DOSEN PEMBIMBING :
PEMBIMBING LAPANGAN :
PENYUSUN :
NIM : 202001117
KELAS : 3C
PRODI : S1 – KEPERAWATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
NIM : 202001117
TK/SMT : 3/5
Telah diperiksa dan disetujui sebagai bagian dari persyaratan yang diperlukan
untuk memenuhi capaian pembelajaran praktik klinik keperawatan maternitas pada
program studi S1 Keperawatan Universitas Bina Sehat PPNI Mojokerto.
……………,………….
(………………………………….) (…………………………………..…)
Kepala Ruangan
(………………………………….)
A. KONSEP DASAR NIFAS
a. Definisi
Masa nifas berasal dari bahasa latin, yaitu puer artinya bayi dan parous artinya
melahirkan atau masa sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan masa nifas adalah
penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah
lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum
hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil.
Masa Nifas dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama
6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik secara fisiologi maupun
psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan.
Masa nifas dibagi dalam 3 tahap, yaitu puerperium dini (immediate
puerperium), puerperium intermedial (early puerperium) dan remote puerperium
(later puerperium). Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Puerperium dini (immediate puerperium), yaitu pemulihan di mana ibu
telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan (waktu 0-24 jam
Postpartum). Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial (early puerperium), suatu masa di mana pemulihan
dari organ-organ reproduksi secara menyeluruh selama kurang lebih 6-8
minggu.
3. Remote puerperium (later puerperium), waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat kembali dalam keadaan yang sempurna secara bertahap terutama
jika selama masa kehamilan dan persalinan ibu mengalami
komplikasi(Fabiana Meijon Fadul, 2019).
3) Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendur, terkulai
dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri
berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga
perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna
serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera
setelah bayi lahir, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3 jari
dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Namun
demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama seperti
sebelum hamil.
4) Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
5) Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara
alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologis, yaitu
produksi susu dan sekresi susu (let down). Selama sembilan bulan
kehamilan, jaringan payudara tumbuh menyiapkan fungsinya untuk
menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika
hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambat
kelenjar pituitary akan mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik).
Ketika bayi menghisap puting, reflek saraf merangsang lobus posterior
pituitary untuk menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang
reflek let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI
melalui sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting.
Ketika ASI dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel
acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak.
3. Perubahan Sistem Pencernaan
Setelah kelahiran plasenta, maka terjadi pula penurunan produksi
progesteron. Sehingga hal ini dapat menyebabkan heartburn dan konstipasi
terutama dalam beberapa hari pertama. Kemungkinan terjadi hal ini karena
kurangnya keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya reflek
hambatan defekasi dikarenakan adanya rasa nyeri pada perineum karena
adanya luka episiotomy
4. Perubahan Sistem Perkemihan
Diuresis dapat terjadi setelah 2-3 hari postpartum. Dieresis terjadi karena
saluran urinaria mengalami dilatasi. Kondisi ini akan kembali normal
setelah 4 minggu postpartum. Pada awal postpartum, kandung kemih
mengalami edema, kongesti, dan hipotonik. Hal ini disebabkan oleh
adanya overdistensi pada saat kala dua persalinan dan pengeluaran urine
yang tertahan selama proses persalinan. Sumbatan pada uretra disebabkan
oleh adanya trauma saat persalinan berlangsung dan trauma ini dapat
berkurang setelah 24 jam postpartum.
5. Perubahan Tanda-tanda Vital
Perubahan Tanda-tanda Vital terdiri dari beberapa, yaitu:
1) Suhu Badan
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5oC-
38oC) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan
(dehidrasi) dan kelelahan karena adanya bendungan vaskuler dan
limfatik. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya
pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan
ASI, payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya
ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi endometrium,
mastitis, tractus genetalis atau system lain.
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa antara 60-80 kali per menit
atau 50-70 kali per menit. Sesudah melahirkan biasanya denyut nadi
akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus
waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.
3) Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat pada persalinan 15 mmHg pada systole dan
10 mmHg pada diastole. Biasanya setelah bersalin tidak berubah
(normal), kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu
melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada
postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsi pada masa
postpartum.
4) Pernapasan
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran
napas contohnya penyakit asma. Bila pernapasan pada masa
postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda
syok(Sembiring, 2018).
G. Penatalaksanaan
Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada penatalaksanaan khusus.
Pemberian obat obatan hanya diberikan pada ibu yang melahirkan dengan penyulit,
terutama pada ibu anemia dan resiko infeksi dengan pemberian anti biotic dan obat-
obat roboransia seperti suplemen vitamin, demikian juga pada bayi obat-obatan
biasanya diberikan untuk tindakan profolatif, misalnya vit K untuk mencegah
perdarahan, antibiotik untuk mencegah infeksi.
H. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan;
diuresis; keringat berlebihan.
3. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
4. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang
tidak seimbang; trauma persalinan.
5. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
6. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
7. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara
merawat bayi.
I. Intervensi keperawatan
a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi (PQRST)
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
pasien
4. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
5. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
6. Motivasi untuk meningkatkan asupan nutrisi yang bergizi.
7. Tingkatkan istirahat
8. Latih mobilisasi miring kanan miring kiri jika kondisi klien mulai membaik
9. Kaji kontraksi uterus, proses involusi uteri.
10. Anjurkan pasien untuk membasahi perineum dengan air hangat sebelum
berkemih.
11. Anjurkan dan latih pasien cara merawat payudara secara teratur.
12. Jelaskan pada ibu tetang teknik merawat luka perineum dan mengganti PAD
secara teratur setiap 3 kali sehari atau setiap kali lochea keluar banyak.
13. Kolaborasi dokter tentang pemberian analgesik.
c. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
1. Kaji haluaran urine, keluhan serta keteraturan pola berkemih.
2. Anjurkan pasien melakukan ambulasi dini.
3. Anjurkan pasien untuk membasahi perineum dengan air hangat sebelum
berkemih.
4. Anjurkan pasien untuk berkemih secara teratur.
5. Anjurkan pasien untuk minum 2500-3000 ml/24 jam.
6. Kolaborasi untuk melakukan kateterisasi bila pasien kesulitan berkemih.
d. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang
tidak seimbang; trauma persalinan.
1. Kaji pola BAB, kesulitan BAB, warna, bau, konsistensi dan jumlah.
2. Anjurkan ambulasi dini.
3. Anjurkan pasien untuk minum banyak 2500-3000 ml/24 jam.
4. Kaji bising usus setiap 8 jam.
5. Pantau berat badan setiap hari.
6. Anjurkan pasien makan banyak serat seperti buah-buahan dan sayur-sayuran
hijau.
e. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
1. Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas menggunakan parameter berikut:
nadi 20/mnt di atas frek nadi istirahat, catat peningaktan TD, dispnea, nyeri
dada, kelelahan berat, kelemahan, berkeringat, pusing atau pinsan.
2. Tingkatkan istirahat, batasi aktifitas pada dasar nyeri/respon hemodinamik,
berikan aktifitas senggang yang tidak berat.
3. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktifitas contoh: penurunan
kelemahan/kelelahan, TD stabil/frek nadi, peningaktan perhatian pada
aktifitas dan perawatan diri.
4. Dorong memajukan aktifitas/toleransi perawatan diri.
5. Anjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan ADL pasien.
6. Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh: posisi duduk
ditempat tidur bila tidak pusing dan tidak ada nyeri, bangun dari tempat
tidur, belajar berdiri.
Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2020. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman
untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II, EGC, Jakarta.
Hacker Moore. 2018. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Mc Closky & Bulechek. (2019). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America: Mosby.