Anda di halaman 1dari 36

KONTRASEPSI METODE BARIER

Pengertian kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi)
atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim. Terdapat
beberapa metode yang digunakan dalam kontrasepsi. Metode dalam kontrasepsi tidak ada
satupun yang efektif secara menyeluruh. Meskipun begitu, beberapa metode dapat lebih
efektif dibandingkan metode lainnya. Efektivitas metode kontrasepsi yang digunakan
bergantung pada kesesuaian pengguna dengan instruksi. Perbedaan keberhasilan metode
juga tergantung pada tipikal penggunaan (yang terkadang tidak konsisten) dan penggunaan
sempurna (mengikuti semua instruksi dengan benar dan tepat). Perbedaan efektivitas
antara penggunaan tipikal dan penggunaan sempurna menjadi sangat bervariasi antara
suatu metode kontrasepsi dengan metode kontrasepsi yang lain.
Keistimewaan metode barier (penghalang) ini adalah mencegah infertilitas, kanker servix
dan PMS dan meningkatkan partisipasi pria dalam kontrasepsi. Metode barier terdiri dari 3
jenis yaitu :

I. KONDOM
• Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah IMS termasuk HIV/
AIDS
• Efektif bila dipakai dengan baik dan benar
• Dapat dipakai bersama kontrasepsi lain untuk mencegah IMS
Kondom merupakan selubung / sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan di
antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang
pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk
silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau
mempunyai bentuk seperti puting susu. Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom
baik untuk menigkatkan efektivitasnya (misalnya penambahan spermisida) maupun sebagai
aksesoris aktivitas seksual.

Modifikasi tersebut dilakukan dalam hal :


• Bentuk
• Warna
• Pelumas
• Ketebalan
• Bahan

Cara Kerja :
• Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas
sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak
tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.
• Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasang
kepada pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan
vinil)

Efektivas :
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan seksual. Pada
beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten.
Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per
100 perempuan per tahun.
Manfaat :
• Kontrasepsi
 Efektif bila digunakan dengan benar
 Tidak mengganggu produksi asi
 Tidak mengganggu kesehatan klien
 Tidak mempunyai pengaruh sistemik
 Murah dan dapat dibeli secara umum
 Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
 Metode kontrasepsi sementar bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda

• Nonkontrasepsi
 Memberi dorongan kepada pria untuk ikut ber KB
 Dapat mencegah penularan IMS
 Mencegah ejakulasi dini
 Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi bahan karsinogenik
eksogen pada serviks)
 Saling berinteraksi sesama pasangan
 Mencegah imuno fertilitas

Keterbatasan
 Efektivitas tidak terlalu tinggi
 Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
 Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan langsung)
 Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk mempertahankan ereksi
 Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksusal
 Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum
 Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal limbah

Penilaian klien
Klien tidak memerlukan atau membutuhkan anamnesis atau pemeriksaan khusus untuk
pemakaian kondom, tetapi mereka perlu diberi penjelasan lisan atau instruksi tertulis.
Kondisi yang perlu dipertimbangkan untuk seleksi penggunaan kondom dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 1 : seleksi klien pengguna kondom
Kondom
Sesuai intuk pria yang : Tidak sesuai untuk pria yang :
Ingin berpartisipasi dalam program KB Mempunyai pasangan yang berisiko tinggi apabila
terjadi kehamilan

Ingin segera mendapatkan alat kontrasepsi Alergi terhadap bahan dasar kondom
Ingin kontrasepsi sementara Menginginkan kontrasepsi jangka panjang
Ingin kontrasepsi tambahan Tidak mau terganggu dengan berbagai persiapan untuk
melakukan hubungan seksual
Hanya ingin menggunakan alat kontrasepsi jika akan berhubungan Tidak pedul berbagai
persyaratan kontrasepsi
Berisiko tinggi tertular / menularkan IMS

Cara Penggunaan / Instruksi Bagi Klien


• Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual
• Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spermisida ke dalam kondom
• Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting atau benda tajam
lainnya pada saat mebuka kemasan
• Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada gland penis dan
tempatkan pada bagian penampung sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan
karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut ke arah pangkal penis. Pemasangan
ini harus dilakukan sebelum penetrasi penis ke vagina.
• Bila kondom tidak mempunyai tmpat penampungan sperma pada bagian ujungnya, maka
saat memakai longgarkan sedikit bagian ujungnya agar tidak terjadi robekan pada saat
ejakulasi.
• Kondom dilepas sebelum penis melembek.
• Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga kondom tidak terlepas
pada saat penis dicabut dan lepaskan kondom diluar vagina agar terjadi tumpahan cairan
sperma disekitar vagina.
• Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai.
• Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman
• Sediakan kondom dalam jumlah cukup dirumah dan jangan disimpan ditempat yang
panas karena hal ini dapat menyebabkan kondom menjadi rusak atau robek saat
digunakan.
• Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom tampak rapuh / kusut
• Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral, atau pelumas dari bahan petrolatum
karena akan segera merusak kondom.
Memberikan persediaan kondom kepada klien
• Jumlah kondom yang diberikan dapat bervariasi menurut pertimbangan orang per orang.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah frekuensi hubungan seksual, jarak dari
klinik / tempat pelayanan dan pemintaan khusus. Kondom dibagikan dalam jumlah yang
cukup untuk melindungi pasangan selama 6 bulan.
• Kondom yang diberikan pada klien harus terjamin mutunya dan petugas klinik harus
mengetahui jenis dan spesifikasi dari kondom yang disalurkan dan sudah melalui pengkajian
mutu. Kalau ada keraguan tentang mutu kondom sebaiknya jangan diberikan, kalau
terpaksa diberikan sebaiknya dipakai bersama-sama dengan spermisida.
Tabel 2 : penanganan efek samping dan masalah kesehatan lainnya
Efek samping atau masalah Tidak sesuai untuk pria
Kondom rusak / diperkirakan bocor (sebelum berhubungan) Buang dan pakai kondom baru
atau pakai spermisida digabung kondom
Kondom bocor atau dicurigai ada curahan di vagina saat behubungan Jika dicurugai ada
kebocoran, pertimbangkan pemberian Morning After Pill
Dicurigai adanya reaksi aleergi (spermisida) Reaksi alergi, meskipun jarang, dapat
mengganggu dan bisa berbahaya. Jika keluhan menetap sesudah berhubungan dn tidak ada
gejala IMS, berika kondom alami (lamb skin atau gut) atau bantu klien memilih metode lain
Mengurangi kenikmatan hubungan seksual Jika penurunan kepekaan tidak bisa ditolerir
biarpun dengan kondom yang lebih tipis, anjurkan pemakaian metode lain.

II. DIAFRAGMA
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang
diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
Jenis:
• Flat spring (flat metal band)
• Coil spring (coiled wire)
• Arching spring (kombinasi metal spring)
Cara kerja :
Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian
atas (uterus dan tuba falopi) dan sebagai alt tempat spermisida
Manfaat :
• Kontrasepsi :
 Efektif bila digunakan dengan benar
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6 jam sebelumnya
 Tidak mengganggu kesehatan klien
 Tidak mempunyai pengaruh sistemik

• Non kontrasepsi :
 Salah satu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS, khusus apabila digunakan dengan
spermisida
 Bila digunakan pada saat haid, menampung darah menstruasi

Keterbatasan
• Efektivitas sedang (bila digunakan dengan spermisida angka kegagalan 6-18 kehamila per
100 perempuan per tahun pertama
• Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengikuti cara penggunaan
• Motivasi diperlukan berkesinambungan dengan menggunakannya setiap berhubungan
seksual
• Pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan untuk memastikan
ketepatan pemasangan
• Pada bebrapa pengguna menjadi penyebab infeksi saluran uretra
• Pada 6 jam pascahubungan seksual, alat masih harus berada di posisinya.
Tabel 3: Seleksi klien pengguna diafragma
Diafragma
Sesuai untuk perempuan yang Tidak sesuai untuk perempuan yang
• Tidak menyukai metode kontrasepsi hormonal, seperti perokok, atau di atas usia 35 thn.
• Tidak menyukai AKDR
• Menyusui dan perlu kontrasepsi
• Memerlukan proteksi terhadap IMS
• Memerlukan metode sederhana sambil menunggu metode yang lain. • Berdasarkan umur
dan paritas serta masalah kesehatan menyebabkan kehamilan menjadi beresiko tinggi.
• Terinfeksi saluran uretra
• Tidak stabil secara psikis atau tidak suka menyentuh alat kelaminnya (vulva dan vagina).
• Mempunyai riwayat sindrom syok karena keracunan.
• Ingin metode KB efektif.

Tabel 4 : Penanganan efek samping


Efek samping Penanganan
• Infeksi saluran uretra • Pengobatan dengan antibiotika yang sesuai, apabila diafragma
menjadi pilihan utama dalam ber-KB. Sarankan untuk segera mengosongkan kandung
kemih setelah melakukan hubungan seksual atau sarankan memakai metode lain.
• Dugaan adanya reaksi alergi difragma atau dugaan adanya reaksi alergi spermisida. •
Walaupun jarang terjadi, terasa kurang nyaman dan mungkin berbahaya. Jika ada iritasi
vagina, khususnya pasca sanggama, dan tidak mengidap IMS, berikan spermisida yang lain
atau bantu untuk memilih metode lain.
• Rasa nyeri pada tekanan terhadap kandung kemih/rektum. • Pastikan ketepatan letak
difragma apabila alat terlalu besar. Cobalah dengan ukuran yang lebih kecil. Tindaklanjuti
untuk meyakinkan masalah telah ditangani.
• Timbul cairan vagina dan berbau jika dibiarkan lebih dari 24 jam. • Pemeriksa adanya IMS
atau benda asing dalam vagina, jika tidak ada, sarankan klien untuk melepas diafragma
setelah melakukan hubungan seksual, tapi tidak kurang dari 6 jam setelah aktivitas
terakhir. Setelah diangkat (diafragma harus di cuci dengan hati-hati menggunakan sabun
cair dan air, jangan menggunakan bedak jika akan disimpan). Jika mengidap IMS, lakukan
pemrosesan alat sesuai dengan pencegahan infeksi.

Cara Penggunaan/Instruksi bagi Klien


• Gunakan difragma setiap kali melakukan hubunngan sekksual.
• Pertama kosongkan kandung kemih dan cuci tangan.
• Pastikan diafragma tidak berlubang (tes dengan mengisi difragma dengan air, atau
melihat menembus cahaya).
• Oleskan sedikit spermisida krim atau jelli pada kap diafragma (untuk memudahkan
pemasangan tambahkan krim atau jelli, remas bersamaan dengan pinggirannya).
• Posisi saat pemasangan diafragma:
 Satu kaki diangkat ke atas kursi atau dudukan toilet.
 Sambil berbaring
 Sambil jongkok.
• Lebarkan kedua bibir vagina.
• Masukkan diafragma vagina jauh ke belakang, dorong bagian depan pinggiran ke atas di
balik tulang pubis.
• Masukan jari ke dalam vagina sampai menyentuh serviks, sarungkan karetnya dan
pastikan serviks telah terlindungi.
• Diafragma dipasang di vagina sampai 6 jam sebelum hubungan seksual. Jika hubungan
seksual berlangsung di atas 6 jam setelah pemasangan, tambahkan spermisida ke dalamm
vagina.
• Mengangkat dan mencabut diafragma dengan menggunakan jari telunjuk dan tengah.
• Cuci dengan sabun dan air, keringkan sebelum disimpan kembali ditempatnya.

III. SPERMISIDA
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk menonaktifkan
atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk:
• Aerosol (busa)
• Tablet vagina, suppositoria, atau dissovable film.
• Krim

Cara Kerja
Menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma, dan
menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
Pilihan
• Busa (aerosol) efektif setelah insersi.
• Busa spermisida dianjurkan apabila digunakan hanya sebagai metode kontrasepsi.
• Tablet vagina, suppositoria, dan film penggunaannya disarankan menunggu 10 – 15 menit
sesudah dimasukkan sebelum hubungan seksual.
• Jenis spermisida jelli biasanya hanya digunakan dengan diafragma.
Manfaat
• Kontrasepsi:
 Efektif seketika (busa dan krim).
 Tidak mengganggu produksi ASI.
 Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain.
 Tidak mengganggu kesehatan klien.
 Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
 Mudah digunakan.
 Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
 Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.

• Nonkontrasepsi :
 Merupakan salah satu perlindungan terhadap IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS.
Keterbatasan
• Efektivitas kurang (3 – 21 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama).
• Efektifitas sebagai kontrasepsi bergantung pada kepatuhan mengetahui cara penggunaan.
• Ketergantungan pengguna dari motivasi berkelanjutan dengan memakai setiap melakukan
hubungan seksual (tablet busa vagina, suppositoria dan film).
• Efektifitas aplikasi hanya 1-2 jam.

Tabel 5 : Seleksi klien pengguna spermisida


Spermisida
Sesuai untuk perempuan yang: Tidak sesuai untuk perempuan yang:
• Tidak menyukai metode kontrasepsi hormonal, seperti perokok atau diatas 35 tahun.
• Tidak menyukai penggunaan AKDR.
• Menyusui dan perlu kontrasepsi.
• Memerlukan proteksi terhadap IMS.
• Memerlukan metode sederhana sambil menunggu metode yang lain. • Berdasarkan umur
dan paritas serta masalah kesehatan menyebabkan kehamilan dengan resiko tinggi.
• Terinfeksi saluran uretra.
• Tidak stabil secara psikis atau tidak suka menyentuh alat kelaminnya(vulva dan vagina).
• Mempunyai riwayat sindrokkarena keracunan.
• Ingin metode KB efektif.

Tabel 6: Penanganan efek samping dan masalah lain


• Efek sampi dan masalah • Penanganan
• siIritasi vagina. • Periksa adanya vaginitis dan IMS. Jika penyebabnya spermisida, alihkan
ke spermisida lainnya dengan komposisi kimia berbeda atau bantu klien memilih metode
lain.
• Iritasi penis dan tidak nyaman. • Periksa IMS, jika penyebabnya spermisida, alihkan ke
spermisida lainnya dengan komposisi kimia berbeda atau bantu klien memilih metode lain.
• Gangguan rasa panas di vagina. • Periksa reaksi alergi atau terbakar. Yakinkan bahwa
rasa hangat adalah normal. Jika tidak ada perubahan. alihkan ke spermisida lainnya dengan
komposisi kimia berbeda atau bantu klien memilih metode lain.
• Kegagalan tablet tidak larut. • Pilih spermisida lainnya dengan komposisi kimia berbeda
atau bantu klien memilih metode lain.

Cara Penggunaan/instruksi bagi kien:


• Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengisi aplikator (busa atau krim )
dan insersi spermisida.
• Penting untuk menggunakan spermisida setiap melakukan aktivitas hubungan seksual.
• Jarak tunggu sesudah setelah memasukkan tablet vagina atau suppositoria adalah 10-15
menit.
• Tidak ada jarak tunggu setelah memasukkan busa.
• Penting untuk mengikuti anjuran dari pabrik tentang car penggunaan dan penyimpanan
dari setiap produk (misalnya kocok aerosol sebelum di isi ke dalam aplikator)
• Spermisida di tempatkan jauh di dalam vagina sehingga serviks terlindungi dengan baik.
Aerosol (busa).
• Kocok tempat aerosol 20-30 menit sebelum digunakan.
• Tempatkan kontainer dengan posisi keatas,letakkan aplikator pada mulut kontainer, dan
tekan aplikator untuk mengisi busa.
• Sambil berbaring lakukan insersi aplikator kedalam vagina mendekati serviks. Dorong
sampai busa keluar.
• Aplikator segera di cuci pakai sabun dan air, tiriskan, dan keringkan. Jangan berbagi
aplikator dengan orang lain.
Tablet vagina atau sippositoria
• Cuci tangan sebelum membuka paket.
• Lepaskan tablet atau suppositoria dari paket.
• Sambil berbaring masukkan tablet vagina atau suppositoria jauh ke dalam vagina.
• Tunggu 10-15menit sebelum memulai berhubungan seksual.
• Sediakan selalu extra pengadaan tablet vagina atau suppositoria di tempat.

Catatan : beberapa busa dari tablet vagina menyebabkan rasa hangat di vagina itu normal-
normal saja.
Krim
• Insersi kontrasepsi krim setelah di kemas ke dalam aplikator sampai penuh,masukkan ke
dalam vagina sampai mendekati serviks.
• Tekan alat pendorong sampai krim keluar. Tidak perlu menunggu kerja krrim.
• Aplikator harus di cuci dengan sabun dan air sesuai dengan pencegahan infeksi untuk
alat-alat, tiriskan dan keringkan.
• Untuk memudahkan pembersihan alat, pisahkan bagian-bagiannya. Jangan berbagi
aplikator dengan orang lain.
• Sediakan selalu extra pengadaan krim terutama apabila ternyata kontainer kosong.

Dissovable film
• Sebelum membuka kemasan, terlebih dahulu cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
• Spermisida bentuk film/ tissue ini berupa kotak-kotak tipis yang larutdalam serviks. Untuk
menggunakannya, lipat film menjadi dua dan kemudianletakkan di ujung jari.
• Masukkan jari Anda ke dalam vagina dan dorong film kedalam vagina mendekati serviks.
• Keadaan jari yang kering dan cara memasukkan film secepat mungkin ke dalam vagina,
akan membantu penempelan dan jari tidak menjadi lengket.
• Tunggu sekitar 15 menit agar film larut dan bekerja efektif.
TINJAUAN TEORITIS
KELUARGA BERENCANA

A. Keluarga Berencana (KB)

Pengertian keluarga berencana secara umum


ialah suatu usaha yang mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian
rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah serta keluarganya atau
masyarakat yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai
akibat langsung dari kelahiran tersebut Pengertian sempitnya keluarga
berencana dalam kehidupan sehari-hari berkisar pada pencegahan terjadinya
pembuahan atau mencegah pertemuan antara sel mani pada laki-laki dan sel
telur dari wanita sekitar persetubuhan (Risyadi, 2001).
Menurut WHO, KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan
suami istri untuk:
1. Mendapatkan objektif-objektif tertentu
2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
4. Mengatur interval saat kehamilan
5. Menentukan jumlah anak dalam keluarga

B. Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra, yaitu mencegah atau melawan.
Sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang
matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan. Jadi
kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan akibat
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.
Cara kerja kontrasepsi pada umumnya dapat dibagi menjadi:
1. Metode Sederhana:
a. Tanpa alat / obat
1) Senggama terputus
2) Pantang berkala
b. Dengan alat / obat
1) kondom
2) diafragma atau cap
3) cream, jelly dan cairan berbusa
4) tablet berbusa (vaginal tablet)
2. Metode Efektif
a. Pil KB
b. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )/IUD
c. Suntikan KB
d. Susuk KB
3. Metode Mantap dengan cara operasi
a. Pada Wanita : Tubektomi
b. Pada Pria : Vasektomi

C. Cara Kerja Kontrasepsi


1. Metode Sederhana
a. Tanpa Alat / obat
1) Senggama terputus (Azal atau coitus interuptus)
Senggama dijalankan sebagaimana biasa tetapi pada puncak senggama alat
kelamin pria (zakar) dikeluarkan dari vagina, sehingga mani keluar dari luar
vagina. Cara ini tidak berbahaya baik fisik maupun mental. Namun
sebenarnya cara ini tidak dapat diandalkan sepenuhnya karena:
a) Memerlukan penguasaan diri yang kuat
b) Kemungkinan ada sedikit cairan yang mengandung spermatozoa tertumpah
dari zakar dan masuk kedalam vagina sehingga dapat terjadi kehamilan,
meskipun sudah dilakukan pencabutan sebelum mani menyemprot.
2) Pantang Berkala
Pantang berkala ádalah tidak melakukan senggama pada masa subur seorang
wanita, yaitu sekitar waktu kejadiannya ovulasi. Cara menentukan masa
ovulasi adalah:
a) Untuk dapat menentukan masa ovulasi perlu diketahui siklus haid yang akan
datang
b) Untuk mengetahui haid yang akan datang perlu diketahui siklus haid
c) Untuk mengetahui lamanya siklus haid perlu dicatat sekurang-kurangnya 8-12
siklus haid selama 8 bulan
b. Dengan Alat/Obat
Maksud penggunaan alat adalah untuk menahan atau menghalangi masuknya
sperma ke dalam rahim sedangkan penggunaan obat dimaksudkan untuk
melumpuhkan sperma.
1) Kondom
Kondom adalah suatu karet yang tipis, berwarna atau tidak berwarna dipakai
untuk menutupi zakar yang berdiri sebelum dimasukkan ke dalam vagina
sehingga mani tertampung di dalamnya dan tidak masuk ke dalam vagina,
dengan demikian mencegah terjadinya pembuahan. Adapaun indikasi
pemakaian kondom adalah:
a) 6 Minggu sesudah vasektomi, kondom perlu dipakai sampai selama 6 minggu
sesudah vasektomi (sampai mani tidak mengandung spermatozoa lagi yang
dapat diketahui lebih jelas dengan pemeriksaan laboratorium)
b) Sementara menunggu pemasangan AKDR
c) Sementara sedang menunggu haid untuk pemakaian pil yang diminum
d) Apabila kelupaan minum pil dalam jangka waktu lebih dari 36 jam
e) Apabila diduga ada penyakit kelamin sementara menunggu diagnosa yang
pasti
f) Bersamaan dengan pemakaian spermicide
g) Dalam keadaan darurat bila tidak ada kontrasepsi yang tersedia atau dipakai.
2) Diafragma / Cap
Diafragma dibuat dari karet yang berbentuk mangkok, dipakai untuk menutup
serviks gunanya untuk mencegah masuknya mani kedalam serviks. Diafragma
dimasukkan kedalam vagina setinggi mungkin sampai menutupi mulut rahim,
kemudian dikeluarkan lagi delapan jam setelah persetubuhan.
3) Cream, Jelly dan tablet atau cairan berbusa
Cream, jelly dan tablet atau cairan berbusa yang disebut spermicida adalah
suatu bahan kimia yang menghentikan gerak/ melumpuhkan spermatozoa
didalam vagina sehingga tidak dapat membuahi telur. Untuk penggunaan
spermicida yang berbentuk tablet berbusa dimasukkan kedalam vagina.
SUBSCRIBE & SHARE

2. Metode efektif
a. Pil Keluarga Berencana
1) Pengertian Pil KB
Pil KB ialah pil yang berisikan hormon estrogen dan atau hormon
progesteron yang dimakan wanita secara teratur untuk mencegah kehamilan
(Syahlan, 1996).
Menurut Herti (2007) pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum.
Pil telah diperkenalkan sejak tahu 1960, pil diperuntukkan bagi wanita yang
tidak hamil dan menginginkan cara pencegah kehamilan sementara yang
paling efektif bila diminum secara teratur.
2) Jenis-Jenis Pil Keluarga Berencana
Menurut (Herti, 2007) ada 3 jenis pil KB, yaitu :
a) Pil gabungan atau kombinasi
Tiap pil mengandung dua hormone sintetis, yaitu hormone estrogen dan
progestin. Pil gabungan mengambil manfaat dari cara kerja kedua hormon
yang mencegah kehamilan, dan hampir 100% efektif bila diminum secara
teratur.
b) Pil berturutan
Dalam bungkusan pil-pil ini, hanya estrogen yang disediakan selama 14-15
hari pertama dari siklus menstruasi, diikuti oleh 5-6 hari pil gabungan antara
estrogen dan progestin pada sisa siklusnya. Kelalaian minum 1 atau 2 pil
berturutan pada awal siklus akan dapat mengakibatkan terjadinya pelepasan
telur sehingga terjadi kehamilan.
c) Pil khusus
Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis dan memiliki sifat
pencegah kehamilan, terutama dengan mengubah mukosa dari leher rahim
(merubah sekresi pada leher rahim) sehingga mempersulit pengangkutan
sperma.
3) Cara Pemakaian Pil KB
Pil pertama dari bungkus pertama diminum pada hari kelima siklus haid.
Dapat juga dimulai pada suatu hari yang diinginkan, misalnya hari minggu
agar mudah diingat. Pada pasca persalinan pil mulai dimakan sesudah bayi
berumur 30-40 hari, sedang pada pasca keguguran 1-2 minggu sesudah
kejadian (Wiknjosastro, 2002:919).
Pil KB yang berisi 20,21 dan 22 tablet mulai dimakan terus menerus, dan
kemudian istirahat selama 1 minggu. Pada pil kombinasi yang terdiri atas 28
tablet (21 tablet pil kombinasi dan 7 tablet placebo), pil diminum terus
menerus. Tablet yang diminum pertama kali sewaktu haid ialah tablet
plasebo. Pada 2 minggu pertama pemakaian pil bungkus pertama sebaiknya
jangan bersenggama, atau memakai cara kontrasepsi lain.(Wiknjosastro,
2002:919).
Pemberian pil dihentikan sementara bila terdapat:
a) Denyut nadi melebihi 120/menit
b) Radang pembuluh darah balik (phlebitis)
c) Tekanan darah lebih dari 140/110 mmHg disertai sakit kepala yang hebat,
nafas sesak atau berdebar-debar
d) Pertambahan berat badan yang progresif
Efek Samping Pil KB
Gejala-gejala sampingan penggunaan pil KB disebabkan oleh karena
adanya gangguan keseimbangan hormon estrogen dalam tubuh. Gejala-gejala
tersebut baik yang bersifat subjektif maupun objektif biasanya hanya
sementara, ringan, tidak terdapat pada semua pemakai pil dan hilang dengan
sendirinya setelah dua sampai tiga bulan (Syahlan, 1996:109).

Tabel 2.1
Efek Samping Pil KB
Estrogen Progestin

Kelebihan Kekurangan Kelebihan Kekurangan


 Darah haid lebih
 Nausea  Irritabilitas  Nafsu makan banyak disertai

 Edema Semburan panas meningkat bekuan


pendarahan
 Keputihan  Prolapsus uteri  Berat badan surut terlambat

 Kloasma  Spotting bertambah

 Disposisi lemak Darah haid


 Cepat lelah

berlebihan berkurang  Depresi


Libido berkurang
 Eksotrofie serviks  Tidak adanya
 Akne
 Teleangiektasia perdarahan surut
 Alopesia
 Nyeri kepala jenisLibido berkurang
Cholestatic
vaskuler
jaundice
 Hipertensi
 Lama haid
 Supersi laktasi
berkurang

 Buah dada tegang  Nyeri kepala

dengan retensi  Efek anabolic

cairan  Moniliasis

Payudara

membesar

Payudara tegang

tanpa retensi

cairan

Sumber: Wiknjosastro (2002:920)


Menurut Wiknjosastro (2002:919) efek samping dari penggunaan pil KB
dibagi dalam 2 golongan, yaitu :
a) Efek sampingan ringan
Efek sampingan ringan dari penggunaan pil KB adalah: adanya pertambahan
berat badan, perdarahan di luar daur haid, mual-mual, depresi, alopesia,
melasma, kandidiasis, amenorea pascapil, retensi cairan, dan keluhan-keluhan
gastrointestinal. Umumnya efek sampingan ini akan berkurang dan hilang
dengan sendirinya, ada pula yang hilang jika pasien berpindah ke pil yang lain
dengan kadar estrogen dan progestron yang lebih sesuai
b) Efek sampingan berat
Efek sampingan yang berat dari penggunaan pil KB adalah tromboemboli
yang mungkin terjadi karena peningkatan aktivitas faktor-faktor pembekuan,
atau mungkin juga karena pengaruh vaskuler secara langsung. Angka
kejadian tromboemboli pada para wanita pemakai pil adalah sekitar 4-9 kali
lebih tinggi dari pada para wanita bukan pemakai pil golongan umur yang
sama. Angka kematian ialah 3 per 100.000 wanita pemakai pil, sehingga
kalau dibandingkan dengan angka kematian maternal (oleh karena
kehamilan) angka itu sebenarnya jauh lebih rendah. Kemungkinan mendapat
tromboemboli-suatu komplikasi jarang-dikurangi oleh pemakaian pil yang
mengandung estrogen dosis rendah, misalnya 50 mikro gram atau kurang
dari itu. Walaupun demikian masih ada kemungkinan hubungan antara
tromboemboli progesteron.
4) Penanggulangan Efek Samping Pil KB
a) Spotting
Berikan penjelasan bahwa hal tersebut hanya sementara, tetapi jika terus
menerus berikan pil KB 1-2 tablet per hari selama beberapa hari sampai
spotting hilang atau diganti dengan Pil KB yang kadar estrogennya lebih
tinggi.
b) Rasa mual
Berikan vitamin B 6, ganti dengan pil yang mengandung estrogen lebih
rendah atau ganti dengan cara KB yang lain.
c) Cloasma
Hentikan penggunaan pil, atau ganti dengan cara penggunaan cara KB lain
d) Acne
Ganti dengan pil yang mengandung estrogen tinggi atau pil dihentikan
sementara dengan menggunakan cara KB lain.
e) Candidialis vaginal
Berikan antymycotic, ganti dengan pil yang mengandung estrogen tinggi atau
pil dihentikan sementara dengan menggunakan cara KB lainnya
f) Nyeri kepala
Ganti dengan pil yang mengandung estrogen lebih rendah atau hentikan
penggunaan pil, ganti dengan cara KB yang lain
g) Penambahan berat badan
Bila penambahan berat badan secara progresif dan banyak maka pemakaian
pil sebaiknya dihentikan atau diganti dengan cara KB yang lain.
h) Varises/tromboplebitis
Hentikan penggunaan pil dan harus mendapat perawatan khusus
i) Hypertensi
Apabila lebih dari 160/105 mmHg, maka penggunaan pil perlu dihentikan dan
harus mendapat perawatan khusus.
b. IUD/AKDR
1) Pengertian
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukan ke dalam rahim yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan (Prawiroharjo, 1999). Bahan-
bahan IUD yang biasa digunakan terdiri dari plastik, benang sutera, dan metal
(Digitized by Usu, 2003).
2) Cara Kerja IUD
Menurut Saifuddin (2003) cara kerja IUD adalah sebagai berikut :
a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tubafalopi
b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
c) IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun IUD
membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi
d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus
3) Keuntungan-keuntungan AKDR
Menurut Saifuddin (2003), keuntungan-keuntungan AKDR adalah sebagai
berikut :
a) Sebagai kontrasepsi mempunyai efektifitas yang tinggi, dimana menurut
BKKBN (1989) hanya terdapat 1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan.
b) IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
c) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari Cu T 380 A dan tidak perlu
diganti)
d) Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat
e) Tidak mempengaruhi hubungan seksual
f) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
g) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD (Cu T – 380 A)
h) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
i) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus apabila tidak
terjadi infeksi
j) Dapat digunakan sampai menopause
k) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan
l) Membantu mencegah kehamilan ektopik
4) Kerugian-kerugian AKDR
Menurut Saifuddin (2003), kerugian yang dapat ditimbulkan oleh IUD adalah :
a) Tidak mencegah IMS termasuk HIV / AIDS
b) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
sering berganti pasangan
c) Penyakit Radang Panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
IUD, dimana PRP dapat memicu intertilitas
d) Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvic diperlukan dalam pemasangan
IUD. Seringkali perempuan takut selama pemasangan
e) Sedikit nyeri dan perdarahan (sprotting) terjadi segera setelah pemasangan
IUD. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari
f) Klien tidak dapat melepas IUD oleh dirinya sendiri. Petugas kesehatan terlatih
yang harus melepas IUD
g) Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila IUD
dipasang segera sesudah melahirkan)
h) Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD untuk
mencegah kehamilan normal
i) Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk
melakukan ini perempuan memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian
perempuan tidak mau melakukan ini.
5) Indikasi pemasangan AKDR
a) Telah mendapat persetujuan suami
b) Pernah melahirkan dan telah mempunyai anak serta ukuran rahimnya tidak
kurang dari 5 cm
c) Telah cukup jumlah anaknya dan belum memutuskan untuk sterilisasi.
d) Tidak ingin hamil paling tidak untuk 2 tahun
e) Dianjurkan sebagai pengganti Pil KB, bagi peserta yang umumnya di atas 35
tahun
6) Kontraindikasi pemasangan AKDR
a) Adanya kehamilan
b) Infeksi panggul (pelvis) yang terus menerus, akut, dan kronis
c) Lecet ( erosi) atau peradangan pada leher rahim
d) Diketahui datau dicurigai kanker rahim
e) Perdarahan yang tidak normal dari alat kelamin
f) Perdarahan haid yang hebat
g) Alergi logam
h) Rahim kecil, endometriosis
7) Saat yang baik pemasangan AKDR
Pada dasarnya AKDR dapat dipasang setiap saat biasanya dilakukan pada
waktu haid, yaitu pada akhir haid atau pada hari sebelum berakhirnya haid,
karena:
a) Serviks lembut dan sedikit terbuka
b) Perdarahan dan sakit perut mungkin tidak menimbulkan keluhan pada wanita
tersebut
Pemasangan AKDR dapat juga dilakukan sewaktu-waktu, pada saat:
a) Segera setelah induksi haid atau abortus spontan, asalkan tidak ada tanda-
tanda infeksi misalnya: tidak panas, rahim tidak lembut, tidak ada keputihan
seperti nanah/banyak sekali
b) Setelah melahirkan yaitu: segera setelah melahirkan 2-4 hari setelah
melahirkan 40 hari setelah melahirkan.
c. Suntikan KB
Suntikan KB mengandung hormon progresteron, tidak mengandung estrogen.
1) Cara kerja
Kontasepsi senantiasa mencegah kehamilan dengan cara:
a) Menghalangi terjadinya ovulasi
b) Menipiskan endometrium sehingga tidak terjadi nidasi
c) Memekatkan lendir serviks sehingga menghambat perjalanan spermatozoa
melalui kanalis servikalis
2) Keuntungan
a) Sangat efektif, kegagalannya kurang dari 1%
b) Kemungkinan salah dan lupa memakainya tidak ada
c) Dapat diberikan pada ibu yang menyusukan karena tidak mengurangi
produksi ASI
d) Diberikan setiap 12 minggu sekali
3) Jenis
Kontrasepsi suntikan yang beredar di Indonesia ada 2 macam, yaitu DMPA
(Depo Medroxis Progresteron Asetat) yang lazim disebut Depo Provera dan
net oen (noretisteron) yang lazim disebut Noristerat. Depo provera sebagai
kontrasepsi suntikan diberikan dosis 150 mg/3 cc sedangkan noristerat
dengan dosis 200 mg/cc
4) Waktu pemberian
a) Pasca persalinan sampai 40 hari
b) Pasca keguguran sampai 7 hari
c) Interval dengan anak hidup minimal satu, sebelum hari kelima haid
5) Cara penyuntikan
a) Intramuskular
b) Tempat penyuntikan
(1) Pada otot bokong (glutea) yang dalam, bekas suntikan ditutup dengan
plester untuk mencegah keluarnya obat.
(2) Pada otot pangkal lengan (deltoid)
6) Indikasi
a) Ibu telah mempunyai anak lebih dari satu
b) Tidak dalam keadaan hamil
c) Riwayat siklus haid teratur
d) Tidak terdapat kontraindikasi
7) Kontraindikasi
a) Hamil
b) Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya
c) Tumor/ keganasan
d) Terdapat penyakit jantung, paru-paru, kelainan faal hati, tekanan darah
tinggi, obesitas, diabetes
8) Efek samping dan penanggulangannya
a) Devo provera
(1) Efek samping dapat berupa :
(a) Gangguan haid: amenorhea, menoragia, metroragia, dan spotting
(b) Gangguan bukan haid: pusing sakit kepala, mual, muntah, rambut rontok,
jerawat, kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah, penurunan libido,
alergi dan hyperpigmentasi.
(2) Penanggulangannya
Penanggulangan haid belum ada yang tepat, tapi untuk sementara dianjurkan
antara lain adalah perbaikan gizi, pemberian pil KB 1-3 /hari selama 5-7 hari,
penerangan yang lebih intensif, pemberian obat symtomatis.

b) Noristerat
(1) Perdarahan yang mengganggu, penanggulangannya dengan pil kombinasi 1
tablet /hari selama 10 hari
(2) Tidak sedang haid (amenorhea), penanggulangannya tidak diberikan
pengobatan bila tidak menimbulkan kegelisahan-kegelisahan. Amenorhea di
tanggulangi dengan pil kombinasi 2-3 tablet perhari selama 7 hari. Bila
amenorhea yang terus menerus setelah 3 kali suntikan, dengan atau tanpa
pengobatan, maka suntikan dihentikan

d. Alat Kontrasepsi Susuk (Implant)


1) Pengertian Alat Kontrasepsi Implant
Alat kontrasepsi susuk KB atau implant adalah alat kontrasepsi bagi wanita
yang dipasang (disusukan) dibawah kulit lengan bagian atas yang terdiri atas
1 atau 2 atau 6 kapsul berukuran kira-kira 3 cm berisi zat levonorgestrvel.
(Hartono, 2003)
2) Cara Kerja Susuk KB
Dengan disusupkannya kapsul tersebut silastik Implant dibawah kulit,
maka setiap hari dilepaskan secara tetap sejumlah Levonogestrel kedalam
darah melalui proses difusi dari kapsul-kapsul yang terbuat dari bahan silastik
tersebut, besar kecilnya levonogestrel yang tergantung dari besar kecilnya
levonogestrel permukaan kapsul silastik dan ketebalan dari dinding kapsul
tersebut.
Menurut Sadikin (2003), dengan dilepaskannya hormon levonogestrel
secara konstan dan kontiyu maka cara kerja implant dalam mencegah
kehamilan pada dasarnya terdiri dari 3 mekanisme dasar yaitu:
a) Menghambat terjadinya ovulasi
b) Terhambatnya perjalanan sel telur menuju rahim
c) Menebalkan leher rahim/lendir serviks
3) Yang Tidak Diperbolehkan Menggunakan susuk KB
Menurut Sadikin (2003) akseptor yang tidak diperbolehkan menggunakan
Implant / susuk KB adalah:
a) Akseptor diperkirakan hamil atau tidak hamil
b) Menderita Tumor
c) Wanita berpenyakit jantung, darah tinggi dan kencing manis, sakit kuning,
infeksi panggul, varices berat, wasir
4) Keuntungan susuk KB
Menurut Sadikin (2003) keuntungan dari penggunaan alat kontrasepsi implant
adalah sebagai berikut:
a) Tidak menekan produksi ASI
b) Praktis dan efektif
c) Tidak ada faktor lupa
d) Masa pakai jangka panjang (5 tahun)
e) Membantu mencegah anemia
f) Khasiat kontrasepsi susuk berakhir segera setelah pengangkatan
g) Dapat digunakan oleh ibu yang tidak cocok dengan hormon estrogen.
5) Pemasangan susuk KB
Waktu pemasangan implant yang tepat adalah pada saat ibu sedang haid,
yaitu sejak hari pertama haid sampai selambat-lambatnya hari ketujuh,
Postpartum 3-4 minggu. Pemeriksaan Ginekologi sebelum pemasangan
Implant perlu dilakukan sama seperti pada pemakaian kontrasepsi hormonal
lainnya, jika tidak terdapat kontra indikasi hormon progestin maka
pemasangan implant dapat dilakukan.
6) Pencabutan susuk KB
Akseptor sebaiknya berbaring horisontal selama pencabutan Implant, untuk
mempermudah pencabutan, tempat tidur/meja ditutup dengan kain yang
bersih.
7) Efek Samping, Penaggulangan, dan Pengobatan
a) Gangguan Haid
(1) Gejala dapat berupa Amenorhea dan Methrorhagia
(2) Penanggulangan dan pengobatan
(a) Penanggulangannya dengan cara memberikan penjelasan kepada calon
implant bahwa pemakaian Implant dapat menyebabkan gejala-gejala tersebut
akibat dan hormonal implant. Biasanya gejala-gejalanya perdarahan tidak
berlangsung lama. Bila amenorhea, berikan penjelasan dengan baik.
(b) Pengobatannya dengan cara bila pasien ingin haid, dapat dilaksanakan
dengan memberikan pil KB hari I sampai 2 masing-masing 3 tablet.
Selanjutnya dari hari 4, l x 1 selama 4-5 hari. Bila perdarahan dapat pula
diberikan preparat estrogen misalnya Ethynil Estradiol 2 x I sehari sampai
perdarahan berhenti. Setelah perdarahan berhenti dapat dilaksanakan
“tapering off” (1 x 1 tablet) selama beberapa hari. Dosis dapat ditingkatkan
bila perlu.
b) Depresi
(1) Gejala dan keluhan dapat berupa rasa sakit, tidak semangat dalam bekerja/
kehidupan.
(2) Penanggulangan dan pengobatan
(a) Penanggulangannya dengan cara memberikan penjelasan kepada calon
akseptor guna menghindari perasaan bersalah dan calon akseptor.
(b) Pengobatannya dengan cara terapi psikologis bagi yang menderita depresi,
pemberian vitamin-vitamin seperti B6 50 mg.
c) Keputihan
(1) Gejala dan keluhannya berupa cairan putih yang berlebihan yang keluar dari
liang senggama dan mengganggu. Hal ini jarang terjadi pada peserta implant
dan bila terjadi ada penyebab lain. Tidak berbahaya kecuali berbau, panas
atau terasa gatal.
(2) Penanggulangan dan pengobatan
(a) Penanggulangannya dengan cara memberikan penjelasan kepada peserta
Implant jarang terjadi keputuhan, bila hal ini terjadi juga harus dicari
penyebabnya.
(b) Pengobatannya tidak diperlukan pada kasus dimana cairan berlebihan, dapat
diberikan preparat anti kolinergik seperti ektrat belladona 10 mg, 2 x 1 tablet.
d) Jerawat
(1) Gejala dan keluhannya berupa jerawat di wajah/badan dapat disertai infeksi
atau tidak.
(2) Pengobatan
Pengobatannya dengan memberikan Vitamin A dan vitamin E dosis tinggi. Bila
disertai infeksi dapat diberikan preparat Tetrasiklin 250 mg 2x1 kapsul selama
1 atau 2 minggu.
e) Perubahan Libido
(1) Gejala dan keluhannya menurunnya atau meningkatnya libido akseptor. Hal
ini bersifat subyektif dan sulit dinilai.
(2) Penanggulangan dan pengobatan
Menjelaskan kepada pasien kemungkinan hal ini dan sifatnya yang subyektif
pengobatan medis tidak dianjurkan.
f) Perubahan Berat
(1) Gejala dan keluhannya berat badan bertambah beberapa Kg dalam beberapa
bulan setelah pemakaian Implant.
(2) Penanggulangannya
Menjelaskan kepada akseptor Implant bahwa kenaikan berat badan adalah
salah satu efek samping dan pemakaian Implant, akan tetapi tidak selalu
kenaikan berat tersebut diakibatkan dan pemakaian implant.
g) Hematoma
(1) Gejala dan keluhannya berupa warna biru dan rasa nyeri pada daerah
pemasangan atau pencabutan akibat perdarahan bawah kulit
(2) Penanggulangan dan pengobatan
(a) Penanggulangannya dengan cara membenikan penjelasan kepada peserta
akseptor mengenai kemungkinan hal tersebut.
(b) Pengobatannya dengan cara kompres dingin pada daerah yang membiru
selama dua hari. Setelah itu rubah menjadi kompres panas hingga wama
biru/kuning hilang.
h) Nyeri
(1) Gejala dan keluhannya berupa rasa nyeri pada daerah pemasangan akibat
iritasi saraf setempat, hal ini mungkin terjadi dari pemasangan Implant.
(2) Penanggulangan dan pengobatan
(a) Penanggulangannya dengan cara memberikan penjelasan kepada akseptor
tentang fisiologis dan cara pemasangan Implant secara jelas.
(b) Pengobatannya pemberian preparat analgetik anti prostaglandin misalnya
Acetosal 500 mg 3x1 tablet atau parasetamol 500 mg 3x1 tablet.
3. Metode Mantap
a. Tubektomi (MOW)
Tubektomi adalah kontrasepsi permanen wanita yang tidak menginginkan
anak lagi yang bekerja menghambat sel telur wanita sehingga tidak dapat
dibuahi oleh sperma. Cara kontrasepsi ini dipersiapkan melalui tindakan
operasi kecil dengan mengikat dan memotong sel tuba (telur) pada istri.
Keuntugannya adalah: Pemakaian atau perlindungan terhadap terjadinya
kehamilan sangat tinggi, dapat digunakan seumur hidup, tidak mengganggu
hubungan suami istri, tidak mengganggu produksi ASI. Kerugiannya berupa:
faktor resiko dan efek samping bedah.
Vasektomi (MOP)
Cara kontrasepsi ini dipersiapkan melalui operasi tindakan ringan dengan
cara mengikat dan memotong sel sperma (vas diferent) sehingga sperma
tidak dapat lewat dan air mani tidak mengandung spermatozoa, dengan
demikian tidak terjadi pembuahan.
Keuntungan dari vasektomi adalah:
1) Tidak ada mortalitas (kematian)
2) Morbiditas (mengakibatkan sakit) kecil sekali
3) Dilakukan anastesi local, hanya kurang lebih 15 menit
4) Kemungkinan kegagalan tidak ada, karena diperiksa kepastian laboratorium
5) Tidak mengganggu hubungan seksual dan cairan mani yang dikeluarkan
waktu coitus tidak berubah
6) Biaya murah
7) Dapat dilakukan dimana saja asal tempatnya bersih dan tenang, tidak selalu
harus di kamar mandi.
Efek samping vasektomi adalah: kulit membiru atau lecet, pembengkakan
dan rasa sakit, keadaan ini merupakan hal yang ringan dan akan hilang
sendiri tanpa pengobatan sederhana, gejala tersebut timbul sebagai akibat
persiapan, teknik dan perawatan yang kurang sempurna disamping factor
penderita sendiri.
Penangulangannya adalah dengan pemberian antibiotika dan analgetik,
kemudian konsultasikan dengan ahli jiwa jika penderita mengalami gangguan
psikologis.
Kegagalan pada vasektomi dapat terjadi konsepsi antara lain:
1) Kesalahan memotong
2) Cara mengikat tidak sempurna, cepat atau terlalu keras
3) Duplikasi vas diferent (kelainan bawaan)
4) Bersenggama sebelum sperma betul-betul negatif
5) Adanya penyambungan kembali dari ujung-ujung vas diferent yang
dipotong.

C. Data Fokus
1. Wawancara
a. Jumlah anak yang direncanakan
b. Adakah masalah dalam kehamilan yang lalu seperti mual-mual dan lain-lain ?
c. Apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya?
d. Adakah keluhan dalam penggunaan kontrasepsi: mual, pendarahan, nyeri
saat berhubungan, infeksi atau haid tidak teratur dan sebagainya
e. Riwayat social: adakah pantangan yang berkaitan dengan budaya /kultur,
kebiasaan merokok
f. Harapan pada jenis kelamin anak tertentu
g. Riwayat menstruasi, KB hormonal biasanya menyebabkan gangguan siklus
haid seperti amenore, spotting, metroragia,
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: adakah tanda-tanda ibu sedang sakit yang tampak dari
anemia, kelemahan, berat badan/tinggi badan,
b. Tanda – tanda vital : Tekanan Darah biasanya tinggi, Efek dari hormonal,
Nadi cepat, Napas terkadang sesak, suhu terkadang tinggi karena respon
tubuh terhadap pemasangan AKDR.
c. Muka periksa adanya oedema, jerawat, hyperpigmentasi (efek hormonal).
d. Kardiovaskuler : Palpitasi.
e. Dada : pernapasan kadang sesak.
f. Payudara : hyperpigmentasi
g. Abdomen : nyeri, mules, muntah-muntah, mual (efek AKDR)
h. Vagina : Periksa adakah blood show, keluar darah pervaginam, varises,
ukuran uterus yang mengalami kelainan
i. Ekstremitas : Adakah edema, varises pada ekstrimitas, bekas insisi post
pemasangan implant pada tangan atas.
3. Pemeriksaan Penunjang
Hampir tidak ada pemeriksaan penunjang kecuali ada riwayat perdarahan,
maka diperiksa:
a. Hb, biasanya < 10gr/dl
b. Trombosit (biasanya normal / turun bila perdarahan hebat)
c. Leukosit (biasanya sedikit meningkat >10000/mm3)
4. Pemeriksaan Psikososial
a. Pastikan keinginan KB dari klien dan suami tanpa paksaan
b. Adakah keyakinan / pandangan terkait dengan penggunaan kontrasepsi
c. Adakah ketakutan dengan prosedur pemasangan alat kontrasepsi
d. Status kesehatan ibu, sosial budayanya terkait dengan hal ini tingkat
penghasilan, pengetahuan dan jarak dengan tempat pelayanan kesehatan
untuk kontrol lainnya.

D. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS= Klien Kurang Informasi Ketidakmampuan
mengatakan memilih alat
bingung untuk kontrasepsi
memilih alat
kontrasepsi
Tentang
DO= Klien pengetahuan terkait
bertanya pada dengan KB
petugas
kesehatan

Klien bingung
dengan alat
kontrasepsi
Ketidakmampuan
memilih alat
kontrasepsi

2 DS= Klien Proses adaftasi Perubahan pola


mengatakan haid hormonal haid
tidak teratur

DO= Klien
menggunakan alat
kontrasepsi pil Ketidakseimbangan
hormon
progresteron dan
estrogen

Haid tidak
teratur/spotting

Perubahan pola
haid
3 DS= Klien Penggunaan alat cemas
mengatakan kontrasepsi
khawatir untuk
menggunakan alat
kontrasepsi
Adanya efek
samping dari
kontrasepsi
Haid tidak
teratur/spotting

Perubahan pola
haid

cemas
4 DS= Klien Akseptor KB Pil Gangguan
mengatakan sejak konsep diri:
menggunakan Body image
kontrasepsi pil
banyak bintik-
bintik hitam dan Berisi hormon
jerawat dimuka progresteron dan
estrogen
DO= Klien
akseptor KB pil

Keseimbangan
progresteron dan
estrogen terganggu

Timbul gajala-gejala
sampingan

Pigmentasi dan
jerawat pada muka,
badan menjadi
gemuk

Gangguan body
image

5. Ds = klien Tindakan operasi Resiko infeksi


mengeluh sakit di (MOW/MOP) dan
daerah insisi implant
Do = kulit lebam,
pembengkakan di
daerah insisi,
kemerahan di
daerah insisi, Pemajanan luka
diluar

Bila klien kurang


perhatikan hygiene

Media yng baik


untuk
mikroorganisme
tumbuh

Resiko infeksi

F. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan pola haid, spotting haid b.d Proses adaftasi hormonal ditandai
dengan klien mengatakan haid tidak teratur
2. Ketidakmampuan memilih alat kontrasepsi yang efektif b.d kurangnya
informasi akan pengetahuan tentang KB ditandai dengan klien banyak
bertanya.
3. Cemas b.d terjadinya efek samping dari alat kontrasepsi tertentu ditandai
dengan klien mengatakan khawatir untuk menggunakan alat kontrasepsi.
4. Gangguan konsep diri b.d timbul gejala-gejala sampingan (pigmentasi dan
jerawat pada muka) ditandai dengan klien mengatakan sejak menggunakan
alat kontrasepsi pil banyak bintik-bintik hitam dan jerawat pada muka.
5. Resiko infeksi berhubungn dengan pemajanan luka insisi ditandai dengan
klien mengeluh sakit di daerah insisi, kulit lebam, pembengkakan di daerah
insisi, kemerahan di daerah insisi,

G. Intervensi Keperawatan
NO Tujuan Intervensi Rasional
1 Tujuan Jangka1. Kaji lamanya
1.Untuk
Panjang: Dalam dan banyaknya mengetahui
jangka waktu 2 bulan spotting siklus haid dan
pola haid normal mengetahui
lamanya haid
Tujuan jangka pendek: dan jumlah
dalam waktu 1 bulan perdarahan
haid kembali normal pada saat haid
dengan kriteria:
 Sifat darah haid2. Jelaskan pada
2. Pada hari-hari
kembali pada siklus ibu efek samping pertama
awal/biasa alat kontrasepsi pemakaian
 Tidak ada spotting AKDR dan alat
haid yang berulang hormonal pada kontrasepsi
- hari-hari AKDR dan
pertama
pemakaian alat hormonal
kontrasepsi. biasanya
terjadi efek
samping dari
kontrasepsi
tersebut
3. Observasi untuk
pemeriksaan lab, 3.Data penunjang
Hb, Leukosit, dapat
trombosit, Ht. mengetahui
kadar
keseimbangan
hormon
4. Konsul ke dokter
bila keluhan4.Untuk
menjadi mendapatkan
berat penanganan
lebih lanjut
2 Tujuan Jangka Kaji tingkat Untuk
Panjang: Klien memilih pengetahuan mengetahui
alat kontrasepsi yang klien tentang tingkat
efektif untuk alat kontrasepsi pengetahuan
kesehatannya. yang sesuai klien agar
dengan dapat
Tujuan jangka pendek: kondisinya menentukan
setelah diberi intervensi
penjelasan klien dapat selanjutnya:
memilih alat Jelaskan pada
kontrasepsi yang klien tentang Memberikan
efektif dengan efektivitas, gambaran
kriteria: efisiensi dari tentang alat-
Klien dapat memilih masing-masing alat
salah satu alat KB alat kontrasepsi, kontrasepsi
yang sesuai dengan keuntungan,
kondisinya untuk kerugian,indikasi
menunda kehamilan dan
(pil, suntik, pantang kontraindikasi
berkala) untuk
menjarangkan Berikan KB yang
kehamilan (AKDR, pendidikan diinginkan
suntik), kesehatan akan sesuai
mengakhiri/menjaga kepada klien dengan
kesehatan (MOW, beserta kondisi suami
WOP) suaminya untuk istri
menentukan
pilihan
kontrasepsi yang
mereka inginkan
3 Tujuan Jangka Kaji tingkatan Untuk
Panjang: Kecemasan cemas mengetahui
dapat tingkat
dikurangi/dikontrol kecemasan
klien
Jelaskan pada
Tujuan jangka pendek: klien tentang Sebagai
setelah diberi efek samping pengetahuan
penjelasan kecemasan dari alat klien, supaya
berkurang dengan kontrasepsi klien dapat
kriteria: memilih salah
Klien tampak tenang satu alat
dan dapat memahami kontrasepsi
efek samping yang sesuai
penggunaan alat dengan
kontrasepsi. Berikan kondisinya
Klien kooperatif dan kesempatan
mau bekerjasama pada ibu untuk Dapat
dalam pemasangan bertanya menurunkan
alat kontrasepsi tentang kecemasan
kerugian alat klien dalam
kontrasepsi memilih alat
kontrasepsi
Berikan support
psikososial Supaya klien
kepada klien dapat
terhadap beradaftasi
pemasangan alat terhadap
kontrasepsi pemasangan
alat
kontrasepsi
pada minggu
awal
pemasangan
4 Tujuan Jangka Jelaskan efek Menambah
Panjang: klien tidak samping dari KB wawasan
merasa malu dengan pil /pengetahuan
keadaanya bagi klien

Tujuan jangka pendek: Untuk


klien merasa percaya Anjurkan klien mempercepat
diri dengan untuk konsultasi informasi lebih
keadaanya dengan dengan spesialis untuk
kriteria: kulit menntukan
Tidak malu untuk intervensi
bergaul selanjutnya

5. Tupan: -Beritahu klien-Balutan yang


Infeksi dapat dicegah bahwa selama basah
48 jam pertama merupakan
Tupen: daerah insisi media yang
Dalam 2 x 24 jam tidak harus dibiarkan baik untuk
ada tanda infeksi kering pertumbuhan
dengan kriteria: media yang
- Luka kering baik untuk
Tidak ada tanda infeksi pertumbuhan
mikroorganism
e

- Jelaskan efek dari- Lebam dan


pemsangan perih bukan
implant, indikasi infeksi
MOW/MOP jika hilang
secara langsung dalam
seperti lebam beberapa hari
dan rasa perih

- Hindari
benturan, -Untuk
gesekan dan mencegah
penekanan di terjadinya
daerah insisi trauma
berlebih selain
dari tempat
-Balutan jangan insisi
dibuka dalam 48
jam, plester-Dapat
dipertahankan mencegah
hingga luka ekspulsi
sembuh batang
(biasanya 5 hari) implant, cara
memungkinka
-Anjurkan klien n
kembali ke klinik menyebabkan
jika ada tanda infeksi
infeksi seperti
demam,
peradangan -
selama Memungkink
beberapa hari an klien
mendapat
-Kolaborasi pertolongan
pemberian terafi lebih dini
antibiotik untuk
mencegah
kondisi lebih
buruk

- Antibiotik
untuk
mencegah
infeksi

DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2000. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga.Pusat
Pendidikan Tenaga Kesehatan, Jakarta
_________, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Jakarta.

Herti, 2007. Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana Yang Tepat
Bagi Wanita. http://www.depkes.co.id/

Notodohardjo, 2003, reproduksi Kontrasepsi dan Keluarga Berencana, Jakarta

Robert Prihardjo, 1996, Pengkajian Fisik Keperawatan, EGC, Jakarta

Saifudin,A. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Suririnah, Dr. 2005. Beberapa Metode Kontrasepsi Atau


KB. http://www.infoibu.com//

Anda mungkin juga menyukai