Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRANIKAH

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Internship I di Desa Cipacing Kecamatan


Jatinangor Kabupaten Sumedang Jawa Barat

Disusun Oleh :
Sindi Rizki Zullisa 130103110060

PROGRAM DIPLOMA KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah

memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Pranikah”

tepat pada waktunya.

Penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Pembelajaran Klinik Lanjut.

Dalam menyelesaikan makalah ini penulis mendapatkan bimbingan

dan dorongan dari semua pihak. Penyusun menyadari bahwa pembuatan

makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penyusun menerima kritik dan

saran demi perbaikan makalah ini.

Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amin.

Bandung, Desember 2014

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah........................................................................................ 2

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................. 2

1.4 Manfaat Penulisan........................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3

2.1 Definisi Menopause......................................................................................... 3

2.2 Klasifikasi Menopause.................................................................................... 4

2.3 Perubahan Fisiologis Menopause.................................................................... 4

2.4 Upaya Mengatasi Masalah Pada Masa Menopause......................................... 13

BAB III TINJUAN KASUS................................................................................ 15

BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 20

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 22

5.1 Simpulan.......................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menikah adalah salah satu metamorfosa kehidupan manusia untuk
mempertahankan keturunaNn. Fya. Selain itu apabila dipandang secara psikis,
merupakan kebutuhan biologis yang dapat dipenuhi oleh anda dan pasangan. Pada
beberapa program pemerintah mengatakan bahwa usia menikah yang ideal untuk
wanita adalah berusia 21 tahun sedangkan untuk laki-laki adalah 25 tahun.
Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara
utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam semua
hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya.
Menguraikan ruang lingkup kesehatan reproduksi sebenarnya menggunakan
pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan
penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan
antar fase kehidupan tersebut. Karena masalah kesehatan reproduksi pada setiap
fase kehidupan dapat diperkirakan, maka apabila tidak ditangani dengan baik
maka akan berakibat buruk bagi masa kehidupan selanjutnya, dimana tahapan
dalamsiklus hidup dimulai dari fase konsepsi, bayi dan anak, remaja, usia subur,
dan terakhir usia lanjut.
Dalam menuju ke pernikahan banyak sekali persiapan yang harus dilakukan,
salah satunya persiapan kesehatan. Pemeriksaan kesehatan sangat penting
sebelum melakukan pernikahan. Hal ini dapat mencegah terjadinya segala sesuatu
yang tidak diinginkan kelak ketika sudah menikah.
Untuk mendapatkan generasi yang sehat, maka perlu pengertian: pemilihan
pasangan, proses kehamilan dan persalinan yang sehat, pemeliharaan anak sejak
lahir sampai menjadi usia lanjut yang mandiri dan tidak membebani keluarga,
masyarakat dan Negara.

1.2 Identifikasi Masalah


Bagaimana asuhan kebidanan pada Pra-nikah ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Asuhan Kebidanan pada Pranikah.

1.3.2 Tujuan Khusus


1) Untuk mengetahui asuhan kebidanan yang dilakukan kepada pranikah.

1.4 Kegunaan Penulisan


1.4.1 Manfaat Teoritis
Menjadi bahan masukan atau bahan bacaan dan menambah pengetahuan
bagi Institusi Program Diploma Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran.
1.4.2 Manfaat Praktis
Memberi informasi kepada instansi-instansi terkait seperti Puskesmas dan
BKKBN mengenai kesehatan reproduksi Wanita usia subur dan KB yang
digunakan Wanita usia Subur yang akan menikah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Reproduksi


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Definisi ini sesuai dengan WHO, kesehatan tidak hanya berkaitan dengan
kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental dan sosial, ditambahkan lagi (sejak
deklarasi Alma Ata-WHO dan UNICEF) dengan syarat baru, yaitu: sehingga
setiap orang akan mampu hidup produktif, baik secara ekonomis maupun sosial.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial
yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala
hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-
prosesnya.
Reproduksi dimulai dengan masa pubertas sekitar usia 12 – 20 th dan berakhir
dengan masa menopause sekitar usia 49 th. Usia reproduksi pada wanita
dibedakan menjadi 3 bagian:
a. Usia reproduksi muda, usia antara 15 – 20 th. Pada usia ini wanita bila hamil
atau elahirkan mempunyai resiko lebih besar untuk terjadinya perdarahan,
keracunan kehamilan, dan kesulitan persalinan.
b. Usia reproduksi sehat, usia antara 20 – 30 th. Pada usia ini wanita sudah cukup
matang dan aman untuk hamil atau melahirkan.
c. Usia reproduksi tua, usia di atas 30 th. Pada usia ini bila seorang wanita hamil
dan melahirkan juga mempunyai resiko lebih besar seperti yang dapat terjadi
pada usia reproduksi muda. Usia tua adalah usia dimana seorang wanita tidak
mampu lagi menghasilkan keturunan, yaitu sekitar usia 49 th, saat dimana
menstruasi telah berhenti (menopause).

2.2 Kesehatan Reproduksi Wanita Usia Subur


Wanita usia subur adalah wanita yang berusia 15-39 tahun, termasuk ibu
hamil dan calon pengantin.1 Yang dimaksud dengan Wanita Usia Subur (WUS)
adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara
umur 20 – 45 tahun. pada wanita usia subur ini berlagsung lebih cepat dari pada
pria. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20 – 29 tahun. Pada usia ini wanita
memiliki kesempatan 95 % untuk hamil. pada usia 30 -an presentasenya menurun
sehingga 90%. sedangkan memasuki usia 40 tahun kesempatan untuk hamil
hingga menjadi 40% setelah usia 40 tahun hanya punya maksimal 10%
kesempatan untuk hamil. masalah kesuburan alat repeoduksi merupakan hal yang
sangat penting untuk diketahui. dimana dalam masa wanita usia subur ini harus
menjaga dan merawat personal hygiene yaitu pemeliharaan keadaan alat
kelamiNn. Fya dengan rajin membersihkankaNn. Fya, oleh karena itu dianjurkan
untuk merawat diri.
Kurangnya pengetahuan tentang kesuburan alat reproduksi khususnya pada
wanita, sering kali di kaitkan dengan berbagai macam penyakit, padahal tingkat
masa kesuburan setiap orang berbeda-beda tergantung kondisi fisik, mental dan
kebersihNn. Fya. Ketidaksuburan alat reproduksi sering kali juga dikaitkan
dengan berbagai penyakit yang diderita oleh salah satu pasangan yang
mengidapnya, diantaranya 40% faktor ketidaksuburan disebabkan oleh wanita
sedangkan 40% lain oleh sebab pria, dan sisa 20% karena keduanya.
Oleh karena itu Wanita Usia Subur (WUS) harus melakukan pemeriksaan
kesehatan (pemeriksaan alat kelamin) walaupun ia memiliki siklus haid yang
teratur. Hal ini bukan tanda bahwa wanita itu subur. Artinya WUS harus sehat
bebas dari penyakit kelamin. Sebelum menikah WUS sebaiknya melakukan
pemeriksaan kesehatan agar mengetahui kondisi organ reproduksinya apakah
berfungsi dengan baik. Dengan mengadakan pemeriksaan kesehatan maka akan
mencegah penyakit alat kelamin. Alat kelamin wanita sangat berhubungan dengan
dunia luar yang melalui liang senggama, saluran mulut rahim, rongga rahim.
Saluran telur (tuba falopi) yang bermuara dalam ruang perut. Karena adanya
hubungan yang langsung ini infeksi alat kelamin wanita disebabkan oleh
hubungan seks yang tidak sehat, sehingga infeksi bagian luarnya berkelanjutan
dapat berjalan menuju ruang perut dalam bentuk infeksi selaput dinding perut atau
disebut juga peritonitis. Sistem pertahanan dari alat kelamin wanita yang cukup
baik yaitu dari sistem asam, biasanya sistem pertahanan yang laiNn. Fya dengan
cara pengeluaran lendir yang selalu mengalir ke luar yang menyebabkan bakteri
yang dibuang dalam bentuk menstruasi, sistem pertahanan ini sangat lemah,
sehingga infeksinya sering dibendung dan pasti menjalar ke segala arah yang
menimbulkan infeksi mendadak dan menahun.
Menikah adalah salah satu metamorfosa kehidupan manusia untuk
mempertahankan keturunaNn. Fya. Selain itu apabila dipandang secara psikis,
merupakan kebutuhan biologis yang dapat dipenuhi oleh anda dan pasangan. Pada
beberapa program pemerintah mengatakan bahwa usia menikah yang ideal untuk
wanita adalah berusia 21 tahun sedangkan untuk laki-laki adalah 25 tahun.
Banyak pasangan yang menunda untuk kehamilan sampai merasa mapan dan
ada juga yang memang menikah setelah memasuki usia diatas 30 tahun. Meskipun
keputusan untuk menikah & punya anak adalah pilihan pribadi, tetapi kesuburan
dapat menurun seiring berjalaNn. Fya waktu & hal ini harus menjadi salah satu
pertimbangan bila ingin memiliki anak. Baik pria & wanita berada pada masa
puncak kesuburaNn. Fya di usia awal 20 tahun. Pada wanita, kesuburan akan
menurun dengan cepat seiring dengan bertambahnya usia, terutama di usia lebih
dari 35 tahun. Banyak hal yang menjadi penyebab turuNn. Fya kesuburan pada
wanita diatas usia 35 tahun, tetapi yang terutama adalah penurunan kualitas sel
telur yang dilepaskan oleh indung telur. Sekitar 1/3 pasangan, dimana wanitanya
berusia lebih dari 35 tahun mempunyai masalah kesuburan. Angka ini akan
meningkat menjadi 2/3 nya bila sang wanita berusia diatas 40 tahun.

2.3 Imunisasi CATIN


Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpapar dengan antigen yang
serupa, tidak terjadi penyakit.
Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) adalah upaya membangun kekebalan tubuh
untuk mencegah terjadinya infeksi tetanus. Tetanus berisiko terjadi pada bayi baru
lahir sehingga imunisasi ini diberikan pada ibu hamil sebagai bentuk
pencegahaNn. Fya. Imunisasi TT selain mencegah terjadinya infeksi tetanus pada
bayi baru lahir juga melindungi ibu terhadap terjadinya infeksi ini, mengingat
pada proses persalinan terjadi perlukaan baik dari pihak ibu maupun bayi.
Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani
yang masuk melalui luka terbuka dan menghasilkan racun yang kemudian
menyerang kedalam saraf dan otot. Bakteri ini secara umum terdapat dalam tanah,
biasa ditemukan pada debu dan kotoran beberapa hewan. Tetanus ini jarang
terjadi diamirika serikat karena disana tersedianya vaksin tetanus dan penggunaan
yang rutin. Tetaus ini biasanya diawali dengan kejang pada rahang, disertai sakit
kepala dan mudah marah, lalu diikuti dengan sulit menguyah dan menelan serta
kaku atau sakit pada otot- otot leher, bahu atau punggung. Dan bisa juga ada
demam dan menggigil.
Vaksinasi merupakan salah satu cara mencegah penyakit yang paling murah
dan efektif. Pemberian vaksinasi yang sering disebut imunisasi merupakan
langkah penting dalam pencegahan berbagai penyakit. Vaksin TT (Tetanus Toxoid
) adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah dimurnikan dan
terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan
sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU.
Dipergunakan untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan
mengimunisasi Wanita Usia Subur (WUS) atau ibu hamil, juga untuk pencegahan
tetanus pada ibu bayi.

2.4 SADARI
2.4.1 Definisi SADARI
Pemeriksaan payudara sendiri atau sering disebut dengan SADARI adalah
suatu cara yang efektif untuk mendeteksi sedini mungkin timbulnya benjolan pada
payudara, sebenarnya dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan secara berkala yaitu satu bulan sekali. Ini
dimaksudkan agar yang bersangkutan dapat mengantisipasi secara cepat jika
ditemukan benjolan pada payudara. Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang
wanita akan dapat menemukan benjolan pada stadium dini. Sebaiknya SADARI
dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi wanita yang mengalami
menstruasi, waktu yang tepat untuk melakukan SADARI adalah hari ke 7 setelah
sesudah hari 1 menstruasi.
SADARI adalah pemeriksaan yang mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk
mencari benjolan atau kelainan laiNn. Fya. Pemeriksaan payudara sendiri sangat
penting untuk mengetahui benjolan yang memungkinkan adanya kanker payudara
karena penemuan secara dini adalah kunci untuk menyelamatkan hidup.
2.4.2 Tujuan SADARI
Adapun tujuan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan adalah
untuk mengetahui adanya kelainan pada payudara sejak dini, sehingga diharapkan
kelainan-kelainan tersebut tidak ditemukan pada stadium lanjut yang pada
akhirnya akan membutuhkan pengobatan rumit dengan biaya mahal. Selain itu
adanya perubahan yang diakibatkan gangguan pada payudara dapat
mempengaruhi gambaran diri penderita.
Pentingnya pemeriksaan payudara sendiri tiap bulan terbukti dari kenyataan
bahwa kanker payudara ditemukan sendiri secara kebetulan atau waktu
memeriksa diri sendiri. Wanita-wanita yang sudah berpengalaman dalam
memeriksa diri sendiri dapat meraba benjolan-benjolan kecil dengan garis tengah
yang kurang dari satu sentimeter. Dengan demikian bila benjolan ini ternyata
ganas dapat diobati dalam stadium dini. Dan kemungkinan sembuh juga lebih
besar.
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah suatu prosedur untuk
mengetahui kelainan-kelainan pada payudara dengan melakukan inspeksi secara
berkala, misalnya sebelum melakuka n pemeriksaan payudara terlebih dahulu
harus mencuci tangan agar tidak terjadi infeksi pada payudara, serta penggantian
bra merupakan salah satu dari penanggulangan untuk pencegahan infeksi pada
payudara. Tujuan dilakukaNn. Fya SADARI adalah untuk mendeteksi adanya
kelainan-kelainan pada payudara baik struktur,bentuk ataupun tekstur
2.4.3 Cara Pemeriksaan Payudara Sendiri
Pemeriksaan payudara sendiri hendaknya dilakukan setiap bulan jika wanita
itu sudah berumur diatas 40 tahun. Bila ada hal-hal yang luar biasa dan
mencurigakan hendaknya memeriksakan ke dokter. Pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :
a. Melihat payudara
1) Pemeriksaan ini dilakukan di depan cermin
2) Bukalah seluruh pakaian dari pinggang ke atas dan berdirilah di depan
cermin yang besar
3) Lakukan kedua tangan disamping tubuh
4) Perhatikan payudara :
a) Apakah bentuk dan ukuran payudara kanan dan kiri simetris?
b) Apakah payudara membesar atau mengeras?
c) Apakah arah putting tidak lurus ke depan atau berubah arah?
d) Apakah putting tertarik ke dalam?
e) Apakah putting atau kulit ada yang lecet?
f) Apakah ada perubahan warna kulit?
g) Apakah kulit menebal dengan pori-pori melebar (seperti kulit jeruk)
h) Apakah permukaan kulit tidak mulus, ada kerutan atau cekungan?.
5) Ulangi semua pengamatan diatas dengan posisi kedua tangan lurus
keatas.
6) Setelah itu, ulangi lagi pengamatan tersebut dengan posisi kedua tangan
di pinggang, dada di busungkan, dan siku tertaarik ke belakang
b. Memijat payudara
1) Dengan kedua tangan, pijat payudara dengan lembut dari tepi hingga ke
putting
2) Perhatikan apakah ada cairan atau darah yang keluar dari putting susu
(seharusnya, tidak ada cairan yang keluar kecuali pada wanita yang
sedang menyususi).
c. Meraba payudara
1) Pemeriksaan dilakukan dalam posisi berbaring
2) Lakukan perabaan payudara satu persatu
3) Untuk memeriksakan payudara kanan, letakkan bantal atau handuk yang
dilipat dibawah bahu kanan. Lengan kanan direntangkan disamping
kepala atau diletakkan dibawah kepala.
4) Raba payudara dengan menggunakan tiga atau empat jari tangan kiri yang
saling dirapatkan
5) Rabaan dilakukan dengan gerakkan memutar dari tepi payudara hingga
keputing susu
6) Geser posisi jari, kemudian lakukan lagi gerakkan memutar dari tepi
payudara hingga keputing susu
7) Lakukan seterusnya hingga seluruh bagian payudar diperiksa
8) Lakukan hal yang sama pada payudara yang satunya lagi
9) Sebaiknya perabaan dilakukan dalam tiga macam tekanan: tekanana
ringan untuk meraba adanya benjolan dipermukaan kulit, tekanan sedang
untuk memeriksa adanya benjolan ditengah jaringan payudara, dan
tekanan kuat untuk meraba benjolan di dasar payudara yang melekat pada
tulang iga
10) Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan lotion atau
minyak sebagai pelicin agar pemeriksaan lebih sensitive
11) Setelah itu, dilakukan semua langkah perabaan dalam posisi berdiri.
Sebaiknya dilakukan saat sedang mandi (dengan menggunakan sabun)
2.4.4 Waktu Dilakukan SADARI
Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan sebulan sekali. Para wanita
yang sedang haid sebaiknya melakukan pemeriksaan pada hari ke-5 sampai ke-7
setelah masa haid bermula, ketika payudara mereka sedang mengendur dan terasa
lebih lunak.
Jika menemukan adanya benjolan atau perubahan pada payudara yang
membuat diri Anda resah, segera konsultasikan ke dokter. Jika dokter
menginformasikan bahwa hasil pemeriksaaNn. Fya menunjukkan tidak adanya
kelainan tapi Anda masih tetap resah, Anda bisa meminta kunjungan lanjutan.
Anda juga bisa meminta pendapat kedua dari seorang dokter spesialis. Para wanita
yang telah berusia 20 dianjurkan untuk mulai melakukan SADARI bulanan dan
CBE tahunan, dan harus melakukan pemeriksaan mamografi setahun sekali bila
mereka telah memasuki usia 40.
Selain SADARI, deteksi dini untuk kanker payudara yang perlu dilakukan
adalah pemeriksaan klinis payudara minimal 3 tahun sekali untuk perempuan
berusia 20-39 tahun dan setiap tahun untuk yang berusia diatas 39 tahun. Lakukan
mamogram secara rutin ketika usia sudah mencapai 40 tahun.

2.5 Keluarga Berencana


Kontrasepsi merupakan salah satu metode untuk mencapai tujuan dari
program KB. Kontrasepsi adalah suatu alat, obat, atau cara yang digunakan untuk
mencegah terjadinya konsepsi atau pertemuan antara sel telur dengan sel jantan
(sperma) didalam kandungan/rahim. Proses pencegahan ini tentu saja melibatkan
beberapa jenis kontrasepsi. Akseptor KB menurut sasaraNn. Fya terbagi menjadi
tiga fase yaitu:
a. Fase Menunda Kehamilan
Masa menunda kehamilan pertama, sebaiknya dilakukan oleh pasangan
yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena umur dibawah 20 tahun
adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena berbagai
alasan. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan
pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin
100%. Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai
anak, serta efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan yang
disarankan adalah pil KB, AKDR dan cara sederhana.
b. Fase Mengatur/ Menjarangkan Kehamilan
Periode usia istri antara 20-30 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran
adalah 2–4 tahun. Umur terbaik bagi ibu untuk melahirkan adalah usia antara
20-30 tahun. Kriteria kontrasepsi yang perlukan yaitu : efektifitas tinggi,
reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi,
dapat dipakai 3–4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan, serta tidak
menghambat produksi air susu ibu (ASI). Kontrasepsi yang cocok dan
disarankan menurut kondisi ibu yaitu AKDR, suntik KB, Pil KB atau Implan
c. Fase Mengakhiri Kesuburan/ Tidak Hamil Lagi
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30
tahun tidak hamil lagi. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan
kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal
ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan
anak. Disamping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk
mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode
kontap, AKDR, Implan, Suntik KB dan Pil KB.

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH PADA NY. F


DI RUMAH
Tanggal Pengkajian : 24 Desember 2014
Jam Pengkajian : 15.00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Ny. F
I. DATA SUBJEKTIF
A. IDENTITAS KLIEN

BIODATA
NAMA Nn. F. F
UMUR 25 tahun
SUKU Sunda
AGAMA Islam
PENDIDIKAN SMA
TERAKHIR
GOLONGAN DARAH -
PEKERJAAN Karyawan
ALAMAT LENGKAP Cipacing RT 02 RW 17
STATUS Belum menikah
PERNIKAHAN

B. ANAMNESA
Keluhan
Fisik : Nn. F tidak mengeluhkan apa-apa
Psikis : Nn. F tidak mengeluhkan apa-apa
Riwayat Menstruasi :
Menarche : 14 tahun
Siklus menstruasi : 30 hari, lama : 6 hari, banyaknya : 3x ganti pembalut
Dismenore : tidak
Keputihan : Ya, pada saat mau menstruasi dan sesudah menstruasi,
terkadang hari-hari biasapun terdapat keputihan.
Bau : tidak, gatal : tidak, warna : bening, banyaknya : banyak
Riwayat kesehatan termasuk riwayat ginekologi
Nn. F mengatakan bahwa Nn. F tidak mempunyai riwayat penyakit medis
apapun termasuk riwayat penyakit medis ginekologi
Psikologis perkembangan (Tanda kelamin sekunder)
Nn. F mengatakan bahwa payudaranya telah tumbuh dan berbentuk,
tumbuh bulu di kemaluan dan ketiak, pinggul membesar dan suara
semakin halus
Pola Sehari-hari (Nutrisi, Istirahat/tidur, Eliminasi, pola hidup):
Makan : 3x/hari, makanan yang sering dikonsumsi (selain nasi) : telur,
tahu, tempe, sayur
Pantangan : tidak ada, masalah : tidak ada
Minum : 5 gelas/hari, paling sering dikonsumsi : air putih dan air teh
Merokok : tidak, konsumsi kopi : tidak, minum alkohol : tidak
BAK : ±2x/hari, masalah : tidak ada
BAB : ±1x/hari, masalah : tidak ada
Tidur malam : 7 jam, tidur siang : 1 jam
Frekuensi ganti CD : 2x/hari, menggunakan celana dalam yang ketat
Cuci tangan sebelum/sesudah cebok : kadang-kadang, cebok
menggunakan sabun pembersih vagina
Pola aktifitas seksual :
Nn. F F mengatakan bahwa Nn. F F
Free sex : tidak
Kesiapan Menikah :
Sudah siap untuk menikah
II. DATA OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK
BB : 50 Kg
Tinggi Badan : 152 cm, IMT : 22
Tanda-tanda vital : TD : 110/80 mmHg, Nadi : 84x/menit, RR :20 x/menit,
Suhu : 36 ºC
Mata: conjungtiva : merah muda (tidak anemis) sklera : putih : tidak
ikterik, refleks pupil +/+
Wajah : simetris, tidak ada oedema
Mammae : tumbuh payudara
Mulut : terdapat gigi berlubang
Abdomen: Inspeksi : datar, tidak ada kelainan
Palpasi : tidak ada benjolan/massa
Ekstrimitas atas: simetris, jumlah jari lengkap, turgor baik, tidak ada
kelainan
Ekstrimitas bawah: simetris, jumlah jari lengkap, turgor baik, tidak ada
oedema, tidak ada kelainan
Genitalia luar: tidak dikaji
2. DATA PENUNJANG/DIAGNOSTIK (HASIL LAB, RO, USG)
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

III. ASSESMENT (DIAGNOSIS, KEBUTUHAN TERMASUK


KEBUTUHAN SEGERA, KOLABORASI)
Nn. F. F usia 25 tahun pranikah dalam keadaan baik

IV. PLANNING (KONSELING, OBAT, KUNJUNGAN ULANG, dll)


1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa Nn. F dalam keadaan baik, Nn. F
mengetahui hasil pemeriksaan.
2. memberitahu mengenai personal hygiene seperti penggunaan celana dalam
yang harus menggunakan celan dalam yang menyerap keringat tetapi tidak
ketat agar tidak lembab, Nn. F mengetahui dan mengerti.

3. Memberitahu Nn. F untuk tidak terlalu sering menggunakan celana jeans


yang ketat agar daerah kemaluan tidak lembab dan tidak banyak
mengalami keputihan, Nn. F mengetahui dan memahami.
4. memberitahu Nn. F untuk tidak menggunakam douching (sabun pembersih
vagina), tetapi menggunakan air bersih untuk cebok tanpa menggunakan
apapun karena agar bakteri yang baik yang terdapar di daerah kemaluan ,
Nn. F mengerti
5. memberitahu Nn. F agar cebok tidak bolak-balik, melainkan bersihkan
satu-satu. misal di daerah kemaluan terlebih dahulu setelah bersih
kemudian bersihkan anus. dengan searah tanpa bolak-balik, Nn. F
mengetahui dan mengerti dan Nn. F akan dipraktekan
6. Memberitahu Nn. F mengenai persiapan pra-nikah termasuk pemeriksaan
kesehatan sebelum menikah antara Nn. F dan pasangaNn. Fya, Nn. F
mengetahui dan mengerti
7. Memberitahu Nn. F mengenai pentingnya imunisasi TT Catin, Nn. F
mengetahui dan akan melakan imunisasi catin sebelum menikah.
8. Memberitahu Nn. F dan mengajarkan Nn. F mengenai pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI), Nn. F mengetahui, mengerti, dan akan
melakukaNn. Fya secara rutin.
9. Memberitahu Nn. F dan memberikan penjelasan mengenai keluarga
berencana, Nn. F mengetahui dan memahami.
10. Menyepakati kunjungan berikutnya, Nn. F menyepakati

Pengkajian ke – 2 (dua)
Tanggal Pengkajian : 31 Desember 2014
Jam Pengkajian : 15.00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Nn. F

A. ANAMNESA
Keluhan
Nn. F mengatakan mengalami keputihan sejak tiga hari yang lalu,
keputihan berwarna bening tidak bau dan tidak gatal.

I. DATA OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda – tanda vital :
TD : 120/70 mmHg
N : 90x/menit
RR : 20x/menit
S : 370 C

2. DATA PENUNJANG/DIAGNOSTIK (HASIL LAB, RO, USG)


Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

II. ASSESMENT (DIAGNOSIS, KEBUTUHAN TERMASUK


KEBUTUHAN SEGERA, KOLABORASI)
Nn. F. usia 25 tahun dengan keputihan

III. PLANNING (KONSELING, OBAT, KUNJUNGAN ULANG, dll)


1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa Nn. F dalam keadaan baik, dan
keputihan yang dialami dalam batas normal, Nn. F mengetahui hasil
pemeriksaan.
2. Mengingatkan kembali mengenai personal hygiene seperti penggunaan
celana dalam yang harus menggunakan celana dalam yang menyerap
keringat tetapi tidak ketat agar tidak lembab, Nn. F mengetahui dan
mengerti.

3. Mengingatkan kembali Nn. F untuk tidak terlalu sering menggunakan


celana jeans yang ketat agar daerah kemaluan tidak lembab dan tidak
banyak mengalami keputihan, Nn. F mengetahui dan memahami.
4. Mengingatkan kembali Nn. F untuk tidak menggunakam douching (sabun
pembersih vagina), tetapi menggunakan air bersih untuk cebok tanpa
menggunakan apapun karena agar bakteri yang baik yang terdapar di
daerah kemaluan , Nn. F mengerti
5. Menyepakati kunjungan berikutnya, Nn. F menyepakati

Pengkajian ke – 3 (tiga)
Tanggal Pengkajian : 04 Januari 2015
Jam Pengkajian : 13.00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Nn. F

A. ANAMNESA
Keluhan
Nn. F mengatakan tidak ada keluhan.

I. DATA OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda – tanda vital :
TD : 100/70 mmHg
N : 93x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,50 C

2. DATA PENUNJANG/DIAGNOSTIK (HASIL LAB, RO, USG)


Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

II. ASSESMENT (DIAGNOSIS, KEBUTUHAN TERMASUK


KEBUTUHAN SEGERA, KOLABORASI)
Nn. F. usia 25 tahun pranikah dalam keadaan baik
III. PLANNING (KONSELING, OBAT, KUNJUNGAN ULANG, dll)
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa Nn. F dalam keadaan baik, Nn. F
mengetahui.
2. Mengingatkan kembali mengenai personal hygiene seperti penggunaan
celana dalam yang harus menggunakan celana dalam yang menyerap
keringat tetapi tidak ketat agar tidak lembab, Nn. F mengetahui dan
mengerti.

3. Mengingatkan kembali Nn. F untuk tidak terlalu sering menggunakan


celana jeans yang ketat agar daerah kemaluan tidak lembab dan tidak
banyak mengalami keputihan, Nn. F mengetahui dan memahami.
4. Memberitahu Nn. F mengenai pola nutrisi dan pola istirahat.
5. Memberitahu persiapan pra nikah yang harus disiapkan oleh Nn. F jika
sudah memiliki rencana untuk menikah, Nn. F mengetahui.
6. Mendokumentasikan hasil asuhan.

BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengkajian, setelah anamnesa didapat bahwa Nn. F. usia 25


tahun. Nn. F masih belum mengetahui kapan akan menikah karena menunggu
pasangan selesai kuliahnya. Personal hygiene yang dilakukan oleh Nn. F kurang
begitu baik seperti menggunakan celana dalam yang ketat dan sering
menggunakan celana jeans ketat. Dalam satu hari, Nn. F. mengganti celana dalam
sebanyak 2x/hari. Nn. F cebok dengan cara bolak-balik dan menggunakan sabun
pemberish vagina. Setelah dilakukan pemeriksaan didapat hasil pemeriksaan
dalam keadaan normal.
Nn. F cara ceboknya saat ini bolak-balik. Hal ini tidak benar. cara cebok yang
benar adalah dari depan ke belakang. Organ genetalia wanita bentuknya khas,
sehingga para wanita harus ekstra menjaga kebersihan organ kewanitaannya. Jika
tidak, akan menjadi lahan subur bagi kumam dan bakteri
Cebok yang salah dapat mengakibatkan berbagai gangguan pada organ
kewanitaan. Karena ketidaktahuannya, banyak perempuan cebok dari belakang ke
depan. Padahal, cara itu sama saja menarik kotoran ke daerah vagina. Selain itu
juga, sebelum dan sesudah cebok kita harus mencuci tangan terlebih dahulu
dengan menggunakan air kran. Air yang digunakan pada saat cebok pun harus
tepat. Air yang dapat digunakan ketika cebok adalah air bersih yang mengalir dari
kran atau shower. Jangan menggunakan air yang ditampung di bak atau ember.
Air tersebut bisa saja sudah tergenang dalam waktu lama, atau mungkin saja
sudah kotor.
Penggunaan sabun pembersih vagina pun tidak diharuskan. Sabun pembersih
vagina sebenarnya tidak perlu karena dapat mengiritasi membran mukosa dan
mungkin menimbulkan keputihan. Deodoran tidak dapat bekerja semestinya
karena deodoran tidak mempengaruhi kuman – kuman di dalam vagina. Deodoran
membuat vagina menjadi kering dan gatal serta dapat menyebabkan reaksi alergi.
Mandi dengan busa sabun dan antiseptik sebaiknya dihindari karena alasan yang
sama. Keduanya dapat mematikan bakteri alamiah dalam vagina dengan cara yang
mirip dengan antibiotika.
Selain cara cebok yang salah, penggunaan Celana dalam pun harus tepat.
Celana dalam yang tepat digunakan adalah celana dalam yang dapat menyerap
keringat. Jamur tumbuh subur pada keadaan yang hangat dan lembab. Celana
dalam yang terbuat dari nilon tidak menyerap keringat sehingga menyebabkan
kelembaban. Campuran keringat dan sekresi alamiah vagina sendiri mulai
bertimbun, sehingga membuat selangkangan terasa panas dan lembab. Keadaan
ini menjadi tempat yang cocok untuk pertumbuhan jamur kandida dan bakteri lain
yang merugikan.
Celana jeans panjang yang ketat juga dapat menyebabkan keputihan karena
merupakan penghalang terhadap udara yang berada di sekitar daerah genetalia dan
merupakan perangkap keringat pada daerah selangkangan. Bila pemakaian jeans
digabungkan dengan celana nilon di bawahnya, efeknya sangat membahayakan.

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial


yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala
hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-
prosesnya. Wanita usia subur adalah wanita yang berusia 15-39 tahun, termasuk
ibu hamil dan calon pengantin.1 Yang dimaksud dengan Wanita Usia Subur
(WUS) adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik
antara umur 20 – 45 tahun. pada wanita usia subur ini berlagsung lebih cepat dari
pada pria. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20 – 29 tahun.
Kurangnya pengetahuan tentang kesuburan alat reproduksi khususnya pada
wanita, sering kali di kaitkan dengan berbagai macam penyakit, padahal tingkat
masa kesuburan setiap orang berbeda-beda tergantung kondisi fisik, mental dan
kebersihannya. Oleh karena itu Wanita Usia Subur (WUS) harus melakukan
pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan alat kelamin) walaupun ia memiliki siklus
haid yang teratur.
Menikah adalah salah satu metamorfosa kehidupan manusia untuk
mempertahankan keturunannya. Selain itu apabila dipandang secara psikis,
merupakan kebutuhan biologis yang dapat dipenuhi oleh anda dan pasangan. Pada
beberapa program pemerintah mengatakan bahwa usia menikah yang ideal untuk
wanita adalah berusia 21 tahun sedangkan untuk laki-laki adalah 25 tahun.
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham FG, dkk. Obstetri william volume 1-2 edisi 21. Jakarta: EGC,
2006.
2. Glasier A, Gebbie A. Keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. EGC,
Jakarta. 2005.
3. Husodo L. Ilmu kebidanan edisi ketiga cetakan kesembilan. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka-Sarwono Prawirohardjo, 2007.

Anda mungkin juga menyukai