“ABORTUS INKOMPLIT”
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Keperawatan Maternitas.
Dosen Pembimbing : Ibu Siti Nurbayanti, M.Kep., Sp.Kep.Mat.
Disusun Oleh
2-B
Halaman
HALAMAN DEPAN
DAFTAR ISI..............................................................................................................................i
i
ii
A. KONSEP DASAR ABORTUS INKOMPLIT
1. Konsep Dasar Postpartum
Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum
hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa
pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik
yang bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal
postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila
tidak diikuti dengan perawatan yang baik (Yuliana & Hakim, 2020).
8 minggu Normal 30 gr
b. Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau amis
atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang
berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai
perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi.
Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya:
1) Lokhea rubra Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
1
post partum. Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar,
jaringan sisa- sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut
bayi), dan mekonium.
2) Lokhea sanguinolenta Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan
berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
3) Lokhea serosa Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar
pada hari ke-7 sampai hari ke14.
4) Lokhea alba Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini
dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum. Lokhea yang menetap
pada awal periode post partum menunjukkan adanya tanda-tanda
perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan oleh tertinggalnya sisa
atau selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa yang berlanjut dapat
menandakan adanya endometritis, terutama bila disertai dengan nyeri pada
abdomen dan demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau
busuk yang disebut dengan “lokhea purulenta”. Pengeluaran lokhea yang
tidak lancar disebut “lokhea statis”.
c. Perubahan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva
dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina
secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih
menonjol.
d. Perubahan Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post partum hari ke-5,
perinium sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih
kendur daripada keadaan sebelum hamil.
e. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan
karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada
waktu persalinan, kurangnya asupan makan, hemoroid dan kurangnya aktivitas
tubuh.
f. Perubahan Sistem Perkemihan
2
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air
kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan ini adalah terdapat
spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih setelah mengalami kompresi
(tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlangsung.
Kadar hormon estrogen yang besifat menahan air akan mengalami penurunan
yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”.
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh darah yang
berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit, sehingga akan
menghentikan perdarahan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang
meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan
pulih kembali. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah
persalinan.
h. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba- tiba. Volume darah bertambah,
sehingga akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia.
Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya
hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada
umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima postpartum.
i. Perubahan Tanda-tanda Vital
Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji antara lain :
1) Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,50 –
38◦ C) akibat dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan
kelelahan. Apabila dalam keadaan normal, suhu badan akan menjadi
biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena ada
pembentukan Air Susu Ibu (ASI). Bila suhu tidak turun, kemungkinan
adanya infeksi pada endometrium.
2) Denyut nadi normal
Pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut nadi sehabis melahirkan
biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/ menit, harus
waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan post partum.
3) Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan
lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan
darah tinggi pada saat post partum menandakan terjadinya preeklampsi
post partum.
3
4) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.
Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan
ada tanda-tanda syok.
5. Klasifikasi
Menurut Astuti (2012) abortus spontan yaitu abortus yang terjadi tanpa faktor-
faktor mekanis ataupun medisinalis tetapi karena faktor alamiah. Menurut Nugroho
(2010) abortus dibagi menjadi :
a. Abortus Imminens (Treatened Abortion), keguguran mengancam yang belum
terjadi sehingga kehamilan dapat dipertahankan dengan cara tirah baring,
gunakan progesterone, tidak berhubungan badan, evaluasi secara berkala
4
dengan USG untuk melihat perkembanganjanin.
b. Abortus Insipien, keguguran yang sedang berlangsung, ditandai dengan
pecahnya selaput janin dan adanya serviks telah mendatar dan ostinium uteri
telah membuka.
c. Abortus Inkompletum (keguguran bersisa) keguguran yang bersisa.
pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam uterus. Gejala yang muncul
amenorea, sakit perut, perdarahan biasanya berupa stolsel (darah beku), keluar
fetus atau jaringan.
d. Abortus Kompletus (Keguguran Lengkap), seluruh konsepsi dikeluarkan
(desidua dan fetus) sehingga rongga mulut kosong.
e. Missed Abortion, keadaan dimana janin yang telah mati masih berada didalam
rahim sebelum kehamilan 20 minggu, hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan
dalam kandungan selama 8 minggu atau lebih.
f. Abortus Habitualis, abortus spintan yang terjadi berturut tiga kali atau lebih ,
terjadi sebelum kehamilan 28 minggu.
g. Abortus Provakatus
Menurut Sofian (2013) abortus provakatus merupakan abortus yang disengaja
baik dengan memakai obat obatan maupun alat- alat.
1) Abortus Medisinalis, abortus karena tindakan kita sendiri, jika kehamilan
dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu.
2) Abortus Kriminalis, abortus yang terjadi karena tindakan - tindakan yang
tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
6. Etiologi
Faktor – faktor yang menyebabkan kematian fetus yaitu ovum itu sendiri, faktor ibu,
dan faktor bapak (Nurarif &Kusuma, 2015).
a. Kelainan ovum
1) Ovum patologis
2) Kelainan letak embrio
3) Plasenta yang abnormal
b. Kelainan genetalia ibu
1) Anomaly kongenital (hypoplasia uteri, uterus bikornis, dll)
2) Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata
3) Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum
yang sudah dibuahi
5
7. Patofisiologi
Patofisiologis terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh
jaringan plasenta yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan
oksigen. Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih
tertinggal, yang menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu keguguran
memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi Rahim, terjadi perdarahan, dan
disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi (Sukarni & Wahyu, 2013).
8. Manifestasi Klinis
Maryunani (2012) manifestasi klinis abortus inkomplit yaitu :
a. Perdarahan bisa sedikit atau banyak
b. Rasa mulas (kontraksi) tambah hebat
c. Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka
d. Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-
kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan keluar
e. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan, dapat menyebabkan
syok.
9. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mansjoer (2012), pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah
Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
10. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari abortus inkompletus menurut Prawirohardjo (2006) yaitu :
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati
dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan
tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau
perlu hosterektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh
orang awam menimbulkan persoaln gawat karena perlukaan uterus biasanya
luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus.dengan
adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus segera
6
dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil
tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi .
c. Infeksi
d. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi perdarahan (syok hemoragik) dan karena
infeksi berat (syok endoseptic)
7
g. Pola kebiasaan sehari –hari
3) Pola nutrisi : Nafsu makan menurun, berat badan menurun, klien lemah
4) Pola aktivitas : Aktivitas terganggu, keadaan ibu lemah karena nyeri perut
yang tibul.
5) Pola eliminasi : Frekuensi BAB dan BAK, warna, jumlah,dan konsistensi
6) Pola istirahat dan tidur : Terjadi adanya perubahan pola tidur akibat adanya
perdarahan.
7) Pola penganggulangan stress : Kemungkinan dalam mengatasi masalah
yang dihadapi mengalami perubahan karena kadang- kadang klien mudah
tersinggung dan gelisah.
8) Pola hubungan dan peran : hubungan klien dan keluarga kemungkinan
megalami perubahan karena kurang mampu memperhatikan keadaan
sekitar.
9) Pola tata nilai dan agama : pola ibadah mungkin mengalami perubahan
karena tidak kuat untuk melakukan aktivitas ibadah karena rasa nyeri di
abdomen.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan umum : Keadaan umum, kesadaran, pernafasan, suhu tubuh,
tekanan darah, GCS, BB, TB.
2) Kepala :
Inspeksi : Warna rambut, kebersihan rambut, distribusi
Palpasi : Kerontokan rambut, ada nyeri atau tidak
3) Muka :
Inspeksi : kongjungtiva pucat/ normal, refleks pupil tterhadap cahaya
4) Hidung :
Ada sumbatan/ tidak
5) Mulut dan gigi
Inspeksi : warna , kering / lembab / sariawan, kelainan bentuk /
sumbing, karies, ompong, gigi palsu, bersih / kotor, bau
6) Leher
Palpasi : pembesaran vena jugularis, kelenjar tiroid, kelenjar getah
bening (KGB)
7) Payudara dan dada
a) Payudara
Inspeksi : angkat lengan klien kearah atas kepala, kesan umum adanya
retraksi atau dimpling (permukssn tertarik/cekung), besarnya payudara
(simetris/tidak).
8
Palpasi : palpasi secara sirkuler area payudara klien rasakan
ada/tidaknya benjolan massa, pembekakan, rasa nyeri/tidak.
b) Puting susu
Inspeksi : keadaan puting susu(rata, menonjol, lecet), ada/tidaknya
hiperpigmentasi pada areola mammae, kebersihannya.
c) Stimulasi produksi ASI
Palpasi : pengeluaran Asi dan kolostrum
d) Auskultasi :suara napas dan jantung klien, catat apabila ada kelainan.
8) Pemeriksaan Abdoment
Inspeksi : adana striae, linea agra, dan bentuk permukaan abdoment,
jahitan atau insisi pada pasien SC, perubahan warna dan bentuk.
Auskultasi : bising usus di 4 kuadran
a) Palpasi : Diastasis rectus abdominis (pemisahan otot rektus abdominis
lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi umbilikus. sebagai akibat
pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat peregangan
mekanis dinding abdomen.
b) Fundus Uteri : kontraksi uterus (lembek: pendarahan) / (keras /
distensi), posisis uterus dan tinggi uterus
c) Kandung kemih
9) Pemeriksaan ekstermitas
a) Ekstermitas atas : CRT, kekuatan otot, refleks bisep dan trisep
b) Ekstermitas bawah : CRT, Edema.tandan Homan (Homan sign positif :
apabila ada rsa nyeri pada saat kaki dilakukan dorsolfleksi kemerahan,
hangat pada kai yang merupakan tanda dari Tromboflebitis)
c) Varises
d) Refleks patella, dan refleks babinski
10) Pemeriksaan perineum, vulva, dan anus
a) Bersihkan area vulva perineum
b) Lihat tanda – tanda REEDA (redmess, Edema,
c) Echymosis, Discharge, dan appoximation
d) Lochea
11) Observasi anus
Pemeriksaan anus : Lihat adanya hemoroid/tidak
ANALISA DATA
9
1. DS : Peningkatan suhu tubuh Hipovolemia.
Ny.G mengatakan (D.0023)
Frekuensi BAK 2x sehari, Kekurangan cairan(Evaporasi)
dengan jumlahnya sedikit.
Pasien mengatakan masih Hipovolemia
mengalami sedikit
pendarahan.
Pasien mengatakan tidak
mengalami penyakit
keturunan seperti gagal
ginjal dll
Ny.G mengatakan sering
merasa haus
DO :
Nadi = 76 x/menit
Suhu= 37,2 derajat celcius
Nadi teraba lemah
TD rendah = 85/60 mmhg
Pasien tampak lemah,
letih, dan lesu
Pasien tampak tidak
bersemangat
Pasien tampak tidak ada
tenaga
Tampak membran mukosa
kering
Tampak sering berkeringat
saat tidur di siang hari,
tampak ac tidak menyala.
Muka tampak pucat
2. DS : Kekhawatiran kegagalan peran Ansietas.
Pasien merasa cemas dan ibu (D.0080)
khawatir
Pasien mengatakan ingin Hubungan orang tua- anak
cepat pulang, sudah lebih tidak memuaskan
10
dari seminggu di RS.
Pasien merasa rindu ansietas
dengan anak di rumah.
Pasien merasa pusing
kepalanya.
DO :
Nadi = 76 x/menit
RR = 22 x/menit,
TD rendah = 85/60 mmhg
Pasien tampak gelisah
Muka tampak pucat
tampak kontak mata
pasien menurun
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan (Hipovolemia) berhubungan dengan Evaporasi
ditandai dengan frekuensi BAK yang sedikit, merasa haus, nadi teraba lemah,
muka pucat, pasien tampak lemah, membran mukosa kering, dan berkeringat di
siang hari. (D.0023)
b. Kecemasan (Ansietas) b.d Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan d.d
pasien khawatir, ingin cepat pulang, merasa rindu dengan anak, pusing kepala,
dan tampak kontak mata yang menurun.(D.0080)
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan (SMART) Intervensi Keperawatan Rasional
. Keperawatan
1. Kekurangan Setelah dilakukan Manejemen Hipovolemia 1. Untuk
volume cairan tindakan (I.003116) mengetahui
(Hipovolemia) keperawatan Definisi : tanda dan gejala
berhubungan selama 2 x 24 jam Mengidentifikasi dan mengelola hipovolemia, dan
dengan maka Status penurunan volume cairan tingkat
Evaporasi Cairan (L. 03028) intravaskuler hipovolemia
ditandai membaik, dengan Tindakan pada pasien
dengan kriteria hasil : Observasi : 2. Mengetahui
frekuensi BAK 1. Frekuensi nadi 1. Periksa tanda dan gejala keadaan dan
yang sedikit, hipovolemia (mis. Frekuensi kebutuhan
11
merasa haus, membaik nadi meningkat, nadi teraba cairan didalam
nadi teraba 2. Tekanan darah lemah, tekanan darah tubuh pasien
lemah, muka membaik menurun, tekanan nadi 3. Untuk
pucat, pasien 3. Tekanan nadi menyempit, turgor kulit mengetahui
tampak lemah, membaik menurun, membran mukosa berapa tingkat
membran 4. Kadar Hb kering, volume urin kebutuhan cairan
mukosa membaik menurun, hematokrit pasien.
kering, dan 5. Oliguria meningkatkan, haus, lemah) 4. Untuk
berkeringat di membaik 2. Monitor intake dan ouput menstabilkan
siang hari. cairan dan mencegah
(D.0023) Terapeutik : pasien terjadi
1. Hitung kebutuhan cairan syok
2. Berikan posisi modified 5. Untuk memenuhi
trendelenbung cairan lewat oral
3. Berikan asupan cairan oral 6. Untuk mencegah
Edukasi : terjadinya
1. Anjurkan memperbanyak pengeluaran
asupan cairan oral cairan
2. Anjurkan menghindari 7. Memenuhi cairan
perubahan posisi mendadak isotonis
Kolaborasi : 8. Memenuhi cairan
1. Kolaborasi pemberian cairan hipotonis
IV isotonis (mis. NaCl, RL) 9. Memenuhi cairan
2. Kolaborasi pemberian cairan koloid
IV hipotonis (mis.glukosa 10. Untuk
2,5%, NaCl 0,4%) menambah suply
3. Kolaborasi pemberian cairan oksigen dalam
IV koloid (mis. Albumin, tubuh.
plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk
darah
2. Kecemasan Setelah dilakukan Reduksi ansietas (I.09314) 1. Untuk
(Ansietas) b.d tindakan Definisi : mengetahui
Hubungan keperawatan , Meminimalkan kondisi individu perkembangan
orang tua-anak selama 2 x 24 jam dan pengalaman subyektif tingkat ansietas
tidak maka tingkat terhadap objek yang tidak jelas pasien.
memuaskan kecemasan dan spesifik akibat antisipasi 2. Untuk
12
d.d pasien menurun, bahaya yang memungkingkan mengetahui
khawatir, ingin (L.09093), dengan individu melakukan tindakan perkembangan
cepat pulang, kriteria hasil : untuk menghadapi ancaman. tanda tanda
merasa rindu 1. Verbalisasi Tindakan : ansietas pasien
dengan anak, khawatir , Observasi : 3. Untuk
pusing kepala, akibat kondisi 1. Identifikasi saat tingkat mengurangi
dan tampak yang dihadapi ansietas berubah (mis. kecemasan
kontak mata menurun Kondisi, waktu, stresor) 4. Untuk mencegah
yang menurun. 2. Perilaku 2. Monitor tanda-tanda ansietas terjadi ansietas
(D.0080) gelisah (verbal dan nonverbal) 5. Agar pasien
menurun Terapeutik : mengetahui
3. Keluhan pusing 1. Ciptakan suasana terapeutik sensasi yang
menurun untuk menumbuhkan dialami
4. Pucat menurun kepercayaan 6. Agar diri pasien
5. Konsentrasi 2. Pahami situasi yang lebih terbuka
membaik membuat ansietas 7. Untuk
6. Frekuensi Edukasi : mengurangi
pernapasan 1. Jelaskan prosedur, termasuk ansietas secara
membaik sensasi yang mungkin dialami fisik
2. Frekeunsi 2. Anjurkan mengungkapkan 8. Untuk
nadi perasaan dan persepsi memberikan
membaik 3. Latih teknik relaksasi obat yang tepat
3. Tekanan (c: teknik relaksasi kepada pasien.
darah progresif, teknik relaksasi
membaik nafas dalam)
4. Kontak mata Kolaborasi :
membaik 1. Kolaborasi pemberian obat
5. Pola berkemih anti ansietas, jika perlu
membaik
13
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Reni Yuli. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Trans Info
Media
Pada tanggal 20 sudah dibagikan kasus di ruang nifas, jadi bisa langsung di buat LP nya
Hafifah. 2011. Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal. Dimuat
dalam http:///d:/maternity-persalinan/laporan-pendahuluan-pada- pasiendengan.html.
Diakses selasa,21 Juni 2022
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan kriteria Hasil
Keperawatan, EdisiI 1. Jakarta : DPP PPNI.
Sulistyawati. 2012.Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta : ANDI
Yanti, Damai & Dian Sundawati. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas Belajar. Menjadi
Bidan Profesional. Bandung: PT Refika Aditama. Yuliarti, Nurheti. 2010.
14