Anda di halaman 1dari 18

Health Education

KETUBAN PECAH DINI

Oleh:

Cynthia Laurent Magindali

210141010235

Masa KKM 21 Maret 2022 – 29 Mei 2022

Supervisor Pembimbing
dr. Juneke J. Kaeng, Sp.OG(K)-KFM

Residen Pembimbing
dr. Sukmawaty Prima Timor Djakatara

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
RSUP PROF. R. D. KANDOU
MANADO
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

Health Education yang berjudul:


KETUBAN PECAH DINI

Telah dikoreksi, dan disetujui dan dibacakan pada April 2022

Oleh:

Cynthia Laurent Magindali

210141010235

Masa KKM 21 Maret 2022 – 29 Mei 2022

Mengetahui,
Residen Pembimbing

dr. Sukmawaty Prima Timor Djakatara

Supervisor Pembimbing

dr. Juneke J. Kaeng, Sp.OG(K)-KFM

ii
DAFTAR ISI

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1

BAB II ........................................................................................................................................ 3

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................ 3


A. DEFINISI ................................................................................................................. 3
B. EPIDEMIOLOGI ..................................................................................................... 3
C. DETEKSI DINI KETUBAN PECAH DINI ............................................................ 4
D. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO ..................................................................... 5
E. DIAGNOSIS ............................................................................................................ 5
F. PATOFISIOLOGI.................................................................................................... 6
G. TATALAKSANA .................................................................................................... 7
H. PENCEGAHAN ...................................................................................................... 9
I. PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI ...................................................................... 12

BAB III .................................................................................................................................... 13

PENUTUP............................................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Ketuban pecah dini (KPD) adalah suatu keadaan dimana selaput ketuban yang
pecah sebelum terjadinya persalinan. Milad dkk (2015) mengemukakan bahwa ketuban
pecah dini yaitu kebocoran spontan cairan ketuban dari kantung amnion tempat bayi
berada.1 Ketuban pecah dini merupakan salah satu komplikasi yang sering ditemui.
Berdasarkan waktu terjadinya, apabila terjadi pada atau setelah usia gestasi 37 minggu
disebut sebagai KPD aterm atau premature rupture of membranes (PROM) dan sebelum
usia gestasi 37 minggu disebut KPD preterm atau preterm premature rupture of
membranes (PPROM).2,,3,4

Menurut data WHO, kejadian ketuban pecah dini (KPD) atau Premature Rupture
of Membrane (PROM) berkisar antara 5-10% dari semua kelahiran. KPD preterm terjadi
1% dari semua kehamilan dan 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan aterm. Kasus KPD
mencapai 30% sebagai penyebab kelahiran prematur.5 Di wilayah Asia Tenggara, angka
kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi yaitu 359/100.000 kelahiran hidup
dengan KPD di Indonesia sekitar 114 kasus dari semua kematian ibu karena KPD dini
sekitar 15 kasus dari semua persalinan normal.6

Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi
dalam kolagen matriks ekstra selular amnion, korion dan apoptosis membrane janin. Hal
ini menyebabkan selaput ketuban inferior menjadi rapuh. Perubahan struktur , jumlah sel,
dam katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan
selaput ketuban pecah.7,8

Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetrik berkaitan dengan
penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi sampai sepsis sehingga meningkatkan
morbiditas dan mortalitas perinatal dan kematian ibu. 7 Faktor risiko terjadinya KPD
meliputi inkompetensi serviks, polihidramnion, riwayat KPD sebelumnya, gemelli,
trauma, dan infeksi pada kehamilan seperti bacterial vaginosis. 9 Komplikasi yang dapat
terjadi pada KPD adalah persalinan prematur dimana kelahiran prematur merupakan
masalah yang cukup besar mengingat besarnya angka morbiditas dan mortalitas perinatal.

1
Komplikasi lainnya yaitu infeksi intrauteri (korioamnionitis), kompresi tali pusat akibat
prolapse tali pusat atau oligihodramnion. 4,10 KPD dikaitkan pula dengan beberapa
komplikasi lainnya yang mengancam jiwa seperti prolapse hipoksia tali pusat, asfiksia
janin, dan solusio plasenta.1

Dalam penerapan manajemen mengenai KPD memang sangat bervariasi.


Manajemen KPD bergantung pada pengetahuan mengenai usia kehamilan dan penilaian
risiko relative persalinan preterm dengan manajemen ekspektatif. Seiringan dengan
bertambahnya pengalaman dan pengetahuan tentang risiko-risiko serta faktor-faktor yang
berkaitan maka diharapkan ada suatu pedoman dalam praktik penatalaksanaan KPD aterm
dan KPD preterm, seperti waktu persalinan, penggunaan medikamentosa praktik pemilihan
atau pengawawan terhadap manajemen ekspektatif, karena masih banyaknya variasi
mengenai manajemen KPD, apalagi untuk KPD preterm. Dengan adanya pendekatan
penatalaksanaan yang sistematis dan berbasis bukti maka diharapkkan terjadi persalinan
yang lebih baik.2

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Dalam keadaan normal, selaput ketuban akan pecah saat proses persalinan

berlangsung. Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban

sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37

minggu disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. Dalam keadaan

normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini. 7

Berdasarkan waktu terjadinya, apabila terjadi pada atau setelah usia gestasi 37

minggu disebut sebagai KPD aterm atau prematur rupture of membranes (PROM)

dan sebelum usia gestasi 37 minggu disebut KPD preterm atau preterm premature

rupture of membranes (PPROM).2 KPD prematur dan KPD aterm dibagi lagi atas

: KPD atau PROM dini (kurang dari 12 jam setelah ketuban pecah) dan KPD /

PROM berkepanjangan (terjadi 12 jam atau lebih setelah ketuban pecah). 1

B. EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan data WHO, ketuban pecah dini (KPD) atau insiden premature

rupture of membrane (PROM) berkisar antara 5-10% dari semua kelahiran. KPD

preterm terjadi 1% dari semua kehamilan dan 70% kasus KPD terjadi pada

kehamilan aterm. Pada 30% kasus KPD merupakan penyebab kelahiran prematur.

Di wilayah ASEAN angka kematian ibu di Indonesia masih yang tertinggi yaitu

359/100.000 kelahiran hidup dengan KPD di Indonesia sekitar 114 kasus dari

semua pekerja dan kematian ibu karena KPD sekitar 15 kasus dari semua persalinan

3
normal.6 Penelitian di RSUP Prof R. D. Kandou Manado melaporkan bahwa dari

3.810 persalinan di RS terdapat 1,54% atau 59 kasus kejadian ketuban pecah dini,

diaman 72% kasus KPD terjadi pada usia kehamialn 37 minggu dengan sebagian

besar rentang usia ibu 20-24 tahun.3

C. DETEKSI DINI KETUBAN PECAH DINI

Deteksi dini KPD didapatkan dari pengumpulan data secara subjektif dan

objektif, yaitu10 :

1. Data Subjektif

a. Memiliki risiko terjadinya KPD : riwayat KPD atau persalinan


prematur, serviks tidak kompeten, riwayat tindakan pada serviks /
robekan serviks, infeksi serviks / vagina, peningkatan pH vagina,
perdarahan selama persalinan, gemelli, polyhidramnion, kelainan
plasenta, prosedur saat prenatal (amniosentesis, chronic villus
sampling), kebiasaan merokok, penggunaan narkoba, hipertensi,
diabetes, malnutrisi, social ekonomi rendah.
b. Waktu terjadi ketuban pecah
c. Tanda dan gejala infeksi
d. Jumlah cairan yang keluar (menyembur, sedikit atau terus menerus,
perasaan basah pada celana dalam)
e. Ketidakmampuan mengendalikan kebocoran dengan latihan kegel
(untuk membedakan inkontinensia uteri dan KPD)
f. Warna cairan (jernih atau keruh, bercampur mekoneum atau
lainnya)
g. Bau cairan (khas, membedakan dengan urine)
h. Hubungan seksual terakhir

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan abdomen untuk menentukan volume cairan amnion


b. Pemeriksaan spekulum (inspekulo) : pengeluaran cairan dari
orifisum, dilatasi serviks, prolaps tali pusat

4
c. Pemeriksaan laboratorium: Uji kertas nitrazin positif bila warna
kertas menjadi biru gelap (basa, pH amnion 7,0 -7,5) dan USG untuk
mendeteksi oligohidramnion.

D. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

Penyebab terjadinya ketuban pecah dini belum diketahui atau tidak dapat

ditemukan secara pasti. Namun, kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi

antara lain adalah paritas, kelainan selaput ketuban, usia ibu, serviks yang pendek,

indeksi, serviks inkompeten, trauma, gemelli, hidramnion, kelainan letak,

konsumsi alkohol, penggunaan narkoba, dan anemia.1,10,11 Penelitian lain

mengemukakan bahwa KPD biasanya disebabkan oleh infeksi intrauterin yang

mengakibatkan kekuatan dari membran selaput ketuban berkurang dan

menyebabkan pecahnya selaput ketuban.8 Menurut Brian dkk (2021) sejumlah

faktor risiko dari KPD juga dikaitkan dengan status sosial ekonomi yang rendah,

indeks masa tubuh yang rendah, overdistensi uterus, defisiensi tembaga dan asam

askorbat, penyakit paru pada kehamilan, gangguan jaringan (misalnya sindrom

Ehlers-Danlos).12

E. DIAGNOSIS

Untuk mendiagnosis kejadian ketuban pecah dini, maka terlebih dahulu

tentukan pecahnya selaput dengan adanya cairan ketuban di vagina. Biasanya ibu

akan melihat adanya kebocoran cairan yang berlebih dan berair yang tiba-tiba tetapi

tidak terasa sakit dari vaginanya. Jika tidak ada, dapat dicoba dengan

menggerakkan sedikit bagian terbawah janin atau meminta ibu untuk batuk atau

mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazin

test) merah menjadi biru. Lalu tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan

pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi. Bila suhu ibu lebih dari 38 0C,

5
air ketuban keruh dan berbau, leukosit darah > 15.000/mm 3, bisa menjadi tanda-

tanda infeksi. Janin yang mengalami takikardia, mungkin mengalami infeksi

intrauterin. Tentukan juga tanda-tanda persalinan dengan skoring pelvik.

Menentukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam dilakukan bila akan

dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan). 1,7,13

Brian dkk (2021) melaporkan bahwa pada pemeriksaan mikroskop akan

nampak percabangan arborized (“ferning”) oleh karena interaksi protein dan garam

cairan ketuban dari sekresi vagina kering yang diperoleh dengan menyeka forniks

posterior dengan swab steril.12

F. PATOFISIOLOGI

Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dalam persalinan secara umum

disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah

karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput

ketuban inferior rapuh, bukan kerena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat

keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraselular matriks. Perubahan

struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen yang menyebabkan aktivitas kolagen

berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Terdapat faktor risiko terjadinya

KPD yaitu : berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen; kekurangan

tembahan dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur abnormal oleh

karena faktor risiko seperti merokok.7

Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP) yang

dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Mendekati waktu

persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada degradasi

6
proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran janin. Pada penyakit

periodontitis dimana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi KPD. Selaput

ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban

mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan

pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir

terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada

kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan

prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang

menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini prematur sering terjadi pada

polihidramnion, inkompeten serviks dan solusio plasenta.7

G. TATALAKSANA

Untuk penanganan ketuban pecah dini hal yang harus kita lakukan adalah

pastikan diagnosis, tentukan umur kehamilan, evaluasi ada tidaknya infeksi

maternal ataupun infeksi janin, tentukan apakah dalam keadaan inpartu, terdapat

kegawatan janin atau tidak.7

Riwayat keluarnya air ketuban berupa cairan jernih yang keluar dari vagina

kadang-kadang disertai tanda-tanda lain dari persalinan. Diagnosis KPD prematur

dengan inspekulo dilihat adanya cairan ketuban dari kavum uteri. Pemeriksaan pH

vagina perempuan hamil sekitar 4,5; bila ada cairan ketuban pHnya sekitar 7,1-7,3.

Antiseptik alkalin akan menaikan pH vagina. Dengan pemeriksaan ultrasound KPD

dapat dikonfirmasikan dengan adanya oligohidramnion. Penderita dengan KPD

harus dirawat di rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Jika pada perawatan

air ketuban berhenti keluar, pasien dapat pulang untuk rawat jalan. bila KPD pada

kehamilan prematur, diperlukan penatalaksanaan yang komprehensif. Secara

7
umum, penatalaksanaan pasien KPD yang tidak dalam persalinan serta tidak ada

infeksi dan gawat janin, penatalaksanaannya bergantung pada usia kehamilan. 7

Terdapat dua manajemen dalam penatalaksanaan KPD, yaitu manajemen

aktif dan ekspektatif. Manajemen ekspektatif adalah penanganan dengan

pendekatan tanpa intervensi, sementara manajemen aktif melibatkan klinisi untuk

lebih aktif mengintervensi persalinan. Berikut ini adalah tatalaksana yang

dilakukan pada KPD berdasarkan masing-masing kelompok usia kehamilan2 :

A. Ketuban Pecah Dini usia kehamilan <24 minggu


Pada usia kehamilan kurang dari 24 minggu dengan KPD preterm
didapatkan bahwa morbiditas minor neonatus seperti
hiperbilirubinemia dan takipnea transien lebih besar apabila ibu
melahirkan pada usia tersebut dibanding pada kelompok usia lahir 36
minggu. Morbiditas mayor seperti sindroma distress pernapasan dan
perdarahan intraventrikular tidak secara signifikan berbeda. Ketuban
Pecah Dini usia kehamilan 24 - 34 minggu. Pada usia kehamilan antara
30-34 minggu, persalinan lebih baik daripada mempertahankan
kehamilan dalam menurunkan insiden korioamnionitis secara
signifikan.

B. Ketuban pecah Dini usia kehamilan 24-33 minggu


Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta, dan kematian janin,

lakukan persalinan segera. Berikan deksametason 6 mg IM tiap 12 jam

selama 48 jam atau betametason 12 mg IM tiap 24 jam selama 48 jam.

Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu dan janin. Bayi

dilahirkan di usia kehamilan 34 minggu, atau di usia kehamilan 32-33

minggu, bila dapat dilakukan pemeriksaan kematangan paru dan hasil

menunjukkan bahwa paru sudah matang (komunikasikan dan sesuaikan

dengan fasilitas perawatan bayi preterm).

8
C. Ketuban pecah Dini usia kehamilan ≥34 minggu

Lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila tidak ada

kontraindikasi.

Ketika pasien dirawat di Rumah Sakit, berikan antibiotika

(ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin) dan metronidazol 2 x 500 mg

selama 7 hari. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, rawat selama air

ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi. Dalam

penanganan aktif, pada usia kehamilan >37 minggu, induksi dengan

oksitosin, jika gagal seksio sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 50

µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi

berikan antibiotik dosis tinggi dan persalinan diakhiri : a) Bila skor

pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian insuksi. Jika tidak

berhasil, akhiri persalinan dengan SC. b) Bila skor pelvik >5, induksi

persalinan, partus pervaginam.7,10

H. PENCEGAHAN

Oleh karena persalinan sering terjadi segera setelah ketuban pecah, hal yang

dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi KPD adalah pencegahan

itu sendiri. Perhatian yang besar yang berfokus pada terjadinya KPD prematur

karena bayi yang dilahirkan dari kehamilan ini beresiko tinggi terjadi komplikasi

berkaitan dengan kelahiran prematur dank arena KPD cukup bulan biasanya bagian

dari proses persalinan normal. Contoh faktor risiko yang berpotensi untuk

dimodifikasi untuk menghindari KPD adalah merokok, gizi buruk, infeksi saluran

kemih dan infeksi menular seksual, penyakit paru akut, dan polihodramnion berat.

Disamping pengobatan infeksi akut dan pemantauan belum diketahui pasti koreksi

9
faktor risiko diatas dapat mencegah komplikasi. Bahkan apabila faktor risiko

tertentu tidak dapat dihilangkan atau diperbaiki dalam kondisi tertentu, maka

konseling pengetahuan tentang risiko dapat membantu mengurangi gejala yang

mencurigakan. Pentingnya evaluasi tepat waktu jika terjadi KPD. 12

Pemberian vitamin C, dilaporkan berkontribusi pada remodeling jaringan

ikat sehingga diusulkan sebagai intervensi terapeutik yang potensial. Studi

menunjukkan bahwa suplementasi vitamin memiliki nilai 7,6% vs 24,5%; P= 0,02

dalam mencegah KPD.12 Pada tahun 2018 di Surabaya Lina meneliti bahwa

suplemen vitamin C sangat penting pada wanita hamil karena terbukti

mempengaruhi struktur plasenta dan memfasilitasi infeksi korioamnion yang dapat

menghasilkan peningkatan risiko KPD dan kelahiran prematur. Vitamin C juga

dapat membantu cegah pengembangan komplikasi yang terkait dengan tingginya

stress oksidatif seperti kehamilan dengan hipertensi dan pertumbuhan janin lambat

(IUGR), dan gestasional diabetes. Direkomendasikan ibu hamil untuk diberikan

vitamin C 100 mg selama masa kehamilan sebagai bentuk pencegahan KPD. 14

10
ALGORTIMA PENANGANAN KETUBAN PECAH DINI.2

v
Pasien dicurigai KPD

Penilaian KPD:
Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan menunjang

Konfirmasi KPD

Transfer pasien:
Berikan tokolitik jika diperlukan selama transportasi

Cari adanyan infeksi intra uteri, solusia plasenta. Gangguan kesejahteraan janin:
Ya/Tidak Lahirkan dengan cepat dan tepat

Manajemen berdasarkan usia gestasi

Usia <24 minggu Usia 24-34 minggu Usia 34-37 minggu Usia <24 minggu

Konseling kepada pasien - Manajemen - Jika maturitas fetus Berikan antibiotik


& keluarga tentang ekspektatif / rawat terdokumentasi, untuk profilaksis
survival, inap. pertimbangkan Streptokokus grup B
direkomendasikan diskusi - Berikan magnesium induksi / lakukan jika diperlukan
dengan neonatolog jika persalinan < 24 manajemen
jam ekspektatif
Lakukan induksi
- Berikan - Pertimbangkan
Berdasarkan pilihan : persalinan
kortikosteroid. pemberian
- Induksi persalinan
kortikosteroid
- Manajemen ekspektatif /
resusitasi (dirawat)
- Manajemen ekspektatif /
tidak resusidtasi Berikan antibiotik
- Evalusai px selama 24-
48 jam berikan antibiotik Konsul ahli feto-maternal jika HSV, HIV, atau
- Lakukan USG fetal tiap Hep. C
minggu
- Pemberian kortikosteroid
Pengawasan dengan NST, USG periodic untuk
tidak disaranakan.
nilai cairan amnion
- Jika fetal viable & tim
neonatology
Nilai maturitas fetus dgn penghitungan badan lamellar dari cairan
memutuskan resusitasi,
amnion, usahakan mendapat specimen pada gestasi 32 minggu dan proses
rawat inap & px
persalinan jika maturasi + atau pada 34 minggu

11
I. PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI

Komplikasi ketuban pecah dini pada janin tergantung usia kehamilan dan

kejadian selama proses persalinan. Komplikasi ketuban pecah dini dapat

mengakibatkan infeksi maternal ataupun neonatal, hipoksia karena kompresi tali

pusat, solusio plasenta, serta adanya sindrom distress pada jalan napas bayi baru

lahir. Akibat lain yang dapat terjadi yaitu enterocolitis necrotizing, perdarahan

intraventikular, sepsis neonatorum terjadi pada 2-20% dari kasus KPD serta dapat

terjadi kematian sekitar 5% kasus. Sedangkan untuk komplikasi jangka panjang

dapat memberikan kecacatan.15 Persalinan prematur dan meningkatnya insiden

seksio sesarea atau gagalnya persalinan normal, deformitas janin juga merupakan

komplikasi dari ketuban pecah dini.7

12
BAB III

PENUTUP

Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah suatu keadaan dimana selaput ketuban yang

pecah sebelum adanya tanda persalinan, dan ditunggu satu jam belum terjadinya inpartu.

Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam

kolagen matriks ekstra selular amnion, korion dan apoptosis membran janin. Hal ini

menyebabkan selaput ketuban inferior menjadi rapuh. Perubahan struktur, jumlah sel, dan

katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput

ketuban pecah

Penanganan ketuban pecah dini adalah pastikan diagnosis, tentukan umur

kehamilan, evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin, tentukan apakah

dalam keadaan inpartu, terdapat kegawatan janin atau tidak.

Pencegahan ketuban pecah dini yaitu dengan menghindari faktor risiko yang ada,

serta pemberian suplemen vitamin C pada ibu hamil.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Gahwagi MMM, Busarira MO, Atia M. Premature Rupture of Membranes

Characteristics, Determinants, and Outcomes of in Benghazi, Libya. Open Journal

Obstetry Gynecology. 2015;5(9):494–504.

2. POGI HKFM. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Ketuban Pecah Dini.

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Himpunan Kedokteran Feto

Maternal. 2016;

5. Syarwani TI, Tendean HMM, Wantania JJE. Gambaran Kejadian Ketuban Pecah

Dini (KPD) di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado Tahun 2018. Medical Scope

Journal. 2020;1(2):24–9.

6. Aprilia G, Wicuk K. Kehamilan Preterm dengan Ketuban Pecah Dini. Journal Holist

Traditional Medical. 2019;3(3):312–5.

5. Rohmawati N, Fibriana AI. Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah

Ungaran. Higeia Journal Public Heal Res Dev [Internet]. 2018;2(1):23–32. Diakses

pada: https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/view/17937

8. Meihartati T, Hairiyah. Hubungan antara Pola Seksualitas Gravida dengan Ketuban

Pecah Dini. Journal Medeical Karya Ilmu Kesehatan. 2018;3(1):1–8.

9. Soewarto S. Ketuban Pecah Dini. Dalam : Ilmu Kebidanan. Editor: Abdul Bari

Saifuddin, Trijatmo Rachimhadhi GHW. PT Bina Pustaka Swarwono

Prawirohardjo Edisi Keempat. Jakarta; 2008. hal. 677-682.

8. Irsam M, Dewi AK, Wulandari E. Jumlah Paritas dan Anemia sebagai Faktor

Prediktor Kejadian Ketuban Pecah Dini. Journal Kedokteran Muhammadiyah.

2017;5(2):1–8.

11. Patimah S, Wi KEWA, Tajmuati A. Praktik Klinik Kebidanan III. In Jakarta:

Kementrian Kesehatan RI Pusdik SDM Kesehatan, Badan Pengembangan dan

14
Pemberdayaan SDM; 2016. hal. 677.

12. Dewi RS, Apriyanti F, Harmia E. Hubungan Paritas Dan Anemia Dengan Kejadian

Ketuban Pecah Dini Di RSUD Bangkinang. Journal Kesehatan Tambusai.

2020;1(2):10–5.

13. Brian MM, Edward CK. Premature Rupture of the Membranes [Internet]. Eighth

Edition. The Membranes. Elsevier Inc.; 2021. 694-707 hal. Diakses pada:

https://doi.org/10.1016/B978-0-323-60870-1.00037-X

13. Reina-Bueno M, Coheña-Jiménez M, Rodríguez Moreno I, Vázquez Bautista C.

Preterm Premature Rupture of Membranes. Arch Argent Pediatri [Internet].

2018;37(1):575–80.

Diakses pada: https://dialnet.unirioja.es/servlet/extart?codigo=5668916

14. Bainuan LD. Pencegahan Ketuban Pecah Dini (Premature Rupture of Membranes)

Dengan Suplemen Vitamin C Pada Kehamilan. Semin Nas dan Work Public Ilmu

“Strategi Pengemb Prof Perawat Melalui Peningkatan Kualitas Pendidik dan Publ

Ilmiah” [Internet]. 2018;152–6.

Diakses pada: http://jurnal.stikesbaptis.ac.id/index.php/PSB/article/view/259

17. Safari FRN. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini

di Rumah Sakit Umum H. Abdul Manan Simatupang Tahun 2016. Wahana Inov

[Internet]. 2017;Vol 6(2):149–56. Diakses pada: https://penelitian.uisu.ac.id/wp-

content/uploads/2017/09/9.-Fifi-Ria-Ningsih-Safari.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai