Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Keperawatan Maternitas.
Dosen Pembimbing : Ibu Siti Nurbayanti, M.Kep., Sp.Kep.Mat.
Disusun Oleh
2-B
Halaman
HALAMAN DEPAN
DAFTAR ISI.............................................................................................................................i
i
A. KONSEP DASAR INTRANATAL
1. Pengertian Intranatal
Persalinan atau partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan yang cukup (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan
pada serviks (membuka, menepis dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap). Ibu dikatakan belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan
perubahan serviks (Damayanti, dkk, 2015).
.Intranatal merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi atau
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau mendekati cukup bulan yang dapat hidup
diluar kandungan, dan disusul dengan pengeluaran plasenta baik secara spontan
maupun dengan bantuan (Rahmawati, 2017). Intranatal disebabkan karena ada
faktor hormon, struktur rahim, dan tekanan pada syaraf dan nutrisi (Nugroho, 2012).
Preeklampsia merupakan sekumpulan gejala yang timbul ketika wanita hamil,
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria yang tidak
menunjukan tanda-tanda hipertensi sebelumnya (Wahyu, 2013). Usia wanita yang
paling aman untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun (Fatmawati, 2017).
Peran perawat dalam bidang maternitas yaitu sebagai pemberi asuhan
keperawatan dengan memperhatikan kebutuhan dasar manusia, dengan pengkajian,
menentukan diagnosa, membantu penerapan sesuai kebutuhan ibu. Memberikan
pendidikan dalam keperawatan, memberikan informasi dan pengetahuan tentang
pemenuhan kebutuhan kesehatan ibu melalui promosi kesehatan dan memantau
selama proses persalinan sampai 2 jam setelah persalinan (Okdiyantino, 2018).
Tujuan dari perawatan intranatal care adalah untuk memberikan perwatan
yang memuaskan selama proses melahirkan untuk mencapai persalinan yang bersih
serta aman, dengan mengingat aspek sayang ibu dan sayang bayi (Hollins Martin
and Martin, 2014).
2. Klasifikasi
a. Persalinan Spontan: Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan
ibu sendiri
b. Persalinan Buatan: Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar
c. Persalinan Anjuran: Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan
dari luar dengan rangsangan Istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan
berat janin yang dilahirkan:
1) Abortus
1
Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu
Hidup diluar kandungan
Umur hamil sebelum 28 minggu
Berat janin kurang dari 1000 gram
2) Partus imaturus
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 mg dan 28 mg
bayi dengan berat badan antara 500 g dan 999 g.
3) Persalinan prematurus
a) Persalinan sebelum umur hamil 28 sampai 36 minggu
b) Berat janin kurang dari 2.449 gram.
4) Persalinan Aterm/ matures
a) Persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu
b) Berat janin diatas 2500 gram
5) Persalinan Serotinus/ post matures
a) Persalinan melampaui umur 42 minggu
b) Pada janin terdapat tanda postmaturitas
c) Persalinan Presipitatus: Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam
(Nugroho 2011).
6) Persalinan Presipitatus
Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam
3. Etiologi
2
4. Patofisiologi
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat
menyebabkan nyeri.hal ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim,
penurunan progesteron, peningkatan oxytoksin, peningkatan prostaglandin, dan
tekanan kepala bayi. Dengan adanya kontraksi maka terjadi pemendekan SAR dan
penipisan SBR.
Penipisan SBR menyebabkan pembukaan servik.
Penurunan kepala bayi yang terdiri dari beberapa tahap antara lain
enggament, descent fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi kepala
janin, rotasi eksterna. Semakin menurunnya kepala bayi menimbulkan rasa
mengejan sehingga terjadi ekspulsi. Ekspulsi dapat menyebabkan terjadinya robekan
jalan lahir akibatnya akan terasa nyeri. Setelah bayi lahir kontraksi rahim akan
berhenti 5-10 menit, kemudian akan berkontraksi lagi. Kontraksi akan mengurangi
area plasenta, rahim bertambah kecil, dinding menebal yang menyebabkan plasenta
terlepas secara bertahap. Dari berbagai implantasi plasenta antara lain
mengeluarkan lochea, lochea dan robekan jalan lahir sebagai tempat invasi bakteri
secara asending yang dapat menyebabkan terjadi risiko tinggi infeksi. Dengan
pelepasan plasenta maka produksi estrogen dan progesteron akan mengalami
penurunan, sehingga hormon prolaktin aktif dan produksi laktasi dimulai. Proses
persalinan terdiri dari 4 kala yaitu:
Kala I: waktu pembukaan serviks samapi menjadi pembukaan lengkap 10 cm.
Kala II: dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir
Kala III: dari bayi lahir sampai keluarnya plasenta
Kala IV: keluarnya plasenta sampai 2 jam post Partum (Nugroho, 2011).
3
ketika kontraksi berlangsung untuk mengeluarkan bayinya. Proses ini bisaanya
berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida, kala II
berkahir dengan kelahiran bayi.
c. Kala III :
Dimulai sejak lahir nya bayi hingga lahirnya plasenta, sebagian besar
berlangsung kurang dari 30 menit.
d. Kala IV :
Dimulai sejak lahirnya plasenta hingga dua jam sesudahnya.
5. Manifestasi Klinis
a. Lightening : Ligtening yang mulai dirasakan kira –kira dua minggu sebelum
persalinan, adalah penurunan bagian presentasi bayi kedalam pelvis minor.
Pada presentasi sevalik, kepala bayi biasanya engaged setelah lightening. Saat
itu, sesak nafas yang dirasakan oleh ibu opada trimester 3 berkurang, karena
kondisi ini akan menciptakan ruang baru abdomen atas untuk ekspansi paru.
Sebaliknya ibu akan merasa menjadi sering berkemih, perasaan tidak nyaman
akibat tekanan panggul yang menyeluruh, kram pada tungkai, dan peningkatan
statis pada vena.
b. Perubahan Servik : Mendekati persalinan serviks semakin matang. Konsistensi
servik menjadi seperti pudding dan terjadi sedikit penipisan.
c. Ketuban pecah Dini : Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala
satu persalinan. KPD dialami oleh 80% wanita hamil dan mengalami persalinan
spontan dalam 24 jam.
d. Persalinan Palsu : Persalinan palsu tediri dari kontraksi uterus yang sangat
nyeri, yang memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada
persalinan palsu sebenarnya terjadi karena kontraksi Braxton Hicks yang tidak
nyeri, yang telah terjadi sejak 6 minggu kehamilan.
e. Bloody show : Plak lendir disekresi serviks sebagai hasil proliferasi kelenjar
lendir serviks pada awal kehamilan. Plak ini menjadi sawar pelindung dan
penutup jalan lahir selama kehamilan. Plak lender inilah yang dinamakan blody
show.
f. Lonjakan energi : Wanita hamil mengalami lonjakan energi 24 sampai 48 jam
sebelum terjadinya persalinan. Ia akan merasa bersemangat, setelah beberapa
minggu dan hari merasa letih secara fisik dan kelelahan akibat kehamilan.
Gangguan saluran cerna: Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare,
kesulitan mencerna, mual muntah, diduga hal-hal tersebut merupakan gejala
menjelang persalinan walaupun belum ada penjelasan untuk hal ini (Nugroho,
4
2011).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan urine protein (Albumin)
Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun adanya
gangguan pada ginjal dilakukan pada trimester II dan III.
c. Pemeriksaan urin gula
d. Pemeriksaan darah
e. Ultrasonografi (USG): Alat yang menggunakan gelombang ultrasound untuk
mendapatkan gambaran dari janin, plasenta dan uterus.
f. Stetoskop Monokuler: Mendengar denyut jantung janin, daerah yang paling
jelas terdengar DJJ, daerah tersebut disebut fungtum maksimum.
g. Memakai alat Kardiotokografi (KTG): Kardiotokografi adalah gelombang
ultrasound untuk mendeteksi frekuensi jantung janin dan tokodynomometer
untuk mendeteksi kontraksi uterus kemudian keduanya direkam pada kertas
yang sama sehingga terlihat gambaran keadaan jantung janin dan kontraksi
uterus pada saat yang sama (Nugroho, 2011).
7. Komplikasi
Beberapa komplikasi pada persalinan normal (Aspiani, 2017) :
a. Distosia atau persalinan yang sulit akibat dari:
1) Kelainan tenaga atau his
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Kelainan his
dibedakan menjadi 2 yaitu :
a) Inersia uteri hipotonik: kontraksi uterus terkoordinasi, tapi tidak
adekuat.
b) Inersia uteri hipertonik: kontraksi uterus tidak terkoordinasi, kuat tidak
adekuat.
2) Kelainan janin (kelainan dalam letak atau bentuk janin )
3) Kelainan jalan lahir
b. Perdarahan saat dan setelah persalinan
1) Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnyaplasenta hingga
atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.
2) Perlukaan vulva, vagina dan serviks
3) Rupture uteri adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akibat
dilampauinya daya regang myometrium
5
4) Emboli air ketuban
c. Infeksi masa nifas
d. Masalah payudara (mis, mastitis, abses payudara,putting lecet)
e. Hematoma
f. Inversion uteri
g. Masalah psikologis
6
c. Riwayat Kesehatan
Menurut Ambarwati (2010), riwayat kesehatan meliputi :
1) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau
penyakit akut, kronis seperti : Jantung, diabetes mellitus, hipertensi, asma
yang dapat mempengaruhi pada masa post partum ini.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang
diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa post partum dan
bayinya.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu
apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya, mengetahui apakah ada
riwayat penyakit menurun seperti asma, jantung, DM dan hipertensi dan
penyakit menular seperti asma / TBC (Prawirohardjo, 2005).
4) Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, siklus mentruasi, lamanya
menstruasi, banyaknya darah menstruasi, teratur / tidak menstruasinya sifat
darah menstruasi, keluhan yang dirasakan sakit waktu menstruasi disebut
disminorea (Estiwidani, 2008).
d. Riwayat Perkawinan
Pada status perkawinan yang ditanyakan adalah kawin syah, berapa kali, usia
menikah berapa tahun, dengan suami usia berapa, lama perkawinan, dan sudah
mempunyai anak belum (Estiwidani, 2008)..
e. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran, riwayat persalinan yaitu
jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran, lamanya melahirkan, dan cara
melahirkan. Masalah / gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan
melahirkan. Riwayat kelahiran anak, mencangkup berat badan bayi sewaktu
lahir,adakah kelainan bawaan bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi hidup / mati
saat dilahirkan (Estiwidani, 2008).
f. Riwayat Keluarga Berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrapsi jenis apa,
berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana
KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa (Anggraini, 2010).
g. Riwayat Kehamilan Sekarang
7
Menurut Saifuddin (2006), meliputi :
1) Hari pertama, haid terakhir serta kapan taksiran persalinannya
2) Keluhan-keluhan pada trisemester I, II, III.
3) Dimana ibu biasa memeriksakan kehamilannya.
4) Selama hamil berapa kali ibu periksa
5) Penyuluhan yang pernah didapat selama kehamilan
6) Pergerakana anak pertama kali dirasakan pada kehamilan berapa minggu
7) Imunisasi TT : sudah / belum imunisasi, berapa kali telah dilakukan
imunisasi TT selama hamil.
h. Riwayat Persalinan Sekarang
Untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak,
keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk
mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa
berpengaruh pada masa nifas saat ini (Anggraini, 2010).
i. Pola Kebiasaan Selama Masa Post Partum
1) Nutrisi
2) Eliminasi
3) Istirahat / tidur
4) Keadaan psikologis
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Untuk mengetahui apakah ibu dalam keadaan baik, cukup atau kurang
(Prihardjo, 2007). Pada kasus keadaan umum ibu baik (Varney, 2007).
b. Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah composmentis (sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya), apatis (tidak menanggapi rangsangan / acuh tak acuh, tidak
peduli) somnolen (kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh), spoor (keadaan yang menyerupai tidur),
koma (tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun,
tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon
pupil terhadap cahaya) (Novi, 2009).
c. Tanda- tanda Vital
5) Tekanan Darah
6) Nadi
7) Suhu
8) Respirasi
8
9) Tinggi badan
d. Rambut : Untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak
e. Muka : Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan,
adakah oedema
f. Mata : Untuk mengetahui oedema atau tidak conjungtiva, anemia / tidak, sklera
ikterik / tidak
g. Mulut / gigi / gusi : Untuk mengetahui ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi,
gusi berdarah atau tidak
h. Leher : Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar thyroid, ada benjolan
atau tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe
i. Dada : Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak, ada benjolan
atau tidak, ada nyeri atau tidak
j. Abdomen : Untuk mengetahui Kontraksi uterus : keras / lemah, tinggi fundus
uteri dan untuk mengetahui ada luka bekas operasi/tidak, adastrie / tidak, ada
tidaknya linea alba nigra
k. Vulva : Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda infeksi, varices,
pembesaran kelenjar bartolini dan perdarahan
l. Fundus uteri : Fundus harus berada dalam midline, keras dan 2 cm dibawah
umbilicus. Bila uterus lembek , lakukan masase sampai keras. Bila fundus
bergeser kearah kanan midline , periksa adanya distensi kandung kemih.
m. Kandung kemih : Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5, kandung kemih ibu cepat
terisi karena diuresis post partum dan cairan intra vena.
n. Lochea : Lochea rubra berlanjut sampai hari ke-23, menjadi lochea serosa
dengan aliran sedang. Bila darah mengalir dengan cepat, dicurigai terjadinya
robekan servik.
o. Perineum : Episiotomi dan perineum harus bersih, tidak berwarna, dan tidak
edema dan jahitan harus utuh
p. Anus : Untuk mengetahui ada haemoroid/tidak. Luka episiotomi tidak sampai
mengenai anus.
q. Ekstremitas : Untuk mengetahui ada cacat atau tidak oedema atau tidak
terdapat varices atau tidak
Analisa Data
9
DS : Post Partum Spontan Nyeri akut
Nyeri Akut
DO :
Hipafise posterior
Lemah
10
Resiko perdarahan
Risiko Ketidakseimbangan
Cairan
11
3. Rencana Keperawatan ( SLKI & SIKI )
12
b. Terapeutik b. Terapeutik
- Kosongkan kandung kemih - Kosongkan kandung
sebelum pemeriksaan kemih sebelum
- Masase fundus sampai pemeriksaan
kontraksi kuat, jika perlu - Masase fundus sampai
- Dukung ibu untuk kontraksi kuat, jika perlu
melakukan ambulasi dini - Dukung ibu untuk
- Berikan kenyamanan pada melakukan ambulasi dini
ibu - Untuk memberikan
- Fasilitasi ibu berkemih kenyamanan pada ibu
secara normal - Fasilitasi ibu dalam
- Fasilitasi ikatan tali kasih berkemih secara normal
ibu dan bayi secara optimal terpenuhi
- Diskusikan kebutuhan - Fasilitasi ikatan tali kasih
aktivitas dan istirahat ibu dan bayi secara
selama masa postpartum optimal terpenuhi
- Diskusikan tentang - Untuk mengetahui
perubahan fisik dan kebutuhan aktivitas dan
psikologis ibu postpartum istirahat selama masa
- Diskusikan seksualitas postpartum
masa postpartum - Untuk mengetahui tentang
- Diskusikan penggunaan alat perubahan fisik dan
kontrasepsi psikologis ibu postpartum
13
- Untuk mengetahui
c. Edukasi
seksualitas masa
- Jelaskan tanda dan bahaya
postpartum
nifas pada ibu dan keluarga
- Untuk mengetahui
- Jelaskan pemeriksaan pada
penggunaan alat
ibu dan bayi secara rutin
kontrasepsi
- Ajarkan cara perineum yang
tepat c. Edukasi
- Ajarkan ibu mengatasi nyeri - Untuk mengetahui tanda
secara nonfarmakologis dan bahaya nifas pada ibu
- Ajarkan ibu mengurangi dan keluarga
masalah thrombosis vena - Untuk mengetahui
pemeriksaan pada ibu
d. Kolaborasi
dan bayi secara rutin
- Rujuk ke konselor laktasi,
- Untuk mengetahui cara
jika perlu
perineum yang tepat
- Untuk mengetahui
mengatasi nyeri secara
nonfarmakologis
- Untuk mengetahui cara
mengurangi masalah
thrombosis vena
14
d. Kolaborasi
15
6. Membrane mukosa - Berikan asupan cairan, - intake – output dan
membaik sesuai kebutuhan hitung balans cairan 24
- Berikan cairan intravena, jam terpenuhi
jika perlu - Asupan cairan
terpenuhi sesuai
c. Kolaborasi
kebutuhan
- Kolaborasi pemberian
- Pemberian cairan
diuretic, jika perlu
intravena untuk
memenuhi kebutuhan
cairan pada tubuh , jika
perlu
c. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
diuretic, jika perlu untuk
pemantauan kebutuhan
cairan lebih lanjut
16
DAFTAR PUSTAKA
http://repo.stikesperintis.ac.id/940/1/43%20FIVI%20NOVITA.pdf
PUTRI, F. A. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN POST PARTUM SPONTAN DI RSUD
http://repository.poltekkes kaltim.ac.id/393/1/Untitled.pdf
DENGAN NYERI AKUT ATAS INDIKASI EPISIOTOMI DI RUANG CEMPAKA. Retrieved from
http://repository.bku.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/899/Kartika
%20Rahmaden1 101.pdf?sequence=2&isAllowed=y
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
17