Bila menstruasi tidak teratur maka kita harus tahu siklus selama 6 bulan dahulu. Jumlah hari pada
siklus terpanjang yang didapatkan, dikurangi dengan 11 akan diperoleh hari subur terakhir dalam
siklus haid tersebut. Sedangkan dari jumlah hari pada siklus terpendek dikurangi 18, maka dari ini
akan diperoleh hari subur pertama dalam siklus haid tersebut.
Kita bisa ambil contoh sebagai berikut : siklus terpanjang = 31, sedangkan siklus terpendek = 26,
maka masa subur dapat dihitung, 31 - 11 = 20, dan 26 -18 = 8, jadi masa subur berlangsung pada hari
ke 8 sampai hari ke 20. Ketika kita mengetahui akan masa subur tersebut maka berhubungan suami
istri pada saat itu tepat sekali dan dianjurkan.
C. Pengertian Infertilitas
Infertilitas menurut dunia medis adalah istilah yang di gunakan untuk menyebut pasangan yang
belum mempunyai anak walaupun sudah berhubungan intim secara teratur tanpa alat kontrasepsi
dalam kurun waktu satu tahun.
Hampir setiap pasangan di dunia menginginkan seorang anak, namun sayangnya tidak setiap
perkawinan dianugerahi keturunan. Ada 10-15% pasangan mengalami infertilitas, keadaan tersebut
dimulai saat wanita tidak mampu untuk tidak menjadi hamil atau kehamilan sampai melahirkan,
meskipun telah melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi
selama setahun atau lebih (infertilitas). Infertilitas adalah masalah yang dialami pria dan wanita
dimanapun di dunia.
Walaupun diperkiraan angka kejadiannya tidak terlalu cermat dan bervariasi dari satu daerah ke
daerah lain, sekitar 8% pasangan mengalami masalah infertilitas selama masa reproduksinya, ini
berarti bahwa antara 50 sampai 80 juta orang mempunyai masalah fertilitas, suatu keadaan yang
menimbulkan penderitaan pribadi dan gangguan kehidupan keluarga.
Pengertian Infertilitas
Menurut dunia medis Infertilitas adalah istilah yang di gunakan untuk menyebut pasangan
yang belum mempunyai anak walaupun sudah berhubungan intim secara teratur tanpa alat
kontrasepsi dalam kurun waktu satu tahun (diah, 2012: www.jurnalbidandiah.blogspot.com).
“Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami kehamilan setelah
melakukan hubungan seksual tanpa kontrasepsi, selama satu tahun” (Sarwono dalam diah, 2012:
www.jurnalbidandiah.blogspot.com).
“Infertilitas (kamandulan) adalah ketidakmampuan atau penurunan kemampuan menghasilkan
keturunan” (Elizbeth dalam diah,2012: www.jurnalbidandiah.blogspot. com).
“Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu
memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2—3 kali seminggu dalam
kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun”
(Djuwantono,2008).
Sedangkan Baradero, dkk (2006) menjelaskan bahwa “Infertilitas adalah ketidakmampuan
untuk hamil dalam waktu satu tahun.”
Maka dapat disimpulkan bahwa Infertilitas berarti tidak terjadinya fertilisasi (Pembuahan ) pada
organ reproduksi wanita, yaitu tidak terjadinya proses peleburan antara satu sel sperma dan satu sel
ovum yang sudah matang.
Jenis-Jenis Infertilitas
Djuwanto, dkk., (2008) mengemukakan bahwa secara medis, infertilitas dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu:
Infertilitas primer
Berarti pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah 1 tahun
berhubungan seksual sebanyak 2—3 kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam
bentuk apapun.
Infertilitas sekunder
Berarti pasangan suami-istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya, tetapi saat ini belum
mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2—3 kali per minggu tanpa
menggunakan alat atau metode kontrasepsi dalam bentuk apapun.
Faktor Penyebab Infertilitas
Pada Wanita
1. Infeksi vagina menyebabkan meningkatnya keasaman vagina yang akan membunuh sperma,
dan pengkerutan vagina akan menghambat transportasi sperma ke vagina.
2. Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu pengeluaran
mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim
terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat
menutup serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim
3. Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu
pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan
suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.
4. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi
obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu.
Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan
pada sekresi hormone FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini
dapat terjadi karena adanya tumor cranial, stress, dan pengguna obat-obatan yang menyebabkan
terjadinya disfungsi hiotalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormone ini, Maka
folikel mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gangguan ovulasi.
Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam mempersiapkan
endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak
berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus.
Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di lapisan paling dalam
rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat lain. Endometriosis bisa terletak di
lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut juga adenomyosis, atau bisa juga
terletak di indung telur, saluran telur, atau bahkan dalam rongga perut. Gejala umum penyakit
endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul terutama pada saat haid dan
berhubungan intim, serta tentu saja infertilitas.
Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi
sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita
hamil.
Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat
menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi
kesuburan.
Pada Pria
Dari sisi pria, penyebab infertilitas yang paling umum terjadi adalah:
Sperma harus berbentuk sempurna serta dapat bergerak cepat dan akurat menuju ke telur agar dapat
terjadi pembuahan. Bila bentuk dan struktur (morfologi) sperma tidak normal atau gerakannya
(motilitas) tidak sempurna sperma tidak dapat mencapai atau menembus sel telur.
Konsentrasi sperma rendah
Konsentrasi sperma yang normal adalah 20 juta sperma/ml semen atau lebih. Bila 10 juta/ml
atau kurang maka menujukkan konsentrasi yang rendah (kurang subur). Hitungan 40 juta sperma/ml
atau lebih berarti sangat subur. Jarang sekali ada pria yang sama sekali tidak memproduksi sperma.
Kurangnya konsentrasi sperma ini dapat disebabkan oleh testis yang kepanasan (misalnya karena
selalu memakai celana ketat), terlalu sering berejakulasi (hiperseks), merokok, alkohol dan kelelahan.
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila tidak ada semen
maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau
kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.
Varikosel (varicocele)
Varikosel adalah varises atau pelebaran pembuluh darah vena yang berhubungan dengan testis.
Sebagaimana diketahui, testis adalah tempat produksi dan penyimpanan sperma. Varises yang
disebabkan kerusakan pada sistem katup pembuluh darah tersebut membuat pembuluh darah melebar
dan mengumpulkan darah. Akibatnya, fungsi testis memproduksi dan menyalurkan sperma terganggu.
Testis gagal turun adalah kelainan bawaan sejak lahir, terjadi saat salah satu atau kedua buah
pelir tetap berada di perut dan tidak turun ke kantong skrotum. Karena suhu yang lebih tinggi
dibandingkan suhu pada skrotum, produksi sperma mungkin terganggu.
Kelainan genetik
Dalam kelainan genetik yang disebut sindroma Klinefelter, seorang pria memiliki dua
kromosom X dan satu kromosom Y, bukannya satu X dan satu Y. Hal ini menyebabkan pertumbuhan
abnormal pada testis sehingga sedikit atau sama sekali tidak memproduksi sperma. Dalam penyakit
Cystic fibrosis, beberapa pria penderitanya tidak dapat mengeluarkan sperma dari testis mereka,
meskipun sperma tersedia dalam jumlah yang cukup. Hal ini karena mereka tidak memiliki vas
deferens, saluran yang menghubungkan testis dengan saluran ejakulasi.
Infeksi
Infeksi dapat memengaruhi motilitas sperma untuk sementara. Penyakit menular seksual seperti
klamidia dan gonore sering menyebabkan infertilitas karena menyebabkan skar yang memblokir
jalannya sperma.
Masalah seksual
Masalah seksual dapat menyebabkan infertilitas, misalnya disfungsi ereksi, ejakulasi prematur,
sakit saat berhubungan (disparunia). Demikian juga dengan penggunaan minyak atau pelumas tertentu
yang bersifat toksik terhadap sperma.
Ejakulasi balik
Hal ini terjadi ketika semen yang dikeluarkan justru berbalik masuk ke kantung kemih, bukannya
keluar melalui penis saat terjadi ejakulasi. Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkannya, di
antaranya adalah diabetes, pembedahan di kemih, prostat atau uretra, dan pengaruh obat- obatan
tertentu.
Beberapa pria terlahir dengan sumbatan di daerah testis yang berisi sperma (epididimis) atau
saluran ejakulasi. Beberapa pria tidak memiliki pembuluh yang membawa sperma dari testis ke
lubang penis.
Kelainan bawaan ini terjadi saat lubang kencing berada di bagian bawah penis. Bila tidak
dioperasi maka sperma dapat kesulitan mencapai serviks.
Antibodi yang membunuh atau melemahkan sperma biasanya terjadi setelah pria menjalani
vasektomi. Keberadaan antibodi ini menyulitkannya mendapatkan anak kembali saat vasektomi
dicabut.
Pencemaran lingkungan
Paparan polusi lingkungan dapat mengurangi jumlah sperma dengan efek langsung pada fungsi
testis dan sistem hormon. Beberapa bahan kimia yang mempengaruhi produksi sperma antara lain:
radikal bebas, pestisida (DDT, aldrin, dieldrin, PCPs, dioxin, furan, dll), bahan kimia plastik,
hidrokarbon (etilbenzena, benzena, toluena, dan xilena), dan logam berat seperti timbal, kadmium
atau arsenik.
Kanker Testis
Kanker testis berpengaruh langsung terhadap kemampuan testis memproduksi dan menyimpan
sperma. Penyakit ini paling sering terjadi pada pria usia 18 – 32 tahun.
Pencegahan Infertilitas
Pengobatan infertilitas
Sekitar 1 dari 5 pasangan akan hamil dalam 1 tahun pertama pernikahan dengan senggama yang
normal dan teratur.
Pemeriksaan awal dari pasangan infertil mencakup riwayat penyakit, riwayat perkawinan
terdahulu dan sekarang pemeriksaan terhadap masing- masing pasangan. Sungguh baik jika pertama
kali pasangan diperiksa bersama- sama, karena dokter yang memeriksa akan dapat menilai interaksi
mereka, untuk pemeriksaan berikutnya lebih baik dinilai sendiri-sendiri.
Analisis Sperma
Analisis sperma harus dilakukan pada tahap awal, contoh sperma dikumpulkan dalam plastic
atau dalam wadah gelas, tidak boleh pakai karet kondom, kemudian harus dikirim ke laboratorium
dalam masa dua jam dari ejakulasi. Tidak adanya semen dalam didalam dua atau lebih contoh semen
merupakan indikasi untuk pemeriksaan ulang.
Tiadanya fruktosa didalam contoh semen menjadi petunjuk tiadanya vesikula dan vasa
seminalis yang bersifat congenital, ini menjadi patokan bahwa pemeriksaan fungsi testis berikutnya
tidak ada gunanya. Apabila frukosa dalam contoh semen ada, maka perlu dilakukan biopsi testis.
Apabila telah diyakini bahwa analisis spermanya normal, maka UPS bisa dijadwalkan. Ini akan
memperlihatkan apakah semen sudah terpancar dengan baik ke puncak vagina selama senggama.
UPS dilakukan sekitar 2-3 hari sebelum perkiraan ovulasi. Pasien diminta dating 2-8 jam setelah
senggama normal. Getah servik dihisap dari kanal endoserviks yang pada tahap ini harus banyak dan
bening. Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop. Jika dijumpai 20 sperma perlapang pandang,
harapan untuk kehamilan cukup besar jika 1-20 sperma aktif per lapang pandang. Uji ini harus
dilakukan sekurang-kurangnya pada dua keadaan yang terpisah, hasil negative bias disebabkan oleh
teknik senggama.
UPS dapat menyingkirkan sebab infertilitas suami, dan yang sangat penting adalah apakah
ovarium secara teratur menghasilkan ova. Riwayat haid dapat memberikan pegangan terhadap hal ini.
Ovulasi lebih mungkin terjadi jika siklus haid berlangsung teratur dan dengan jumlah darah haid yang
sedang untuk jangka waktu 3-5 hari. Haid yang tak teratur dan sedikit menjadi partanda siklus
anovulatorik.
Sebagian wanita merasakan nyeri pada satu sisi fossa illiaka untuk 12-24 jam pada saat ovulasi,
dan hal ini mungkin bersamaan atau tanpa disertai pendarahan ringan atau dengan suatu peningkatan
limbah vagina. Matalgia prahaid menandakan adanya suatu korpus luteum yang aktif, artinya ovulasi
sebelumnya telah terjadi dalam siklus itu.
Uji Pakis
Di bawah pengaruh estrogen, getah serviks yang dikeringkan pada obyek glass akan mengalami
kristalisasi dan menghasilkan suatu pola daun pakis yang cukup khas. Ini terjadi antara hari ke-6
sampai hari ke-22 dari siklus haid dan kemudian akan dihambat oleh progestron. Hambatan ini
biasanya akan tampak pada hari ke-23 hingga haid berikutnya. Menetapnya pola pakis setelah hari ke-
23 ini menunjukan bahwa ovulasi tidak terjadi. Darah dan semen juga dapat menghambat
pembentukan lukisan pakis itu sehingga hasil yang salah sering dijumpai pada uji ini.
Pada beberapa wanita, SBB meningkat selama fase progesterone dari siklus haid. Cara ini juga
dapat menentukan apakah telah terjadi ovulasi. SBB diambil setiap hari pada saat terjaga pagi hari,
sebelum bangkit dari tempat tidur, ataupun makan dan minum. Nilainya ditandai pada kertas grafik.
Jika wanita erovulasigrafik akan memperlihatkan pola bifasik yang khas (tipikal).
Meskipun grafik bifasik berarti bahwa ovulasi telah terjadi, suatu grafik monofasik belum
memastikan bahwa ovulasi tidak terjadi. SBB bisa dipakai untuk menentukan kemungkinan hari
ovulasi, sehingga senggama bias diarahkan sekitar saat itu. Dalam praktek penggunaan SBB tidak
selalu mudah untuk dipercaya (seperti umumnya sebagian besar pasien di Negara kita).
Epitel dari sepertiga lateral atas dinding vagina memberikan respon yang ada pada hormon
ovarium. Pemeriksaan ini dilakukan secara serial. Sekarang telah dikembangkan pemeriksaan dari
endoserviks pada fase pasca ovulasi dengan pengambilan tunggal (tanpa serial). Perubahan sitologik
dengan melihat indeks kariopiknotik dapat dipakai untuk menentukan ada tidaknya ovulasi.
Biopsi Endometrium
Biopsi endometrium bias dilakukan secara poliklinis tanpa anastesi, dengan memakai sendok
kurret kecil tanpa dilatasi serviks. Saat yang tepat adalah fase sekresi, yaitu 5-7 hari sebelum hari haid
berikutnya.
Laparaskopi
Cara ini memungkinkan visualisasi langsung secara endoskopik baik ovulasi yang baru saja
terjadi dengan adanya bintik ovulasi, maupun adanya korpus luteum sebagai hasil ovulasi diwaktu
yang lebih dini dari siklus itu.
(Widyastuti, dkk. 2009)
D. Klikmakterium
a. Pengertian KLimakterium
Klimakterium merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium. Berlangsung
6 tahun sebelum menopouse dan berakhir 6-7 tahun setelah menopause
Fase klimakterium adalah masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode reproduktif ke
periode non reproduktif. Tanda, gejala atau keluhan yang kemudian timbul sebagai akibat dari masa
peralihan ini disebut tanda atau gejala menopouse. Periode ini dapat berlangsung antara 5 sebelum
dan sesudah menopause. Pada fase ini fungsi reproduksi wanita menurun.
b. Fase Klimakterium
a. Sebelum menopause
Masa sebelum berlangsungnya saat menopouse, yaitu fungsi reproduksinya mulai menurun,
sampai timbulnya keluhan atau tanda-tanda menopouse.
b. Saat menopause
Periode dengan keluhan memuncak, rentangan 1-2 tahun sebelum dan 1-tahun sesudah
menopouse. Masa wanita mengalami akhir dari datangnya haid sampai berhenti sama sekali. Pada
masa ini menopouse masih berlangsung.
c. Setelah menopause
Menurut Helena (1973), klimakterium ini diawali dengan satu fase pendahuluan atau fase
preliminer yang menandai satu proses “pengahiran”. Munculah tanda-tanda antara lain :
1. Menstruasi menjadi tidak lancar atau tidak teratur, datang dalam interval waktu yang lebih lambat
atau lebih awal.
5. Berkeringat terus-terusan.
Semua gejala ini adalah fenomena klimakteris, akibat perubahan fungsi kelenjar hormonal.
Terjadi pula erosi kehidupan spikis, sehingga terjadilah krisis yang terwujud dalam gejala-gejala
psikologis seperti : depresi (kemurungan), mudah tersinggung dan meledak marah, banyak
kecemasan, sulit tidur, sukar tidur karena bingung dan gelisah. Gejala-gejala ini dapat dianggap
sebagai “jeritan minta tolong” agar wanita tersebut masih diperbolehkan meneruskan aktivitasnya.
1. Tahun-tahun dimana menstruasi sudah tidak teratur, sering terganggu, atau terhenti sama sekali ,
namun organ endrokrin seksual masih terus berfungsi.
2. Tahap kedua adalah berhentinya secara definitif organ pembentuk sel telur. Berhentinya lembaga
kehidupan.
1. Mengingkari ketuaannya dan ingin mengulangi kembali pola kebiasaan di masa muda.
2. Menimbuni dirinya dengan pakaian dan perhiasan warna-warni serta macam-macam bahan
kosmetik, agar kelihatan masih ”remaja”.
Kemunduran aktivitas organ endrokrin menyebabkan lapisan lemak dibawah kulit jadi menebal,
kulit kehilangan gaya regangnya jadi mengeriput. Tidak hanya pada segi jasmani saja terjadi
kemunduran, tapi juga fungsi-fungsi psikis dan kepribadian, seperti daya pikir, daya ingat, vitalitas,
pendengaran, penglihatan, toleransi terhadap stres, dll.
a. Kemurungan
c. Mudah curiga
d. Insomnia
e. Tertekan
f. Kesepian
g. Tidak sabar
f. Berat badan
g.Perubahan kepribadian
a. Merasa tua
d. Mudah tersinggung
e. Mudah kaget
a. Ketakutan
– Kesepian
b. Perubahan mental
– Kreatifitas berkurang
– Berkurang rasa humor
c. Gangguan mental
– Penolakan ; ketidakmampuan untuk mengakui secara sendiri terhadap keinginan, fikiran, perasaan
pada kejadian nyata
– Manipulasi : proses bertingkah laku untuk memuaskan diri sendiri / orang lain dengan cara serdik,
tidak jujur / tipu muslihat
Seperti juga pada usia pubertas, pada periode klimakterium ini sering terjadi gangguan lambung dan
alat pencernaan, kepekaan kelenjar gondok (hyperthyroidisme), gangguan pigmentasi kulit, gangguan
penyempitan/pelebaran pembuluh darah, dermatis (eksim),dll.
DAFTAR PUSTAKA