Anda di halaman 1dari 25

BAB II

PEMBAHASAN
1. Metode sederhana
a. Dengan alat
Mekanis atau barrier

KONDOM

Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan
diantaranya Lateks (karet), plastic (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang
pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintesis yang tipis, terbentuk
silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung terbentuk rata atau
mempunyai bentuk seperti puting susu. Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom
baik untuk meningkatkan efektivitasnya (misalnya penambahan spermisida ) maupun sebagai
aksesoris aktivitas seksual. Modifikasi tersebut dilakukan dalam hal :

o Bentuk
o Warna
o Pelumas
o Ketebalan
o Bahan

Cara kerja
1. Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sprema dan sel telur dengan cara mengemas
sperma diujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak
tercurah kedalam saluran reproduksi perempuan
2. Mencegah penularan mikroorganisme(IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu
pasangan kepasangan yang lain (khusus komdom yang terbuat dari latek dan fenil)

Efektivitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar setiap kali berhubungan seksul. Pada
beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten.
Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per
100 perempuan pertahun.
Manfaatnya

Kontrasepsi
o Efektif bila digunakan dengan benar
o Tidak menggangu reproduksi ASI
o Tidak menggangu kesehatan klien
o Tidak mempunyai prngaruh sistemik
o Murah dan dapat dibeli secara umum
o Tidak perlu resep dokter/pemeriksaan kesehatan khusus
o Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi harus ditunda

Nonkontrasepsi
o Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB
o Dapat mencegah penularan IMS
o Mencegah ejakulasi dini
o Membantu mencegah terjadi kanker serviks (mengurangi iritasi bahan karsinogenik
eksogen pada serviks)
o Saling berinteraksi sesame pasangan
o Mencegah imuno infertilitas

Keterbatasan
o Efektifitas tidak terlalu tinggi
o Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
o Agak menggagu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung)
o Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi
o Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
o Beberapa klien melu untuk membeli kondom ditempat umum
o Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah

Penilaian Klien
Klien tidak memerlukan atau membutuhkananamnesis atau pemeriksaan khusus untuk
pemakaian kondom, tetapi mereka perlu diberikan penjelasan lisan atau instruksi tertulis.
Kondisi yang perlu dipertimbangkan untuk seleksi penggunaan kondom dapat dilihat pada
tabel berikut :
Kondom
Sesuai untuk pria yang: Tidak sesuai untuk pria yang :
Ingin berpartisipasi dalam program KB Mempunyai pasangan yang berisiko
tinggi apabila terjadi kehamilan
Ingin segera mendapatkan alat Alergi terhadap bahan dasar kondom
kontrasepsi
Ingin kontrasepsi sementara Meningikan kontrasepsi jangka panjang
Ingin kontrasepsi tambahan Tidak mau terganggu dengan berbagai
persiapan untuk melakukan hubungan
seksual
Hanya ingin menggunakan alat Tidak peduli berbagai peryaratan
kontrasepsi jika akan berhubungan kontrasepsi
Berisiko tinggi tertular/menularkan IMS

Cara penggunaan/intriksi bagi klien


o gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual
o agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahan permisisda kedalam kondom
o janagn menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting atau benda tajam
lainnya pada saat membuka kemasan
o pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada glans penis dan
tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan karetnya
dengan jalan menggeser gulungan tersebut kearah pangkal penis. Pemasang ini harus
dilakukan sebelum penetrasi penis ke vagina.
o Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma pada bagian ujungnya,
maka saat memakai longgarkan sedikit bagian ujungnya agar tidak terjadi robekan pada
saat ejakulasi
o Kondom dilepas sebelum penis melembek
o Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga kondom tidak terlepas
pada saat penis dicabut dan dilepaskan kondom keluar dari vagina agar tidak terjadi
tumpahan cairan sperma sekitar vagina.
o Gunakan kondom hanya untuk sekali pakai
o Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman
o Sediakan kondom dalam jumlah cukup dirumah dan jangan disimpan ditempat yang
panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi rusak atau robek saat
digunakan
o Jangan gunakan kondom apabila kemasan robek atau kondom tampak rapuh/kusut
o Jangan gunakan minyak goring, minyak mineral, atau pelumas dari bahan petrolatum
karena akan segera merusak kondom

Penanganan efek samping dan masalah kesehatan lainya

Efek samping atau masalah Penanganan


kondom rusak atau diperkirakan bocor Buang dan pakai kondom baru atau pakai
(sebelum berhubungan) spermisida digabung kondom
Kondom bocor atau dicurigai ada curahan Jika dicurigai ada kebocoran,
divagina saat berhubungan pertimbagan pemberian Morning After
Pil
Dicurigai adanya reaksi alergi Reaksi alergi meskipun jarang dapat
(spermisida) sangat menggagu dan bisa berbahaya.
Jika keluhan menetap sesuda
berhubungan dan tidak ada gejala IMS,
berika kondom alami (produk hewani :
lamb skin atau gut) atau bantu klien
memilih metode lain
Mengurangi kenikmatan hubungan Jika penurunan kepekaan tidak bisa
seksual ditolelir biarpun kondom yang lebih tipis,
anjurkan pemakaian metode lain

BARIER INTRA VAGINA

Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita dan


immobilisasi/mematikan spermatozoa oleh spermisidnya.
Keuntungan Metode Barier Intra-vaginal :
a.   Mencegah kehamilan
b.   Mengurangi insidens penyakit akibat hubungan seks
Kerugian Metode Barier Intra-vaginal :
a.   Angka kegagalan relatif tinggi
b.   Aktivitas hubungan seks harus dihentikan sementara untuk memasang alatnya
c.   Perlu dipakai secara konsisten, hati hati dan terus-menerus pada setiap sanggama.

Diafragma (Diaphragma)
Pada tahun 1881 Mensinga dari Flensburg (Belanda) telah menciptakan untuk pertama kalinya diafragma
vaginal guna mencegah kehamilan.Dalam bentuk aslinya, diafragma vaginal ini terbuat dari cincin karet
yang tebal, dan diatasnya diletakkan selembar karet yang tipis. Kemudian dilakukan modifikasi dengan
semacam per arloji ; di atasnya diletakkan karet tipis yang berbentuk kubah (dome).
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam
vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
Diafragma dapat dipasang 6 jam atau lebih sebelum melakukan sanggama. Bila sanggama dilakukan
berulang kali pada saat yang sama, maka perlu ditambahkan spermisid setiap sebelum sanggama
berikutnya.  Diafragma tidak boleh dikeluarkan selama 6-8 jam setelah sanggama selesai, pembilasan
(douching) tidak diperkenankan, diafragma dapat dibiarkan didalam vagina selama 24 jam setelah
sanggama selesai, lebih lama dari itu kemungkinan dapat timbul infeksi.
Ukuran diafragma vaginal yang beredar di pasaran mempuunyai diameter antara 55 sampai 100 mm.
Tiap-tiap ukuran mempunyai perbedaan diameter masing-masing 5mm. Besarnya ukuran diafragma yang
akan dipakai oleh akseptor ditentukan secara individual.
1.  Manfaat kontrasepsi
a.   Efektif bila digunakan dengan benar
b.   Tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan klien
c.   Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6 jam sebelumnya
d.   Tidak menggangu kesehatan klien
e.   Tidak mempunyai pengaruh sistemik
2.  Manfaat non kontrasepsi
a.   Salah atu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS, khususnya apabila digunakan dengan spermisida.
b.   Bila digunakan pada saat haid, menampung darah menstruasi.
 Kerugian Diafragma :
1.  Memerlukan tingkat motivasi yang tinggi dari pemakai
2.  Wanita perlu memegang/manipulasi genitalia nya sendiri
3.  Menjadi mahal bila sering dipakai, disebabkan oleh biaya untuk spermisidnya
4.  Insersi relatif sukar
5.  Pada kasus tertentu, dapat terasa oleh suami saat senggama
6.  Beberapa wanita mengeluh kebasahan yang disebabkan oleh spermisidnya.
 Jenis diafragma antara lain :
a.  Flat spring (flat metal band)
Pinggir alas diafragma mempunyai lempengan logam yang pipih, diafragma ini dapat dipakai oleh
wanita dengan : otot otot vagina yang kuat, ukuran dan kontur vagina normal, arcus pubis yang dangkal
dibelakang simpisis pubis, multigravida, uterus anteflexi, serviks yang panjang yang mengarah ke
belakang.
b.  Coil spring (coiled wire)
Pinggir alas diafragma mempunyai kawat logam dengan pegas/per spiral yang bundar dan dilapisi karet,
diafragma ini terutama berguna untuk wanita dengan : otot otot vagina yang kuat, arcus pubis yang dalam
dibelakang os pubis tidak ada perubahan posisi uterus, ukuran dan kontur vagina norma.

c.  Arching spring (kombinasi metal spring)


Pinggir alas diafragma mempunyai pegas logam rangkap, diafragma ini cocok dengan wanita
dengan : tonus otot otot vagina yang jelek, sistokel/rektokel sedang, prolapsus uteri ringan, serviks yang
panjang yang mengarah ke depan.
 Kontraindikasi :
1.  Infeksi traktus urinarius yang berulang ulang
2.  Alergi terhadap latex atau spermisid
3.  Riwayat Sindrom Syok Toksik (Toxic Shock Syndrome)
4.  Postpartumn (bayi aterm) 6-12 minggu
 Efek samping dan komplikasi :
Efek samping yang serius umumnya tidak ada, bilamana diafragma dipakai sebagaimana
semestinya. Kadang kadang reaksi alergi dan iritasi vagina, infeksi.
 Sebab sebab kegagalan :
1.  Ketidaktauan cara pemasangan yang benar
2.  Ukuran diafragma tidak tepat
3.  Terjadinya perubahan letak diafragma selama sanggama
4.  Adanya cacat/kerusakan pada diafragma
b.  Kap Serviks (Cervical cap)
Suatu alat kontrasepsi yang hanya menutupi serviks saja.  Dibandingkan dengan diafragma,kap
serviks lebih dalam/tinggi kubahnya tetapi diameternya lebih kecil, umumnya lebih kaku, menutupi
serviks karena hisapan (suction), bukan karena pegas.  Zaman dahulu kap serviks terbuat dari
logam/plastik, sekarang yang banyak adalah dari karet.
Cara Kerja
Cervical caps akan menutupi pembukaan serviks sehingga menahan sperma agar tidak mendapatkan
akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus& tuba falopii) dan sebagai alat tempat
spermisida senjata sperma tambahan untuk membunuh sperma-sperma yang tidak tertahan pada kaps
serviks.

 Syarat pemakaian kap serviks


1.  Serviks harus dapat dicapai
2.  Serviks cukup panjang untuk menahan kap
3.  Serviks tidak luka

Macam-macam kap serviks


1.  Prentif Cavity Rim Cap
a.   Paling sering dipakai
b.   Tersedia dalam 4 ukuran, diameter dalam 22, 25, 28, dan 31 mm.
2.  Dumas atau Vault Cap
a.   Relatif dangkal, berbentuk mangkuk dengan pinggir alas yang tebal dan bagian tengah yang tipis.
b.   Tersedia dalam 5 ukuran, dari 50 – 75 mm
c.   Cocok untuk wanita yang tidak dapat memakai diafragma oleh karena tonus otot vagina yang kurang
baik atau wanita dengan seviks yang terlalu pendek
3.  VimuleCap
a.   Berbentuk lonceng panjang dengan pinggir yang menonjol (flanged) untuk memperkuat hubungan
dengan sekitarnya
b.   Cocok untuk wanita dengan :
-Tonus otot vagina kurang baik
-Cystocele
-Serviks yang lebih panjang dari rata-rata
c.   Tersedia dalam ukuran 42 – 55 mm
 Keuntungan
1.  Dapat digunakan selama menyusui
2.  Efektif, meskipun tanpa spermiside, bila dibiarkan di serviks untuk waktu > 24 jam, pemberian
spermiside sebelum bersenggama menambah efektifitasnya
3.  Tidak terasa oleh suami pada saat sanggama
4.  Dapat dipakai oleh wanita sekalipun ada kelainan anatomis/fungsional dari vagina misalnya sistokel,
rektokel, prolapsus uteri, tonus otot vagina yang kurang baik
5.  Jarang terlepas selama sanggama

 Kerugian
1.  Angka kegagalan tinggi
2.  Peningkatan risiko infeksi (cervisitis, cystitis)
3.  Membutuhkan evaluasi dari tenaga kesehatan
4.  Ketidaknyamanan ketika pemakaian, penggunaannya cukup sulit
5.  Ukuran cervical caps yang digunakan sewaktu-waktu harus diubah tergantung pada kehamilan,
abortus/keguguran, operasi pelvic atau perubahan berat badan
6.  Tidak boleh digunakan pada wanita yang sedang menstruasi
7.  Beberapa wanita merasa nyeri dan pasangannya merasa tidak nyaman
8.  Tidak dapat mencegah penyebaran IMS (infeksi menular seksual), HIV AIDS

 Kontraindikasi  :
1.  Bentuk serviks yang abnormal (ukuran, posisi), pap smear abnormal
2.  Postpartum 6-12 minggu
3.  Radang serviks (cervicitis) yang kronis, infeksi adneksa atau neoplasma serviks
4.  Otot vagina yang sensitive, erosi atau laserasi serviks
5.  Perdarahan pada vagina, termasuk ketika sedang menstrasi
6.  Riwayat TSS, Riwayat PID, atau alergi dengan karet atau spermiside

 Efek Samping dan Komplikasi


1.  Timbulnya sekret yan sangat berbau bila kap serviks dibiarkan terlalu lama didalam vagina
2.  Menyebabkan iritasi pada daerah vagina, serviks karen akontak yang terlalu lama dengan karet (kap)
dan spermiside nya
3.  Menyebabkan infeksi pada saluran kemih
4.  Berisiko terjadi Toxic Shock Syndrom (TSS). Hal ini terjadi jika pemakaian cervical caps dilakukan
pada saat menstruasi
5.  Bertambahnya abnormalitas serviks yang berhubungan dengan HPV

c. Spons (Sponge)
Spons kontrasepsi adalah bentuk modifikasi dari agen spermisidal.Macamnya seperti sponge kecil
berbentuk bantal. Spons ini mengandung cakram poliuretan nonoxynol-9 yang dipasng 24 jam sebelum
senggama. Setelah dibasahi, spons ditempatkan di serviks.
Spons ini dapat digunakan dalam beberapa kali senggama tanpa harus diganti. Spons ini sebaiknya baru
dilepas 6 jam setelah senggama. Walaupun lebih nyaman dibandingkan diafragma atau kondom, namun
efektifitas spons untuk kontrasepsi lebih rendah. Tidak dianjurkan untuk melakukan pembilasan
(douching).
 Cara Kerja :
1.  Melepaskan spermiside yang terkandung didalamnya
2.  Merupakan barrier antara spermatozoa dan spermiside
3.  Menjebak/menangkap spermatozoa ke dalam spons

 Efektifitas
Secara teori 5-8 kehamilan/100 wanita per tahun. Namun, dalam praktik nya 9-27/100 wanita per
tahun.

 Insersi spons
1.  Mula mula spons dibasahi dengan air ledeng sebanyak kira-kira 2 sendok makan, lalu diperas
secukupnya untuk menghilangkan air yang berlebihan
2.  Sponge kemudian dimasukkan ke dalam vagina sampai mencapai serviks

 Kontraindikasi
1.  Riwayat TSS atau alergi terhadap polyurethane atau spermisidenya
2.  Ketidakmampuan wanita untuk melakukan insersi dengan benar
3.  Kelainan anatomis dari vagina seperti prolaps uteri, sistokel, rektokel, retrofleks yang ekstrim, septum
vagina.

 Efek samping dan komplikasi


1.  Iritasi atau reaksi alergi yang umumnya disebabkan oleh spermisidenya
2.  Kemungkinan infeksi vagina oleh jamur bertambah besar
3.  Kemungkinan timbulnya TSS

 Efek non kontraseptif


Kemungkinan proteksi terhadap PHS
Kimiawi

SPERMISIDA

Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk menonaktifkan atau
membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk :

o Aerosol (busa)
o Tablet vaginal, suppositoria atau dissolvable film
o Krim

Cara kerja
Menyebabkan sel membransperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma, dan
menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.

Pilihan
o Busa (Aerosol) efektif seger setelah insersi
o Busa spermisidan dianjurkan apabila digunakan hanya sebagai metode kontrasepsi
o Tablet vagina, suppositoria dan film penggunaannya disarankan menunggu 10-15 menit
sesudah dimasukkan sebelum hubungan seksual
o Jenis permisida jelli biasanya hanya digunakan dengan diafragma

Manfaat
Kontrasepsi
o Efektif seketika (busa dank rim)
o Tidak mengganggu produksi ASI
o Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain
o Tidak menggangu kesehatan klien
o Tidak mempunyai pengaruh sistemik
o Mudah digunakan
o Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
o Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus

Nonkontrasepsi
Merupakan salah satu perlindungan terhadap IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS
Keterbatasan
o Efektivitas kurang (3-21 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama)
o Efektivitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan
o Ketergantungan pengguna dari motivasi berkelanjutan dengan memakai setiap melakukan
hubungan seksual
o Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi sebelum melakukan hubungan
seksual (tablet busa suppositoria dan film)
o Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam

Seleksi klien pengguna spermisida

Spermisida
Sesuai untuk klien yang Sesuai untuk klien yang
Tidak menyukai metode kontrasepsi Berdasarkan umur dan paritas serta
hormonal, seperti perokok atau diatas usia masalah kesehatan menyebabkan
35 tahun kehamilan dengan resiko tinggi
Tidak menyukai penggunaan AKDR Terinfeksi saluran uretra
Menyusui dan perlu kontrasepsi Tidak stabil secara spikis atau tidak suka
menyentuh alat kelaminnya (vulva dan
vagina)
Memerlukan proteksi terhadam IMS Mempunya riwayat syndrome syok karena
keracunan
Memerlukan metode sederhana sambil Ingin metode KB efektif
menunggu metode lain

Penanganan efek samping dan masalah lain

Efek samping dan masalah Penanganan


iritasi vagina periksa adanya vaginitis dan IMS. Jika
penyebabnya spermisida alihkan ke
spermisida lainnya dengan komposisi kimia
berbeda atau bantu klien memilih metode
lain.
Iritasi penis dan tidak nyaman Pemeriksaan IMS, jika penyebabnya
spermisida, alihkan ke spermisida lainnya
dengan komposisikimia berbeda atau bantu
klien memilih metode lain
Gangguan rasa panas di vagina Periksareaksi alergi atau terbakar.
Yakinkan bahwa rasa hangat adalah
normal. Jika tidak ada perubahan, alihkan
ke spermisida lainnya dengan komposisi
kimia berbeda atau bantu klien memilih
metode lain
Kegagalan tablet tidak larut pilih spermisida lain dengan komposisi
kimia berbeda atau bantu klien memilih
metode lain

cara penggunaan
o Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa atau krim) dan
insersi spermisda
o Penting untuk menggunakan spermisida setiap melakuka aktivitas hubungan seksual
o Jarak tunggu sesudah memasukkan tablet vagina atau suppositoria adalah 15 menit
o Tidak ada jarak tunggu setelah memasukkan busa
o Penting untuk mengikuti anjuran dari pabrik tentang acar penggunaan dan penyimpanan dari
setiap produk (misalnya kocok aerosol sebelum disi kedalam aplikator)
o Spermisada ditempatkan jauh didalam vagina sehingga servik terlindungi dengan baik

Aerosol
o Kocok tempat aerosol 20-30 menit sebelum digunakan
o Tempatkan container dengan posisi keatas, letakkan aplikator pada mulut container dan tekan
aplikator untuk mengisi busa
o Sambil berbaring lakukan inersi aplikator kedalam vagina medekati serviks
o Aplikator segera dicuci pakai sabun dan air, tiriskan dan keringkan. Jangan berbagi aplikator
dengan orang lain

Tablet vagina atau suppusitoria


o Cuci tangan sebelum membuka paket
o Lepaskan tablet atau suppositoria dari paket
o Sambil berbaring masukkan tablet vagina atau suppositoria jauh kedalam vagina
o Tunggu 10-15 menit sebelum mulai berhubungan seksual
o Sediakan selalu ekstra pengadaan tablet vagina atau suppositoria ditempat

Catatan : beberapa busa dan tablet vagina menyebabkan ras hangat di vagina. Itu normal-normal
saja

Krim
o Inersia krim setelah dikemas ke dalam aplikator
o tekan alat pendorong sampai krim keluar. Tidak perlu menunggu kerja krim.
o Aplikator harus dicuci dengan air sesuai dengan pencegahan infeksi untuk alat-alat, tiriskan
dan keringkan
o Untuk memudahkan pembersihan alat, pisahkan bagian-bagiannya. Jangan berbaki aplikator
dengan orang lain.
o Sediakan selalu ekstra pengadaan krim terutama apabila ternyata container kosong.

b. Tanpa alat

KB ALAMIAH

Pasangan secra sukarela mnghindari senggama pada masa subur ibu(ketika ibu tersebut dapat
menjadi hamil),atau senggama pada masa subur untuk mencapai kehamilan. Metode keluarga
berencana alamiah berdasarkan kesadaran penuh dari siklus reproduksi ibu tersebut.

Cara kerja
Metode Lendir Serviks atau lebih di kenal sebagai Metode Ovulasi Billings/MOB atau
metode dua hari Mukosa serviks dan Metode Sintotermal adalah yang paling efektif. Cara
yang kurang efektif misalnya sistem kalender atau pantang berkala dan metode suhu Basal
yang sudah tidak di ajarkan lagi oleh pengajar KBA. Hal ini di sebabkan oleh kegagalan yang
cukup tinggi dalam (>20%) dan waktu pantang yang lebih lama. Lagi pula sudah ada cara
lain yang lebih efektif dan masa pantng lebih singkat.

Mekanisme Kerja
Untuk kontrasepsi
Senggama di hindari pada masa subur yaitu pada fase siklus menstruasi dimana kemungkinan
terjadi konsepsi/kehamilan.

Untuk kontrasepsi/mencapai kehamilanan

Senggama di rencanakan pada masa subur yaitu dekat dengan siklus(biasanya pada hari ke
10-15), atau terdapat tanda-tanda adanya kesuburan, ketika kemungkinan besar terjadinya
konsepsi.

Manfaat
Kontrasepsi
 Dapat di gunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan.
 Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi
 Tidak ada efek samping sistemik
 Murah atau tanpa biaya

Non kontrasepsi

 Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana


 Menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi oleh suami dan istri
 Memungkinkan mengeratkan relasi/hubungan melalui peningkatan komukasi antara
suami istri/pasangan

Keterbatasan
 Sebagai kontrasepsi sedang (9-20 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama
pemakaian)
 Keefektifan tergantung dari kemauan dan disiplin pasangan untuk mengikuti instruksi.
 Perlu ada pelatihan sebagai persyaratan untuk menggunakan jenis KBA yang paling
efektif secara benar.
 Di butuhkan pelatih/guru KBA (bukan tenaga medis).
 Pelatih atau guru KBA harus mampu membantu ibu mengenali masa suburnya,
memotifasi pasangan untuk menaati peraturan jika ingin menghindari kehamilan dan
menyediakan alat bantu jika di perlukan: misalnya buku catatan khusus, thermometer
(oral atau suhu basal)
 Perlu pantang selama masa subur untuk menghindari kehamilan
 Perlu pencatatan setiap hari
 Infeksi vagina membuat lendir serviks sulit di nilai
 Thermometer basal di perlukan untuk metode tertentu
 Tidak terlindung dari IMS termasuk HBV ( Virus Hepatitis B) dan HIV/AIDS

Yang Dapat Menggunakan KBA

Untuk Kontrasepsi

 Semua perempuan semasa reproduksi,baik siklus daid teratur maupun tidak teratur,tidak
haid baik krena menyusui maupun pramenopause.
 Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara.
 Perempuan kurus ataupun gemuk
 Perempuan yang merokok.
 Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu a.1. hipertensi sedang, varieses,kista
ovarii,anemia defisiensi besi,hepatitis virus,malaria,thrombosis vena dalam,atau emboli
paru.
 Pasangan dengan alasan agama atau filosofi untuk tidak menggunakan metode lain.
 Perempuan yang tidak dapat menggunakan metode lain.
 Pasangan yang pantang senggama lebih dari seminggu pada setiap siklus haid.
 Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi, mencatat,dan menilai tanda
dan gejala kesuburan.
 Pasangan yang ingin mencapai kehamilan,senggama dilakukan pada masa subur untuk
mencapai kehamilan.

Keadaan Anjuran
Pengeluaran cairan vagina secara Jelaskan kepada klien bahwa akan
menetap menjadi lebih sulit untuk
memprediksi kesuburan dengan
menggunakan lendir servikz. Jika
dia kehendaki, bantu dia memilih
metode lain. Pada Metode Ovulasi
Billings (MOB)klien harus belajar
benar-benaruntuk mengenal Pola
Dasar ke-tidak-suburan.
Menyusui Jelaskan pada klien bahwa akan
menjadi lebih sulit untuk
memprediksi kesuburan dengan
menggunakan lendir serviks

METODE KALENDER
Metode kalender atau pantang berkala merupakan metode keluarga berencana alamiah
(KBA) yang paling tua. Pencetus KBA sistem kalender adalah dr. Knaus (ahli kebidanan
dari Vienna) dan dr. Ogino (ahli ginekologi dari Jepang). Metode kalender ini
berdasarkan pada siklus haid/menstruasi wanita. Knaus berpendapat bahwa ovulasi
terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Sedangkan Ogino berpendapat
bahwa ovulasi tidak selalu terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi, tetapi dapat terjadi
ntara 12 atau 16 hari sebelum menstruasi berikutnya. Hasil penelitian kedua ahli ini
menjadi dasar dari KBA sistem kalender.
 Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan
oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa
subur/ovulasi.
       KB sistem kalender adalah usaha untuk mengatur kehamilan dengan menghindari hubungan
badan selama masa subur seorang wanita. Sebab pembuahan memang hanya terjadi pada saat
masa subur, atau lebih tepatnya 12-24 jam setelah puncak masa subur (sel telur dilepas). 12-24
jam ini dari masa hidup sel telur rata-rata.
      Metode ini efektif bila dilakukan secara baik dan benar. Dengan penggunaan sistem
kalender setiap pasangan dimungkinkan dapat merencanakan setiap kehamilannya.
Berbeda dengan sistem kontrasepsi lainnya, sistem kalender menjanjikan aneka kelebihan
dan karena itu banyak yang lebih menyukainya.

Prinsip kerja metode kalender ini berpedoman kepada kenyataan bahwa wanita dalam
siklus haidnya mengalami ovulasi (subur) hanya satu kali sebulan, dan biasanya terjadi
beberapa hari sebelum atau sesudah hari ke-14 dari haid yang akan datang. Sel telur dapat
hidup selama 6-24 jam, sedangkan sel mani selama 48-72 jam, jadi suatu konsepsi
mungkin akan terjadi kalau koitus dilakukan 2 hari sebelum ovulasi. Hendaknya sebelum
memakai cara para pemakai harus diberikan penerangan medik yang jelas tentang cara ini.
            Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga tahapan:     
            1.    Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi).
      2.    Fertility phase (masa subur).                                                                                                        
3.  Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi).
Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-35 hari.
Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam kali siklus
berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat data yang telah dicatat.
Menghitung masa subur dengan siklus haid dan melakukan pantang berkala atau lebih dikenal
dengan
sistem kalender merupakan salah satu cara atau metode kontrasepsi alami (Kb alami) dan
sederhana yang
dapat dikerjakan sendiri oleh pasangan suami istri dengan cara tidak melakukan
sanggama pada masa subur.
Sebelum menggunakan metode ini, tentunya pasangan suami istri harus mengetahui masa subur.
Siklus masa subur pada tiap wanita tidak sama. Untuk itu perlu pengamatan minimal 6 kali siklus
menstruasi. Berikut ini cara mengetahui dan menghitung masa subur:
      1.    Bila siklus haid teratur (28 hari) :
a.    Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1.
b.Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid
      2.    Bila siklus haid tidak teratur :
a.    Catat jumlah hari dalam satu siklus haid selama 6 bulan (6 siklus). Satu siklus haid dihitung
mulai dari hari pertama haid saat ini hingga hari pertama haid berikutnya, catat panjang
pendeknya.
b.    Masukan dalam rumus; jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18.
Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur.
c.    Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari
terakhir masa subur.
Kontrasepsi dengan menggunakan sistem kalender dapat menghindari risiko kesehatan yang
berhubungan dengan kontrasepsi. Bagi keluarga yang kesulitan untuk mendapatkan alat
kontrasepsi sangat cocok untuk menggunakan metode kontrasepsi ini selain tidak memerlukan
biaya juga tidak perlu mencari tempat pelayanan kontrasepsi. Menggunakan sistem kalender perlu
kerjasama yang baik antara suami istri karena metode ini perlu kemauan dan disiplin pasangan
dalam menjalankannya. Masa berpantang yang cukup lama akan mengakibatkan pasangan tidak
bisa menanti sehingga melakukan hubungan pada waktu masih berpantang. Tapi bukan masalah
bila saja pasangan membiasakan menggunakan kondom pada saat subur.

 Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif adalah:
1)    Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel sperma dalam saluran
reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari).
2)    Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi, diinterpretasikan
sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan masa tidak subur sebelum dan setelah
ovulasi menjadi tidak tepat.
3)    Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri.
4)    Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan perubahan jenis
mukus/lendir serviks yang menyertainya.
5)    Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya perdarahan menstruasi.
Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak subur menjadi tidak tepat.

Keuntungan dan kerugian


           1.    Keuntungan
a.    Ditinjau dari segi ekonomi : KB kalender dilakukan secara alami dan tanpa biaya sehingga tidak
perlu mengeluarkan biaya untuk membeli alat kontrasepsi.
b.    Dari segi kesehatan : sistem kalender ini jelas jauh lebih sehat karena bisa dihindari adanya efek
sampingan yang merugikan seperti halnya memakai alat kontrasepsi lainnya (terutama yang
berupa obat).
c.    Dari segi psikologis : yaitu sistem kalender ini tidak mengurangi kenikmatan hubungan itu
sendiri seperti bila memakai kondom misalnya. Meski tentu saja dilain pihak dituntut kontrol diri
dari pasangan untuk ketat berpantang selama masa subur.
 2.   Kerugian
Kemungkinan kegagalan yang jauh lebih tinggi. Ini terutama bila tidak dilakukan pengamatan yang
mendalam untuk mengetahui dengan pasti masa subur, karena tidak ada yang bisa menjamin
ketepatan perhitungan sebab masa suburpun terjadi secara alami, selain itu kedua pasangan tidak bisa
menikmati hubungan suami istri secara bebas karena ada aturan yang ditetapkan dalam sistem ini.
Masa berpantang yang cukup lama dapat membuat pasangan tidak bisa menanti dan melakukan
hubungan pada waktu berpantang.
Kerugian lain dari KB kalender adalah bahwa waktu yang tepat dari ovulasi sulit untuk ditentukan,
ovulasi umumnya terjadi 14 ±2 hari sebelum hari pertama haid yang akan datang. Dengan demikian
pada wanita dengan haid yang tidak teratur, saat terjadi ovulasi, sulit atau sama sekali tidak dapat
diperhitungkan. Selain itu, ada kemungkinan bahwa pada wanita dengan haid teratur oleh salah satu
sebab (misalnya karena sakit) ovulasi tidak datang pada saat semestinya.

Indikasi
Metode ini mudah dilaksanakan, tetapi dalam prakteknya sukar menentukan pada saat ovulasi dengan
tetap. Hanya sedikit wanita yang mempunyai daur haid teratur, lagi pula dapat terjadi variasi, lebih-
lebih setelah persalinan dan pada tahun-tahun menjelang menopaus.

Efektivitas
Bagi wanita dengan siklus haid teratur, efektifitasnya lebih tinggi dibandingkan wanita yang siklus
haidnya tidak teratur. Angka kegagalan berkisar antara 6 – 42. Metode kalender akan lebih efektif bila
dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri
harus mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu,
diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih
efektif bila digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson
dan kawan-kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan
metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per 100 wanita per
tahun.

METODE SUHU BASAL


Ibu dapat mengenali masa subur ibu dengan mengukur suhu badan secara teliti dengan
termometer khusus yang bisa mencatat perubahan suhu sampai 0,1  ∙C untuk mendektesi,
bahkan suatu perubahan kecil, suhu badan anda.

Pakai Aturan Perubahan Suhu

 Ukur suhu ibu pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangun dari tempat
tidur) dan catat suhu ibu pada kartu yang disediakan oleh instruktur KBA ibu.
 Pakai catatatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid ibu untuk
menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “ normal, rendah ” ( misalnya, catatan suhu
harian pada pola tertentu tanpa suatu kondisi yang luar biasa ). Abaikan setiap suhu tinggi
yang disebakan oleh demam atau gangguan lain.
 Tarik garis pada 0,005 sampai 0,1 C diatas suhu tertinggi dari suhu 10 hai tersebut. Ini
dinamakan garis pelindung (cover line) atau garis suhu.
 Masa tidak subur mulai pada sore setelah hari ketiga berturut-turut suhu berada diatas
garis pelindung tersebut (Aturan Perubahan Suhu).

Untuk Kontrasepsi
Pantang sanggama mulai dari awal siklus haid samapi sore hari ketiga brturut-turut setelah
suhu berada diatas garis pelindung (cover line). Masa pantang pada aturan perubahan suhu
lebih panjang dari pemakaian MOB.
Catatan
 jika salah satu dari tiga suhu berada dibawah garis pelindung (cover line). Selama
perhitungan 3 hari, ini mungkin tanda bahwa ovulasi belum terjadi. Untuk menghindari
kehamilan tunggu sampai 3 hari berturut-turut suhu tercatat diatas garis pelindung
sebelum memulai sanggma.
 Ketika mulai masa tidak subur tidak perlu untuk mencatat suhu basal ibu. Ibu dapat
berhenti mencatat sampai haid berikut mulai dan bersanggama sampai hari pertama haid
berikutnya.

METODE LENDER SERVIKS


 Metode Lendir Serviks Billing’s/Metode Ovulasi Billing’s (MOB)

Anda dapat mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks yang keluar dari vagina,
pengamatan sepanjang hari dan ambil kesimpulan pada malam hari. Periksa lendir dengan jari tangan
atau tisu di luar vagina dan perhatikan perubahan perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan untuk
periksa ke dalamvagina.

 Untuk Menggunakan Metode Ovulasi Billing’s (MOB) Ini, seorang perempuan harus belajar
mengenal Pola Kesuburan dan Pola Dasar Ke-Tidak-Suburannya. Untuk menghindari kekeliruan
dan untuk menjamin keberhasilan pada awal masa belajar, pasangan diminta secara penuh tidak
bersenggama pada satu siklus haid, untuk mengenali pola kesuburan dan pola ketidaksuburan.
 Pola Kesuburan adalah pola yang terus berubah, dan Pola Dasar Ke-Tidak-Suburan adalah
pola yang sama sekali tidak berubah dari hari kehari. Keua pola ini mengikuti kegiatan hormon-
hormon (Khususnya Estrogen Dan Progestoren) yang mengontrol daya tahan hidup sperma dan
pembuahan. Oleh karena itu, dapat informasi yang dapat diandalkan untuk mendapatkan atau
menunda kehamilan.
 Suatu Catatan Yang Sederhana Dan Tepat Adalah Kunci Untuk Keberhasilan. Suatu rangkaian
kode digunakan untuk melengkapi catatan. Kode ini harus cocok dengan budaya lokaldan dapat
digunakan oleh pengguna KBA, secara luas. Dibeberapa tempat dipakai tempelan/stiker atau tinta
berwarna, ditempat lain lebih praktis membuat kode yang dapat ditulis dengan tangan ; ada juga
yang mengombinasikan keduanya yaitu kode yang dtulis tangan dengan menggunakan tinta
berwarna. Contoh berikut adalah tabel pencatatan kode untuk siklus normal (teratur) biasa,
berkisar antara 28 hari dan siklus normal (teratur) pendek, berkisar antara 20-25 hari.

1. Hari-hari kering : setelah darah haid bersih, kebanyakan ibu mempunyai 1 sampai beberapa
hari tidak terlihat adanya lendir dan daerah vagina terasa kering. Ini dinamakan hari-hari
kering.
2. Hari-hari subur : ketika terobservasi adanya lendir sebelum ovulasi, ibu dianggap subur, ketika
terlihat adanya lendir, walaupun jenis lendir kental dan lengket. Lendir subur yang basah
dan licin mungkin sudah ada di serviks dan hari subur sudah di mulai.
3. Hari puncak : adalah hari terakhir adanya lendir paling licin, mulur, dan ada perasaan basah.

METODE SIMTOTERMAL
Ibu harus mendapat instruksi untuk metode lendir serviks dan suhu basal. Ibu dapat
menentukan masa subur ibu dengan mengamati suhu tubuh dan lendir serviks.
 Setelah darah haid berhenti, ibu dapat bersanggama pada malam hari pada hari kering
dengan berselang sehari selama masa tidak subur. Ini adalah Aturan Selang Hari
Kering ( Aturan Awal). Aturan yang sama dengan Metode Lendir Serviks.
 Masa subur mulai ketika ada perasaan basah atau munculnya lendir,ini adalah Aturan
Awal. Aturan yang sama dengan Metode Lendir Serviks. Berpantang bersanggama
sampai masa subur berakhir.
 Pantang bersanggama sampai Hari Puncak dan Aturan Perubahan Suhu telah terjadi.
 Apabila aturan ini tidak mengidentifikasi hari yang sama sebagai akhir masa subur, selalu
ikuti aturan yang paling konservasif, yaitu aturan yang mengidentifikasi masa subur yang
Paling Panjang.

COITUS INTERUKTUS

Atau senggema terputus adalah mtode keluarga berencana tradisional/alamiah, dimana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi.

Cara kerja
Alat kelamin (penis) di keluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam
vagina, maka tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum,dan kehamilan dapat di
cegah.ejakulasi di luar vagina untuk mengurangi kemungkinan air mani mencapai rahim.

Efektifitas
Metode coitus interuktus akan efektif apabila di lakukan dengan benar dan konsisten. Angka
kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan pertahun. Pasangan yang mempunyai
pengandalian diri yang besar, pengalaman dan kepercayaan dapat menggunakan metode ini
menjadi lebih efektif.

Manfaat
Coitus interutus memberikan manfaat baik secra kontrasepsi maupun nonkontrasepsi
Manfaat kontrasepsi
1. Alamiah
2. Efektif bila di lakukan dengan benar
3. Tidak menggangu produksi ASI
4. Tidak ada efek samping
5. Tidak membutuhkan biaya
6. Tidak membutuhkan persiapan khusus
7. Dapat di kombinasi dengan metode kontrasepsi lain
8. Dapat di gunakan setiap waktu

Manfaat Nonkontrasepsi
1. Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi
2. Menanamkan sifat saling pengertian
3. Tanggung jawab bersama dalam KB

Cara coitus intruktus


1. Sebelum melakukan hubungan seksual,pasangan harus saling membangun kerja sama dan
pengertian terlebih dahulu. Keduanya harus mendiskusikan dan sepakat untuk menggunakan
metode senggama terputus.
2. Sebelum melakukan hubungan seksual, suami harus mengosongkan kandung kemih dan
bembersihkan ujung penis untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya
3. Apabila merasakn ejakulasi,suami harus mengeluarkan penisnya dari vagina pasangannya
dan mengeluarkan sperma di luar vagina
4. Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama senggama
5. Pastikan suami tidak terlambat melaksanakannya
6. Senggama di anjurkan tidak di lakukan pada masa subur.

Yang Seharusnya Tidak Menggunakan KBA

 Perempuan yang dari segi umur,peritas atau masalah kesehatannya membuat kehamilan
menjadi suatu kondisi resiko tinggi.
 Perempuan sebelumnya mendapat haid (menyususi,segera setealah abortus),kecuali MOB.
 Perempua dengan siklus haid yang tidak teratur, kecuali MOB.
 Perempuan yang pasangannya Tidak mau bekerjasama (berpantang) selama waktu tertentu
dalam siklus haid.
 Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genialianya.

2. Kontrasepsi Hormonal
ORAL KONTRASEPSI
SUNTIKAN/INJEKSI
9) KB keadaaan khusus

KB PASCA PERSALINAN

KB PASCA KEGUGURAN

KB KEADAAN DARURAT

AKDR POS PLASENTA

IUD post plasenta adalah IUD yang dipasang dalam waktu 10 menit setelah lepasnya plasenta pada

persalinan pervaginam (EngenderHealth, 2008).

10) Cara Kerja

IUD yang dipasang setelah persalinan selanjutnya juga akan berfungsi seperti IUD yang dipasang saat

siklus menstruasi. Pada pemasangan IUD post plasenta, umumnya digunakan jenis IUD yang

mempunyai lilitan tembaga yang menyebabkan terjadinya perubahan kimia di uterus sehingga sperma

tidak dapat membuahi sel telur.

b)     Jenis

      Ada 3 macam IUD yang biasanya digunakan yaitu Copper T 380A, Multiload Copper 375, dan

IUD dengan levonorgestrel. IUD jenis Copper T 380A sangat banyak tersedia dan pada program

pilihan KB Pascapersalinan, jenis IUD Copper T 380A ini paling banyak digunakan karena selain

karakteristiknya yang baik, harga IUD jenis ini juga lebih terjangkau issal ing dengan jenis IUD

yang lain. IUD dengan levonorgestrel ( issal Mirena) belum terlalu banyak tersedia dan jika tersedia
harganya mahal, dan IUD jenis ini biasanya tidak direkomendasikan sebagai IUD post partum

(Category 3 in WHO’s medical eligibility criteria, 2010). 

c)     Efektivitas

Efektivitas sangat tinggi. Tiap tahunnya 3-8 wanita mengalami kehamilan dari 1000 wanita yang

menggunakan IUD jenis Copper T 380A. Kejadian hamil yang tidak diinginkan pada pasca insersi IUD

post plasenta sebanyak 2.0 – 2.8 per 100 akseptor pada 24 bulan setelah pemasangan. Setelah 1 tahun,

penelitian menemukan angka kegagalan IUD post plasenta 0.8 %, dibandingkan dengan pemasangan

setelahnya. Sesuai dengan kesepakatan WHO, IUD dapat dipakai selama 10 tahun walaupun pada

kemasan tercantum efektifitasnya hanya 4 tahun (BKKBN, 2010).

d)     Keuntungan

1)    Langsung bisa diakses oleh ibu yang melahirkan di pelayanan kesehatan

2)    Efektif dan tidak berefek pada produksi menyusui

3)    Aman untuk wanita yang positif menderita HIV

4)    Kesuburan dapat kembali lebih cepat setelah pelepasan

5)    Resiko terjadi infeksi rendah yaitu dari 0,1-1,1 %

6)    Kejadian perforasi rendah yaitu sekitar 1 kejadian perforasi dari jumlah populasi 1150 sampai

3800 wanita

7)    Mudah dilakukan pada wanita dengan epidural

8)    Sedikit kasus perdarahan daripada IUD yang dipasang di waktu menstruasi

e)      Kelemahan

Angka keberhasilannya ditentukan oleh waktu pemasangan, tenaga kesehatan yang memasang,

dan teknik pemasangannya. Waktu pemasangan dalam 10 menit setelah keluarnya plasenta

memungkinkan angka ekspulsinya lebih kecil ditambah dengan ketersediaan tenaga kesehatan yang

terlatih (dokter atau bidan) dan teknik pemasangan sampai ke fundus juga dapat meminimalisir

kegagalan pemasangan.

f)      Efek Samping dan Komplikasi


1)    Ekspulsi

Angka kejadian ekspulsi pada IUD sekitar 2-8 per 100 wanita pada tahun pertama setelah

pemasangan. Angka kejadian ekspulsi setelah post partum juga tinggi, pada insersi setelah plasenta lepas

kejadian ekspulsi lebih rendah daripada pada insersi yang dilakukan setelahnya. Gejala ekspulsi antara

lain kram, pengeluaran per vagina, spotting atau perdarahan, dan dispareni.

2)    Kehamilan

Kehamilan yang terjadi setelah pemasangan IUD post plasenta terjadi antara 2.0-2.8 per 100 akseptor

pada 24 bulan.  Setelah 1 tahun, studi menyatakan angka kegagalannya 0,8 % dibandingkan dengan

pemesangan IUD saat menstruasi.

3)    Infeksi

Prevalensi infeksi cenderung rendah yaitu sekitar 0,1 % sampai 1,1 %.

4)    Perforasi

Perforasi rendah yaitu sekitar 1 kejadian perforasi dari jumlah populasi 1150 sampai 3800 wanita. 

g)      Kontraindikasi pemasangan

1)  Ruptur membrane yang lama (lebih dari 24 jam)

2)  Demam atau ada gejala PID

3)  Perdarahan antepartum atau post partum yang berkelanjutan setelah bayi lahir

4)  Gangguan pembekuan darah, issal DIC yang disebabkan oleh pre eklampsi atau eklampsi

5)  Perdarahan pervagina yang belum diketahui sebabnya

6)  Penyakit tropoblas dalam kehamilan (jinak atau ganas)

7)  Abnormal uterus

8)  Adanya dugaan kanker uterus (TBC pelvic)

9)  AIDS Tanpa Terapi Antiretroviral

KONTRASEPSI PADA WANITA USIA DIATAS 35 TAHUN

Anda mungkin juga menyukai