PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan
konsepsi berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang menyebabkan
kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah untuk menghindari atau untuk mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat dari pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma. Sejak
pada jaman dahulu, di Indonesia pasangan usia subur sudah menggunakan obat dan jamu yang
maksudnya adalah untuk mencegah kehamilan. Keluarga berencana modern ini di Indoesia sudah
dikenal sejak pada tahun 1953. Pada waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan, dan para
tokoh masyarakat yang telah mulai membantu masyarakat memecahkan masalah-masalah dalam
pertumbuhan penduduk (Sarsanto, 2007).
Menurut Harnawatiajh (2009), kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya
kehamilan yang bertujuan untuk menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah anak dan
meningkatkan keluarga untuk memberikan perhatian dan pendidikan yang maksimal pada anak.
Menurut Suratun (2008), alat kontrasepsi adalah alat untuk mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sperma.
Kontrasepsi adalah suatu cara untuk menghindari atau untuk mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat dari pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma yang
memilik 3 tujan yaitu menunda, menjarangkan, dan mengakhiri kesuburan.
Di Indonesia pemakaian kontrasepsi tidak terlepas dari peran suami dalam penggunaan
alat kontrasepsi mempengaruhi tingginya pemakaian kontrasepsi terkait dengan upaya
penundaan kehamilan atau kelahiran anak berikutnya setelah anak pertama lahir, hal yang
penting dilakukan adalah mengatur jarak kehamilan. Konsep mengenai kontrasepsi pasca
persalinan bukanlah hal yang baru, akan tetapi tidak banyak perhatian yang diberikan pada masa
yang penting dari kehidupan wanita (Wijayanegara, 2017).
Secara umum tujuan pemakaian alat kontrasepsi ini adalah diupayaka untuk
menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda dan dalam rangka merencanakan
pembentukan keluarga kecil, bahagia sejahtera, hal ini terbagi atas tiga masa usia produksi:
1
pertama, untuk masa menunda kehamilan bagi pasangan usia subur (PUS) dengan istri usia
dibawah 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilan. Kedua, masa menjarangkan kehamilan
periode istri usia 20 sampai 35 tahun merupakan usia paling baik untuk melahirkan dengan
jumlah anak 2 orang dengan jarak kelahiran 3 sampai 4 tahun. Ketiga, masa untuk mengakhiri
setelah memiliki 2 orang anak atau lebih (Sarsanto, 2007).
Saat ini banyak tersedia metode atau alat kontrasepsi baik itu kontrasepsi hormonal
maupun non hormonal (Jannah, Ariani, & Sariati, 2019). Pemakaian kontrasepsi hormonal
sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 50- an dengan pemberian progesteron peroral (Udiani,
2012). Berdasarkan pola dalam pemilihan jenis alat kontrasepsi sebagian besar peserta KB Aktif
memilih suntikan dan pil sebagai alat kontrasepsi bahkan sangat dominan (lebih dari 80%)
dibanding metode lainnya; suntikan (63,71%) dan pil (17,24%) (Kemenkes, 2019). Terlepas dari
keberhasilan maupun keuntungan yang diperoleh dari penggunaan kontraepsi hormonal pasti
memiliki efek samping jika digunakan dalam kurun waktu yang lama. Salah satu efek samping
yang ditimbulkan dari kontrasepsi hormonal adalah terjadinya melasma (Jannah et al., 2019).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kontrasepsi ?
2. Apakah fungsi dari kontrasepsi ?
3. Berapakah jenis kontrasepsi ?
4. Bagaimana cara penggunaan kontrasepsi ?
5. Bagaimana pengatasan apabila terjadi kelalaian dalam penggunaan kontrasepsi
hormone oral ?
6. Apa kelebihan dan kekurangan dari masing-masing alat kontrasepsi ?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan alat kontrasepsi
2. Mengetahui fungsi dari alat kontrasepsi
3. Mengetahui jenis alat kontrasepsi
4. Mengetahui cara menggunakan alat kontasepsi
5. Dapat mengatasi apabila terjadi kelupaan dalam meminum pil kontrasepsi
6. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing-masing alat kontrasepsi
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi merupakan salah satu dari sekian banyak variabel yang secara
langsung berpengaruh terhadap angka kelahiran. Dari berbagai studi yang pernah dilakukan
menunjukkan bahwa pemakaian alat kontrasepsi terbukti mampu menurunkan angka kelahiran
(Wijayanegara, 2017).
B. Fungsi Kontrasepsi
Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi
Melumpuhkan sperma
Menghalangi pertemuan sel telur dan sperma
Untuk mengatur jumlah dan jarak anak yang diinginkan
Mencegah kehamilan diluar nikah
Mengurangi resiko terjangkit hubungan seksual
3
Merupakan selubung atau sarung karet yang dapat dibuat dari berbagai bahan
diantaranya karet (lateks), plastik, atau bahan alami (produksi hewan) yang
dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom tidak hanya mencegah
kehamilan tetapi juga melindungi diri dari penularan penyakit melalui hubungan
seks, termasuk HIV/AIDS (Saifuddin, 2003).
Tingkat efektivitas kondom secara teoritis mencapai angka 98%, apabila
digunakan dengan benar dan konsisten. Penggunaan kondom secara benar dan
konsisten mampu menurunkan risiko IMS/HIV dan memberi proteksi yang
maksimal. Konsisten berarti menggunakan kondom mulai dari awal sampai akhir
setiap kali berhubungan seksual.
5
Beberapa penelitian menyatakan bahwa tingkat efektivitas dari kontrasepsi
diafragma untuk mencegah kehamilan cukup tinggi, yakni sebesar 88-94 persen.
Sebelum melepas diafragma, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Kait bagian ujung diafragma dengan jari telunjuk dan tengah untuk
memecah penampung.
Tarik diafragma turun dan tarik keluar. Cuci dengan sabun dan air,
kemudian keringkan sebelum disimpan kembali di tempatnya.
6
Dapat digunakan kapan saja sesuai kebutuhan.
Bentuknya kecil sehingga mudah disimpan dan dibawa.
Tidak terpengaruh oleh penggunaan obat lain.
Dapat digunakan oleh ibu menyusui.
Tidak mengandung hormon.
Kekurangan menggunakan diafragma :
Perlu mengingat waktu pemakaiannya dan kapan harus melepasnya.
Tidak selalu cocok digunakan oleh perempuan yang pernah melahirkan.
Perlu dilengkapi dengan spermisida untuk meningkatkan efektivitasnya
dalam mencegah kehamilan.
Tidak cocok bagi yang ingin berhubungan intim secara spontan
c. Spermisida
Spermisida adalah bahan kimia (surfaktan nonionic) yang digunakan untuk
menonaktifkan atau membunuh sperma. Formulasi spermisida terdiri dari
supositoria, krim, jeli, spons, busa dan film.
Sayangnya, di balik kelebihannya yang praktis dan mudah dipakai, spermisida
bukanlah metode kontrasepsi yang efektif untuk mencegah kehamilan. Meski
digunakan dengan benar, tingkat keberhasilannya hanya sekitar 75%.
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator
(busa atau krim) dan insersi spermisida.
Jarak tunggu 10-15 menit pasca insersi spermisida sebelum
melakukan hubungan seksual. Kecuali bentuk spermisida aerosol (busa),
tidak memerlukan waktu tunggu karena langsung larut dan bekerja aktif.
7
Perhatikan petunjuk pemakaian spermisida, baik cara pemakaian maupun
penyimpanan dari setiap produk (misal: kocok terlebih dahulu sebelum
diisi ke dalam aplikator).
Ulangi pemberian spermisida, bila dalam 1-2 jam pasca insersi belum
terjadi senggama atau perlu spermisida tambahan bila senggama
dilanjutkan berulang kali.
Menempatkan spermisida jauh ke dalam vagina agar kanalis servikalis
tertutup secara keseluruhan.
8
Copper-T Copper-7
9
Kekurangan menggunakan IUD :
10
(proverawati et al,2010) . Periode subur ditandai dengan lendir yang jernih,encer dan
licin.
Kelebihan menggunakan metode lendir serviks :
Mudah dilakukan
Tidak memerlukan biaya
Kekurangan menggunakan metode lendir serviks :
Tidak efektif bila digunakan sendiri tanpa kombinasi metode kontrasepsi lain
Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya
Macam-macam pil KB :
A. Pil Kombinasi
11
Pil kombinasi merupakan pil kontrasepsi yang dibuat dari dua hormon sintetis, yaitu
semua pil mengandung hormon estrogen dan progesteron. Kandungan estrogen di
dalam pil biasanya menghambat ovulasi dan menekan perkembangan telur yang
dibuahi. mungkin juga dapat menghambat implantasi. Progesteron dalam pil akan
mengentalkan lendir serviks untuk mencegah masuknya sperma. Hormon ini juga
mencegah konsepsi dengan cara memperlambat transportasi telur dan menghambat
ovulasi. Pil KB efektif mencegah kehamilan 90-99% apabila digunakan secara teratur
dan benar.
12
Menurut Manuaba (2010; hal. 599)sistem kemasan pil KB progestin adalah
sebagai berikut :
a. Sistem kemasan isi 28 (peserta KB harus meminum pil tanpa pernah berhenti)
b. Sistem kemasan isi 22/21 (peserta KB pil berhenti minum pil selama 7-8 hari
dengan mendapatkan kesempatan menstruasi)
Cara minum pil KB ini yaitu 2 tablet levonorgestrel (1,5 mg) diminum sekaligus
secepat mungkin. Sebaiknya minum dalam 12 jam, namun tidak boleh lebih dari 72
jam setelah berhubungan seksual.
13
hanya mengandung progesteron. Karena, kemungkinan gagalnya lebih
tinggi apabila tidak diminum pada jam yang sama. Pil KB jangan diminum
satu jam sebelum atau sesudah makan.
Pil KB darurat
Pil KB ini mengandung levonorgestrel yang diminum untuk mencegah
kehamilan setelah berhubungan seksual tanpa kontrasepsi.
Cara minum pil KB ini yaitu 2 tablet levonorgestrel (1,5 mg) diminum
sekaligus secepat mungkin. Sebaiknya minum dalam 12 jam, namun tidak
boleh lebih dari 72 jam setelah berhubungan seksual.
Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa KB pil harus diminum setiap
hari agar efektif karena mereka di metabolisir selama 24 jam, bila akseptor lupa
minum 1 atau 2 tablet maka akan terjadi peninggian hormon alamiah yang
mengakibatkan ovum menjadi matang lalu dilepaskan (kemungkinan terjadi
kehamilan sangat tinggi) (Hartanto, 2010).
1. apabila lupa minum < 12 jam, boleh tetap minum pil KB seperti biasa
2. apabila lupa minum > 12 jam, masih boleh minum langsung 2 tablet saat
ingat
3. apabila lupa minum > 24 jam, masih boleh minum pil KB namun
sebaiknya disertai penggunaan kontrasepsi cadangan selama 1 minggu
14
Bisa langsung program hamil setelah berhenti mengonsumsi pil KB.
b. Implant
Implant adalah alat kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat dari sejenis karet
silastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas. Implant akan melepaskan
hormon tiap harinya. Implant bekerja menghambat ovulasi (Handayani, 2010).
Penggunaan KB implan yang pemasangannya dilakukan dengan benar bisa
memberikan efektivitas hingga 99% dalam mencegah kehamilan. Efek ini bisa
bertahan hingga sekitar 3–5 tahun. Keberhasilan KB implan dalam mencegah
kehamilan tergolong lebih tinggi daripada jenis kontrasepsi lainnya, seperti kondom
atau pil KB.
Efektivitas implan lebih dari 99 persen dan dapat digunakan selama 3 tahun
Sangat berguna bagi mereka yang kesulitan untuk mengonsumsi pil pada waktu
yang sama setiap hari
15
Implan dapat segera dikeluarkan jika mengalami efek samping
Kesuburan dapat segera kembali ketika implan dilepaskan
Harganya terbilang murah karena hanya perlu menggunakannya satu kali selama
3 tahun tanpa perlu penggantian rutin setiap bulan
Meski dapat mengontrol kehamilan, implan tidak dapat melindungi Anda dari
penyakit menular seksual
Tabung implan harus dilepaskan setiap tiga tahun
Proses pemasangan KB ini memerlukan kunjungan dokter
Menstruasi Anda menjadi tidak teratur, bisa menjadi lebih lama, berat, atau
ringan. Sebagian orang bahkan mengalami menstruasi yang berhenti atau
amenore
Beberapa obat berpotensi membuat implan menjadi kurang efektif.
c. IUD hormonal
IUD atau disebut juga alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) adalah suatu alat
kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan
berjangka panjang. AKDR berguna untuk mengah terjadinya penempelan sel telur
pada dinding rahim atau menangkal pembuahan sel telur oleh sperma (Uliyah, 2010).
Efektivitas tinggi, 99,2 – 99,4% (0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun
pertama). Telah dibuktikan tidak menambah risiko infeksi, perforasi dan perdarahan.
Kemampuan penolong meletakkan di fundus amat memperkecil risiko ekspulsi
(Kementerian Kesehatan RI, 2014).
16
Kelebihan penggunaan AKDR :
17
mencapai puncak setelah 10 hari. DMPA dapat memberi perlindungan dengan
aman selama tiga bulan.
2. Depo noretisteron enantat
Mengandung 200 mg Noretdon Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara
disuntik intramuskular.
b. Kontrasepsi kombinasi
1. Depo estrogen-progesteron. Jenis suntikan kombinasi ini terdiri dari 25 mg
Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5mg Estrogen Sipionat.
18
BAB III
KESIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Anna, Dkk. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta :Buku Kedokteran,
EGC.
BKKBN. 2007. Kebijakan Keluarga Berencana Nasional. JakartaHidayati, Ratna. 2009. Metode
dan Teknik Penggunaan Alat Kontrasepsi. Jakarta : Salemba Medika
Hartanto, H. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: pustaka sinar harapan. 2010. Hal 22
27
Manuaba, IAC., I Bagus, dan IB Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB
untuk Pendidikan Bidan. Edisi kedua. Jakarta: EGC.
Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka.
20