Anda di halaman 1dari 5

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka kematian ibu tertinggi

di Asia, yaitu tertinggi ketiga di kawasan ASEAN dan kedua tertinggi di kawasan

South East Asian Region (SEAR). Proporsi penyebab langsung kematian ibu di

Indonesia saat ini telah berubah, dimana hipertensi dalam kehamilan berada di

urutan paling atas diikuti kemudian oleh perdarahan dan infeksi (Kementerian

Kesehatan, 2018). Insiden preeklamsia yang terjadi pada wanita hamil

mengakibatkan sedikitnya 21% diantaranya mengalami kematian dan

mengakibatkan risiko buruk pada janin atau kehamilan (Lisonkova & Joseph,

2013).

Berdasarkan data dari WHO menunjukan bahwa hipertensi menyebabkan

16% dari seluruh angka kematian ibu di negara berkembang, 9% di Afrika

dan Asia dan yang paling tinggi di Amerika Latin dan Caribbean yang

mencapai angka 26%, dengan insidensi preeklamsi diperkirakan sebesar 3-

10% dari seluruh kehamilan (WHO, 2016). Angka kejadian preeklamsi di

Indonesia sekitar 7-10% dari seluruh kehamilan (Birawa et al., 2009). Data RS

Ende provinsi NTT ditemukan 228 kasus pada tahun 2017 dan 231 kasus pada

tahun 2018 dengan angka kematian 4 kasus dengan PEB HPP.

Peningkatan tekanan darah pada masa kehamilan dapat mengakibatkan

terjadinya preeklamsia. Apabila tidak tertangani dengan baik maka akan berakibat

buruk pada ibu dan bayi. Preeklamsia dan eklamsia memberi pengaruh buruk
2

pada kesehatan janin yang disebabkan oleh menurunnya perfusi utero

plasenta, hipovolemia, vasospasme, dan kerusakan sel endotel pembuluh

darah plasenta. Dampak preeklamsia pada janin salah satunya adalah

prematuritas (Prawiroharjo, 2014).

Teori perilaku yang digunakan dalam perubahan perilaku dalam mencegah

terjadinya preeklampsia adalah gabungan teori Preced-Proced (1991) yang

dikemukakan oleh Lawrence Green tahun 1980 dan Teori Behavior Intention

yang dikemukakan oleh Snehandu (1980). Teori tersebut mengemukakan

bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan dalam hal ini pencegahan

preeklampsia diantaranya adalah faktor predisposisi (predisposing factor), faktor

dukungan lingkungan sosial (social support), faktor ketersediaan informasi

(accessibility of information), dan faktor situasi dan kondisi (action situation)

(Notoatmodjo, 2014).

Pengetahuan ibu hamil dapat berpengaruh terhadap perilaku pencegahan

preeklampsia. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Usnaini et al.

(2016) mengemukakan bahwa pengetahuan ibu hamil terkait pencegahan

preeklampsia masih kurang, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti

umur ibu hamil yang tergolong dewasa muda sehingga kurang mengetahui

pencegahan preeklampsia, faktor kedua yang mempengaruhi pengetahuan

adalah pendidikan ibu hamil dimana pada penelitian tersebut rata-rata

pendidikan ibu hamil adalah pendidikan menengah dimana masih kurangnya

pengetahuan ibu hamil terkait preeklampsia dan faktor lainnya adalah belum

pernah ibu hamil tersebut mendapatkan informasi terkait pencegahan


3

preeklampsia. Penelitian yang dilakukan oleh Iacobelli, Bonsante, & Robillard,

(2017) yang dilakukan kepada 62.000 responden berdasarkan rekam medis

dengan metode cohort menemukan bahwa primipara,riwayat diabetes, obesitas,

riwayat penyakit ginjal, riwayat HT, pengobatan infertilitas, dan usia saat hamil

merupakan pencetus kejadian preeklamsia. Metode case control pada 360

responden digunakan oleh Verma, Kapoor, Yadav, & Manohar, (2017)

menemukan bahwa multipara, riwayat keluarga dengan preeklamsia, primiparitas,

anemia, riwayat aborsi, riwayat hipertensi sebelumnya dan menarche.

Upaya yang telah dilakukan oleh berbagai rumah sakit dan layanan kesehatan

lainnya adalah pendidikan atau health education, pemberian leaflet dan

pengawasan terhadap ibu hamil. Antenatal care merupakan program yang

disediakan oleh layanan kesehatan dalam upaya pemantauan ibu hamil sehingga

risiko-risiko kehamilan dapat diminimalisir (Wikström, Stephansson, &

Cnattingius, 2011). Kegagalan dalam monitoring risiko kehamilan dapat terjadi

disebabkan adanya pengkajian dan pemantauan yang kurang tepat sehingga

diperlukan suatu upaya proses pengkajian komprehensif untuk meningkatkan

intervensi guna meminimalkan risiko yang mungkin terjadi. Pentingnya

mengetahui riwayat dan perjalanan kehamilan dalam pemberian asuhan pada

kehamilan sebagai contoh adalah pengkajian pencetus terjadi peningkatan tekanan

darah pada ibu hamil (Shamsi, Saleem, & Nishter, 2013)

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul

analisis faktor prilaku pencegahan preeklamsia pada ibu hamil di RS Ende NTT.
4

1.2 Rumusan Masalah

Faktor apa saja yang berhubungan dengan prilaku pencegahan preeklamsia

pada ibu hamil di RS Ende NTT ?

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menganalisis faktor yang berpengaruh pada kejadian preeklamsia pada ibu

hamil di RS Ende NTT.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Menganalisis hubungan faktor predisposisi dengan kejadian preeklamsia pada

ibu hamil di RS Ende NTT.

2. Menganalisis hubungan faktor dukungan lingkungan sosial dengan

preeklamsia pada ibu hamil di RS Ende NTT.

3. Menganalisis hubungan faktor ketersediaan informasi preeklamsia pada ibu

hamil di RS Ende NTT.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengembangan pada

ilmu keperawatan khususnya keperawatan maternitas yang berkaitan dengan ibu

hamil.
5

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi perawat

Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam upaya pengembangan edukasi

kepada ibu hamil dalam pencegahan terjadinya preeklamsia selama masa

kehamilan

2. Bagi pasien

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi pengetahuan

bagi pasien dan keluarga

3. Bagi layanan kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai landasan peningkatan

layanan kesehatan dan kebijakan yang mendukung dalam upaya pencegahan

terjadinya preeklamsia

Anda mungkin juga menyukai