Anda di halaman 1dari 14

Machine Translated by Google

E-ISSN : 2963-4946
Jil. 1 No. 03 Desember 2022 https://ajosh.org/

Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas Setelahnya


Persalinan

Christian Martin Tjiu Ritonga1 , Haleyoan Sofinia2 , Muhammad viky3 , Rokibulah4


1,2 Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya, Indonesia
3,4 Universitas Islam Bunga Bangsa Cirebon, Indonesia
Email: christiansaputra98765@gmail.com, muhammadviki819@gmail.com,
rokibullah06@gmail.com, haleyoansofinia.16@gmail.com.

* Korespondensi: christiansaputra98765@gmail.com
KATA KUNCI ABSTRAK
Perubahan Fisiologis, Perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas sangat jelas
Nifas, Persalinan, terlihat, dimana proses kehamilan berjalan sebaliknya. Perubahan
Kehamilan, fisiologis yang terjadi pada masa kehamilan akan kembali normal
pada masa nifas. Kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa
fisik, sehingga konsepnya pada masa nifas tubuh akan mengalami
pemulihan.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai
perubahan fisiologis pada masa nifas setelah melahirkan serta
menambah wawasan dalam mendeskripsikan secara tepat serta
melatih pemikiran ilmiah yang diperlukan untuk mampu
menganalisis suatu permasalahan secara akurat dan cepat.
Penelitian ini menggunakan metode kontras review, artinya metode
review jurnal dengan cara mencari perbedaan beberapa jurnal
penelitian kemudian menarik kesimpulan. Hasil penelitian ini
menemukan adanya beberapa perubahan fisiologis pada masa
nifas antara lain perubahan sistem reproduksi, perubahan sistem
endokrin, perubahan tanda-tanda vital, perubahan sistem
kardiovaskuler, perubahan sistem peredaran darah, perubahan
sistem peredaran darah, dan perubahan sistem peredaran darah.
sistem hematologi, dan perubahan pada sistem pernafasan.

Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional (CC BY-SA 4.0)

Perkenalan
Kehamilan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan seorang wanita dan keluarga pada
umumnya, meskipun perubahan besar yang akan terjadi sangat mempengaruhi setiap orang khususnya wanita.
Kehamilan dimulai dari ovulasi hingga partus kurang lebih 280 hari (40 minggu).
Kehamilan merupakan serangkaian peristiwa yang diawali dengan pembuahan dan akan
berkembang hingga menjadi janin aterm dan diakhiri dengan proses persalinan.
Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) angka kematian ibu sangat tinggi.
Sekitar 830 wanita meninggal akibat komplikasi kehamilan atau persalinan setiap hari. Berdasarkan
Survei Demokrasi Kesehatan Indonesia (IHDS) di

Jurnal Sosial dan Humaniora Asia, Vol. 01, No.03, Desember 2022 105
Machine Translated by Google

Christian Martin Tjiu Ritonga. Haleyoan Sofinia, Muhammad Viky, Rokibullah

Pada tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu
per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menunjukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Masa nifas penting untuk memantau kondisi ibu,
terutama pada 2 jam setelah melahirkan. Perdarahan pasca melahirkan merupakan salah satu
penyebab MMR jika tidak ditangani dengan baik. akan mengakibatkan syok karena keluar banyak
darah.5
Masa nifas disebut juga masa nifas yang berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “Puer”
yang berarti bayi dan “Parous” yang berarti melahirkan. Masa nifas adalah darah yang keluar
dari rahim akibat melahirkan atau setelah melahirkan. Masa nifas dimulai sejak plasenta lahir dan
berakhir pada saat alat kebidanan kembali seperti sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kurang
lebih 6 minggu.
Masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, yaitu waktu yang diperlukan untuk
pemulihan alat kebidanan ke keadaan normal. Jadi masa nifas adalah masa yang dimulai sejak
ari-ari lahir sampai dengan masa kebidanan kembali seperti sebelum hamil.
dan memakan waktu kurang lebih 6 minggu.
Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir pada saat alat kebidanan kembali
seperti sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara
keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Tahapan atau masa nifas dibagi menjadi 3
diantaranya adalah masa nifas dini, masa nifas intermedial, dan masa nifas jarak jauh. Pada
masa kehamilan terjadi perubahan pada sistem tubuh wanita termasuk perubahannya. Perubahan
fisiologis yang terjadi pada masa nifas sangat kentara meskipun dianggap normal, dimana proses
kehamilan berjalan terbalik. Perubahan fisiologis yang terjadi pada masa kehamilan akan kembali
normal pada masa nifas.

Perubahan fisiologis pada masa nifas setelah melahirkan antara lain: Perubahan sistem
reproduksi, perubahan payudara, perubahan sistem pencernaan, perubahan sistem perkemahan,
perubahan sistem muskuloskeletal, perubahan sistem endokrin, perubahan tanda-tanda vital,
perubahan sistem reproduksi. sistem kardiovaskuler, perubahan sistem peredaran darah,
perubahan sistem hematologi, perubahan sistem pernafasan, perubahan sistem integumentum,
perubahan sistem keseimbangan cairan dan elektrolit, penurunan berat badan, dan proses
adaptasi psikologis.
Pada masa nifas ini, ibu akan merasakan beberapa perubahan pada tubuh dan emosinya.
Bagi yang belum mengetahui hal ini tentu akan khawatir dengan perubahan yang terjadi, oleh
karena itu penting bagi para ibu untuk memahami perubahan yang terjadi agar dapat menangani
dan mengenali tanda bahayanya sejak dini.
Pada masa nifas ini terjadi perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu.
Perubahan fisiologis yang terjadi sangat kentara meskipun dianggap normal, dimana proses
dalam kehamilan berjalan terbalik. Banyak faktor, termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan,
kesehatan bayi baru lahir serta perawatan dan dorongan yang diberikan oleh petugas kesehatan,
dokter, bidan, dan perawat membantu membentuk respon ibu terhadap bayinya selama masa
nifas ini.
Untuk memberikan pelayanan yang baik bagi ibu, bayi dan keluarganya, seorang petugas
kesehatan harus memahami dan memahami dengan baik perubahan anatomi dan fisiologi pada
masa nifas.
Kehamilan dan persalinan merupakan peristiwa fisiologis, sehingga konsepnya pada
masa nifas tubuh akan mengalami pemulihan. Pemulihan ini menyangkut konteks tubuh sebagai
suatu sistem organ yang saling berkaitan, sehingga perubahan fisik yang terjadi pada ibu pada
masa nifas merupakan perubahan sistem tubuh, dalam suatu jaringan yang saling berkaitan.
Jika timbul nyeri yang berkepanjangan dan tidak terduga, atau ibu merasa tidak nyaman pada masa nifas,

Jurnal Sosial dan Humaniora Asia, Vol. 01, No.03, Desember 2022 106
Machine Translated by Google

Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas Setelah Melahirkan

adanya faktor risiko, kesulitan, tanda komplikasi atau perubahan yang mengarah pada patologi,
harus dapat dideteksi oleh tenaga kesehatan sebagai pemberi perawatan dan dapat mengantisipasi
tindakan segera dalam lingkup penatalaksanaan kesehatan.

Metode penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kontras review, artinya metode review jurnal dengan
cara mencari perbedaan beberapa jurnal penelitian kemudian menarik kesimpulan. Metode Kontras
merupakan salah satu metode favorit sebagian mahasiswa dan dijadikan sebagai metode massal
yang wajib digunakan dalam panduan penyusunan tugas akhir. Metode ini merupakan kebalikan
dari metode perbandingan, sehingga dapat mengambil beberapa jurnal penelitian yang
menggunakan sampel yang sama namun metode penelitiannya berbeda, reagen yang digunakan
berbeda, atau aplikasi data yang digunakan berbeda.

Hasil dan Diskusi


Perubahan Sistem Reproduksi
Pada masa ini ukuran rahim kurang lebih sama dengan ukuran rahim pada usia kehamilan
16 minggu kira-kira sebesar buah jeruk bali (jeruk asam) dan beratnya kurang lebih 1000 gram.
Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Dalam beberapa
hari kemudian, perubahan involusi terjadi dengan cepat. Fundus turun sekitar 1 hingga 2 cm setiap
24 jam. Pada hari keenam masa nifas fundus normal akan berada pada pertemuan antara umbilikus
dan simfisis pubis. Rahim belum bisa dipalpasi pada hari kesembilan pascapersalinan. (Bennet &
Brown, 2016)

Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab atas pertumbuhan pasif
rahim selama kehamilan. Pertumbuhan rahim prenatal bergantung pada hiperplasia, peningkatan
jumlah sel otot, dan hipertrofi, pembesaran sel yang ada. Pada masa nifas penurunan kadar hormon-
hormon tersebut menyebabkan terjadinya autolisis, yaitu penghancuran langsung jaringan hipertrofik
yang berlebihan.
Sel-sel tambahan yang terbentuk selama kehamilan bersifat menetap. Inilah penyebab ukuran
rahim sedikit lebih besar setelah hamil. Sub involusi adalah kegagalan rahim untuk kembali ke
keadaan sebelum hamil. Penyebab subinvolusi yang paling sering adalah sisa fragmen plasenta
dan infeksi.(Bennet & Brown, 2016)

Gambar 1. Perubahan involusi tinggi fundus dan ukuran rahim selama 10 hari pertama
pascapersalinan (Caroline Pessel & Ming C. Tsai, 2022)

Jurnal Sosial dan Humaniora Asia, Vol. 01, No.03, Desember 2022 107
Machine Translated by Google

Christian Martin Tjiu Ritonga. Haleyoan Sofinia, Muhammad Viky, Rokibullah

Gambar 2. Aktivitas Rahim Saat Masa Nifas (Kiri) dan 20 Jam Pasca Persalinan
(Kanan) (Caroline Pessel & Ming C. Tsai, 2022)
Perubahan Payudara
Pada semua wanita yang pernah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses
menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu sebagai berikut:
(Sasmita, 2017)
a) Produksi Susu
b) Keluar atau keluarnya susu
Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan mempersiapkan
fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon
yang diproduksi oleh plasenta tidak lagi ada untuk menghambatnya, kelenjar pituitari akan
mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik). Hingga hari ketiga setelah melahirkan, pengaruh
prolaktin pada payudara mulai terasa. Pembuluh darah payudara membengkak karena darah
sehingga menimbulkan rasa hangat, bengkak, dan nyeri. Sel asinus yang memproduksi ASI
juga mulai berfungsi. Saat bayi menghisap puting susu, refleks saraf merangsang lobus
posterior hipofisis untuk mengeluarkan hormon oksitosin. Oksitosin merangsang refleks let
down sehingga menyebabkan keluarnya ASI melalui sinus aktif payudara menuju saluran yang
terdapat pada puting susu. Saat ASI dialirkan karena isapan bayi atau karena dipompanya sel
asinus untuk memproduksi ASI lebih banyak. Refleks ini dapat berlangsung cukup lama.
(Sasmita, 2017)
Perubahan pada sistem pencernaan
Biasanya ibu mengalami sembelit setelah melahirkan. Hal ini disebabkan karena pada
saat melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan usus besar menjadi
kosong, keluarnya cairan pada saat melahirkan secara berlebihan (dehidrasi), kurang makan,
hemoroid, laserasi jalan lahir. Agar buang air besar kembali teratur dapat diberikan pola makan/
makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Apabila upaya ini tidak
berhasil dalam 2 atau 3 hari, dapat dibantu dengan pemberian jarum suntik huknah atau gliserin
atau pemberian obat lain. Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan
sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta penurunan kebutuhan
kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan.(Manis, 2018)
Sistem pencernaan saat hamil dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain tingginya kadar
progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolesterol
darah, dan memperlambat kontraksi otot polos.

Jurnal Sosial dan Humaniora Asia, Vol. 01, No.03, Desember 2022 108
Machine Translated by Google

Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas Setelah Melahirkan

Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Meski demikian, faal usus membutuhkan
waktu 3-4 hari untuk kembali normal.(Sasmita, 2017)
Perubahan Sistem Perkemahan
Perubahan hormonal selama kehamilan (kadar steroid yang tinggi) juga menyebabkan
peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid setelah seorang wanita melahirkan
ikut menjelaskan penyebab penurunan fungsi ginjal pada masa nifas. Fungsi ginjal kembali normal
dalam waktu satu bulan setelah wanita tersebut melahirkan. Diperlukan waktu sekitar 2 hingga 8
minggu agar hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter dan panggul ginjal kembali ke keadaan
sebelum hamil. Pada sebagian kecil wanita, dilatasi saluran kemih dapat menetap selama 3 bulan.

Dinding kandung kemih memperlihatkan edema dan hiperemia. Kadang-kadang edema


trigonum menimbulkan abstraksi dari uretra sehingga mengakibatkan retensi urin.
Kandung kemih pada masa nifas kurang sensitif dan kapasitasnya meningkat sehingga kandung
kemih penuh atau setelah buang air kecil masih tertinggal sisa urin (normal + 15 cc). Sisa urin dan
trauma pada kandung kemih saat persalinan memudahkan terjadinya infeksi.
Dilatasi normal ureter dan pyolum dalam waktu 2 minggu, urin biasanya berlebihan
(poliuri) antara hari kedua dan kelima, hal ini disebabkan kelebihan cairan akibat retensi air pada
kehamilan dan sekarang dikeluarkan. Kadang-kadang hematuri disebabkan oleh proses involusi
katalitik, Asetonurie terutama setelah partus yang sulit dan lama menyebabkan pemecahan
banyak karbohidrat, akibat aktivitas otot-otot rahim dan karena rasa lapar. Proteinurin dihasilkan
dari autolisis sel otot.(Cunningham et al., 2015)

Perubahan Sistem Muskuloskeletal


Otot-otot rahim berkontraksi setelah partus. Pembuluh darah yang berada di antara
jalinan otot rahim akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah plasenta
lahir. Ligamen, fasia, dan diafragma panggul yang meregang pada saat persalinan, setelah
bayi lahir, lambat laun mengecil dan pulih kembali sehingga tidak jarang rahim terjatuh ke
belakang dan menjadi retrofleksibel, seiring dengan menjadinya ligamen rotundum. kendor.
Stabilisasi sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah melahirkan.
23

Akibat putusnya serat elastis kulit dan pembengkakan berkepanjangan akibat


besarnya rahim saat hamil, dinding perut masih lunak dan kendur untuk beberapa saat. Untuk
memulihkan jaringan penyangga alat genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul,
dianjurkan untuk melakukan latihan tertentu.(Hanifa, 2012)

Perubahan Hormon Plasenta (HCG, HPL, Estrogen, dan Progesteron)


Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah melahirkan. Human Chorionic
Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan bertahan hingga 10% dalam 3 jam hingga hari
ke 7 pasca melahirkan dan sebagai permulaan pemenuhan ibu pada hari ke 3 pasca melahirkan.
(Mochtar, 2018)
Tabel 1.
Perubahan Sistem Endokrin pada Masa Nifas
(Mochtar, 2018)

Jurnal Sosial dan Humaniora Asia, Vol. 01, No.03, Desember 2022 109
Machine Translated by Google

Christian Martin Tjiu Ritonga. Haleyoan Sofinia, Muhammad Viky, Rokibullah

Selama masa nifas, terjadi perubahan hormonal yang besar. Pengangkatan plasenta menyebabkan
penurunan signifikan hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormon laktogen plasenta
manusia (hPL), estrogen, dan kortisol, serta enzim insulinase plasenta membalikkan efek diabetogenik
kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna selama masa nifas. Ibu penderita diabetes
biasanya membutuhkan jumlah insulin yang jauh lebih sedikit selama beberapa hari. Karena perubahan
hormonal normal ini menjadikan masa nifas sebagai masa transisi untuk metabolisme karbohidrat,
interpretasi tes toleransi glukosa lebih sulit pada saat ini.

25

Kadar estrogen dan progesteron menurun drastis setelah plasenta lahir, kadar terendah mencapai
sekitar satu minggu pasca melahirkan. Penurunan kadar estrogen berhubungan dengan pembengkakan
payudara dan diuresis kelebihan cairan ekstraseluler yang terakumulasi selama kehamilan. Pada wanita
yang tidak menyusui kadar estrogen mulai meningkat pada minggu kedua setelah melahirkan dan lebih
tinggi dibandingkan pada wanita yang menyusui pada hari ke 17 pasca melahirkan.(Mochtar, 2018)

Selama kehamilan volume darah normal meningkat, diperkirakan tingginya kadar peningkatan
hormon estrogen memperbesar hormon antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Selain itu, progesteron
mempengaruhi otot polos sehingga mengurangi eksitasi dan peningkatan pembuluh darah yang sangat
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva, serta vagina.
(Baston & Hall, 2016)

Perubahan tanda-tanda vital


Suatu hari (24 jam) pada masa nifas suhu tubuh akan sedikit meningkat (37,5 – 38°C) akibat
kerja keras saat melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Biasanya pada hari ke 3 suhu tubuh kembali
naik akibat terbentuknya ASI dan payudara
menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun menandakan kemungkinan
menyebabkan infeksi atau keadaan tidak normal lainnya. Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80x/
menit. Setelah melahirkan, denyut nadi biasanya akan semakin cepat. Tekanan darah biasanya tidak
berubah. Tekanan darah rendah kemungkinan besar disebabkan oleh perdarahan, sedangkan tekanan
darah tinggi pada masa nifas dapat menandakan terjadinya preeklampsia pasca melahirkan. Keadaan
pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu tubuh dan denyut nadi.(Dewi & Susmati, 2017)

Perubahan Sistem Kardiovaskular


Tiga perubahan fisiologi sistem kardiovaskular pasca melahirkan yang terjadi pada wanita antara
lain sebagai berikut. (Stables & Rankin, 2020) a. Hilangnya sirkulasi utero-plasenta
sehingga mengurangi ukuran darah ibu
kapal sebesar 10-15%.
B. Hilangnya fungsi endokrin plasenta sehingga menghilangkan rangsangan vasodilatasi. C.
Terjadinya mobilisasi air ekstravaskular yang disimpan selama kehamilan.
Tiga perubahan fisiologis pasca melahirkan yang melindungi perempuan: (Saifuddin, 2017)
1. Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh darah ibu sebesar 10%
hingga 15%.
2. Hilangnya fungsi endokrin plasenta sehingga menghilangkan vasodilatasi
rangsangan.

3. Terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama kehamilan.


Oleh karena itu, syok hipovolemik biasanya tidak terjadi pada kehilangan darah normal.

Jurnal Sosial dan Humaniora Asia, Vol. 01, No.03, Desember 2022 110
Machine Translated by Google

Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas Setelah Melahirkan

Gambar 3. Perubahan Hematokrit dan Volume Darah Pascapersalinan pada Pasien yang
Melahirkan Pervaginam dan Melalui Operasi Caesar (Caroline Pessel & Ming C. Tsai, 2022)
Perubahan Sistem Peredaran Darah
Adanya peningkatan besar-besaran aliran darah uterus yang penting untuk mempertahankan
kehamilan dimungkinkan oleh adanya hipertrofi dan remodeling signifikan yang terjadi pada seluruh
pembuluh darah panggul. Setelah melahirkan, diameternya mengecil kira-kira sebesar sebelum
hamil. Pada masa nifas, pembuluh darah yang membesar ditutupi oleh perubahan hialin, diserap
kembali secara perlahan, kemudian digantikan oleh pembuluh darah yang lebih kecil. Namun
beberapa sisa pembuluh darah yang lebih besar bertahan selama beberapa tahun. Tubuh ibu akan
menyerap kembali cairan dalam jumlah berlebihan setelah melahirkan. Pada sebagian besar ibu, hal
ini akan mengakibatkan produksi urin dalam jumlah besar, terutama pada hari pertama seiring
dengan meningkatnya diuresis. (Cunningham, 2012) Tubuh ibu akan menyerap kembali cairan dalam
jumlah berlebihan setelah melahirkan. Pada sebagian besar ibu, hal ini akan mengakibatkan produksi
urin dalam jumlah besar, terutama pada hari pertama seiring dengan meningkatnya diuresis. Ibu
juga bisa mengalami edema pada pergelangan kaki dan kakinya. hal ini dimungkinkan karena adanya
variasi proses fisiologis normal akibat perubahan sirkulasi. Hal ini biasanya akan hilang dengan
sendirinya pada rentang masa nifas, seiring dengan meningkatnya aktivitas ibu dalam merawat
bayinya. Informasi dan nasehat yang dapat diberikan kepada ibu nifas antara lain dengan melakukan
latihan fisik atau senam nifas yang tepat, menghindari berdiri terlalu lama, dan meninggikan tungkai
atau kaki saat berbaring, menghindari kaki menggantung saat duduk, memakai pakaian yang longgar,
nyaman dan menyerap keringat, dan menghindari memakai alas kaki dengan sepatu hak tinggi.
Pada kondisi fisiologis, pembengkakan pada pergelangan kaki atau kaki biasanya terjadi secara
bilateral dan tidak disertai nyeri, serta tidak terdapat hipertensi. Petugas kesehatan perlu mengkaji
adanya tanda-tanda tromboplebitis femoralis, apabila terjadi pembengkakan atau udema pada
tungkai secara unilateral kadang disertai kemerahan disertai nyeri terutama pada perabaan yang
teraba.
anggota badan/betis seperti benang tali yang keras (phlegmasia alba dolens). Hal ini menandakan
suatu tanda adanya peradangan atau infeksi, akibat sirkulasi darah yang buruk, penyumbatan
trombus, peradangan hingga infeksi pada daerah ekstremitas, pada keadaan lanjut tromboplebitis
femoralis dapat meluas hingga ke panggul, kondisi ini disebut dengan tromboplebitis pelvika.
Perubahan Sistem Hematologi

Jurnal Sosial dan Humaniora Asia, Vol. 01, No.03, Desember 2022 111
Machine Translated by Google

Christian Martin Tjiu Ritonga. Haleyoan Sofinia, Muhammad Viky, Rokibullah

Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor
pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama masa nifas, kadar fibrinogen dan plasma
akan sedikit menurun namun darah semakin mengental dengan meningkatnya kekentalan
sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Peningkatan leukositosis dimana jumlah
sel darah putih bisa mencapai 15.000 saat persalinan akan tetap tinggi pada beberapa hari
pertama masa nifas. Jumlah sel darah putih masih bisa meningkat lagi hingga 25.000 atau
30.000 jika tidak ada kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.
Jumlah hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit akan sangat bervariasi pada awal masa
nifas akibat volume darah, volume plasenta, dan tingkat volume darah yang bervariasi.
Semua kadar tersebut akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita. Kira-kira pada
saat kelahiran dan masa nifas terjadi kehilangan darah sekitar 200-500 ml. Penurunan volume
dan peningkatan sel darah pada kehamilan berhubungan dengan peningkatan hematokrit
dan hemoglobin pada hari ke 3-7 pasca melahirkan dan akan kembali normal pada 4-5
minggu pasca melahirkan.(Varney, 2017)
Pada masa kehamilan, secara fisiologis terjadi peningkatan kapasitas pembuluh
darah yang digunakan untuk menampung peningkatan aliran darah, yang dibutuhkan oleh
plasenta dan pembuluh darah rahim. Penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis
terjadi dengan cepat, mengurangi volume plasma kembali ke proporsi normal. Aliran ini terjadi
pada 2-4 jam pertama setelah bayi lahir. Selama masa ini, ibu mengeluarkan urin dalam
jumlah besar. Penurunan hingga hilangnya hormon progesteron membantu mengurangi retensi cairan
melekat pada peningkatan pembuluh darah di jaringan tersebut selama kehamilan bersamaan
dengan trauma persalinan. Setelah melahirkan, shunt tersebut akan hilang secara tiba-tiba.
Volume darah relatif ibu akan meningkat. Keadaan ini akan menyebabkan beban pada
jantung semakin meningkat. Keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi
dengan hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali normal. Umumnya hal ini akan
terjadi pada 3-7 hari pasca melahirkan. Pada sebagian besar ibu, volume darah hampir
kembali ke keadaan semula sebelum 1 minggu kehamilan pasca melahirkan.(McCandlish et al., 2018)
Produksi prostasiklin (prostaglandin I2 [PGI2]), penghambat agregasi trombosit, dan
tromboksan A2, penginduksi agregasi trombosit dan vasokonstriktor, meningkat selama
kehamilan dan masa nifas . Kemungkinan besar, keseimbangan antara tromboksan A2 dan
PGI2 bergeser ke sisi dominasi tromboksan A2 selama masa nifas karena reaktivitas
trombosit meningkat pada saat ini. Perubahan yang cepat dan dramatis pada sistem koagulasi
dan fibrinolitik terjadi setelah lahir (Tabel 2.5). Penurunan konsentrasi fibrinogen dimulai pada
saat persalinan dan mencapai titik terendah pada hari pertama masa nifas. Setelah itu,
peningkatan kadar fibrinogen plasma mencapai nilai prenatal pada hari ketiga atau kelima
masa nifas. Puncak sekunder aktivitas fibrinogen ini bertahan hingga minggu kedua
pascapersalinan, setelah itu tingkat aktivitas perlahan kembali ke tingkat normal selama tidak
hamil selama 7-10 hari berikutnya.
Pola serupa terjadi pada faktor VIII dan plasminogen. Tingkat sirkulasi antitrombin III menurun
pada trimester ketiga kehamilan. Pasien dengan defisiensi antitrombin III kongenital
(penghambat faktor X endogen) memiliki penyakit tromboemboli vena berulang, dan
rendahnya kadar faktor ini dikaitkan dengan keadaan hiperkoagulasi.

Aktivitas fibrinolitik plasma ibu sangat berkurang selama bulan-bulan terakhir


kehamilan namun meningkat dengan cepat setelah melahirkan. Dalam beberapa jam pertama
pascapersalinan, terjadi peningkatan aktivitas aktivator plasminogen jaringan (tPA),
bersamaan dengan sedikit pemanjangan waktu trombin, penurunan inhibitor aktivator
plasminogen, dan peningkatan yang signifikan. Protein C merupakan penghambat koagulasi
penting yang memerlukan protein kofaktor nonenzimatik S (yang ada sebagai protein bebas dan sebagai

Jurnal Sosial dan Humaniora Asia, Vol. 01, No.03, Desember 2022 112
Machine Translated by Google

Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas Setelah Melahirkan

kompleks) untuk aktivitasnya. Kadar protein S, baik total maupun bebas, meningkat pada hari pertama
setelah melahirkan dan secara bertahap kembali ke kadar normal setelah minggu pertama
pascapersalinan.
Peningkatan konsentrasi faktor pembekuan yang biasanya terlihat selama kehamilan dapat
dilihat sebagai cadangan penting untuk mengimbangi cepatnya konsumsi faktor-faktor ini selama
persalinan dan peningkatan hemostasis setelah melahirkan. Meskipun demikian, aktivasi faktor
pembekuan yang ekstensif, bersamaan dengan imobilitas, sepsis, atau trauma selama persalinan,
dapat menyebabkan komplikasi tromboemboli di kemudian hari. Peningkatan sekunder pada fibrinogen,
faktor VIII, atau trombosit (yang tetap jauh di atas nilai tidak hamil pada minggu pertama pascapersalinan)
juga merupakan kecenderungan terjadinya trombosis selama masa nifas. Kembalinya aktivitas
fibrinolitik secara tiba-tiba setelah melahirkan mungkin merupakan mekanisme perlindungan untuk
melawan bahaya ini. Sebagian kecil wanita nifas yang menunjukkan penurunan kemampuan untuk
mengaktifkan sistem fibrinolitik tampaknya berisiko tinggi mengalami komplikasi tromboemboli
pascapersalinan. (Caroline Pessel & Ming C. Tsai, 2022)

Meja 2.
Perubahan Koagulasi Darah dan Fibrinolisis pada Masa Puerperium (Caroline Pessel &
Ming C. Tsai, 2022)

Perubahan Sistem Respirasi


Perubahan fungsi paru yang paling cepat adalah yang dipengaruhi oleh perubahan isi perut
dan kapasitas rongga dada. Volume paru-paru berubah pada masa nifas dan berangsur-angsur kembali
ke keadaan tidak hamil. Kapasitas total paru-paru meningkat setelah melahirkan karena penurunan
tekanan intraabdomen pada diafragma.
Peningkatan ventilasi saat istirahat dan konsumsi oksigen serta respons yang kurang efisien terhadap
olahraga dapat bertahan selama minggu-minggu awal pascapersalinan. Perbandingan kapasitas
aerobik sebelum hamil dan pasca melahirkan menunjukkan bahwa kurangnya aktivitas dan penambahan
15
berat badan berkontribusi terhadap efek terminasi umum 4-8 minggu pasca melahirkan.
Perubahan status asam basa umumnya paralel dengan perubahan fungsi pernafasan.
Keadaan kehamilan ditandai dengan alkalosis respiratorik dan asidosis metabolik terkompensasi,
sedangkan persalinan merupakan masa transisi. Hipokapnia yang signifikan (<30

Jurnal Sosial dan Humaniora Asia, Vol. 01, No.03, Desember 2022 113
Machine Translated by Google

Christian Martin Tjiu Ritonga. Haleyoan Sofinia, Muhammad Viky, Rokibullah

mm Hg), peningkatan laktat darah, dan asidosis metabolik dikompensasi, sedangkan persalinan
menunjukkan masa transisi. Hipokapnia yang signifikan (<30 mm Hg), peningkatan laktat darah, dan
penurunan pH pertama kali terlihat pada akhir kala satu persalinan dan berlanjut hingga masa nifas.
Dalam beberapa hari, terjadi peningkatan PCO2 menuju nilai normal saat tidak hamil (35-40 mm Hg).
Progesteron mempengaruhi kecepatan ventilasi melalui efek sentral, dan penurunan cepat kadar hormon
ini bertanggung jawab atas peningkatan PCO2 yang terlihat pada minggu pertama pascapersalinan.

Peningkatan kelebihan basa dan bikarbonat plasma menyertai hiperkapnia relatif pascapersalinan.
Peningkatan pH secara bertahap dan kelebihan basa terjadi hingga kadar normal tercapai sekitar 3
15
minggu pascapersalinan.
PO2 arteri saat istirahat dan saturasi oksigen selama kehamilan lebih tinggi dibandingkan pada
wanita tidak hamil. Selama persalinan, saturasi oksigen dapat ditekan, terutama pada posisi terlentang,
kemungkinan akibat penurunan curah jantung dan peningkatan relatif jumlah pembakaran intrapulmoner.
Namun, peningkatan saturasi oksigen arteri hingga 95% tercatat pada hari pertama pascapersalinan.
Hutang oksigen yang terjadi selama persalinan meluas hingga masa nifas dan tampaknya bergantung
pada lamanya dan tingkat keparahan kala dua persalinan. Banyak peneliti yang mengomentari peningkatan
terus menerus dari laju metabolisme basal selama periode 7-14 hari setelah melahirkan. Peningkatan
konsumsi oksigen saat istirahat di awal masa nifas dikaitkan dengan anemia ringan, laktasi, dan faktor
psikologis.(Caroline Pessel & Ming C. Tsai, 2022)

Perubahan Sistem Integumentum


Kloasma yang muncul saat kehamilan biasanya menghilang saat kehamilan berakhir.
Hiperpigmentasi pada areola dan linea nigra tidak hilang sepenuhnya setelah bayi lahir. Pada beberapa
wanita, hiperpigmentasi di area tersebut akan menetap. Kulit yang meregang pada payudara, perut, paha,
dan panggul mungkin memudar, namun tidak hilang seluruhnya.

Striae perut tidak dapat dihilangkan seluruhnya, tetapi dapat berubah menjadi garis halus
berwarna putih keperakan setelah jangka waktu beberapa bulan. Kelainan pembuluh darah seperti
spiderangioma (nevi), eritema palmar, dan epulis biasanya berkurang sebagai respons terhadap
penurunan kadar estrogen setelah kehamilan berakhir. Pada beberapa betina, laba-laba menetap. Rambut
halus yang tumbuh lebat saat hamil biasanya akan hilang setelah wanita melahirkan, namun rambut kasar
yang muncul saat hamil biasanya akan menetap. Konsistensi dan kekuatan kuku akan kembali seperti
sebelum hamil. Diaforesis adalah perubahan paling nyata pada sistem integumen.

(Wiknjosastro, 2017)
Perubahan Sistem Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Rata-rata penurunan berat badan ibu sebesar 10–13 pon terjadi intrapartum dan segera setelah
melahirkan akibat hilangnya cairan ketuban dan darah serta lahirnya bayi dan plasenta. Rata-rata pasien
dapat kehilangan tambahan 4 kg (9 lb) selama masa nifas dan selama 6 bulan berikutnya sebagai akibat
dari ekskresi cairan dan elektrolit yang terakumulasi selama kehamilan. Bertentangan dengan anggapan
luas, menyusui hanya mempunyai efek minimal dalam mempercepat penurunan berat badan pasca
melahirkan. Besarnya pertambahan berat badan saat hamil berdampak pada retensi berat badan pasca
melahirkan. Wanita yang mengalami kenaikan berat badan lebih dari kisaran yang direkomendasikan
selama kehamilan cenderung memiliki berat badan yang lebih besar pada 3 tahun pascapersalinan
dibandingkan wanita yang mengalami peningkatan berat badan dalam kisaran yang direkomendasikan
selama kehamilan, dan hal ini berlaku untuk pasien yang tidak mengalami obesitas dan tidak mengalami obesitas.
Terdapat rata-rata kehilangan cairan bersih minimal 2 L selama minggu pertama pascapersalinan
dan kehilangan tambahan sekitar 1,5 L selama 5 minggu berikutnya. Kehilangan air di

Jurnal Sosial dan Humaniora Asia, Vol. 01, No.03, Desember 2022 114
Machine Translated by Google

Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas Setelah Melahirkan

minggu pertama pascapersalinan menunjukkan hilangnya cairan ekstraseluler. Keseimbangan


negatifnya diperkirakan sekitar 100 mEq klorida per kilogram berat badan yang hilang pada masa nifas
dini. Keseimbangan negatif ini mungkin disebabkan oleh keluarnya cairan ekstraseluler ibu. Kehilangan
garam dan air nifas umumnya lebih besar pada wanita penderita preeklampsia atau eklamsia.

Perubahan elektrolit serum selama masa nifas menunjukkan peningkatan jumlah kation dan
anion secara umum dibandingkan dengan nilai antepartum. Meskipun total natrium yang dapat ditukar
menurun selama masa nifas, penurunan relatif cairan tubuh melebihi kehilangan natrium. Pengurangan
antagonisme aldosteron karena penurunan konsentrasi progesteron plasma sebagian dapat
menjelaskan peningkatan cepat natrium serum. Kerusakan sel akibat involusi jaringan dapat
berkontribusi pada peningkatan konsentrasi kalium plasma yang tercatat pascapersalinan. Rata-rata
peningkatan kation, terutama natrium, adalah 4,7 mEq/L, dengan peningkatan yang sama pada anion.
Akibatnya, osmolalitas plasma meningkat sebesar 7 mOsm/L pada akhir minggu pertama
pascapersalinan. Sesuai dengan pergeseran klorida, terdapat kecenderungan konsentrasi klorida
serum sedikit menurun pasca melahirkan seiring dengan peningkatan konsentrasi bikarbonat serum.
(Vesco et al., 2019)

Penurunan Berat Badan

Setelah melahirkan, ibu akan kehilangan 5-6 kg berat badannya yang berasal dari bayi,
plasenta dan air ketuban serta keluarnya darah saat persalinan, 2-3 kg lagi melalui urin sebagai upaya
tubuh mengeluarkan timbunan cairan selama kehamilan. . Rata-rata ibu kembali ke berat badan
idealnya setelah 6 bulan, meskipun sebagian besar memiliki kecenderungan masih lebih berat
dibandingkan rata-rata sebelumnya yaitu 1,4 kg.(WHO, 2019)

Proses Adaptasi Psikologis pada Masa Nifas


Adaptasi Psikologis Ibu Nifas
Pengalaman menjadi orang tua, apalagi menjadi seorang ibu, tidak selalu menjadi hal yang
menyenangkan bagi setiap wanita atau pasangan suami istri. Realisasi tanggung jawab sebagai
seorang ibu menjadi faktor pemicu munculnya gangguan emosional, intelektual, dan perilaku pada
seorang wanita. Beberapa penyesuaian diperlukan oleh perempuan dalam menghadapi aktivitas dan
peran barunya sebagai seorang ibu. Beberapa wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, namun
ada pula yang tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan psikologis dengan berbagai
35
gejala atau sindrom yang oleh para peneliti dan dokter disebut sebagai post-partum blues.
Banyak faktor yang diduga berperan dalam terjadinya post partum blues syndrome, salah satu
yang penting adalah memadainya dukungan sosial dari lingkungannya (terutama suami). Kurangnya
dukungan sosial dari keluarga dan teman, terutama dukungan suami pada masa pasca salin (nifas)
diduga kuat menjadi faktor penting terjadinya post pastum blues. Banyak sekali perubahan yang terjadi
pada masa kehamilan 9 bulan, bahkan bisa lebih banyak lagi yang terjadi pada masa nifas, bahkan
mungkin merasa sedikit ditinggalkan atau terpisah dari lingkungan.

35

Banyak hal yang bisa menambah berat badan hingga membuat wanita merasa down. Banyak
juga wanita yang merasa tertekan setelah melahirkan, sebenarnya hal tersebut merupakan hal yang
wajar. Perubahan peran seorang ibu semakin besar seiring dengan lahirnya bayi baru lahir. Dukungan
dan perhatian positif dari seluruh anggota keluarga lainnya merupakan hal yang sangat dibutuhkan para
ibu.(Azizah & Rosyidah, 2019)
Dalam menjalani adaptasi masa nifas, sebagian ibu dapat mengalami fase-fase sebagai
berikut:(Azizah & Rosyidah, 2019)
1. Fase Penerimaan

Jurnal Sosial dan Humaniora Asia, Vol. 01, No.03, Desember 2022 115
Machine Translated by Google

Christian Martin Tjiu Ritonga. Haleyoan Sofinia, Muhammad Viky, Rokibullah

Tahap Pengambilan adalah masa ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama
sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu baru umumnya pasif dan bergantung, perhatiannya
tertuju pada kekhawatiran terhadap tubuhnya. Pengalaman selama proses persalinan berulang
kali diceritakan. Hal ini membuat ibu cenderung pasif terhadap lingkungannya. Keterampilan
mendengarkan dan menyediakan waktu yang cukup merupakan dukungan yang sangat berharga
bagi para ibu. Kehadiran suami dan keluarga sangat diperlukan dalam fase ini. Petugas kesehatan
dapat mendorong suami dan keluarga untuk memberikan dukungan moral dan menyediakan
35
waktu untuk mendengarkan segala hal yang disampaikan ibu agar dapat melewati fase ini dengan baik.
Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada fase ini adalah sebagai berikut:35

A. Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkannya dari bayinya misalnya:
jenis kelamin tertentu, warna kulit, dan
sebagainya b. Ketidaknyamanan akibat perubahan fisik yang dialami ibu misalnya rasa mules
akibat kontraksi rahim, payudara bengkak, akibat luka jahitan, dan sebagainya c. Rasa
bersalah karena tidak bisa menyusui
bayinya d. Suami atau keluarga yang mengkritik ibu
tentang cara merawat bayinya cenderung hanya memandang saja tanpa membantu. Ibu akan
merasa risih karena sebenarnya itu bukan hanya tanggung jawab ibu saja, melainkan
tanggung jawab bersama.

Pada saat ini tidur yang tidak terganggu sangat diperlukan untuk mengurangi gangguan
fisik dan psikis yang diakibatkan oleh kurang istirahat, selain itu diperlukan peningkatan nutrisi
untuk mempercepat pemulihan dan penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi yang aktif.
(Azizah & Rosyidah, 2019)
2. Fase memegang
Fase holding adalah fase/masa yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan .
Pada fase ini, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayinya. Ibu mempunyai perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung
dan mudah marah sehingga kita perlu berhati-hati dalam berkomunikasi dengan ibu.
Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini adalah kesempatan yang baik untuk
menerima berbagai masukan dalam merawat dirinya dan bayinya agar timbul rasa percaya diri.
Tugas sebagai tenaga kesehatan adalah mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusui yang
benar, cara mengobati luka jahitan, mengajarkan senam nifas, memberikan pendidikan kesehatan
yang diperlukan ibu seperti gizi, istirahat, kebersihan diri, dan lain-lain.(Azizah & Rosyidah, 2019)

3. Fase melepaskan
Fase pelepasan merupakan fase menerima tanggung jawab atas peran barunya yang
berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah bisa menyesuaikan diri, merawat dirinya
dan bayinya, serta rasa percaya diri ibu semakin meningkat. Pendidikan kesehatan yang kami
berikan pada tahap sebelumnya akan sangat bermanfaat bagi para ibu agar lebih mandiri dalam
memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga tetap sangat diperlukan
bagi ibu. Suami dan keluarga dapat membantu mengurus bayi, mengerjakan urusan rumah
tangga agar ibu tidak terlalu lelah dan terbebani.
Ibu memerlukan istirahat yang cukup agar mendapatkan kondisi fisik yang baik untuk dapat
merawat bayinya. Pada masa ini ibu bertanggung jawab atas perawatan bayinya dan harus
beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang sangat bergantung pada ibu, hal ini menyebabkan
berkurangnya hak, kebebasan dan hubungan sosial ibu. Apabila hal ini tidak dapat dilewati
dengan baik maka dapat menimbulkan postpartum blues dan postpartum depression.(Azizah &
Rosyidah, 2019)

Jurnal Sosial dan Humaniora Asia, Vol. 01, No.03, Desember 2022 116
Machine Translated by Google

Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas Setelah Melahirkan

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan masa transisi menjadi orang tua


pada masa post partum antara lain:(Azizah & Rosyidah, 2019)
1) Respon dan dukungan keluarga dan teman. Bagi ibu nifas khususnya ibu yang
baru pertama kali melahirkan tentu sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang
terdekatnya karena kondisinya belum sepenuhnya stabil baik secara fisik maupun psikis. Ia
masih sangat asing dengan perubahan fantastis pada peran barunya yang terjadi dalam
waktu yang begitu cepat, yaitu peran sebagai “ibu”. Dengan adanya respon positif dari
lingkungan akan mempercepat proses adaptasi terhadap peran tersebut sehingga akan
memudahkan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
2) Hubungan pengalaman melahirkan dengan harapan dan cita-cita Hal yang
dialami ibu ketika melahirkan akan sangat mewarnai sifat perasaannya terhadap perannya
sebagai seorang ibu. Dia akhirnya menyadari bahwa begitu kerasnya dia harus berjuang
untuk melahirkan bayinya dan itu akan membuat pengalaman hidupnya menjadi lebih
dewasa. Banyak kasus yang terjadi, setelah sang ibu melahirkan anak pertamanya, ia
bertekad untuk lebih meningkatkan kualitas hubungannya dengan sang ibu.
3) Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu. Meski kelahiran anak
berikutnya bukan merupakan pengalaman pertama, namun kebutuhan akan dukungan
positif dari lingkungan tidak berbeda dengan ibu yang melahirkan anak pertama. Bedanya,
teknik pemberian dukungan lebih diberikan pada dukungan dan apresiasi atas
keberhasilannya melewati masa-masa sulit melahirkan di masa lalu.

4) Pengaruh budaya Adanya adat istiadat yang dianut oleh lingkungan dan keluarga
akan sedikit lebih mempengaruhi keberhasilan ibu dalam melewati masa transisi ini, apalagi
jika terdapat ketidaksinkronan antara arahan petugas kesehatan dengan budaya yang
dianut dalam lingkungan ibu.

Kesimpulan
Masa nifas dimulai sejak plasenta lahir dan berakhir pada saat alat kebidanan kembali
seperti sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kurang lebih 6 minggu. Masa nifas yang
dialami ibu terbagi menjadi 3 tahap, yaitu: Masa nifas segera/nifas dini, masa nifas dini, dan
masa nifas akhir. Perubahan sistem reproduksi pada masa nifas setelah melahirkan antara
lain: Involusi uterus, kontraksi, nyeri pasca persalinan, lokasi plasenta, lokia, leher rahim,
vagina dan perineum, patah tulang otot panggul, dan vulva. Perubahan sistem endokrin
pada masa nifas setelah melahirkan antara lain: Hormon Plasenta (HCG, HPL, Estrogen,
dan Progesteron), Hormon hipofisis, dan hipofisis ovarium hipotalamus.

Perubahan tanda-tanda vital pada masa nifas setelah melahirkan antara lain: Suhu tubuh,
nadi, tekanan darah, dan pernafasan. Perubahan sistem kardiovaskular pada masa nifas
setelah melahirkan antara lain: Volume darah dan curah jantung. Perubahan sistem
peredaran darah pada masa nifas setelah melahirkan antara lain : Terjadi peningkatan
besar-besaran aliran darah uterus yang penting untuk mempertahankan kehamilan, hal ini
dimungkinkan oleh adanya hipertrofi dan remodeling signifikan yang terjadi pada seluruh
pembuluh darah panggul. Perubahan sistem hematologi pada masa nifas setelah melahirkan
antara lain : Kadar fibrinogen dan plasma, faktor pembekuan darah, jumlah hemoglobin,
hematokrit dan eritrosit. Perubahan sistem pernafasan pada masa nifas setelah melahirkan
meliputi: volume paru, kapasitas paru total, dan status asam basa.

Referensi

Jurnal Sosial dan Humaniora Asia, Vol. 01, No.03, Desember 2022 117
Machine Translated by Google

Christian Martin Tjiu Ritonga. Haleyoan Sofinia, Muhammad Viky, Rokibullah

Azizah, Nurul, & Rosyidah, Rafhani. (2019). Buku Ajar Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui (Edisi ke-1st; Septi Budi Sartika, Ed.). Sidoarjo: Pers UMSIDA.

Baston, H., & Hall, J. (2016). Kebidanan Esensial Pascanatal (edisi ke-4). Britania Raya:
Elsevier Inc.
Bennet, V. .., & Cokelat. (2016). Buku Teks Myles untuk Bidan (Edisi ke-12). London: Churcil
Livingstone.
Caroline Pessel, MD, & Ming C. Tsai, MD. (2022). Perubahan Anatomi & Fisiologis pada Masa
Nifas. Dalam Diagnosis & Perawatan Jurnal Ilmu Kesehatan Saat Ini: Obstetri & Ginekologi
(Edisi ke-1st, hlm. 1–13). Amerika Serikat: McGraw Hill.

Cunningham. (2012). Obstetri Williams (Edisi ke-15). New York: McGraw Hill Education (Asia) dan
Penerbit Medis EGC.
Cunningham, MacDonald, & Gant. (2015). Obstetri Williams (Edisi ke-15). Jakarta: EGC.
Dewi, & Susmati. (2017). Fisiologi Persalinan Post Partum. Jurnal FK Universitas Muhammadiyah
Malang, 1(1), 12–69.
Hanifa. (2012). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
McCandlish, R., Bowler, U., Van, AH, Berridge, G., Winter, C., Sames, L., Garcia, J., & Elbourne,
D. (2018). Sebuah uji coba terkontrol secara acak tentang perawatan perineum selama kala
dua persalinan normal. Jurnal Obstetri dan Ginekologi Inggris, 105(12), 1262–1275.

Mochtar, R. (2018). Sinopsis Kebidanan (Edisi ke-1st). Jakarta: EGC.


Pusdiknakes. (2013). Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan (edisi ke-1). Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Saifuddin, BA. (2017). Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi.
Jakarta: YBP–SP.
Sasmita, Indriyani. (2017). Asuhan Kebidanan pada ibu nifas (edisi ke-1). Blora : Poltekkes
Blora.
Kandang, D., & Rankin, J. (2020). Fisiologi dalam Melahirkan (Edisi ke-3rd). Edinberg:
Elsevier.
Manis, Betty P. (2018). Mayes Midwifery Buku Ajar untuk Bidan (Edisi ke-8). London:
Perkumpulan Buku Liga Inggris / Bailire Tindal.
Varney, B. (2017). Kebidanan Varney (Edisi ke-3rd). New York.: Jones dan Bartlett.
Vesco, KK, Dietz, PM, & Rizzo, J. (2019). Pertambahan berat badan gestasional yang berlebihan
dan retensi berat badan pasca melahirkan pada wanita obesitas. Obstetri dan Ginekologi,
114(1), 1069.
SIAPA. (2019). Perawatan ibu nifas dan bayi baru lahir: Panduan praktis: laporan kelompok kerja
teknis. (Edisi ke-1st). Jenewa: Buku Kantor Alat Tulis.
Wiknjosastro, H. (2017). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP.

Jurnal Sosial dan Humaniora Asia, Vol. 01, No.03, Desember 2022 118

Anda mungkin juga menyukai