Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PATOLOGI PADA NY.

R G4P2A1
UMUR 37 TAHUN HAMIL 39 MINGGU DENGAN
RETENSIO PLASENTA DI RUANG MAWAR
RSUD DR H. SOEWONDO KENDAL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu


Syarat Kenaikan Pangkat

Disusun Oleh

Ida Lestyowati, S.Tr.Keb


NIP.197705232009032003

RSUD dr H. SOEWONDO KENDAL


KABUPATEN KENDAL
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Asuhan kebidanan pada ibu bersalin patologis yang berjudul Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin
Patologi Pada Ny. B G4P2A1 Umur 37 Tahun Uk 39 Minggu Dengan Retensio Plasenta Di
Ruang Mawar
RSUD Dr H. Soewondo Kendal telah disetujui dan disahkan untuk memenuhi syarat kenaikan
pangkat.

Kendal, 10 Oktober 2022

Atasan Langsung
Kabid Pelayanan Keperawatan Pegawai yang bersangkutan
dan Kebidanan

dr. M. Wibowo Ida Lestyowati, S.Tr.Keb


NIP. 19766142009031003 NIP. 197705232009032003

Mengetahui,
Ketua Tim Penilai
Wadir Pelayanan

dr. Mastutik
NIP. 19772072005012009
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................3
C. Tujuan......................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI......................................................................4
A. Persalinan................................................................................4
1. Pengertian..........................................................................4
2. Tahap Persalinan................................................................4
B. Retensio Plasenta.....................................................................7
1. Pengertian Plasenta............................................................7
2. Definisi Rentesio Plasenta.................................................8
BAB III TINJAUAN KASUS.....................................................................13
I. Pengkajian...............................................................................13
II. Interpretasi Data......................................................................22
III. Diagnosa Potensial..................................................................23
IV. Antisipasi Penanganan Segera................................................23
V. Intervensi.................................................................................23
VI. Implementasi….......................................................................23
VII. Evaluasi...................................................................................25
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................26
BAB V PENUTUP.....................................................................................27
A. Kesimpulan...............................................................................27
B. Saran.........................................................................................27
BAB VI DAFTAR PUSTAKA...................................................................29

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu faktor yang penting dalam tingginya tingkat kematian maternal
negara berkembang adalah faktor-faktor pelayanan kesehatan. Penanganan yang
kurang tepat atau memadai terutama dalam kasus patologi ibu bersalin dengan
ketuban pecah dini, seperti terkenanya virus atau infeksi air ketuban. Oleh
karena itu diperlukan upaya peningkatan cara penanganan dan peningkatan
kinerja yang memadai (Hakimi, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010,
memperkirakan angka kematian Ibu lebih dari 300-400/100.000 kelahiran hidup,
yang disebabkan oleh perdarahan 28%, ketuban pecah dini 20%, eklampsia 12%,
abortus 13%, partus lama 18%, dan penyebab lainnya 2%. Angka kematian Ibu di
Indonesia masih yang tertinggi di ASEAN, yaitu 230/100.000 kelahiran hidup.
Sedangkan Negara-negara lain seperti Vietnam 130/100.000 kelahiran hidup,
Filipina 200/100.000 kelahiran hidup, Malaysia 41/100.000 kelahiran hidup,
Singapura 15/100.000 kelahiran hidup (Shofatussania, 2018).
Retensio plasenta adalah kondisi ketika plasenta atau ari-ari tertahan di
dalam rahim. Kondisi ini sangat berbahaya, serta menyebabkan infeksi dan
perdarahan pasca melahirkan yang mengakibatkan kematian. Persalinan terbagi
dalam tiga tahap. Pada tahap pertama ibu hamil akan mengalami kontraksi, yang
memicupembukaan pada leher rahim. Kemudian, ibu hamil memasuki tahap kedua
atau proses persalinan. Pada tahap ini, ibu mulai mendorong bayi keluar setelah bayi
lahir, plasenta akan keluar beberapa menit setelah bayi dilahirkan. Proses
keluarnya plasenta ini adalah tahap ketiga atau tahap terakhir. Plasenta tidak keluar
didalam rahim bahkan hingga lewat dari 30 menit.adalah organ yang terbentuk
didalam rahim ketika masa kehamilan dimulai. Organ ini berfungsi sebagai
penyedia nutrisi dan oksigen untuk janin, serta membuang limbah sisa metabolisme
dari darah.
Retensio plasenta dapat menyebabkan perdarahan, perdarahan merupakan
penyebab kematian nomor satu (40%-60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia.
Berdasarkan data kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan di
Indonesia adalah sebesar 43%, menurut WHO dilaporkan bahwa 15-20% kematian
ibu karena retensio plasenta dan insidennya adalah 0,8-1,2% untuk setiap kelahiran.
Dibandingkan dengan risiko-risiko lain dari ibu bersalin, perdarahan post partum
dimana retensio plasenta salah satu penyebabnya dapat mengancam jiwa dimana ibu
5
dengan perdarahan yang hebat akan cepat meninggal jika tidak mendapat
perawatan medis yang cepat. Perdarahan dalam bidang obstetri dan ginekologi
hampir selalu berakibat fatal bagi ibu maupun janin, terutama jika tindakan
pertolongan terlambat dilakukan, atau jika komponennya tidak dapat segera
dilakukan. Oleh karena itu, setiap Perdarahan yang terjadi dalam masa kehamilan,
persalinan dan nifas harus dianggap sebagai suatu keadaan akut dan serius.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep Retensio Plasenta ?
2. Bagaimana cara menangani Retensio Plasenta ?

C. Tujuan
1. Agar petugas memahami konsep Retensio Plasenta
2. Agar petugas mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dengan Retensio Plasenta

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PERSALINAN
1. Pengertian
Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar (ekspulsi) hasil lewat
pembuahan (janin yang viabel, plasenta dalam ketuban) dari dalam uterus lewat
vagina ke dunia luar (Farrer,2003). Persalinan adalah proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain (Manuaba,2009). Tanda Persalinan
Menurut Depkes (2004), ada beberapa tanda persalinan diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. Penipisan dan pembukaan serviks
b. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks
c. (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
d. Keluarnya lendir bercampur darah (show) melaluivagina.
Menurut Manuaba (2009), ada beberapa faktor yang penting harus
diperhatikan dalam proses persalinan, yaitu:
a. Power
 His (kontraksi ototrahim)
 Kontraksi otot dinding rahim
 Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
 Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum
b. Pasanger terdiri dari janin dan plasenta
c. Passage terdiri dari jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang

2. Tahap persalinan
Menurut Oxorn & Forte (2010), dalam proses persalinan, ibu akan
melewati empat tahapan. Mulai dari kontraksi dan leher rahim yang terbuka
bertahap,hingga proses pengeluaran plasenta atau ari-ari setelah bayi keluar.
Ada baiknya para calon ibu mengetahui proses atau tahapan persalinan seperti
apa, sehingga para calon ibu dapat mempersiapkan segala halnya guna
menghadapi proses persalinan ini. Proses persalinan terbagi ke dalam empat
tahap, yaitu:
a. Tahap pertama ( kala I )
Kala I adalah tahap terlama, berlangsung 12-14 jam untuk
kehamilan pertama dan 6-10 jam untuk kehamilan berikutnya. Pada
7
tahap ini mulut rahim akan menjadi tipis dan terbuka karena adanya
kontraksi rahim secara berkala untuk mendorong bayi ke jalan lahir.
Pada setiap kontraksi rahim, bayi akan semakin terdorong ke bawah
sehingga menyebabkan pembukaan jalan lahir. Kala I persalinan di
sebut lengkap ketika pembukaan jalan lahir menjadi 10 cm, yang berarti
pembukaan sempurna dan bayi siap keluar dari rahim.
Masa transisi ini menjadi masa yang paling sangat sulit bagi ibu.
Menjelang berakhirnya kala I, pembukaan jalan lahir sudah hampir
sempurna. Kontraksi yang terjadi akan semakin sering dan semakin
kuat. Anda mungkin mengalami rasa sakit yang hebat, kebanyakan
wanita yang pernah mengalami masa inilah yang merasakan masa yang
paling berat. Anda akan merasakan datangnya rasa mulas yang sangat
hebat dan terasa seperti ada tekanan yang sangat besar ke arah bawah,
seperti ingin buang air besar.Menjelang akhir kala pertama, kontraksi
semakin sering dan kuat, dan bila pembukaan jalan lahir sudah 10 cm
berarti bayi siap dilahirkan dan proses persalinan memasuki kala II.

b. Tahap kedua ( kala II )


Pada kala pengeluaran janin, rasa mulas terkordinir, kuat, cepat dan
lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin turun masuk ruang
panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot- otot dasar panggul yang
secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Anda merasa seperti
mau buang air besar,dengan tanda anus terbuka. Pada waktu mengedan,
kepala janin mulai kelihatan, vulva (bagian luar vagina) membuka dan
perineum (daerah antara anus-vagina) meregang. Dengan mengedan
terpimpin, akan lahirlah kepala diikuti oleh seluruh badan janin. Ibu
akan merasakan tekanan yang kuat di daerah perineum. Daerah
perineum bersifat elastis, tapi bila dokter / bidan memperkirakan perlu
dilakukan pengguntingan di daerah perineum (episiotomi), maka
tindakan ini akan dilakukan dengan tujuan mencegah perobekan paksa
daerah perineum akibat tekanan bayi.
c. Tahap ketiga ( kala III )
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Pada kala III persalinan,
otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran
rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran
rongga uterus ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat
8
implementasi plasenta, maka plasenta akan menekuk, menebal,
kemudian dilepaskan dari dinding uterus. Setelah lepas plasenta akan
turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina.
Waktu yang paling kritis untuk mencegah perdarahan post partum
adalah ketika plasenta lahir dan segera setelah lahir. Kontraksi pada otot
uterus merupakan mekanisme fisiologis yang menghentikan perdarahan.
Manajemen aktif pada kala III persalinan mempercepat kelahiran
plasenta dan dapat mencegah atau mengurangi perdarahan post partum.
Adapun langkah manajemen aktif kala III diantaranya pemberian
suntikan oksitosin, melakukan penegangan tali pusat terkendali,
rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri (masase).

d. Tahap keempat ( kala IV )


Kala IV persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
dua jam setelah itu. Kala IV disebut juga dengan masa postpartum
merupakan saat paling kritis untuk mencegah kematian ibu, terutama
kematian disebabkan karena perdarahan. Selama kala IV, petugas harus
memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran
plasenta dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan.

B. RETENSIO PLASENTA
1. Pengertian Plasenta
Plasenta adalah organ yang berfungsi respirasi, nutrisi, ekskresi, dan produksi

hormon. Plasenta adalah organ endokrin yang unik dan merupakan organ

endokrin terbesar pada manusia yang menghasilkan berbagai macam hormon

steroid, peptida, faktor-faktor pertumbuhan dan sitokin.

Plasenta adalah bagian dari kehamilan yang penting dan memiliki peranan

berupa transport zat dari ibu ke janin, penghasil hormon yang berguna selama

kehamilan, serta sebagai barier, maka jika terjadi kelainan padaplasenta akan

menyebabkan kelainan pada janin ataupun mengganggu proses persalinan.

a. Fungsi Plasenta
Supaya janin dapat tumbuh dengan sempurna, dibutuhkan penyaluran darah

yang membawa zat asam ( oksigen ), asam amino, vitamin, dan mineral dari ibu

ke janin. Begitu pula, pembuangan karbondioksida dan limbah metabolisme


9
janin ke sirkulasi ibu memerlukan sirkulasi darah, dengan demikian fungsi uri

adalah :

1) Nutrisasi, yaitu alat pemberi makanan pada janin.

2) Respirasi, yaitu alat penyalur O2 dan pembuangan CO2.

3) Ekskresi, yaitu alat pengeluaran sampah metabolisme.

4) Produksi, yaitu alat yang menghasilkan hormon-hormon.

5) Imunisasi, yaitu alat penyalur bermacam-macam antibodi ke janin.

6) Pertahanan (sawar), yaitu alat yang menyaring obat-obatan dan kuman-


kuman yang bisa melewati urin.
7) Mungkin banyak lagi faal yang belum diketahui.

b. Pembagian Plasenta
Plasenta dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1) Bagian fetal (janin)
a. Terdiri dari korion frondusum dan vili
b. Bagian permukaan janin di liputi oleh amnion yang kelihatan licin.
c. Di bawah bagian amnion ini berjalan cabang-cabang pembuluh darah
tali pusat
d. Tali pusat akan berinseri pada plasenta bagian permukaan janin.
2) Bagian maternal (ibu)
a. Terdiri atas desi dua kompakta yang terbentuk dari beberapa lobus
dan kotiledon.
b. Desi dua basalis pada plasenta matang disebut lempeng korion dimana
sirkulasi utero-plasenta berjalan ke ruang–ruang intervili melalui tali
pusat
2. Definisi Retensio Plasenta
Retentio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah
jam setelah kelahiran bayi. Plasenta harus dikeluarkan karena dapat
menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi, karena sebagai benda mati, dapat
terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta dan terjadi degerasi
ganas kario karsinoma. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus)
tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif, dan keadaan ini
dapat menimbulkan perdarahan. Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah
perdarahan segera, uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
10
a. Macam – macam jenis perlekatan plasenta
1) Plasenta Adhesiva : plasenta melekat pada desidua endometrium lebih
dalam
2) Plasenta Inkreta : dimana Villi korialis tumbuh lebih dalam dan
menembus desidua sampai ke miometrium
3) Plasenta Akreta : menembus lebih dalam ke dalam miometrium tetapi
belum menembus serosa
4) Plasenta Perkreta : menembus sampai serosa atau peritoneum dinding
rahim
b. Etiologi
1) Plasenta yang sukar dilepaskan dengan pertolongan aktif kala III bisa
disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus
2) Faktor predisposisi terjadinya plasenta akreta adalah plasenta previa,
bekas sektio sesaria, dan multipara
3) Bila sebagian kecil dari plasenta masih tertinggal dalam uterus dpaat
menyebabkan perdarahan post partum sekunder
c. Patofisiologi
1) Proses kala III didahului dengan tahap pelepasan plasenta akan ditandai
oleh perdarahan pervaginam atau plasenta sudah lepas sebagian tetapi
tidak keluar pervaginam, sampai akhirnya tahap ekspulsi, palsenta lahir
2) Pada retensio plasenta, sepanjang plasenta belum terlepas, maka tidak
akan menimbulkan perdarahan
3) Sebagian plasenta yang sudah lepas menimbulkan perdarahan yang
cukup banyak dan harus diantisipasi dengan segera melakukan manual
plasenta, meskipun kala uri belum melewati setengah jam.
d. Tanda dan Gejala
Gejala yang selalu ada adalah plasenta belum lahir 30 menit setelah
perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul
adalah tali pusat putus akibat traksi berlebihan, inversi uteri uteri akibat
tarikan dan perdarahan lanjutan. Penilaian retention plasenta harus dilakukan
dengan benar karena ini untuk menentukan pada saat bidan akan mengambil
keputusan untuk melakukan manual plasenta.
e. Faktor Predispoisi
1) Grandemultipara
2) Kehamilan Ganda
3) Plasenta Previa
f. Gejala Klinis
1) Anamnesa, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta
informasi mengenai episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas,
11
serta riwayat multiple fetus dan polihidramnion, serta riwayat postpartum
sekarang dimana plasenta tidak lepas secara spontan atau timbul
perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan
2) Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis
servikalis, tetapi secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus
g. Komplikasi Retensio Plasenta Komplikasi yang dapat terjadi meliputi:
1) Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang dilakukan.
2) Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps sirkulasi dan
penurunan perfungsi organ.
3) Sepsis : kebutuhan terhadap histeroktomi dan hilangnya potensi untuk
memiliki anak selanjutnya.

h. Penanganan Retensio Plasenta


Apabila plasenta belum lahir dalam setengah jam sampai 1 jam
setelah bayi lahir, apabila terjadi perdarahan, maka harus segera dikeluarkan.
Tindakan yang dapat dikerjakan adalah:
1) Coba 1-2 kali dengan perasat crade.
2) Keluarkan plasenta dengan tangan ( manual plasenta )
3) Pasang infus cairan dektrosa 5 %, ibu dalam posisi litotomi, dengan
narkosa dan segala sesuatunya dalam kedaan suci hama.
4) Teknik : tangan kiri diletakkan di fundus uteri, tangan kanan dimasukkan
dalam rongga rahim dengan menyusuri tali pusat sebagai penuntun.
5) Tepi plasenta dilepas disisihkan dengan tepi jari-jari tangan bila sudah
lepas ditarik keluar. Lakukan ekplorasi apakah ada luka-luka atau sisa-sisa
plasenta dan bersihkan. Manual plasenta berbahaya karena dapat terjadi
robekan jalan lahir ( uterus ) dan membawa infeksi.
6) Bila perdarahan banyak berikan transfusi darah

7) Berikan juga obat-obatan seperti uterotonika dan antibiotika.


i. Teknik Pengeluaran Plasenta Secara Manual
Manual plasenta adalah tindakan untuk melepas secara manual
(menggunakan tangan) dari tempat implantasinya dan melahirkan keluar dari
kavum uteri. Tindakan penetrasi ke dalam kavum uteri pastikan kandung
kemih kosong, jepit tali pusat dengan klem pada jarak 5-10 cm dari vulva,
tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai. Secara obstetric masukan tangan
lainnya ( punggung tangan menghadap ke bawah) ke dalam vagina dengan
menelusuri sisi bawah tali pusat. Setelah tangan sampai ke kavum suteri

12
tangan obstetric menjadi datar seperti memberi salam, melepaskan plasenta
dari dinding uterus.
Tentukan implantasi, bila plasenta berimplantasi di korpus belakang tali
pusat tetapi di sebelah atas dan sisipkan ujung jari- jari tangan di antara
plasenta dan dinding uterus dimana punggung tangan menghadap keatas.
Setelah ujung-ujung jari masuk di antara plasenta dan dinding uterus maka
perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan ke kanan dan kiri
sambil digeserkan ke atas (cranial ibu) hingga semua perleketan plasenta
terlepas dari dinding uterus.
Mengeluarkan plasenta, sementara tangan masih di dalam kavum uteri,
lakukan eksplorasi untuk menilai tidak ada sisa plasenta yang tertinggal.
Pindahkan tangan luar dari fundus ke suprasimfisis ( tahan segmen bawah
uterus) kemudian instruksikan asisten atau penolong untuk menarik tali pusat
sambil tangan dalam membawa plasenta keluar. Lakukan penekanan (dengan
tangan yang menahan supra simfisis) uterus kearah sdorso-kranial setelah
plasenta dilahirkan dan tempatkan plasenta di dalam wadah yang telah
disediakan.

13
BAB III
TINJAUAN KASUS

Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Patologi Pada Ny. R G4P2A1 umur 37 tahun UK 39
minggu dengan Retensio Plasenta di Ruang Mawar RSUD dr H. Soewondo Kendal

I. Pengkajian

Tanggal : 10 Oktober 2022

Jam : 19.00 WIB

Ruang : RSUD dr. H. Soewondo Kendal

1. Subjektif

a. Biodata

Nama ibu : Ny. R Nama suami Tn. R


:
Umur : 38 tahun Umur : 38 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Kaliwungu 01 / 02

No. Register : 03xxxx

b. Keluhan utama

Ibu mengeluh banyak keluar darah dari jalan lahir setelah

persalinan, ibu merasa pusing dan lelah, serta pandangan berkunang -

kunang

c. Riwayat kesehatan yang lalu :

1) Ibu tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti : sesak nafas (asma), gula

(Diabetes Melitus), tekanan darah tinggi (Hipertensi)

2) Ibu tidak pernah menderita penyakit menular seperti : batuk berdarah (TBC) ,

penyakit kuning (Hepatitis), kencing nanah (PMS)

3) Ibu tidak pernah menderita penyakit kronis penyakit jantung, ginjal, paru-paru

14
4) Ibu tidak pernah menjalani operasi apapun

5) Ibu tidak ada alergi makanan dan obat-obatan tertentu

d. Riwayat kesehatan sekarang:

1) Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit kronis seperti Jantung,

Ginjal dan Paru-paru.

2) Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular seperti batuk

berdarah (TBC), kencing nanah (PMS), & penyakit kuning (Hepatitis).

3) Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menurun seperti sesak

nafas (Asma), gula (Diabetes Melitus), dan tekanan darah tinggi

(Hipertensi).

4) Ibu mengatakan tidak sedang alergi terhadap makanan dan obat- obatan

tertentu.

e. Riwayat kesehatan keluarga :

1) Ibu mengatakan di dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang pernah

hamil kembar ataupun memiliki anak cacat.

2) Ibu mengatakan di dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang

memiliki keturunan dengan kelainan kongenital seperti bibir sumbing

dan atresia ani.

3) Ibu mengatakan di dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang

menderita penyakit menurun seperti Hipertensi, diabetes melitus dan

asma.

4) Ibu mengatakan di dalam keluarga ibu dan suami tidak ada yang

menderita penyakit menurun seperti penyakit kuning (hepatitis), kencing

nanah (PMS), dan batuk berdarah (TBC).

f. Riwayat pernikahan:

Menikah 1 kali, umur 22 tahun, lama pernikahan 16 tahun, status

15
pernikahan sah menurut UUD dan Agama.

g. Riwayat obstetri

1) Riwayat haid

a) Menarche : ± 12 tahun

b) Lama : ± 6-7 hari

c) Siklus : ± 28 hari/ teratur

d) Jumlah : 2-3x ganti pembalut

e) Dismenorhea : Ya, nyeri punggung sampai perut bagian bawah

f) Flour albus : Ya, menjelang menstruasi dan sesudah menstruasi

g) HPHT : 5 Januari 2022

2) Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Ibu mengatakan pernah keguguran 2x di kehamilan kedua dan keempat,

anak pertama umur 13 tahun perempuan, anak ketiga berumur 7 tahun

laki - laki

3) Riwayat kehamilan sekarang

a) GPA : G4P2A1

b) Umur kehamilan : Ibu mengatakan usia kehamilannya 9 bulan / 38 minggu

c) HPL :

d) ANC : 7 x di bidan

TM I : 2x pada usia kehamilan 4 minggu, 8 minggu

TM II : 2x pada usia kehamilan 12 dan 20 minggu

TM III : 3x pada usia kehamilan 25, 29, dan 34 minggu

e) Tempat ANC : di Bidan D

f) Imunisasi TT : ibu mengatakan 2x imunisasi

g) Keluhan hamil muda : mual dan muntah

h) Keluhan hamil tua : tidak ada

i) Mulai merasakan gerakan janin : 4-5 bulan

16
j) Jumlah gerakan janin dalam 2-3 jam : 2-3 kali

k) BB sebelum hamil : 55 kg

l) Terapi/obat/jamu yang di konsumsi : ibu mengatakan hanya

mengkonsumsi obat selain bidan (vitamin dan tablet tambah darah)

m) Pengambilan keputusan : suami

n) Kekhawatiran khusus : tidak ada

o) Pesan khusus (jika ada) : tidak ada

4) Riwayat KB

Rencana
Alasan
Jenis Waktu Lama Yang
Keluhan Drop Out Ket
Kontrasepsi Pemakaian Pemakaian Akan
Datang
KB Suntik 3 2013 7 tahun Tidak Mau KB suntik -
bulan ada hamil 3 bulan
lagi

5) Pola Kehidupan Sehari – hari

a) Pola Nutrisi

Selama hamil Menjelang Persalinan


Makan : 3x/ hari Terakhir makan pukul
17.00 wib
Porsi : 1 piring 1 piring

Jenis : Nasi, lauk pauk, sayur dan buah

17
Nasi, ayam, tempe,
Macam : Nasi. Tempe
sayur bayam dan
tahu,
sayur bayam, buah

dan buah
Keluhan : Tidak ada Tidak ada
Minum : 8 gelas/hari Terakhir minum pukul
18.30
wib Jenis : Air putih dan teh Teh manis
Keluhan : Tidak ada

b) Pola Eliminasi

Selama hamil Menjelang


Persalinan BAB : 2x/sehari Terakhir
BAB tanggal29 Maret 2020
Konsistensi : Lembek Lembek
Warna : Kuning Kuning
Bau : Khas feses Khas Feses
Keluhan : Tidak ada Tidak Ada
BAK : 4-5x/hari Terakhir pada pukul
16.00 wib

Selama hamil Menjelang


Persalinan Warna : Kuning jernih
Kuning jernih Jumlah : ±500 cc
±200cc
Bau : Khas urine Khas urine
Keluhan : Tidak ada Tidak ada

18
c) Pola personal Hygiene

Selama hamil Menjelang Persalinan


Mandi 2x sehari Terakhir mandi pukul
06.30 wib Keramas :
2 hari sekali Belum keramas
Gosok gigi : 2x sehari Terakhir sikat
gigi
pukul 06.30 wib
Ganti pakaian : 2x sehari Terakhir ganti pakaian
pukul 06.30 wib
Ganti celana
3x sehari Terakhir ganti celana
dalam pukul 06.30 wib
: Dalam
Ganti pembalut : 2-3 x sehari Tidak menggunakan
pembalut
Cara cebok : Dari depan
Dari depan ke belakang
ke
belakang

d) Pola istirahat

Selama hamil Menjelang Persalinan


Tidur malam : 8 jam/ hari 4 jam
Tidur siang : 2 jam/hari Tidak tidur siang
Gangguan : Tidak ada Tidak ada

e) Pola aktivitas
Selama kehamilan : Ibu mengatakan selama hamil ibu melakukan
aktivitas rumah tangga seperti biasanya.
Menjelang persalinan : Ibu mengatakan menjelang persalinan ibu hanya bisa
tidur di atas kasur miring kanan dan kiri.

19
f) Pola hubungan seksual
Selama hamil : Ibu mengatakan selama hamil ia melakukan
hubungan seksual 1x dalam 1 minggu sampai usia kehamilan 6
bulan
Menjelang persalinan : Ibu mengatakan menjelang persalinan
tidak pernah melakukan hubungan seksual
Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada keluhan selama
berhubungan seksual
6) Data Psikologis : Ibu mengatakan cemas dengan proses persalinan ini
karena air kawahnya sudah merembes.
7) Data sosial budaya : Ibu mengatakan di lingkungan sosial ibu berbaur
dengan baik di masyarakat, dan ibu mengatakan bahwa menjelang
persalinan tidak ada pantangan yang dapat mengganggu proses
persalinan.
8) Data ekonomi : ibu mengatakan gaji dari pekerjaan suami sudah
mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya proses persalinan,
dalam proses ini ibu menggunakan asuransi dari pemerintah yaitu BPJS.
9) Data pengetahuan : ibu mengatakan belum mengetahui tentang tanda-
tanda KPD, cara menangani KPD, cara meneran yang benar, posisi
dalam melahirkan dan IMD (Inisiasi Menyusu Dini).
2. Objektif
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum : baik
2) Kesadaran : composmentis
3) Tanda – tanda vital
Tekanan Darah : 100/70 mmHg

Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 22x/menit
Suhu : 36,50C

4) Tinggi badan : 157 cm


5) Berat badan : 78 kg
6) LiLA : 26 cm

b. Status present

20
1) Kepala : Mesochepal, kulit kepala bersih, tidak ada
benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka.
2) Rambut : warna rambut hitam, rambut lurus, bersih,
tidak rontok dan tidak ada ketombe.

3) Muka : bentuk oval, tidak pucat, tidak ikterik, tidak ada luka, tidak
ada cloasma gravidarum, tidak ada pembengkakan (odem).
4) Mata : simetris, conjungtiva merah muda (tidak anemis), sklera
berwarna putih (tidak ikterik), reflek pupil +/+.
5) Hidung : bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada sekret, tidak ada
polip

6) Mulut : bersih, bibir kering, tidak pecah-pecah, tidak ada sariawan,


lidah bersih, warna merah, gusi tidak ada pembengkakan,
tidak ada caries gigi, tidak ada pembengkakan pada tonsil
7) Telinga : bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen

8) Leher : tidak ada nyeri tekan pada leher, tidak ada bekas operasi,
tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid, parotis, vena
jugularis dan kelenjar limfe
9) Dada : tidak ada bekas operasi, tidak ada retraksi dinding dada,
payudara membesar, puting menonjol, areola menghitam,
tidak ada nyeritekan pada payudara kanan maupun kiri,
kolostrum sudah keluar
10) Perut
a) Inspeksi : umbilikal menonjol, terdapat striae
gravidarum, terdapat linea nigra, tidak ada luka bekas
operasi
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan tidak kembung
TFU : Setinggi Pusat
c) Kontraksi uterus : lembek
11) Punggung : tidak ada kelainan pada tulang punggung
12) Genitalia : bersih, tidak ada penyakit menular seksual
seperti gonorhea dan kondiloma, Nampak tali
pusat di depan vulva
13) Anus : tidak ada hemoroid
14) Ekstremitas:
Kanan : tidak ada oedem, turgor baik, warna kulit

21
tidak ikterik, reflek patella (+)
Kiri : tidak ada oedem, turgor baik, warna kulit
tidak ikterik, reflek patella (+)
c. Pemeriksaan Penunjang Tidak dilakukan

II. Interpretasi Data


1. Diagnosa kebidanan
G5P2A2 umur 38 tahun hamil 39 minggu janin tunggal, hidup intra
uteri, letak membujur, PUKI, presentasi kepala, sudah masuk panggul,
inpartu kala III dengan retensio plasenta

Dasar : Data Subyektif :


- Ibu mengatakan bernama Ny. B dan berumur 38 tahun. Ibu
mengatakan HPHT 29 – 05 - 2020.
- Ibu mengatakan bayi sudah lahir namun ari – ari
belum lahir Data Obyektif
- Kesadaran : Composmentis
- Keadaan umum : Baik
- Tanda-tanda Vital :
TD : 100/70 mHg Nadi : 80x/menit Suhu
: 36,5 °C Respirasi: 22 x/menit
2. Masalah
Cemas karena ari – ari belum keluar
3. Kebutuhan
Pemberian rasa nyaman dan aman kepada ibu

III. Diagnosa Potensial


Syok Hipovolemik
IV. Antisipasi Penanganan Segera
Konsultasi dokter jaga
V. Intervensi
1. Jelaskan pada ibu rencana tindakan
2. Ajarkan ibu untuk melakukan masase fundus uterus
3. Lakukan observasi pada ibu
4. Evaluasi

22
VI. Implementasi
1. Jelaskan pada ibu tindakan yang akan dilakukan yaitu penatalaksanaan manual
plasenta
a. Pasang sarung tangan DTT
b. Jepit tali pusat dengan kokher dan tegangkan sejajar lantai.
c. Masukkan tangan secara obstetric dengan menelusuri bagian bawah tali pusat.
d. Tangan sebelah menyusuri tali pusat masuk ke dalam kavum uteri, sementara
itu tangan yang sebelah lagi menahan fundus uteri, sekaligus untuk mencegah
inversio uteri.
e. Dengan bagian lateral jari-jari tangan mencari insersi pinggir plasenta.
f. Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam, jari-jari dirapatkan.
g. Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah.
h. Gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke kranial sehingga
semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.
i. Jika plasenta dapat dilepaskan dari permukaan uterus, kemungkinan plasenta
akreta, dan siapkan laparotomi untuk histerektomi supravaginal.
j. Pegang plasenta dan keluarkan tangan bersama plasenta.
k. Pindahkan tangan luar ke suprasimpisis untuk menahan uterus saat plasenta
dikeluarkan.
l. Eksplorasi untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat
pada dinding uterus.
2. Mengajarkan ibu masase fundus uteri
a. Meletakan tangan diatas fundus uteri
b. Gerakan tangan secara melingkar searah jarum jam selama 15 detik
c. Kaji kontraksi uterus 1-2 menit
d. Lakukan masase selama 15 menit
3. Mengobservasi involusi uteri, kontraksi uterus ibu baik dengan TFU 1
jari dibwah pusat, tampak pengeluaran lochia rubra berwarna merah
kehitaman.

23
Tanda-tanda vital : Tekanan darah : 120 / 80 mmhg

Nadi : 84 x /
menit
Pernafasan
: 24 x /
menit
Suhu : 36,5 C
4. Melakukan evaluasi

VII. Evaluasi
1. Keadaan ibu baik tindakan telah dilakukan
2. Kontraksi ibu baik, adekuat
3. Hasil pemeriksaan ibu baik
4. Evaluasi telah dilakukan

24
BAB IV
PEMBAHASAN

Indikator derajat kesehatan suatu bangsa ditentukan dengan perbandingan tinggi


rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Di Indonesia
diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi seteah persalinan dan 50%
kematian massa nifas terjadi dalam 24 jam pertama ( Tarigan, dkk, 2020 ).
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya Angka Kematian Ibu antara lain adalah
faktor reproduksi, komplikasi obstetrik, faktor pelayanan kesehatan, faktor sarana dan
fasilitas, faktor sosial budaya dan sistem rujukan. Faktor reproduksi terdiri dari usia dan
paritas, sedangkan komplikasi obstetrik terdiri dari perdarahan post partum, infeksi nifas,
retensio plasenta, dan eklamsia.Menurut WHO dilaporkan bahwa 15-20% kematian ibu
karena retensio plasenta dan insidennya adalah 0,8- 1,2% untuk setiap kelahiran Tarigan
dkk, 2020 ).
Pada kasus ini ibu merupakan paritas G4P2A1, hal ini sejalan dengan penelitian
Fajriani ( 2017 ), dari 152 ibu bersalin yang mengalami Retensio Plasenta di RSUD H.Andi
Sulthan Daeng Radja Kabupaten Bulukumba. Berdasarkan Paritas ibu didapatkan sebanyak
35 orang atau 23,0% yang mengalami Retensio Plasenta pada primigravida,dan multigravida
2-4 sebanyak 65 atau 42,8% Sementara pada ibu dengan grandemultipara sebanyak 52 orang
atau 34,2%.Paritas sangat mempengaruhi keadaan ibu, semakin tinggi paritas ibu bersalin
maka resiko untuk mengalami retensio plasenta semakin tinggi pula (Tarigan, 2019).
Kasus ini pun dengan ibu usia 38 tahun, dimana usia ini merupakan usia resiko
tinggi kehamilan. Menurut penelitian Misnawati ( 2021 ), menunjukkan bahwa dari 31
responden usia berisiko terdapat 67.7% yang mengalami retensio plasenta dan dari 37
respoden dengan usia tidak berisiko terdapat 37,8% yang mengalami retensio plasenta.
Berdasarkan dari hasil uji yang diperoleh nilai p < 0.027. Hal ini berarti ada hubungan antara
usia dengan kejadian retensio plasenta. Retensio plasenta cenderung dialami oleh umur
beisiko yaitu < 18 tahun - > 35 tahun.
Hal ini dapat terjadi karena pada usia di bawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang
wanita belum berkembang secara sempurna. Sedangkan, pada wanita usia lebih dari 35
tahun fungsi reproduksinya mengalami penurunan atau kemunduran sehingga pada
persalinan dapat terjadi komplikasi seperti perdarahan pasca persalinan yang diakibatkan
retensio plasenta. Oleh karena itu pertimbangan usia dalam kehamilan atau persalinan
menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan (Misnawati, 2021).
Kejadian retensio plasenta merupakan salah satu penyumbang terbesar terhadap
terjadinya perdarahan postpartum pada ibu melahirkan. Oleh sebab itu diperlukan
penanganan dari berbagai pihak untuk mengatasi hal tersebut.

27
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Retensio Plasenta adalah terlambatnya
kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi. Plasenta harus dikeluarkan
karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi, karena sebagai benda mati, dapat
terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta dan terjadi degerasi ganas kario
karsinoma. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus
tidak dapat berkontraksi secara efektif, dan keadaan inidapat menimbulkan perdarahan.
Apabila plasenta belum lahir dalam setengah jam sampai 1 jam setelah bayi lahir,
apabila terjadi perdarahan, maka harus segera dikeluarkan. Teknik mengeluarkan plasenta
pada kasus Retensio Plasenta dengan Teknik Manual Plasenta.
Manual plasenta adalah tindakan untuk melepas secara manual menggunakan
tangan dari tempat implantasinya dan melahirkan keluar dari kavumuteri. Tindakan
penetrasi ke dalam kavum uteri pastikan kandung kemih kosong, jepit tali pusat dengan
klem pada jarak 5-10 cm dari vulva, tegangkan dengan satu tangan sejajar lantai. Secara
obstetric masukan tangan lainnya ( punggung tangan menghadap ke bawah ) ke dalam
vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat. Setelah tangan sampai ke kavum suteri
tangan obstetric menjadi datar seperti memberi salam, melepaskan plasenta dari dinding
uterus.

B. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan dengan penelitian ini tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan
pencegahan dengan mengadakan pelatihan untuk tenaga kesehatan yang bertujuan
untuk meningkatkan kewaspadaan dan keterampilan dalam pertolongan persalinan.
Lalu tenaga kesehatan dapat memberi penyuluhan pada masyarakat tentang usia ibu
dan paritas yang aman untuk persalinan melalui Posyandu, Puskesmas, dan Rumah
Sakit serta faktor risiko terjadinya perdarahan postpartum lainnya.
2. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat ikut turut melakukan tindakan pencegahan dengan aktif
mengikuti penyuluhan-penyuluhan agar dapat menambah

28
wawasan dan pergetahuan mengenai kegawatdaruratan obstetri serta ikut dalam
program Keluarga Berencana (KB).
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian
selanjutnya. Selain itu, dapat dikembangkan lagi.

29
DAFTAR PUSTAKA

Bahiyatun. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta EGC.2017

Eniyati S. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Patologi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar;2013.

Fajriani,Andi Tenri dan Sri Eka Juniarly. 2017. “ Description of Characteristics of


The Plasenta Retention In Children Mother” dalam Jurnal Life Birth Vol 1
No3.Bulukumba.

Hakimi, 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan. Yayasan


Essentia Medica: Yogyakarta.
Misnawati,Andi dan Rosdiana. 2021. “Analisis Faktor Risiko Kejadian Retensio
Plasenta Pada Ibu Bersalin di RSUD Tenriawaru Kabupaten Bone” dalam Jurnal
MPPKI Vol 4 No 1. Universitas Mega Buana Palopo.

Mochtar R. Sinopsis Obstetri Jilid I. 2011.2011

Nunung D. Asuhan Kebidanan Post Partum. I. Nurul, editor. Bandung;2013.

Puspita M. Asuhan kegawatdaruratan dan Maternal dan Neonatal. N S, editor.


Jakarta: Trans Info Media.2013.

PuspitaM.AsuhanKegawatdaruratanMaternaldanNeonatal.II.Nurul,editor.Jakarta:Tra
ns Info Media;2017.

Rukiyah AY, Yulianti L. Asuhan kebidanan IV (patologi kebidanan). Jakarta Trans


Info Media.2017

Ruqaiyah R. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Retensio Plasenta


Di RS. Jala Ammari Makassar Tahun 2017. J Kesehat Delima Pelamonia.2017

Shofatusania.2018.“Ketuban Pecah Dini”. https://shofatusania.blogspot.com/2018


/08 . diakses tanggal 29 September 2020 jam 19.00 WIB
Sofian A. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi. Obstet Patol jakarta Penerbit Buku
Kedokt EGC.2013;

Tarigan, Dwi Feni Pebriani dan Fitri Andriani. 2020. “Hubungan Paritas Dengan
Kejadian Retensio Plasenta di Rumah Sakit Umum Daerah H.Abdul Manan
Simatupang Kisaran Kabupaten Asahan Tahun 2019” dalam Jurnal Gentle Birth Vol
3 No 1.Sumatra Utara : Akbid Bina Daya Husada Kisaran.

Yuni K, Wahyuningsih Heni Puji S. Perawatan ibu hamil (Asuhan Ibu hamil).
Yogyakarta;2010.

30

Anda mungkin juga menyukai