tindakan operasi baik
operasi besar atau kecil. Oleh karena itu perlu diterangkan sebelum
dilakukan operasi dan klien harus mengerti semua resiko operasi tersebut.
Setelah itu klien diwajibkan untuk menandatangani informed consent.
b. Perdarahan. Biasanya terjadi perdarahan pada luka insisi di tempat operasi,
dan perdarahan dalam skrotum. Penyebab terjadinya perdarahan tersebut
karena terpotongnya pembuluh darah di daerah saluran mani dan atau
daerah insisi. Penanggulangannya perdarahan dihentikan dengan
penekanan pada pembuluh darah yang luka apabila terjadi pada saat
operasi.
c. Hematoma ditandai dengan adanya bengkak kebiruan pada luka insisi kulit
skrotum. Hal ini disebabkan karena pecahnya pembuluh darah kapiler.
Penanggulangannya dilakukan dengan tindakan medis yaitu memberikan
kompres hangat, beri penyangga skrotum. Bila perlu dapat diberikan salep
anti hematoma.
d. Infeksi. Gejala/keluhan apabila terjadi infeksi yaitu adanya tanda-tanda
infeksi seperti panas, nyeri, bengkak, merah dan bernanah pada luka insisi
pada kulit skrotum. Penyebab infeksi ini karena tidak dipenuhinya standar
sterilisasi peralatan, standar pencegahan infeksi dan kurang sempurnanya
teknik perawatan pasca operasi.
e. Granuloma Sperma. Granuloma sperma yaitu adanya benjolan kenyal
yang kadang disertai rasa nyeri di dalam skrotum. Penyebabnya adalah
keluarnya spermatozoa dari saluran dan masuk ke dalam jaringan sebagai
akibat tidak sempurnanya ikatan vas deferens. Apabila granuloma sperma
kecil akan di absorpsi spontan secara sempurna. Bila granuloma besar
rujuk ke RS untuk dilakukan eksisi sperma granuloma dan mengikat
kembali vas deferens, namun biasanya akan sembuh sendiri. Rasa nyeri
dapat diatasi dengan pemberian analgetik.
f. Gangguan Psikis. Meningkatnya gairah seksual (libido) dan menurunnya
kemampuan ereksi (impotensi) merupakan keluhan yang sering dialami
oleh pria setelah operasi. Kemungkinan besar disebabkan oleh gangguan
psikologis (baik yang meningkat libidonya ataupun yang impotensi),
karena secara biologis pada vasektomi produksi testoteron tidak terganggu
sehingga libido (nafsu seksual) tetap ada. Penanggulangan dari efek
samping ini tidak perlu dilakukan tindakan medis, namun perlu dilakukan
psikoterapi. Pada penelitian di Jakarta terhadap 400 pria yang telah
dilakukan vasektomi, dilaporkan 50% gairah seksualnya bertambah, 40%
tidak merasakan perubahan, 7% tidak memperhatikan dan hanya 3% yang
menurun gairah seksualnya (DEPKES RI, 2000).

B. Tubektomi
1. Pengertian Kontrasepsi Mantab
Kontrasepsi mantap pada wanita adalah setiap tindakan pada kedua saluran
telur yang mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan
mendapat keturunan lagi. Kontrasepsi ini untuk jangka panjang dan sering disebut
tubektomi atau sterilisasi (Handayani, 2010, hlm.182). Tubektomi adalah prosedur
bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan
yang dilakukan dengan cara eksisi atau menghambat tuba fallopi yang membawa
ovum dari ovarium ke uterus. Tindakan ini mencegah ovum dibuahi oleh sperma
di tuba falopii (Everett,2008, hlm.252).

2. Jenis-jenis Tubektomi
a) Minilaporatomi.
Minilaporatomi adalah sterilisasi tuba yang dilakukan melalui suatu insisi
suprapubik kecil dengan panjang biasanya 3-5 cm. Minilaparotomi merupakan
metode sterilisasi wanita yang paling sering dilakukan di seluruh dunia karena
keamananya, kesederhanaannya, dan kemudahan adaptasinya terhadap
lingkungan bedah (Speroff, Darney, hlm.357). Keuntungan minilaparotomi
dapat dikerjakan oleh setiap tenaga medis yang memiliki dasar-dasar ilmu
bedah dan keterampilan bedah, hanya memerlukan alat-alat yang sederhana
dan tidak mahal terutama alat-alat bedah standar, komplikasi umumnya hanya
komplikasi minor dan dapat dilakukan segera setelah melahirkan (Hartanto,
2004, hlm.251). Kerugian minilaparotomi yaitu waktu operasi sedikit lebih
lama dibandingkan dengan laparoskopi yang rata-rata memerlukan 10-20
menit, sukar pada wanita yang sangat gemuk bila ada perlekatan-perlekatan
pelvis atau pernah mengalami operasi pelvis, operasi ini meninggalkan bekas
luka parut kecil yang masih dapat terlihat, rasa sakit abdomen yang singkat
karena luka insisi terjadi pada 50% wanita, angka kejadian infeksi luka operasi
lebih tinggi dibandingkan dengan laparoskopi.

b) Laparoskopi.
Laparoskopi adalah suatu pemeriksaan endoskopik dari bagian dalam
rongga peritoneum dengan alat laparoskop yang dimasukkan melalui dinding
anterior abdomen (Hartanto, 2004, hlm.252). Keuntungan laparoskopi yaitu
komplikasi rendah dan pelaksanaannya cepat (ratarata 5-15 menit), insisi kecil
sehingga luka parut sedikit sekali, dapat dipakai juga untuk diagnostik
maupun terapi, kurang menyebabkan rasa sakit bila dibandingkan dengan mini
laparotomi, sangat berguna bila jumlah calon akseptor banyak. Kerugian
laparoskopi resiko komplikasi dapat serius (bila terjadi), lebih sukar dipelajari,
memerlukan keahlian dan keterampilan dalam bedah abdomen, harga
peralatanya mahal dan memerlukan perawatan yang teliti, tidak dianjurkan
untuk digunakan segera post-partum (Hartanto, 2004, hlm.258)

3. Indikasi dan Kontraindikasi Tubektomi


a. Indikasi

Dengan sifatnya yang permanen, sterilisasi hanya cocok untuk pasangan


yang tidak menginginkan anak lagi. Secara lebih luas, indikasi sterilisasi dapat
dibagi lima macam yaitu :

1) Indikasi Medis
Yang termasuk indikasi medis adalah penyakit yang berat kronik seperti
jantung, ginjal, paru-paru, dan penyakit kronik lainnya. Tetapi tidak semua
penyakit tersebut merupakan indikasi, hanya yang membahayakan
keselamatan Ibu kalau ia mengandung merupakan indikasi untuk sterilisasi.

2) Indikasi Obstetris

Indikasi obstetris adalah keadaan di mana resiko kehamilan berikutnya


meningkat meskipun secara medis tidak menunjukkan kelainan apa-apa,
termasuk kedalam indikasi obstetric adalah multiparitas (banyak anak),
apalagi dengan usia yang relatif lanjut (misal grandemultigravida, yakni
paritas lima atau lebih dengan umur 35 tahun atau lebih), sesio sesarea dua
kali atau lebih dan lain-lain.

3) Indikasi Genetik

Indikasi genetik adalah penyakit herediter yang membahayakan kesehatan


dan keselamatan anak, seperti hemophilia.

4) Indikasi Kontrasepsi

Indikasi kontrasepsi adalah indikasi yang murni ingin menghentikan


(mengakhiri) kesuburan, artinya pasangan tersebut tidak menginginkan anak
lagi meskipun tidak terdapat keadaan lain yng membahayakan keselamatan
Ibu seandainya ia hamil.

5) Indikasi Ekonomis

Indikasi ekonomis artinya pasangan suami istri menginginkan sterilisasi


karena merasa beban ekonomi keluarga menjadi terlalu berat dengan
bertambahnya anak dalam keluarga tersebut (Siswosudarmo, 2007).

b. Kontaindikasi
Kontraindikasi kontrasepsi mantap pada wanita adalah masalah hubungan,
ketidaksetujuan terhadap operasi dari salah satu pasangan, dan keadaan sakit atau
disabilitas yang dapat meningkatkan resiko pada operasi (Everett, 2008).

4. Keuntungan Tubektomi

Sterilisasi wanita adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif dengan angka
kegagalan 1-5 per 1000 kasus yang berarti efektifitasnya 99,4-99,8% per 100
wanita pertahun, keefektifannya tercapai begitu operasi selesai dikerjakan.
Tubektomi merupakan cara KB jangka panjang yang tidak memerlukan tindakan
ulang artinya cukup sekali dikerjakan, meskipun kontap harus ditempuh melalui
sebuah operasi metode ini merupakan cara yang paling aman, bebas dari efek
samping asal semua prosedur dan persyaratan operasi terpenuhi. Sebagaimana
cara KB lainnya kontap bersifat praktis artinya tidak membutuhkan kunjungan
ulang yang terjadwal, dan tidak mengganggu hubungan seksual. Metode ini bebas
dari efek samping hormonal sebagaimana pil, KB suntik maupun susuk. Kontap
tidak mengganggu hubungan seksual, tidak pula menurunkan libido. Sekarang
sterilisasi merupakan tindakan operasi kecil di mana klien hanya memerlukan
istirahat beberapa jam sebelum ia bisa meninggalkan tempat pelayanan dan dapat
dikerjakan di lapangan dengan memanfaatkan kamar operasi di puskesmas
(Siswosudarmo, Anwar, 2007, hlm.51-52).

5. Keterbatasan Tubektomi
a. Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat
dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi, maka sebelum
tindakan perlu pertimbangan matang dari pasangan sehingga klien
(akseptor) tidak menyesal dikemudian hari.
b. Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum).
c. Adanya rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah
tindakan.
d. Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dIbutuhkan dokter spesialis bedah
untuk proses laparoskopi).
e. Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HIV atau AIDS (Sujiyatini,
Arum, 2009).

6. Yang Dapat Menjalani Tubektomi


1) Usia Ibu > 26 sampai 46 tahun, memiliki paritas >2.
2) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya
sehingga klien tidak menyesal dikemudian hari.
3) Pada kehamilanya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius.
4) Pada saat pasca persalinan dan pasca keguguran.
5) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini (Saifuddin, 2006,
hlm.MK-83).
7. Yang Tidak Dapat Menjalani Tubektomi
1) Hamil atau dicurigai hamil.
2) Perdarahan melalui vagina yang belum terjelaskan penyebabnya.
3) Infeksi sistematik atau pelvic akut yang belum sembuh atau masih
dikontrol.
4) Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
5) Belum mantap/kurang pasti dengan keinginanya untuk fertilitas dimasa
mendatang.
6) Belum memberikan persetujuan tertulis (pinem, 2009, hlm.293).

8. Waktu Pelaksanaanya
1) Dapat dilakukan setiap saat selama klien tidak hamil, apabila ingin
melakukan prosedur ini klien disarankan memakai kondom pada siklus
menstruasi sebelum dilakukan prosedur untuk memastikan tidak ada
sperma didalam tuba fallopii yang dapat membuahi sebuah ovum yang
dilepaskan sesaat setelah pembedahan yang kemudian mengakibatkan
kehamilan ektopik.
2) Hari ke 6 sampai ke 13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi).
3) Pasca persalinan (48 jam pertama atau setelah 6 minggu, jika ingin
dilakukan diluar waktu tersebut, klien sudah di imunisasi (Tetanus
Toxoid), dan mendapat lindungan antibiotik maka tubektomi dapat
dilaksanakan oleh operator yang berpengalaman.
4) Pasca keguguran segera atau dalam 7 hari pertama, selama tidak
ditemukan komplikasi infeksi pelvis.
9. Persiapan Pre-operatif Tubektomi
1) Konseling perihal kontrasepsi dan jelaskan kepada klien bahwa ia
mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum prosedur
dilakukan.
2) Menanyakan riwayat medis yang mempengaruhi keputusan pelaksanaan
operasi atau anestesi antara lain meliputi penyakit-penyakit pelvis,
pernah mengalami operasi abdominal atau pelvis, riwayat diabetes
mellitus, riwayat penyakit paru-paru seperti asthma, bronchitis, pernah
mengalami problem dengan anestesi, penyakit-penyakit perdarahan,
alergi dan pengobatan yang dijalani saat ini.
3) Pemeriksaan fisik : meliputi kondisi-kondisi yang mungkin
mempengaruhi keputusan pelaksanaan operasi atau anestesi.
4) Pemeriksaan laboratorium meliputi pemerisaan darah lengkap,
pemeriksaan urin dan pap smear.
5) Informed consent harus diperoleh. Standard consent form harus
ditandatangani oleh suami atau istri yang dari calon akseptor kontrasepsi
mantap sebelum dilakukan. Umumnya penandatanganan dokumen
Informed consent dilakukan setelah calon akseptor dan pasangannya
mendapatkan konseling (Pinem, 2009, hlm.294).
10. Komplikasi Yang Mungkin Terjadi dan Penanganannya
1) Infeksi luka, apabila terlihat infeksi luka obati dengan antibiotik.
2) Demam pasca operasi (> 38 c), obati infeksi berdasarkan apa yang
ditemukan.

Anda mungkin juga menyukai