Anda di halaman 1dari 16

KONSEP KELUARGA BERENCANA PENGHALANG (KONDOM,

DIAFRAGMA)

Dalam Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas II

Dosen Pembimbing:
Ns. Innez Karunia Mustikarani, M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Heppy Yuliana ST181026


Herlinda Puspika Dewi ST181027
Iswatun Yuliyantini ST181028
Kartika Sari Purwaningsih ST181029
Kristiyaningsih ST181030
Lilis Utami ST181031
Lina Yulianni ST181032
Luh Iga Kinasih ST181033

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Definisi
Kelurga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk mendapatkan obyektif-obyektif tertentu,
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kehamilan yang
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungannya dengan umur suami istri dan menentukan jumlah
anak dalam keluarga (WHO, 2010). KB erat kaitannya dengan alat kontrasepsi.
Alat kontrasepsi adalah alat untuk menghindari atau mencegah terjadinya
kehamilan akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma
tersebut. Salah satu alat kontrasepsi yaitu metode barrier. Metode barrier
(penghalang) adalah jenis kontrasepsi penghalang sperma yang ditujukan untuk
mencegah kehamilan. Semua jenis alat kontrasepsi barrier dipasang pada penis
atau vagina untuk mencegah sperma masuk ke dalam rahim dan membuahi sel
telur.
B. Jenis
1. Kondom
a. Definisi
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), vilin (plastik) atau bahan alami
(produksi hewan) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual.
Kondom terbuat dari karet sintesis yang tipis, berbentuk silindris, dengan
muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau
mempunyai bentuk seperti putting susu. Beberapa bahan telah
ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektifitasnya
(misalnya menambahkan spermisida) maupun sebagai aksesoris aktifitas
seksual. Kondom menghalangi masuknya spermatozoa kedalam taktus
genetalia interna vagina. Modifikasi tersebut dilakukan dalam hal:
bentuk, warna, pelumas, bahan. Kondom adalah suatu karet tipis,
berwarna atau tidak berwarna, dipakai untuk menutupi zakar yang tegang
sebelum dimasukan ke dalam vagina sehingga mani tertampung
didalamnya dan tidak masuk vagina, dengan demikian mencegah
terjadinya pembuahan. Kondom yang menutupi zakar yang berguna
untuk mencegah penularan penyakit menular (BKKBN, 2011).
Satu-satunya alasan kegagalan kontrasepsi adalah defek pada
kondom itu sendiri. Defek yang dimaksud antara lain kelemahan bahan,
yang dapat menyebabkan kondom robek akibat dorongan ejakulasi atau
ada lubang yang sangat kecil, yang membuat kondom tidak efektif.
Walaupun penggunaan kondom telah di gunakan secara luas, beberapa
pasangan masih memiliki perasan negatif terhadap kondom. Beberapa
pasangan merasa kondom membuat sensasi terasa tumpul, beberapa yang
lain merasa bahwa kondom menciptakan penghalang diantara mereka
saat mereka menginginkan perasaan utuh yang diperoleh selama
hubungan seksualnya.
b. Cara Pemakaian Kondom
Kondom ada yang ujungnya biasa, ada pula yang ujungnya
berputing mengeluarkan udara yaang ada, agar tersedia tempat bagi mani
yang akan dikeluarkan gulungan kondom, sebelum persetubuhan lalu
dipasang pada waktu zakar sedang tegang (ereksi). Sesudah mani keluar,
mani tertampung diujung kondom dan sewaktu zakar ditarik keluar,
jagalah jangan sampai ada cairan yang tumpah. Peganglah kondom pada
waktu menarik zakar keluar. Buanglah kondom setelah sekali pakai.
(Prawirohardjo, 2014).
c. Cara Kerja
 Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur
dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang
pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah kedalam saluran
reproduksi perempuan.
 Mencegah penularan mikroorganisme (termasuk HIV/AIDS) dari satu
pasangan ke pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari
lateks dan vilin).
d. Indikasi Pemakaian Kondom
 6 minggu sesudah vasektomi sampai mani tidak mengandung
spermatozoa lagi, yang dapat diketahui dengan pemeriksaan
laboratorium.
 Sementara menunggu pemeriksaan AKDR.
 Sementara sedang menunggu haid untuk pemakaian pil yang
diminum.
 Apabila kelupaan minum pil dalam jangka waktu lebih dari 36 jam.
 Apabila diduga ada penyakit kelamin sementaramenunggu diagnosis
yang pasti.
 Bersamaan dengan pemakaian spermisida.
 Dalam keadaan darurat, bila tidak ada kontrasepsi yang tersedia atau
yang dipakai.
 Sebagai cara yang dipilih oleh pasangan-pasangan tertentu.
e. Kontraindikasi
1) Absolut
 Pria dengan ereksi yang tidak baik.
 Riwayat syok septik.
 Tidak bertannggung jawab secara seksual.
 Interupsi seksual foreplay menghalangi minat seksual.
 Alergi terhadap karet atau lurikan pada patner seks.
2) Relatif
 Interupsi seksual foreplay yang mengganggu ekspresi seksual.
f. Efektivitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali
berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak
efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan
hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2 -12 kehamilan per 100
perempuan pertahun.
g. Keterbatasan
 Efektifitas tidak terlalu tinggi
 Cara pemakaian sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
 Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung)
 Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk
mempertahankan ereksi
 Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
 Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum
 Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam
hal limbah.
h. Keuntungan
 Mencegah kehamilan
 Memberi pelindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan
seksual (PMS)
 Dapat diandalkan, Relatif murah
 Sederhana, ringan dan disposible
 Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi atau follow-up
 Reversible
 Pria ikut serta aktif dalam program KB.
i. Efek Samping dan Cara Penanggulangannya
1) Adanya rasa nyeri dan panas akibat: alergi terhadap karet kondom
(jarang didapati) dan lecet-lecet pada kemaluan pria akibat pemakaian
tergesa-gesa / kurangnya pelicin.
 Pengobatan :
a) Bila sebab alergi, hentikan pemakaian kondom, ganti dengan
cara lain
b) Bila akibat kurang licinnya kondom, dianjurkan untuk memakai
kondom yang mempunyai zat pelicin. Pemakainan kondom
jangan terburu-buru
2) Kondom tidak terlihat terpasang pada kemaluan pria dan wanita
merasa terdapat sesuatu dalam liang senggama. Bila terlalu lama
dibiarkan kadang-kadang liang sengama wanita berbau busuk. Akibat
air mani yang membahu karena adanya benda asing didalamnya dan
terjadi infeksi.
 Penganggulangan dan pengobatan :
a) Keluarkan kondom dari liang senggama wanita dan bersihkan
liang sengama wanita dengan antiseptik. Bila terdapat infeksi
beri antibiotik
3) Kondom rusak atau diperkirakan bocor (sebelum digunakan)
 Penanganan:
a) Buang dan pakai kondom baru atau pakai spermasida digabung
kondom
4) Kondom bocor atau dicurigai ada curahan divaagina saat berhubungan
 Penanganan :
a) Jika dicurigai ada kebocoran pertimbangkan pemberian Morning
After pill (kontasepsi darurat: postinol atau mikroginon)
5) Mengurangi kenikmatan hubungan seksual
 Penanganan :
a) Jika penurunan kepekatan tidak bisa ditolelir biarpun dengan
kondom yang lebih tipis anjurkan pemakaian metode lain.
2. Diafragma
a. Definisi
Diafragma merupakan penghalang mekanis antara sperma dan sel
telur. Alat ini berbentuk kubah, terbuat dari jenis karet lateks yang lebih
tebal dari pada kondom dan memiliki pegas logam fleksibel pada bingkai
diagfragma pegas tersebut memungkinkan penekanan ketika diafragma
dimasukan sehingga diafragma dapat kembali ke bentuk seperti semula
dan mengikuti bentuk dalam jaringan vagina ketika ditempatkan didalam.
Ketika berada dalam posisi yang benar ,dengan sisi kubah berada
dibawah dan bingkai diafragma menempel ketat pada dinding vagina
anterior dan lateral, diafragma secara keseluruhan dapat
menutupi serviks. Penghalang tersebut bila dikombinasikan dengan jelly
atau dengan krim spermisida yang dioles mengelilingi bingkai
diagfragma dan didalam kuba, dapat menolak sperma masuk ke lubang
serviks sehingga sperma tidak bertemu sel telur. Diafragma juga
memberi perlindungan terhadap PMS, seperti klamidia dan ghonorea
yang menyebabkan dysplasia serviks dan penyakit radang panggul.
Tetapi diafragma tidak dapat melindungi dari HIV. Saat ini ada 4 jenis
diafragma yang berbeda konstruksi pegas logam pada bingkainya serta
lebar bingkai diafragma:
 Pegas datar; pegas pada diafragma ini terbuat dari lapisan tipis baja
stainless yang sangat ringan.
 Pegas kumparan; pegas pada diafragma ini merupakan kumparan
melingkar yang fleksibel dengan kekuatan sedang.
 Pegas lengkung; pegas pada diafragma ini merupakan kombinasi
pegas datar dan pegas kumparan .
 Bingkai tutup lebar; tersedia pada bentuk pegas kumparan ataupun
pegas lengkung.
b. Indikasi
 Apabila metode lain tidak cocok
 sebagai kontrasepsi sementara/ penunjang
c. Kontraindikasi
 Prolaps uterus yang parah (penurunan) (derajat kedua atau ketiga)
 Sistokel (derajat dua atau tiga)
 Antervensi atau retroversi uterus yang berat
 Fistula vesikovagina atau rektro vagina
 Alergi terhadap karet diagfragma atau terhadap sediaan spermisida
yang terdapat didalam diagfragma.
d. Efektivitas
Cukup dapat dipercaya bila dipakai secara benar sejak awal saat
hubungan seksual.
e. Keterbatasan
 Angka kegagalan tinggi
 Memerlukan periksa dalam
 Dipakai setiap kali hubungan
 Memerlukan spermisid setiap kali pemasangan yang harganya mahal
& sukar diperoleh
 Pada beberapa klien dapat mengakibatkan Infeksi Saluran Kemih
 Merepotkan & mengganggu hubungan seksual.
 Harus dibiarkan tetap dalam vagina minimal 6 jam setelah senggama.
f. Keuntungan
 Tidak menimbulkan resiko terhadap kesehatan
 Segera dirasakan efektivitasnya
 Dapat dikontrol oleh klien sendiri
 Sebagai metode kontrasepsi sementara yang baik setelah metode lain
ditunda
 Dapat mencegah kanker servix.
g. Efek Samping dan Cara Penanggulangannya
1) Sindrom Shock toxic.
 Penanganan:
a) Klien hendaknya tanggap terhadap gejala SST (demam, bercak
kulit, mual, muntah, diare, konjuntivitis, kelemahan, penurunan
tekanan darah & shock).
b) Klien dengan riwayat SST jangan menggunakan metode ini.
2) Infeksi Saluran Kemih.
 Penanganan:
a) Pemberian antibiotik
b) Jika ISK berulang & diafrgama merupakan pilihan terbaik
anjurkan segera BAK setelah hubungan seksual.
3) Alergi karet atau spermisida.
 Penanganan:
a) Ganti dengan metode lainnya. Reaksi alergi dapat menimbulkan
ketidaknyamanan & berbahaya.
4) Nyeri karena penekanan kandung kemih/ rectum.
 Penanganan:
a) Tentukan diafragma dalam keadaan baik. Jika alat terlalu besar,
pasang dengan ukuran kecil.
5) Pengeluaran cairan vagina dan berbau yang berlangsung lebih dari 24
jam
 Penanganan:
a) Bila tanpa infeksi genetalia, klien disuruh melepaskan diafragma
setelah berhubungan tetapi jangan kurang dari 6 jam.
b) Setelah diangkat (diafragma harus di cuci dengan hati-hati
menggunakan sabun cair dan air, jangan menggunakan bedak
jika akan disimpan).
h. Instruksi Bagi Klien
 Gunakan difragma setiap kali melakukan hubunngan seksual.
 Pertama kosongkan kandung kemih dan cuci tangan.
 Pastikan diafragma tidak berlubang (tes dengan mengisi difragma
dengan air, atau melihat menembus cahaya).
 Oleskan sedikit spermisida krim atau jelli pada kap diafragma (untuk
memudahkan pemasangan tambahkan krim atau jelli, remas
bersamaan dengan pinggirannya).
 Posisi saat pemasangan diafragma:
 Satu kaki diangkat ke atas kursi atau dudukan toilet.
 Sambil berbaring
 Sambil jongkok.
 Lebarkan kedua bibir vagina.
 Masukkan diafragma vagina jauh ke belakang, dorong bagian depan
pinggiran ke atas di balik tulang pubis.
 Masukan jari ke dalam vagina sampai menyentuh serviks, sarungkan
karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi.
 Diafragma dipasang di vagina sampai 6 jam sebelum hubungan
seksual. Jika hubungan seksual berlangsung di atas 6 jam setelah
pemasangan, tambahkan spermisida ke dalam vagina.
 Mengangkat dan mencabut diafragma dengan menggunakan jari
telunjuk dan tengah.
 Cuci dengan sabun dan air, keringkan sebelum disimpan kembali
ditempatnya.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Meliputi nama, alamat, pekerjaan, jenis kelamin, umur, agama, dll.
2. Wawancara
a. Jumlah anak yang direncanakan
B. Adakah masalah dalam kehamilan yang lalu seperti mual-mual dan lain-
lain ?
C. Apakah pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya?
D. Adakah keluhan dalam penggunaan kontrasepsi: mual, pendarahan, nyeri
saat berhubungan, infeksi atau haid tidak teratur dan sebagainya
E. Riwayat sosial: adakah pantangan yang berkaitan dengan budaya /kultur,
kebiasaan merokok
F. Harapan pada jenis kelamin anak tertentu
G. Riwayat menstruasi
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: adakah tanda-tanda klien sedang sakit yang tampak dari
anemia, kelemahan, berat badan/tinggi badan,
b. Tanda – tanda vital : Tekanan Darah biasanya tinggi, Nadi cepat, Napas
terkadang sesak, suhu terkadang tinggi.
c. Muka periksa adanya oedema, jerawat, hyperpigmentasi
d. Kardiovaskuler : Palpitasi.
e. Dada : pernapasan kadang sesak.
f. Payudara : hyperpigmentasi
g. Abdomen : nyeri, mules, muntah-muntah, mual
h. Vagina : Periksa adakah keluar darah pervaginam, varises
i. Ekstremitas : Adakah edema, varises pada ekstrimitas.
4. Pemeriksaan Penunjang
Hampir tidak ada pemeriksaan penunjang kecuali ada riwayat perdarahan,
maka diperiksa:
a. Hb, biasanya < 10gr/dl
b. Trombosit (biasanya normal / turun bila perdarahan hebat)
c. Leukosit (biasanya sedikit meningkat >10000/mm3).
5. Pemeriksaan Psikososial
a. Pastikan keinginan KB dari klien dan suami tanpa paksaan
b. Adakah keyakinan / pandangan terkait dengan penggunaan kontrasepsi
c. Adakah ketakutan dengan prosedur pemasangan alat kontrasepsi
d. Status kesehatan ibu, sosial budayanya terkait dengan hal ini tingkat
penghasilan, pengetahuan dan jarak dengan tempat pelayanan kesehatan
untuk kontrol lainnya.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kecemasan berhubungan dengan terjadinya efek samping dari alat
kontrasepsi.
2. Nyeri berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi.
3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya keinginan untuk
memperoleh informasi tentang alat kontrasepsi.

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1 Kecemasan NOC : NIC :
berhubungan - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan
dengan - Koping kecemasan)
Faktor keturunan, Setelah dilakukan asuhan selama  Gunakan pendekatan yang
Krisis 3x24 jam klien kecemasan teratasi dgn menenangkan
situasional, kriteria hasil:  Nyatakan dengan jelas harapan
Stress, perubahan  Klien mampu mengidentifikasi terhadap pelaku pasien
status kesehatan, dan mengungkapkan gejala  Jelaskan semua prosedur dan apa
ancaman cemas yang dirasakan selama prosedur
kematian,perubah  Mengidentifikasi,  Temani pasien untuk memberikan
an konsep diri, mengungkapkan dan keamanan dan mengurangi takut
kurang menunjukkan tehnik untuk  Berikan informasi faktual mengenai
pengetahuan dan mengontol cemas diagnosis, tindakan prognosis
hospitalisasi  Vital sign dalam batas normal  Libatkan keluarga untuk
 Postur tubuh, ekspresi wajah, mendampingi klien
DO/DS: bahasa tubuh dan tingkat aktivitas  Instruksikan pada pasien untuk
- Insomnia menunjukkan berkurangnya menggunakan tehnik relaksasi
- Kontak mata kecemasan
 Dengarkan dengan penuh perhatian
kurang
 Identifikasi tingkat kecemasan
- Kurang  Bantu pasien mengenal situasi yang
istirahat menimbulkan kecemasan
- Berfokus pada  Dorong pasien untuk
diri sendiri mengungkapkan perasaan,
- Iritabilitas ketakutan, persepsi
- Takut
- Nyeri perut
- Penurunan TD
dan denyut
nadi
- Diare, mual,
kelelahan
- Gangguan
tidur
- Gemetar
- Anoreksia,
mulut kering
- Peningkatan
TD, denyut
nadi, RR
- Kesulitan
bernapas
- Bingung
- Bloking dalam
pembicaraan
- Sulit
berkonsentrasi
2. Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan - Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan: - Pain control, komprehensif termasuk lokasi,
Agen injuri - Comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
(biologi, kimia, Setelah dilakukan tinfakan kualitas dan faktor presipitasi
fisik, psikologis), keperawatan selama 3x24 jam, pasien  Observasi reaksi non-verbal dari
kerusakan tidak mengalami nyeri, dengan kriteria ketidaknyamanan
jaringan hasil:  Bantu pasien dan keluarga untuk
 Mampu mengontrol nyeri (tahu mencari dan menemukan dukungan
DS: penyebab nyeri, mampu  Kontrol lingkungan yang dapat
- Laporan secara menggunakan teknik mempengaruhi nyeri seperti suhu
verbal nonfarmakologi untuk mengurangi ruangan, pencahayaan dan kebisingan
DO: nyeri, mencari bantuan)  Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Posisi untuk  Melaporkan bahwa nyeri  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menahan nyeri berkurang dengan menggunakan menentukan intervensi
- Tingkah laku manajemen nyeri  Ajarkan tentang teknik non
berhati-hati  Mampu mengenali nyeri (skala, farmakologi: napas dala, relaksasi,
- Terfokus pada intensitas, frekuensi dan tanda distraksi, kompres hangat/ dingin
diri sendiri nyeri)  Berikan analgetik untuk mengurangi
- Fokus  Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
menyempit nyeri berkurang  Tingkatkan istirahat
(penurunan  Tanda vital dalam rentang normal  Berikan informasi tentang nyeri
persepsi seperti penyebab nyeri, berapa lama
waktu, nyeri akan berkurang dan antisipasi
kerusakan ketidaknyamanan dari prosedur
proses  Monitor vital sign sebelum dan
berpikir, sesudah pemberian analgesik pertama
penurunan kali.
interaksi
dengan orang
dan
lingkungan)
- Tingkah laku
distraksi,
contoh : jalan-
jalan,
menemui
orang
lain dan/atau
aktivitas,
aktivitas
berulang-
ulang)
- Respon
autonom
(seperti
diaphoresis,
perubahan
tekanan darah,
perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
- Perubahan
autonomic
dalam
tonus otot
(mungkin
dalam rentang
dari lemah ke
kaku)
- Tingkah laku
ekspresif
(contoh :
gelisah,
merintih,
menangis,
waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkel
uh kesah)
3. Kurang NOC: NIC :
Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan  Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
Berhubungan keperawatan selama 3x24 jam keluarga
dengan : pasien menunjukkan pengetahuan  Gambarkan alat kontrasepsi dengan
keterbatasan tentang proses penyakit dengan cara yang tepat.
kognitif, kriteria hasil:  Sediakan informasi pada pasien
interpretasi  Pasien dan keluarga menyatakan tentang kondisi, dengan cara yang
terhadap pemahaman tentang penyakit, tepat
informasi yang kondisi, prognosis dan program  Diskusikan pilihan terapi atau
salah, kurangnya pengobatan penanganan
keinginan untuk  Pasien dan keluarga mampu  Dukung pasien untuk
mencari melaksanakan prosedur yang mengeksplorasi atau mendapatkan
informasi, tidak dijelaskan secara benar second opinion dengan cara yang
mengetahui  Pasien dan keluarga mampu tepat atau diindikasikan
sumber-sumber menjelaskan kembali apa yang  Eksplorasi kemungkinan sumber atau
informasi. dijelaskan perawat/tim kesehatan dukungan, dengan cara yang tepat
lainnya

DS: Menyatakan
secara verbal
adanya masalah
DO:
Ketidakakuratan
mengikuti
instruksi,
perilaku tidak
sesuai.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kelurga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk mendapatkan obyektif-obyektif tertentu,
menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kehamilan yang
diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat
kelahiran dalam hubungannya dengan umur suami istri dan menentukan jumlah
anak dalam keluarga. KB erat kaitannya dengan alat kontrasepsi. Alat
kontrasepsi adalah alat untuk menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan
akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.
Salah satu alat kontrasepsi yaitu metode barrier. Metode barrier (penghalang)
adalah jenis kontrasepsi penghalang sperma yang ditujukan untuk mencegah
kehamilan. Semua jenis alat kontrasepsi barrier dipasang pada penis atau
vagina untuk mencegah sperma masuk ke dalam 15ahim dan membuahi sel
telur.
B. Saran
Diharapkan klien dan keluarga dapat berpatispasi dalam program
keluarga berencana. Selain itu klien dan keluarga dapat menentukan alat
kontrasepsi yang tepat dan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Ida, AC. (2010) .Pedoman Penaganan Efek Samping/ Komplikasi Kontrasepsi.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di


Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta.

Prawihardjo, S. (2014). Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Saifudin, A. (2011). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sutinah. (2017). Partisipasi Laki-laki dalam Program Keluarga Berencana di Era


Masyarakat Postmodern. Jurnal Masyarakat, Kebudayaan, dan Politik 30
(3): 289-99.

Anda mungkin juga menyukai