Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


KELUARGA BERENCANA (KB)

DI POLI KIA PUSKESMAS DINOYO

OLEH :

CINTIA TRI WULANDARI

P17212205063

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
NOVEMBER 2020
KONSEP KELUARGA BERENCANA (KB)

A. Definisi
Menurut WHO (2004) KB suatu usaha untuk mendapatkan objektif-
objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang diinginkan mengatur internal diantara kehamilan dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga.
KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri
untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang
tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur
interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kehamilan dalam
hubungan dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam
keluarga (BKKBN, 2009).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa KB adalah usaha untuk menjarangkan
atau merencanakan jumlah kehamilan dan mengatur jarak kelahiran agar
tercipta keluarga yang bahagia, harmonis, dan sejahtera.
Sedangkan kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau
melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita)
yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan, jadi
kontrasepsi adalah mengindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.
B. Tujuan
Tujuan keluarga berencana menurut BKKBN (2012) adalah :
1) Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak serta
keluarga dan bangsa pada umumnya.
2) Meningkatkan martabat kehidupan rakyat dengan cara menurunkan angka
kelahiran sehingga pertambahan penduduk tidak melebihi kemampuan
untuk meningkatkan reproduksi.
C. Jenis Kontrasepsi
Metode KB menurut Handayani (2010) terbagi menjadi dua yaitu:
1. Metode Alamiah
Metode alamiah terbagi dua yaitu tanpa alat dan dengan alat.
1) Metode alamiah tanpa alat terdiri dari:
a. Metode Kalender
Metode ini menggunakan penghitungan masa subur wanita,
dan menghindari berhubungan seks pada masa subur tersebut.
Kelebihan: Murah, Tidak menggunakan alat atau hormon.
Kekurangan: Kurang efektif, kegagalan metode ini pada
tahun pertama mencapai 20%.
b. Metode Suhu Basal Badan (THERMAL)
Suhu basal adalah suhu tubuh sebelum ada aktifitas apapun,
biasanya diambil pada saat bangun tidur dan belum
meninggalkan tenpat tidur. Suhu basal tubuh akan meningkat
setelah ovulaasi. Pencatatan suhu dilakukan setiap hari pada
sebuah tabel/grafik kertas.
c. Metode Lendir Cervic
Metode berdasarkan lendir serviks yang muncul dalam siklus
wanita. Lendir ini dicek di vagina. Sesudah haid vagina
biasanya kering. Setelah itu muncul lendir yang lengket
(sticky). Sesaat sebelum ovulasi, lendir berubah menjadi
basah dan licin (wet and slippery). Hari terakhir basah karena
lendir ini biasanya bersamaan dengan ovulasi.
d. Metode Sympto Thermal
Metode ini menggabungkan kedua metode diatas.
Selanjutnya wanita disuruh mencari tanda-tanda ovulasi
lainnya yaitu nyeri perut (cramps), spotting dan perubahan
posisi serta konsistensi serviks. Metode ini sedikit lebih
unggul karena mengkombinasi berbagai variable. Tetapi tetap
juga memiliki keterbatasan.
e. Metode Amenore Laktasi
Pada ibu yang menyusui anaknya secara eksklusif,
pembuahan tidak dapat terjadi selama 10 minggu pertama,
sehingga kehamilan dapat dicegah.
Kelebihan: Sama seperti sistem kalender.
Kekurangan: Kurang efektif. Biasanya pasangan yang
menggunakan metode ini menunggu haid pertama setelah
melahirkan untuk berhenti berhubungan seks, padahal masa
pembuahan terjadi sebelum adanya menstruasi.
f. Metode Coitus Interruptus (Senggama Terputus)
Ejakulasi dilakukan di luar vagina. Efektivitasnya 75—80%.
Faktor kegagalan biasanya terjadi karena ada sperma yang
sudah keluar sebelum ejakulasi, orgasme berulang atau
terlambat menarik penis keluar.
2) Metode alamiah dengan alat antara lain:
a) Kondom
Kondom bisa digunakan pada pria dan wanita. Efektivitas
kondom dalam mencegah kehamilan meningkat terutama
setelah ditambahkan lubrikan spermisida di kondom.
Kelebihan:
 Dapat mencegah penularan penyakit kelamin
 Praktis dan mudah digunakan
Kekurangan:
 Pada beberapa orang, dapat timbul alergi karena bahan
pembuat kondom
 Hanya dapat digunakan sekali
 Pemakaian harus tepat karena dapat timbul risiko terlepas
b) Spermiside
Spermisida adalah zat kimia yang dapat merusak sperma.
Spermisida dapat berbentuk krim, jeli, busa atau supositori.
Kelebihan:
 Alternatif bagi wanita yang menginginkan proteksi
sementara.
 Bisa didapatkan dengan mudah.
Kekurangan:
 Masa perlindungan yang singkat, efektivitasnya berkurang
apabila melebihi satu jam pemakaian.
 Tidak mencegah penularan penyakit kelamin.
c) Diafragma
Diafragma biasanya terbuat dari lateks atau silikon, berbentuk
melingkar seperti kubah dan berfungsi mencegah sperma
masuk ke dalam rahim.
Kelebihan:
 Dapat digunakan dengan spermisida untuk meningkatkan
efektivitasnya.
 Bisa dipakai berulang kali.
Kekurangan:
 Diafragma yang terlalu besar bisa membuat rasa yang
tidak nyaman, sedangkan yang terlalu kecil bisa berisiko
lepas atau pindah posisi.
 Dapat menimbulkan iritasi.
d) Kap Serviks
Kap serviks adalah kap karet yang lembut berbentuk bulat
cembung, terbuat dari lateks yang diinsersikan ke dalam vagina
kira-kira enam jam sebelum berhubungan seksual (tetapi tidak
lebih dari 3 hari setelah berhubungan seks). Kap serviks akan
menutupi pembukaan serviks sehingga menahan sperma agar
tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi
bagian atas (uterus dan tuba fallopi) dan sebagai alat tempat
spermisida.
2. Metode non alamiah terdiri dari metode hormonal dan nonhormonal yaitu:
a. Metode Hormonal terdiri dari:
1. Pil
2. Suntik
3. Implant
4. Ada kombinasi progestin dan estrogen
Kelebihan:
 Mengurangi perdarahan saat menstruasi
 Mengurangi gejala PMS
 Membuat siklus haid lebih teratur
 Meningkatkan kepadatan tulang
 Mengurangi risiko penyakit kanker ovarium & endometrium,
stroke, salphingitis, rematik
Kekurangan:
 Meningkatkan risiko hipertensi dan penyakit kardiovaskular
 Peningkatan berat badan
 Dapat mengganggu produksi ASI
 Tidak mengurangi risiko infeksi menular seksual
b. Metode non hormonal terdiri dari:
1. IUD
IUD merupakan alat berbentuk seperti huruf T yang dimasukkan
ke dalam rahim, terkadang menyisakan sedikit benang di vagina
untuk menandakan posisi IUD. Ada 2 jenis IUD, yaitu IUD
berisi tembaga dan hormon. IUD tembaga bisa digunakan
sampai 10 tahun, sedangkan IUD hormon hanya sampai 5 tahun,
beberapa wanita merasakan kram perut pada penggunaan IUD
tembaga.
Kelebihan:
 Merupakan metode ―use and forget‖. Mudah digunakan,
dan setelah pemasangan wanita tidak perlu repot untuk
sehari-harinya seperti pada penggunaan pil KB
 Merupakan metode jangka panjang.
 Tidak mengganggu kesuburan, setelah dilepas,
kesuburan dapat kembali dengan cepat.
Kekurangan:
 Posisi IUD dapat bergeser.
 Tidak nyaman bagi wanita, terkadan juga bagi pria saat
berhubungan karena ada benang sisa IUD.
 Dapat timbul efek samping seperti kram dan perdarahan
saat menstruasi yang lebih banyak.
2. MOW (Metode Operatif Wanita)
Tubektomi merupakan tindakan medis berupa penutupan
terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri, yang menyebabkan
sel telur tidak dapat bertemu dengan sperma laki-laki sehingga
tidak terjadi kehamilan dalam jangka panjang sampai seumur
hidup.
3. MOP (Metode Operatif Pria)
Vasektomi adalah prosedur medis untuk menghentikan aliran
sperma pria dengan jalan melakukan okulasi (penutupan) vas
deferense sehingga alur transportasi sperma terputus. Dengan
tidak adanya sperma yang dikeluarkan, maka proses fertilisasi
tidak dapat terjadi.
KONSEP KB IMPLAN
A. Definisi
Implant adalah salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk
yang terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada
lengan atas (Handayani, 2010).
Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi berbentuk kapsul silastik
berisi hormon jenis progestin (progestin sintetik) yang dipasang dibawah kulit
(BKKBN, 2003).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa implant adalah salah satu alat
kontrasepsi yang dipasang pada lengan atas yang dimasukkan kebawah kulit
bersifat hormonal dan bersifat jangka panjang.
B. Jenis
Menurut Handayani (2010) terdapat 2 macam implant ada 2 yaitu:
1) Non Biodograndable implant
Dengan ciri – ciri sebagai berikut :
a) Norplant (6 ―kasul‖), berisi hormon Levonogrestel, daya kerja 5 tahun.
b) Norplant-2 (2 batang), berisi hormon Levonogrestel, daya kerja 3 tahun.
c) Satu batang, berisi hormon ST-1435, daya kerja 2 tahun. Rencana siap
pakai : tahun 2000
d) Satu batang, berisi hormone 3-keto desogesteri daya kerja 2,5-4 tahun.
2) Biodegrodable Implant
Macam implant biodegradable dibagi menjadi 2 macam :
a) Carpronor, suatu ― kapsul‖ polymer yang berisi levonorgestrel, pada
awal penelitian dan pengembangannya, carpronor berupa suatu ―kapsul‖
biodegradable yang mengandung levonorgestrel yang dilarutkan dalam
minyak ethyl-aleate dengan diameter ― kapsul‖< 0,24 cm dan panjang ―
kapsul‖ yang teliti terdiri dari 2 ukuran, yaitu :
(1) 2,5 cm : berisi 16 mg levonogestrel, melepaskan 20 mcg
hormonnya/ hari.
(2) 4 cm : berisi 25 levonorgestrel, melepaskan 30 – 50 mcg
hormonal/hari.
b) Narethindrone Pellets
(1) Pellets dibuat dari 10 % kolesterol murni dan 90% norechindrone
(NET).
(2) Setiap pellets panjang 8 mm berisi 35 mg NET, yang akan dilepaskan
saat pellet dengan perlahan – lahan ―melarut‖.
(3) Pellets berukuran kecil, masing – masing sedikit lebih besar dari pada
butir besar.
(4) Uji coba pendahuluan menggunakan n4 dan 5 pellets.
(5) Dosis harian NET dan efektivitas kontrasepsi bertambah dengan
banyaknya jumlah pellets.
(6) Sediaan empat pellets tampaknya memberikan perlindungan yang
besar terhadap kehamilan untuk sekurang – kurangnya 12 bulan.
(7) Lebih dari 50% akseptor pellets mengalami pola haid regular.
Perdarahan inter menstrual atau perdarahan bercak merupakan
problin utama.
(8) Terjadi rasa sakit payudara pada 4 % akseptor
(9) Jumlah kecil dari kolesterol dalam masing – masing pellets kurang
dari 2% kolesterol dalam satu butir telur ayam tidak mempunyai efek
pada kadar kolesterol darah akseptor.
(10) Insersi pellets dilakukan pada bagian dalam lengan atas prosedur
insersi seperti pada capronor dan dapat dipakai dengan inserter yang
sama.
(11) Daerah insersi disuntikkan dengan anestesi lokal lalu dibuat insisi 3
mm. Pellets diletakkan kira – kira 3 cm dibawah kulit. Tidak
diperlukam penjahitan luka insisi, cukup ditutup dengan verband
saja.
C. Cara Kerja
Cara kerja implant menurut Saifuddin (2006) adalah sebagai berikut:
1) Mengentalkan lendir serviks.
Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata terhadap
mucus serviks. Mukus tersebut menebal dan jumlahnya menurun, yang
membentuk sawar untuk penetrasi sperma.
2) Menganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi.
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap maturasi siklik
endometrium yang diinduksi estradiol dan akhirnya menyebabkan atrofi.
Perubahan ini dapat mencegah implantasi sekalipun terjadi fertilisasi.
Meskipun demikian, tidak ada bukti mengenai fertilisasi yang dapat
dideteksi pada pengguna implant.
3) Mengurangi transportasi sprema.
Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga
menghambat pergerakan sperma.
4) Menekan ovulasi.
Menekan ovulasi karena progesteron menghalangi pelepasan luteinizing
hormone (LH). Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan
LH, baik pada hipotalamus maupun hipofisis, yang penting untuk ovulasi.
D. Keuntungan
Keuntungan implant menurut (Noviawati, 2009) antara lain:
1. Keuntungan menurut kontrasepsi
a) Daya guna tinggi.
b) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).
c) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
e) Bebas dari pengaruh estrogen.
f) Tidak mengganggu kegiatan senggama.
g) Tidak mengganggu ASI.
h) Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan.
i) Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.
2. Keuntungan menurut Non kontrasepsi
a) Mengurangi nyeri haid.
b) Mengurangi jumlah darah haid.
c) Mengurangi/ memperbaiki anemia.
d) Melindungi terjadinya kanker endomentrium.
e) Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.
f) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul.
g) Menurunkan angka kejadian endometriosis.
E. Kerugian
Kerugian implant menurut (Anggraini, 2011) antara lain:
1) Tidak memberikan efek protektif terhadap penyakit Menular Seksual,
termasuk AIDS.
2) Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.
3) Akseptor tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini
sesuai keinginan, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.
4) Dapat mempengaruhi baik penurunan maupun kenaikan berat badan
5) Memiliki semua risiko sebagai layaknya setiap tindak bedah minor (infeksi,
hematoma dan perdarahan).
6) Secara kosmetik susuk Norplant dapat terlihat dari luar
7) Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan terjadinya perubahan pola daur
haid:
a. Perdarahan bercak (spotting) atau ketidakteraturan daur haid.
b. Hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah haid (lazimnya
berkurang dengan sendirinya setelah bulan pertama masa penggunaan).
c. Amenorea (20%) untuk beberapa bulan atau tahun.
8) Timbulnya keluhan-keluhan yang mungkin berhubungan dengan pemakaian
susuk Norplant, seperti:
a) Nyeri kepala.
b) Peningkatan/penurunan berat badan.
c) Nyeri payudara.
d) Perasaan mual.
e) Pusing/pening kepala.
f) Perubahan perasaan ( mood) atau kegelisahan.
g) Dermatitis atau jerawat.
h) Hirsutismus.
9) Pada wanita yang pernah mengalami terjadinya kista ovarium, maka
penggunaan susuk Norplant tidak memberikan jaminan pencegahan
terbentuknya kembali kista ovarium dikemudian hari.
F. Indikasi
Indikasi Implant menurut Varney (2004:485) adalah sebagai berikut:
1) Wanita yang sedang dalam masa menyusui (setelah enam minggu masa
nifas).
2) Wanita pasca keguguran.
3) Wanita usia reproduksi.
4) Wanita yang mengalami efek samping yang tidak diinginkan akibat
penggunaan pil kontrasepsi oral kombinasi yang mengandung estrogen.
5) Wanita yang sulit mengalami kesulitan mengingat jadwal meminum pil
atau enggan melakukan manipulasi yang diperlukan pada metode sawar.
6) Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah, atau
anemia bulan sabit.
7) Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi.
8) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung
estrogen.
9) Wanita yang menginginkan kontrasepsi jangka panjang (mis. Wanita yang
masa usianya suburnya telah berakhir, tetapi tidak menginginkan strelisasi).
10) Wanita yang ingin mengatur jarak kehamilannya.
G. Kontra Indikasi
Kontra indikasi menurut Noviawati Setya (2009:139) antara lain:
1. Hamil atau diduga hamil.
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3. Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara atau riwayat
kanker payudara.
4. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
5. Menderita mioma uterus dan kanker payudara.
6. Penyakit jantung, hipertensi, diabetes militus.
7. Penyakit tromboemboli.
8. Gangguan toleransi glukosa.
H. Efek Samping dan Penanganannya
Menurut Handayani (2010:114) efek samping dan penanganan implant adalah
sebagai berikut:
1) Amenorea
Penangananya :
a) Pastikan hamil atau tidak, dan bila tidak hamil, tidak memerlukan
penanganan khusus, cukup konseling saja.
b) Bila klien tetap saja tidak dapat menerima, angkat implant dan anjurkan
menggunakan kontrasepsi lain.
c) Bila terjadi kehamilan dan klien ingin melanjutkan kehamilan, cabut
implant dan jelaskan, bahwa progestin tidak berbahaya bagi janin. Bila
diduga terjadi kehamilan ektopik, klien dirujuk. Tidak ada gunanya
memberikan obat hormonal untuk memancing timbulnya perdarahan.
2) Perdarahan bercak (spotting) ringan
Penanganan :
Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemukan terutama pada tahun
pertama. Bila tidak ada masalah dan Klien tidak hamil, tidak diperlukan
tindakan apa pun. Bila klien tetap saja mengeluh masalah perdarahan dan
ingin melanjutkan pemakaian implant dapat diberikan pil kombinasi satu
siklus atau ibu profen 3x800 mg selama 5 hari. Terangkan kepada klien
bahwa akan terjadi perdarahan setelah pil kombinasi habis. Bila terjadi
perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet pil kombinasi untuk 3 –
7 hari dan kemudian dilanjutkan dengan satu siklus pil kombinasi, dapat
juga diberikan 50 μg etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi
untuk 14 – 21 hari.
3) Ekspulsi
Penanganan :
Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul yang lain masih
ditempat dan apakah terdapat tanda – tanda infeksi daerah insersi. Bila
tidak ada infeksi dan kapsul lain masih berada pada tempatnya, pasang
kapsul baru 1 buah pada tempat insersi yang berbeda. Bila ada infeksi cabut
seluruh kapsul yang ada dan pasang kapsul baru pada lengan yang lain atau
anjurkan klien menggunakan metode kontrasepsi lain.
4) Infeksi pada daerah insersi
Penanganan :
Bila terdapat infeksi tanpa nanah, bersihkan dengan sabun dan air, atau
antiseptil. Berikan antibiotik yang sesuai untuk 7 hari. Implant jangan
dilepas dan klien diminta kembali satu minggu. Apabila tidak membaik,
cabut implant dan pasang yang baru pada sisi lengan yang lain atau cari
metode kontrasepsi yang lain. Apabila ditemukan abses, bersihkan dengan
antiseptik, insisi dan alirkan pus keluar, cabut implant, lakukan perawatan
luka dan berikan antibiotik oral 7 hari.
5) Berat badan naik / turun
Penanganan :
Informasikan kepada klien bahwa perubahan berat badan 1-2 kg adalah
normal. Kaji ulang diet klien apabila terjadi perubahan berat badan 2 kg
atau lebih. Apabila perubahan berat badan ini tidak dapat diterima, bantu
klien mencari metode lain.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KB IMPLANT

1. Pengkajian
a. Identitas klien dan suami
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat mestruasi
e. Riwayat KB
f. Riwayat psikologi
g. Pemeriksaan fisik
h. Riwayat obstetri
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berubungan dengan agen pencedera fisik (tindakan
pemasangan KB implant)
2) Ansietas berhubungan dengan tindakan pemasangan KB implant
3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
tentang KB
4) Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasive (tindakan
pemasangan KB implant)
DAFTAR PUSTAKA

Kusumaningrum, Radita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan


Jenis Kontrasepsi yang Digunakan Pada Pasangan Usia
Subur. http://eprints.undip.ac.id/19194/1/Radita_Kusumaningrum.pdf.
Diakses tanggal 30 Juli 2018.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC.Diterjemahkan oleh: Widyawati, dkk.
Jakarta.
EGC.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19183/4/Chapter
%20II.pdf
Adm. 2014. Kelebihan Serta Kelemahan Metode Operatif Wanita.
https://idtesis.com/metode-operatif-wanita-mow/, diakses tanggal 30
Juli 2018.
Irsyahma, Aironi, dr. 2015. Vasektomi: Metode, Syarat, Manfaat, Efek Samping.
http://mediskus.com/kb/vasektomi/, diakses tanggal 30 Juli 2018.
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Pustaka Rihama.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo.

Anda mungkin juga menyukai