Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN.

A DENGAN BERBAGAI
TAHAP TUMBUH KEMBANG COVID 19

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga
Dosen pembimbing Nadirawati,.S.Kp.,M.Kep.

Disusun Oleh :

Anida Sidqah Azzahra 211120070 Kristina Basa Ria Br Sihombing 211120088

Darul Dewantara 211120076 Lala Fitria Oktaviani 211120103

Euis Ulfa Mayasari 211120089 Maura Priam Artamevia 211120097

Fatiya Nurul Izza 211120067 Raisya Yulistie 211120094

Fahmi Muhammad Alfikri 211120069 Techa Sisilia 211120086

Helmy Herista Ramadan 211120098 Salma Alzahra Yunandari 211120056

Iis Vadia Putri 211120104 Syifa Amelia Putri 211120099

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (D3)

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirahhim,

Puji dan syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW dan keluarganya.

Makalah ini berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN. A


DENGAN BERBAGAI TAHAP TUMBUH KEMBANG COVID 19” dan penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Keperawatan Keluarga. Dalam pembelajaran dan
penulisan ini kami mendapatkan bimbingan, arahan dan dukungan dari berbagai pihak.

Kami berharap makalah ini mendapatkan nilai yang memuaskan. Dan kami menyadari
dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan untuk itu kami sangat mengharapkan saran
serta kritik yang membangun dari pembaca. Harapan kami semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan pada kami selaku penulis khususnya.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Cimahi, 03 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Tujuan ............................................................................................................................. 2

C. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 3

D. Manfaat ........................................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 4

A. Pengertian ....................................................................................................................... 4

B. Epidemiologi ................................................................................................................... 4

C. Etiologi ............................................................................................................................ 5

D. Penularan......................................................................................................................... 6

E. Manifestasi Klinis ........................................................................................................... 7

F. Penatalaksanaan .............................................................................................................. 7

G. Pencegahan dan Pengendalian di Masyarakat ................................................................ 8

H. Tatalaksana Gangguan Pola Tidur pada COVID-19 ...................................................... 9

I. Konsep Penatalaksanaan Earplugs dan Eye mask ........................................................ 10


BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ................................................................................... 1

A. Pengkajian ....................................................................................................................... 1
1. Data Umum ................................................................................................................. 1

2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga ................................................................ 4

3. Pengkajian lingkungan ................................................................................................ 5

ii
4. Struktur keluarga ......................................................................................................... 5

5. Fungsi keluarga ........................................................................................................... 6

6. Stress dan koping keluarga .......................................................................................... 6

7. Pemeriksaan Fisik ....................................................................................................... 7

8. Harapan Keluarga ........................................................................................................ 8

9. Analisa Data ................................................................................................................ 8

10. Skala prioritas .......................................................................................................... 9

B. Diagnosa keperawatan .................................................................................................. 12

C. Intervensi keperawatan keluarga................................................................................... 14

D. Terapi Modalitas COVID – 19 ..................................................................................... 19


BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 25

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 25

B. Saran ............................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 26

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lanjut usia (Lansia) merupakan tahap akhir kehidupan yang telah mengalami
berbagai proses perubahan secara holistik, baik perubahan pada aspek biologis,
psikologis, sosial, dan spiritual. World Health Organization (WHO) mengungkapkan
bahwa lansia sebagai kelompok penduduk dengan usia mulai dari 60 tahun atau lebih
(World Health Organization, 2016)

Lansia termasuk kedalam kelompok rentan dan beresiko tinggi terkena COVID-
19, karena kapasitas fungsional organ-organ lansia mengalami penurunan akibat proses
penuaan. Resiko penyakit parah dengan COVID-19 meningkatkan seiring
bertambahnya usia tubuh akan mengalami berbagai penurunan fungsi akibat dari proses
penuaan, hampir semua fungsi organ dan gerak menurun, selain itu diikuti dengan
menurunnya imunitas sebagai pelindung tubuh yang tidak dapat bekerja sekuat ketika
masih muda. Oleh karena itu, kelompok lansia lebih rentan terinfeksi dibandingkan
orang dewasa atau anak-anak (Moudy.J dan Syakurah. A.E, 2020).

Kasus kematian dari wabah COVID-19 terjadi terutama pada orang-orang yang
rentan, salah satunya adalah lansia. Hal ini disebabkan karena sistem kekebalan yang
lemah memungkinkan perkembangan infeksi virus yang lebih cepat. World Health
Organization melaporkan bahwa 8 dari 10 kematian terjadi pada lansia dengan
setidaknya satu kormobiditas, seperti penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes,
kanker dan jantung (Satgas COVID-19, 2020).

Kementerian Kesehatan RI (2020) memfokuskan penerapan perilaku


pencegahan yang dapat dilakukan oleh kelompok usia lanjut, terdapat 13 perilaku yang
dapat di terapkan yaitu tetap tinggal dirumah/panti werda, menjaga jarak minimal Im,
menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan/ menggunakan handsanitizer, lansia
selalu menggunakan masker, menutup hidung/mulut dengan lengan atas apabila batuk
atau bersin, istirahat mencukupi paling sedikit 6 hingga 8 jam setiap hari,
lingkungan/perputaran udara yang bagus serta memastikan mendapat penyinaran
matahari yang cukup, memakan makanan dengan gizi yang diperlukan tubuh (protein,
karbohidrat, vitamin, lemak, serta mineral), melakukan aktivitas fisik yang mencukupi
dirumah seperti berolahraga ringan, menjauhi keramaian, perkumpulan memperhatikan
1
psikologi dengan menjauhi menghindar dari informasi atau kabar yang tidak baik,
lansia dengan melaksanakan peninjauan kesehatan sendiri dirumah dengan memakai
perangkat kesehatan sederhana, menghindari datang pada pelayanan kesehatan kecuali
pendamping menjaga dan kesehatan social, kegiatan mental atau penyakit kronis
disarankan serta lansia dihimbau agar mengalami tanda-tanda kegawatdaruratan
(Kementerian Kesehatan RI, 2020).

Berdasarkan hasil penelitian (Rrahimulyani, Ranny., dkk. 2021) ditemukan ada


beberapa lansia masih tidak sepenuhnya menerapkan protokol kesehatan, dimana
ditemukan keluarga lansia tidak menggunakan masker saat mendampingi lansia,
kemudian juga ditemukan lansia berkumpul dengan tetangga disekitar rumah tanpa
menggunakan masker. Selain itu juga ditemukan lansia yang tidak pernah membawa
handsanitizer saat keluar rumah, melakukan olahraga hanya kadang-kadang
pemeriksaan kesehatan mandiri di rumah karena tidak memiliki alat kesehatan sehingga
lansia datang ke pelayanan kesehatan untuk melakukan pemeriksaan. Hal tersebut
dikarenakan kurangnya pengetahuan dan sikap lansia terhadap pencegahan COVID-19.

Pengetahuan seseorang sangat diperlukan dalam pemahaman materi tentang


kejadian dan pencegahan COVID-19 karena menentukan sikap, Jika pengetahuan,
sikap, dan tindakan sudah baik maka keyakinan dan nilai-nilai juga akan baik. Oleh
karena itu, untuk mengurangi penularan virus COVID-19 terhadap lansia, maka lansia
harus memiliki pengetahuan, sikap dan tindakan yang baik untuk bertindak dalam
pencegahan COVID-19. (Notoadmodjo, 2012).

Satgas penanganan COVID-19 mencatat bahwa persentase perihal usia, warga


lanjut usia (lansia) yang berusia 60 tahun menjadi penyumbang terbesar kasus
kematian, dengan total 50 persen kasus kematian. Itu artinya, dalam kurun waktu 15
bulan pandemic COVID-19 yang menjangkit Indonesia, sebanyak kurang lebih 27.797
lansia meninggal akibat COVID-19 (CNN,Indonesia).

B. Tujuan
1. Teridentifikasinya perlindungan lanjut usia pada institusi sosial lanjut usia
Pemerintah (Pusat, Daerah) dan Masyarakat di masa pandemi Covid-19.
2. Teridentifikasinya kebutuhan mendesak institusi-institusisosial lanjut usia tersebut
dalam perlindungan lanjut usia di masa pandemi Covid-19.

2
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan covid 19?
2. Bagaimana penularan covid 19 ?

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan serta pemahaman
mengenai covid-19.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pasien Covid-19
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penderita Covid-19 agar menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai penyakit yang dideritanya
b. Bagi Keluarga Pasien
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk keluarga dalam
memberikan informasi tentang pentingnya dukungan keluarga dalam
membantu untuk menambah pengetahuan pasien terutama pada pasien
COVID-19
c. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai Sumbangan ilmiah dan masukan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya tentang hubungan pengetahuan tentang Covid-19 serta
dapat digunakan sebagai bahan pustaka atau bahan perbandingan untuk
penelitian selanjutnya agar kedepannya dapat memberikan edukasi pada
penderita COVID-19 untuk menambah pengetahuan penderita.
d. Bagi Peneliti Lain
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi bagi pembaca atau
penelitian lainnya sebagai bahan referensi dan pengetahuan dalam penelitian
selanjutnya khusunya mengenai COVID-19

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2 merupakan
coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia.
Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang
dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS)
dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Tanda dan gejala umum infeksi
COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam,
batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi
terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia,
sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian (Kemenkes, 2020).

B. Epidemiologi
COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Coronavirus
jenis baru. Penyakit ini diawali dengan munculnya kasus pneumonia yang tidak
diketahui etiologinya di Wuhan, China pada akhir Desember 2019.Berdasarkan hasil
penyelidikan epidemiologi, kasus tersebut diduga berhubungan dengan Pasar Seafood
di Wuhan. Pada tanggal 7 Januari 2020, Pemerintah China kemudian mengumumkan
bahwa penyebab kasus tersebut adalah Coronavirus jenis baru yang kemudian diberi
nama SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory Syndrome 8 Coronavirus 2). Virus ini
berasal dari famili yang sama dengan virus penyebab SARS dan MERS. Meskipun
berasal dari famili yang sama, namun SARS-CoV-2 lebih menular dibandingkan
dengan SARS-CoV dan MERS-CoV. Proses penularan yang cepat membuat WHO
menetapkan COVID-19 sebagai KKMMD/PHEIC pada tanggal 30 Januari 2020
(WHO, 2020). Angka kematian kasar bervariasi tergantung negara dan tergantung pada
populasi yang terpengaruh, perkembangan wabahnya di suatu negara, dan ketersediaan
pemeriksaan laboratorium (Kemenkes, 2020). Thailand merupakan negara pertama di
luar China yang melaporkan adanya kasus COVID-19. Setelah Thailand, negara
berikutnya yang melaporkan kasus pertama COVID-19 adalah Jepang dan Korea
Selatan yang kemudian berkembang ke negara-negara lain. Sampai dengan tanggal 30
Juni 2020, WHO melaporkan 10.185.374 kasus konfirmasi dengan 503.862 kematian

4
di seluruh dunia (CFR 4,9%). Negara yang paling banyak melaporkan kasus konfirmasi
adalah Amerika Serikat, Brazil, Rusia, India, dan United Kingdom. Sementara, negara
dengan angka kematian paling tinggi adalah Amerika Serikat, United Kingdom, Italia,
Perancis, dan Spanyol (Kemenkes, 2020). Indonesia melaporkan kasus pertama
COVID-19 pada tanggal 2 Maret 2020 dan jumlahnya terus bertambah hingga
sekarang. Sampai dengan tanggal 30 Juni 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan
56.385 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 2.875 kasus meninggal (CFR 5,1%) yang
tersebar di 34 provinsi. Sebanyak 51,5% kasus terjadi pada laki-laki. Kasus paling
banyak terjadi pada rentang usia 45-54 tahun dan paling sedikit terjadi pada usia 0-5
tahun. Angka kematian tertinggi ditemukan pada pasien dengan usia 55-64 tahun
(Kemenkes, 2020).

C. Etiologi
Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family coronavirus.
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada Coronavirus yaitu: protein N
(nukleokapsid), glikoprotein M (membran), glikoprotein spike S (spike), protein E
(selubung). Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. COVID-
19 ini dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Terdapat 4 genus yaitu
alphacoronavirus, betacoronavirus, gammacoronavirus, dan deltacoronavirus.
Sebelum adanya COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia,
yaitu HCoV-229E (alphacoronavirus), HCoV-OC43 (betacoronavirus), HCoVNL63
(alphacoronavirus) HCoV-HKU1 (betacoronavirus), SARS-CoV (betacoronavirus),
dan MERS-CoV (betacoronavirus) (Kemenkes, 2020).
Corona virus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus
betacoronavirus, umumnya berbentuk bundar dengan beberapa pleomorfik, dan
berdiameter 60-140 nm. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa virus ini masuk
dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang menyebabkan wabah SARS pada
2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus. Atas dasar ini, International Committee on
Taxonomy of Viruses (ICTV) memberikan nama penyebab COVID-19 sebagai SARS-
CoV-2 (Kemenkes, 2020). Belum dipastikan berapa lama virus penyebab COVID-19
bertahan di atas permukaan, tetapi perilaku virus ini menyerupai jenis-jenis coronavirus
lainnya. Lamanya coronavirus bertahan mungkin dipengaruhi kondisi-kondisi yang
berbeda (seperti jenis permukaan, suhu atau kelembapan lingkungan). Penelitian 10

5
(Doremalen et al, 2020) menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat bertahan selama 72
jam pada permukaan plastik dan stainless steel, kurang dari 4 jam pada tembaga dan
kurang dari 24 jam pada kardus. Seperti virus corona lain, SARS-COV-2 sensitif
terhadap sinar ultraviolet dan panas. Efektif dapat dinonaktifkan dengan pelarut lemak
(lipid solvents) seperti eter, etanol 75%, ethanol, disinfektan yang mengandung klorin,
asam peroksiasetat, dan khloroform (kecuali khlorheksidin) (Kemenkes, 2020).

D. Penularan
COVID-19 merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).
Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke
manusia dan MERS dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber
penularan COVID-19 ini masih belum diketahui (Kemenkes, 2020). Masa inkubasi
COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan 14 hari namun dapat mencapai
14 hari. Risiko penularan tertinggi diperoleh di harihari pertama penyakit disebabkan
oleh konsentrasi virus pada sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi dapat langsung
dapat menularkan sampai dengan 48 jam sebelum onset gejala (presimptomatik) dan
sampai dengan 14 hari setelah onset gejala. Sebuah studi Natalia (2020), melaporkan
bahwa 12,6% menunjukkan penularan presimptomatik. Penting untuk mengetahui
periode presimptomatik karena memungkinkan virus menyebar melalui droplet atau
kontak dengan benda yang terkontaminasi. Sebagai tambahan, bahwa terdapat kasus
konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik), meskipun risiko penularan sangat
rendah akan tetapi masih ada kemungkinan kecil untuk terjadi penularan (Kemenkes,
2020).
Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan bahwa
COVID-19 utamanya ditularkan dari orang yang bergejala (simptomatik) ke orang lain
yang berada jarak dekat melalui droplet. Droplet merupakan partikel berisi air dengan
diameter >5-10 μm. Penularan droplet terjadi ketika seseorang berada pada jarak dekat
(dalam 1 meter) dengan seseorang yang memiliki gejala pernapasan (misalnya, batuk
atau bersin) sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut dan hidung) atau
konjungtiva (mata). Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan permukaan yang
terkontaminasi droplet di sekitar orang yang terinfeksi. Oleh karena itu, penularan virus
COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi dan
kontak tidak langsung dengan permukaan atau benda yang digunakan pada orang yang
terinfeksi (misalnya, stetoskop atau termometer) (Kemenkes, 2020).

6
Dalam konteks COVID-19, transmisi melalui udara dapat dimungkinkan dalam
keadaan khusus dimana prosedur atau perawatan suportif yang menghasilkan aerosol
seperti intubasi endotrakeal, bronkoskopi, suction terbuka, pemberian pengobatan
nebulisasi, ventilasi manual sebelum intubasi, mengubah pasien ke posisi tengkurap,
memutus koneksi ventilator, ventilasi tekanan positif non-invasif, trakeostomi, dan
resusitasi kardiopulmoner. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai transmisi
melalui udara (Kemenkes, 2020).
E. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara
bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan tetap
merasa sehat. Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan
batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung 12
tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang
penciuman dan pembauan atau ruam kulit (Kemenkes, 2020).
Menurut data dari negara-negara yang terkena dampak awal pandemi, 40%
kasus akan mengalami penyakit ringan, 40% akan mengalami penyakit sedang
termasuk pneumonia, 15% kasus akan mengalami penyakit parah, dan 5% kasus akan
mengalami kondisi kritis. Pasien dengan gejala ringan dilaporkan sembuh setelah 1
minggu. Pada kasus berat akan mengalami Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS), sepsis dan syok septik, gagal multi-organ, termasuk gagal ginjal atau gagal
jantung akut hingga berakibat kematian. Orang lanjut usia (lansia) dan orang dengan
kondisi medis yang sudah ada sebelumnya seperti tekanan darah
tinggi, gangguan jantung dan paru, diabetes dan kanker berisiko lebih besar mengalami
keparahan (Kemenkes, 2020). WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk
seluruh pasien yang terduga terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan adalah
metode deteksi molekuler/NAAT (Nucleic Acid Amplification Test) seperti
pemeriksaan RT-PCR (Kemenkes, 2020).
F. Penatalaksanaan
Hingga saat ini, belum ada vaksin dan obat yang spesifik untuk mencegah atau
mengobati COVID-19. Pengobatan ditujukan sebagai terapi simptomatis dan suportif.
Ada beberapa kandidat vaksin dan obat tertentu yang masih diteliti melalui uji klinis
(Kemenkes, 2020).

7
G. Pencegahan dan Pengendalian di Masyarakat

Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai penularan


COVID-19 agar tidak menimbulkan sumber penularan baru. Mengingat cara
penularannya berdasarkan droplet infection dari individu ke individu, maka penularan
dapat terjadi baik di rumah, perjalanan, tempat kerja, tempat ibadah, tempat wisata
maupun tempat lain dimana terdapat orang berinteaksi sosial. Prinsipnya pencegahan
dan pengendalian COVID-19 di masyarakat dilakukan dengan penularan COVID-19
terjadi melalui droplet yang mengandung virus SARSCoV-2 yang masuk ke dalam
tubuh melalui hidung, mulut dan mata, untuk itu pencegahan penularan COVID-19
pada individu dilakukan dengan beberapa tindakan, seperti:
1. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun dan air
mengalir selama 40-60 detik atau menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol
(handsanitizer) minimal 20 – 30 detik. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut
dengan tangan yang tidak bersih.
2. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung dan mulut jika
harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain yang tidak diketahui status
kesehatannya (yang mungkin dapat menularkan COVID-19).
3. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari terkena droplet
dari orang yang yang batuk atau bersin. Jika tidak memungkin melakukan jaga jarak
maka dapat dilakukan dengan berbagai rekayasa administrasi dan teknis lainnya.
4. Membatasi diri terhadap interaksi / kontak dengan orang lain yang tidak diketahui status
kesehatannya.
5. Saat tiba di rumah setelah bepergian, segera mandi dan berganti pakaian sebelum
kontak dengan anggota keluarga di rumah.
6. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat
(PHBS) seperti konsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal 30 menit sehari,
istirahat yang cukup termasuk pemanfaatan kesehatan tradisional. Pemanfaatan
kesehatan tradisional, salah satunya dilakukan dengan melaksanakan asuhan mandiri
kesehatan tradisional melalui pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA) dan
akupresur.
7. Mengelola penyakit penyerta/komorbid agar tetap terkontrol
8. Mengelola kesehatan jiwa dan psikososial

8
9. Apabila sakit menerapkan etika batuk dan bersin. Jika berlanjut segera berkonsultasi
dengan dokter/tenaga kesehatan.
10. Menerapkan adaptasi kebiasaan baru dengan melaksanakan protokol kesehatan
dalam setiap aktivitas (Kemenkes, 2020)
Perlindungan kesehatan pada masyarakat COVID-19 merupakan penyakit yang
tingkat penularannya cukup tinggi, sehingga perlu dilakukan upaya perlindungan
kesehatan masyarakat yang dilakukan secara komprehensif. Perlindungan kesehatan
masyarakat bertujuan mencegah terjadinya penularan dalam skala luas yang dapat
menimbulkan beban besar terhadap fasyankes. Tingkat penularan COVID-19 di
masyarakat dipengaruhi oleh adanya pergerakan orang, interaksi antar manusia dan
berkumpulnya banyak orang, untuk itu perlindungan kesehatan masyarakat harus
dilakukan oleh semua unsur yang ada di masyarakat baik pemerintah, dunia usaha,
aparat penegak hukum serta komponen masyarakat lainnya (Kemenkes, 2020).
H. Tatalaksana Gangguan Pola Tidur pada COVID-19
Permasalahan yang dihadapi pada pasien COVID-19 terkonfirmasi adalah
adanya rasa cemas. Cemas merupakan salah satu sikap mental yang timbul Ketika
sesorang pertama kali terinfeksi virus COVID-19. Hal ini disebabkan karena virus ini
telah banyak menimbulkan korban jiwa, obatnya belum ditemukan, serta adanya stigma
dari masyarakat pada pasien yang terkonfirmasi COVID-19 (Natalia et al.,2020). Selain
itu pasien yang terkonfirmasi COVID-19 merupakan seseorang yang harus dirawat di
ruang isolasi. Keadaan ini juga membuat timbulnya rasa cemas pada individu termasuk
pasien yang terkonfirmasi COVID-19 (Natalia et al., 2020).
Kecemasan yang berlebih dapat mengganggu kualitas tidur pasien.
Tindakan untuk mengatasi gangguan tidur bisa menggunakan terapi
farmakologi maupun nonfarmakologi. Salah satu upaya dalam bidang Kesehatan yang
dapat dilakukan untuk membantu meningkatkan kualitas tidur yaitu dengan pemberian
Earplug dan Eye Mask. Penggunan Earplug dan Eye Mask aman dilakukan pada pasien
jantung koroner. Selain aman, Earplug dan Eye Mask juga terbukti efektif untuk
menilai kualitas tidur pasien, hemat biaya, mudah diterapkan pada kelompok besar, dan
dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh. Penggunaan Earplug dan Eye Mask juga
merupakan metode yang mudah dan murah untuk
meningkatkan persepsi dan kualitas tidur pada pasien yang dirawat di ICU (Bajwaet al.,
2015).

9
I. Konsep Penatalaksanaan Earplugs dan Eye mask
1. Pengertian
Penelitian Mashayekhi et al (2013), menemukan bahwa menggunakan eye
mask dapat dijadikan sebagai metode alternatif yang mudah dan ekonomis untuk
meningkatkan kepuasan tidur. Menurut Bajwa et al (2015), cahaya dapat
menghambat pelepasan melatonin yang merupakan agen biokimia utama yang
mempengaruhi tidur dan penggunaan eyemask dapat membantu memperpendek
onset tidur sehingga memungkinkan individu dapat tidur lebih lama. Selain itu,
pengaruh earplugs terhadap kualitas tidur pernah dilakukan Huang & Zheng (2015),
mereka menemukan bahwa earplugs dapat menjadi alternatif lain untuk
meningkatkan kualitas tidur. Menurut Bourne & Mills (2014), mereka menemukan
bahwa apabila level bunyi cukup tinggi, maka dapat mengganggu siklus Non REM
dan REM yang normal sehingga berpengaruh pada waktu bangun dan waktu tidur
yang mendalam. Pengaruh eye mask dan earplugs terhadap kualitas tidur pernah
diteliti oleh Huang & Zheng (2015), mereka menyimpulkan bahwa penggunaan eye
mask dan earplugs dapat meningkatkan waktu REM, memperpendek periode latensi
REM, dan meningkatkan kadar hormon melatonin, dan menurunkan kadar kortisol.
Hasil ini serupa dengan Demoule, Carreira, Pallanca, & Lavault (2017), yang
menyimpulkan bahwa penggunaan Eye Mask dan Earplugs signifikan
meningkatkan kualitas tidur pasien. Eye Mask dan Earplugs adalah suatu cara yang
relevan dan logis menutup telinga dan masker penutup mata yang dapat digunakan
untuk mencegah terbangunnya saat tidur yang disebabkan oleh rangsangan
eksternal. Eye Mask dan Earplugs merupakan intervensi keperawatan yang dapat
dilakukan untuk mengurangi gangguan tidur pasien untuk mempertahankan ritme
sirkadian secara normal (Demoule et al., 2017). Hal ini didukung hasil penelitian
pada 45 pasien (20 pada kelompok intervensi, 25 pada kelompok kontrol)
menunjukkan adanya peningkatan signifikan diantara kelompok kelompok yang
tidur lelap, tertidur, terbangun, terjaga dari tidur lagi. Kualitas tidur yang dirasakan
lebih baik pada kelompok intervensi dengan p<0,05 (Huang & Zheng, 2015).
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
kualitas tidur sebelum dan setelah diberikan intervensi Eye Masks dan Earplugs
dengan p<0,001(Bajwa et al., 2015).
2. Penggunaan

10
Penggunaan Eye Mask dan Earplugs aman dilakukan pada pasien Covid 19
koroner. Selain aman, Eye Mask dan Earplugs juga terbukti efektif untuk menilai
kualitas tidur pasien, hemat biaya, mudah diterapkan pada kelompok besar, dan
dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh. Penggunaan Eye Mask dan Earplugs juga
merupakan metode yang mudah dan murah untuk meningkatkan persepsi dan
kualitas tidur pada pasien yang dirawat di ICU (Bajwa et al., 2015). Hasil penelitian
lain juga menunjukkan bahwa implementasi penggunaan Eye Mask dan Earplugs
post operasi kardiotoraks adalah efisien dan mudah. Eye Mask dan meningkatkan
kualitas tidur serta kepuasan pasien dan dapat mengurangi intensitas nyeri. Selain
itu juga Eye Mask dan Earplugs terbukti dapat berkontribusi untuk pemulihan yang
lebih cepat, morbiditas yang lebih sedikit, dan mengurangi biaya (Menger,
Urbanek, & Skhirtladze, 2018).
3. Pengaruh penggunaan
Penelitian ini penting untuk dilakukan karena Eye Mask dan Earplugs dapat
memberikan pengaruh yang sangat besar pada fisik dan psikologis pasien. Pengaruh
eye mask dan earplugs 6-MWT terhadap fisik, yaitu berupa peningkatan kualitas
tidur. Sedangkan pengaruh terhadap psikologis, yaitu berupa kemampuan
melakukan aktivitas fisik dengan tenang tanpa adanya kecemasan serta kemampuan
kognitif dan emosional berfungsi dengan baik. Pengaruh pada sosial, karena hal
tersebut akan berkaitan erat dengan kenyamanan pasien (Mashayekhi et al., 2013)

11
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Nama kepala keluarga : Tn. A
b. Alamat : Jl. Leuwigajah Cimahi
c. Pekerjaan kepala keluarga : Karyawan swasta
d. Pendidikan kepala keluarga : SMA
e. Komposisi keluarga :

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

1
Table 1.1 Pengkajian data umum keluarga

No Nama Jenis Hubungan Umur Pendidi- Status imunisasi Ket


kelamin dengan kan
kepala
keluarga
BCG Polio DPT Hepatitis Campak
1 2 3 4 1 2 3 4 0 1 2 3 4
1 Tn. A L Kepala 34 Th SMA √ √ √ √ - √ √ √ - √ - - - - √ -
Keluarga
2 Ny. Y P Istri 29 Th SMA √ √ √ √ - √ √ √ - √ - - - - √ -
3 An. I P Anak 6 Th SD √ √ √ √ - √ √ √ - √ √ - - - √ -

2
3
f. Tipe keluarga : The nuclear family (keluarga inti)
g. Suku bangsa : Sunda
h. Agama : Islam
i. Status sosial ekonomi keluarga : Tn.A adalah karyawan swasta dengan
penghasilan rat-rata Rp. 1,8 juta akan tetapi tidak tetap dan seluruh
penghasilannya digunakan untuk keperluan sehari – hari.
j. Aktivitas rekreasi keluarga : Keluarga Tn.A mempunyai aktivitas yang
terjadwal, aktivitas biasanya olahraga bersama keluarga setiap hari minggu,
aktivitas lainnya seperti berkunjung kerumah orang tua atau sodaranya. Tn.A
mengatakan sangat jarang sekali rekreasi keluar kota, jenis rekreasi keluarga
Tn.A tidak jauh dari menonton TV di rumah.

2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn.A saat ini adalah tahap keluarga
dengan usia sekolah, anak Tn.A hanya satu yang berusia 10 tahun. Tn.A dan
istrinya melakukan komunikasi secara terbuka dan dua arah. Anak Tn.A selalu
menceritakan pada Ny. Y mengenai teman-teman disekolahnya.
b. Tahap perkembangan keluarga belum terpenuhi
Tidak ada tahap perkembangan keluarga sampai saat ini yang belum
terpenuhi. Namun, tugas keluarga yang belum di capai saat ini adalah
ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit dan ketidakmampuan
keluarga memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan.
Keluarga Tn.A tinggal di sebuah rumah dengan kondisi rumah masih
menggunakan bambu dan atap rumah menggunakan asbes. Lantai rumah
menggunakan semen.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ny.Y mengatakan bahwa anak dan dirinya dalam keadaan sehat, namun
Ny.Y mengatakan sekarang suaminya sudah terpapar virus COVID-19 sejak 1
minggu yang lalu.
d. Riwayat penyakit keluarga sebelumnya
Ny. Y mengatakan bahwa di anggota keluarga dirinya dan anggota
keluarga Tn.A tidak ada penyakit keturunan.

4
3. Pengkajian lingkungan
a. Karakteristik rumah
Rumah yang ditinggali kelurag Tn.A merupakan sebuah rumah yang di
bangun dari tabungan Tn.A dibantu istri sebelum menikah dengan luas rumah
± 36 m2 . terdiri dari 2 kamar tidur, dua kamar tersebut saling berdampingan. 1
kamar menggunakan pintu dan satu kamar hanya menggunakan gorden sebagai
pintunya.
b. Karakteristik tetangga dan komunikasi Rt/Rw
Ny.Y mengatakan hubungan dengan tetangganya baik-baik saja, saling
tolong menolong jika membutuhkan, jika ada tetangga yang sakit saling
menjenguk.
c. Mobilitas geografis keluarga
Setelah menikah Tn.A tinggal bersama istrinya dengan rumah yang
dibangun sebelum menikah, meskipun sederhana tetapi keluarga Tn.A sangat
bersyukur seemenjak menikah langsungmempunyai rumah sendiri. Rumah
tersebut ber alamat di Leuwigajah Cimahi tengah.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn.A berkumpul pada malam hari, karena pada siang hari
Tn.A bekerja, keluarga Tn.A juga aktif mengikuti jum’at bersih di lingkungan
sekitarrnya yang diadakan 1 minggu sekali.
e. System pendukung keluarga
Saat ini Tn.A mengalami sakit karena terpaparrnya virus covid-19.
Keluarga mempunyai system pendukung yaitu istrinya, tetnagga dan keluarga,
apabila keluarga Tn.A mengalami masalah atau kesulitan dana pasti selalu
dimusyawarahkan untuk mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah.

4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Dalam kehidupan sehari-hari keluarga Tn.A menggunakan Bahasa
Indonesia dan bahasa sunda . komunikasi dikeluarga Tn.A cukup baik dan
selalu terbuka
b. Struktur kekuatan keluarga Tn. A

5
Merupakan pemegang kendali didalam rumah tangga. Sedangfkan Ny.Y
sebagi Ibu rumah tangga dan mengasuh anak dalam mengambil keputusan Tn.A
dan Ny.Y selalu mendiskusikan terlebih dahulu.
c. Struktur peran
Peran Tn.A saat ini sebagai kepala Rumah tangga yang mencari nafkah
untuk keluarganya, sedangkan tugas Ny.Y sebagai IRT dan merawat anak,
Pendidikan anak dilakukan Bersama.
d. Nilai atau norma keluarga
Keluarga Tn.A menganut agama islam.

5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Menurut Ny.Y keluarga selalu menerapkan kasih sayang dan perhatian
yang cukup kepada anaknya. Tn. A dan Ny.Y selalu berusaha memnuhi
kebutuhan anaknya sesuai dengan usia pertumbuhan dan perkembangannya.
b. Fungsi sosialisasi
Hubungan antar sesame keluarga terlihat baik, demikian juga dengan
tetangga. Keluarga Tn.A aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang di
selenggarakan di lingkungannya.
c. Fungsi pemeliharaan/ perawatan kesehatan keluarga
Menurut Tn.A Kesehatan adalah keadaan sehat jasmani dan rohani dan
terhindar dari segala macam penyakit. Tn.A mengatakan jika di anggota
keluarganya ada yang sakit, maka selalu dibawa ke puskesmas terdekat untuk
mengetahui penyakitnya.
d. Fungsi reproduksi
Tn.A mempunyai 1 orang anak dan Ny.Y merupakan akseptor KB
tablet.
e. Factor ekonomi
Tn.A bekerja sebagai karyawan swasta dengan penghasilan yang tidak
tetap dengan rata-rat 1,8 juta/ bulan.

6. Stress dan koping keluarga


Terdapat 2 macam gaya koping pada keluarga yang terdampak covid 19, meliputi :
a. Problem solving ( Masalah dihadapi kemudian dipecahkan)
b. Utilizing sosial support (dukungan lingkungan untuk menyelesaikan masalah)

6
Gaya koping ini dilakukan agar dapat menghadapi atau mengelola situasi atau
kondisi yang menyebabkan tekanan.
Tn.A menyebutkan bahwa memang benar salah satu keluarganya teridentifikasi
covid 19
c. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi stressor
Tn. A mengatakan hanya bisa pasrah dan tetap berdoa sehingga selalu diberikan
kesembuhan dari penyakit tersebut
d. Strategi adaptasi fungsional
Fungsi dan peran masing – masing anggota keluarga dijalakan oleh hak dan
kewajibannya.

7. Pemeriksaan Fisik
No Yang diperiksa Bapak Ibu Anak 1
1. Keadaan Umum Composmentis Composmentis Composmentis
2. Tanda – Tanda
Vital
a. Tekanan
darah 150/90 mmHg 120/80 mmHg 110 / 70
mmHg
b. Nadi 81 x/menit 79 x/menit 78 x / ment
c. Suhu 39,2℃ 36,1℃ 36,1℃
d. Pernafasan 28 x / mnt 19 x / mnt 20 x /mnt
3. Tinggi badan 160 cm 150 cm 110 cm
4. Berat badan 65 kg 52 kg 32 kg
5. IMT 25 23 26
6. Kepala Normal Normal Normal
7. Rambut Bersih Bersih Bersih
8. a. Mata Simetris Simetris Simetris
b. Sklera Non Non Non
c. Konjungtiva Ikterik Ikterik Ikterik
9. Telinga Normal Normal Normal
10. Hidung Normal Normal Normal

7
8. Harapan Keluarga
Keluarga Tn. A berharap agar Tn.A yang saat ini menderita covid 19 bisa
segera sembuh dan sehat seperti sebelumnya. Keluarga berharap Tn.A dapat diberikan
pengobatan secara maximal.

9. Analisa Data
No Analisa Data Etiologi Masalah
1. DS : Ketidakmampuan Bersihan jalan naafas
Tn. A mengatakan keluarga dalam tidak efektif
sesak nafas sejak 3 mengenal masalah
hari yang lalu disertai kesehatan
dengan batuk
berdahak
DO :
- RR : 30
x/menit
- TD : 150/90
- Ada wheezing
DS : Ketidakmampuan Hipertermia
Tn.A mengatakan keluarga dalam
badannya terasa memanfaatkan
menggigil dan Tn. A fasilitas kesehatan
mengatakan lemas
DO :
- Suhu 39,4
- Tampak pucat
dan lemas
- Warna kulit
kemerahan

8
DS : Ketidakmampuan Ansietas
Tn. A mengeluh takut keluarga dalam
menularkan pada mengenal masalah
keluarga dan takut
dijauhi oleh orang –
orang sekitar
DO :
- Klien tampak
gelisah
- Tidak bisa
tidur
- Akral teraba
dingin

10. Skala prioritas


a. Skala priorittas masalah Kesehatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran

1. Sifat masalah 1 3/3x1 = 1 Masalah sudah terjadi


dan perlu segera
Aktual 3 ditangani
2. Kemungkinan 2 1/2x2 = 1/2 Setiap kali Tn.A
masalah dapat bernafas maka irama
diubah nafasnya tidak
beraturan (adanya sesak
Sebagian 1 nafas) serta adanya
batuk yang
mengeluarkan dahak
dan tidak dilakukan
Tindakan apapun
3. Potensial 1 3/3x1 = 3 Sesak nafas pada Tn.A
masalah untuk harus segera di cegah
di cegah agar Tn.A dapat

9
mengatur nadfas
Tinggi 3 dengan beraturan
4. Menonjolnya 1 2/2x1 = 1 Sesak nafas pada Tn.A
masalah harus segera ditangani

Masalah berat 2
harus ditangani
segera
Jumlah skoring : 5 1/2

b. Skala prioritas masalah Kesehatan : hipertermia

No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran

1. Sifat masalah 1 3/3x1 = 1 Masalah sudah terjadi


dengan pemeriksaan
Aktual 3 suhu didaptakan hasil :
39,2oC
2. Kemungkinan 2 2/2x2 = 2 Tn.A mengalai demam
masalah dapat 2 hari yang lalu, dan
diubah keluarga tidak dapat
memberikan perawatan
Mudah 2 untuk menurunkan
demm pada Tn.A
3. Potensial 1 2/3x1 = 2/3 Setelah diberikan
masalah untuk edukasi cara merawat
di cegah Tn.A dengan kompres
hangat, supaya keluarga
Cukup 2 Tn.A mampu
memberikan
perawataan pada Tn.A
4. Menonjolnya 1 2/2x1 = 1 Demam pada Tn.A
masalah harus ditangani segera,

10
supaya suhu tubuh
Masalah berat, 2 Tn.A kembali normal
harus segera
ditangani
Jumlah skoring : 4 2/3

c. Skala prioritas masalah Kesehatan : ansietas

No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran

1. Sifat masalah 1 2/3x1 = 2/3 Tn.A selalu takut ika


keluar rumah dan akan
Ancaman 2 dijauhi banyak orang
kesehatan
2. Kemungkinan 2 1/2x2 = 1 Tn.A harus diberikan
masalah dapat edukasi agar tidak
diubah menghindar dari
lingkungan sekitar dan
Sebagian 1 tetap menjaga jarak
sesuai protokol
Kesehatan
3. Potensial 1 1/3x1 = 1/3 Tn.A dapat mengikuti
masalah untuk program edukasi yang
di cegah diberikan penyuluh
Ketika mengobbservasi
Rendah 1 Tn.A
4. Menonjolnya 1 1/2x1 = 1/2 Ansietas dapat dicegah
masalah dengan cara
memberikan edukasi
Ada masalah 1 pada Tn.A
tetapi tidak
perlu ditangani
Jumlah skoring : 1 4/8

11
B. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan masalah Kesehatan dan skala prioritas yang ada pada keluarga Tn.A, maka
diagnose keluarga yang dapat ditegakkan adalah sebagai berikut :
1. Bersihan jalan nafas beruhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatan
2. Hipertemia berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam memanfaaatkan
fasilitas kesehatan
3. Ansietas beruhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal
masalah kesehatan

12
13
C. Intervensi keperawatan keluarga

No Diagnose Tujuan Evaluasi Intervensi


keperawatan Jangka panjang Jangka pendek kriteria Standar
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Setelah dilakukan Verbal Keluarga Tn.A Fisioterapi Dada
beruhubungan Tindakan Tindakan terutama Tn.A Observasi :
dengan keperawatan keperawatan dan Ny.Y a. Identifikasi dilakukan
ketidakmampuan setiap minggu sebanyak 1x mampu fisioterapi dada
keluarga dalam sebanyak 2x kunjungan rumah menjelaskan b. Identifikasi
mengenal masalah Selama 30 menit selama 30 menit, tentang kontraindikasi
kesehatan perkunnjungan keluarga dapat penyakit covid- fisioterapi dada
rumah, mengenal masalah 19 dan c. Monitor status
diharapkan Kesehatan dengan melakukan pernafasan
keluarga Tn.A menyebutkan pengobatan atau d. monitor jumlah dan
dapat mengerti, pengertian, tanda perawatan karakter sputum
memhami dan dan gejala serta mandiri Terapeutik :
mau pengobatan dan a. posisikan pasien sesuai
melaksanakan perawatan penyakit dengan area paru yang
informasi yang covid-19 mengalami
sudah di berikan penumpukan sputum
petugas

14
Kesehatan b. gunakan bantal untuk
tentang penyakit membantu
covid-19 membenarkan posisi
c. lakukan perkusi dengan
telapak tangan
ditangkupkan selama 3-
5 menit
d. lakukan vibrasi dengan
posisi telapak tangan
rata bersamaan
ekspirasi melalui mulut
edukasi :
a. jelaskan tujuan dan
prosedur fisioterapi
dada
b. anjurkan batuk segera
setelah prosedur sesuai
c. ajarkan inspirasi
perlahan dan dalam
melalui hidung selama
proses fisioterapi.

15
2. Hipertemia Setelah dilakukan Setelah dilakukan Verbal Keluarga Tn.A Manajemen hipertermia
berhubungan dengan Tindakan Tindakan terutama Tn.A Observasi :
ketidakmampuan keperawatan keperawatan dan Ny.Y a. identifikasi penyebab
keluarga merawat setiap minggu sebanyak 1x mampu hipertermia
anggota keluarganya sebanyak 2x kunjungan rumah memahami b. monitor suhu tubuh
yang sakit Selama 30 menit selama 30 menit, perawatan yang
perkunjungan keluarga mampu harus diberikan Terapeutik :
rumah, merawat keluarga padaa anggota a. sediakan lingkungan
diharapkan yang sakit dengan keluarga yang yang dingin
keluarga Tn.A memberikan sakit dengan b. longgarkan atau
dapat mengetahui perawatan hipertermia lepaskan pakaian
keadaan kompeshangat dan c. basahi dan kipasi
pennyakit yang memnafaatan permukaan tubuh
diderita di fasilitas untuk d. berikan cairan oral
kelurga, fasilitas menurunkan suhu e. ganti linen setiap hari
yang diperlukan tubuh pasien Edukasi :
untuk perawatan. anjurkan tirah baring
3. Ansietas Setelah dilakukan Setelah dilakukan Verbal Tn.A mampu Dukungan keyakinan
beruhubungan Tindakan Tindakan menjelaskan Observasi :
dengan keperawatan keperawatan tentang cara
ketidakmampuan setiap minggu sebanyak 1x agar Tn.A tidak

16
keluarga dalam sebanyak 2x kunjungan rumah terlalu cemas a. identifikasi keyakinan,
mengambil Selama 30 menit selama 30 menit, dalam masalah, dan tujuan
keputusan perkunjungan keluarga mampu menyebarkan perawatan
rumah, memahami dan infeksi tersebut b. identifikasi kesembuhan
diharapkan Tn.A menerapkan dan Tn.A jangka Panjang sesuai
dapat mengerti pencegahan agar memahami cara kondisi pasien
risiko penyebaran tidak terjadi agar infeksi
infeksi kepada penularan infeksi penularan tidak Terapeutik :
orang lain dan akibat penyakit terjadi dengan a. integritaskan keyakinan
infeksi akan menular covid-19 ini melakukan dalam rencana
terjadi PBHS, keperawatan sepanjang
menggunakan tidak
masker, membahayakan/berisiko
mencuci tangan keselamatan
dan menjaga b. berikan harapan yang
jarak realistis sesuai
prognosis
c. fasilitasi pertemuan
antara keluarga dengan
tim Kesehatan untuk
membuat keputusan

17
edukasi :
a. jelaskan bahaya atau
risiko yang terjadi
akibat keyakinan
negative
b. jelaskan alternatif yang
berdampak positif untuk
memenuhi keyakinan
dan perawatan
c. berikan penjelasan yang
relevan dan mudah di
pahami

18
D. Terapi Modalitas COVID – 19
LATIHAN PERNAPASAN PADA PASIEN COVID-19

1. Pengertian
Latihan pernapasan pada Covid -19 adalah terapi dengan melakukan
beberapa latihan untuk menjaga agar jaringan paru-paru yang terpapar oleh
COVID-19 dapat dijaga sejak awal agar efek fibrosis atau pengerasan jaringan
paru dapat dikurangi.
2. Tujuan
Latihan pernapasan yang diberikan terdiri dari rangkaian latihan bertujuan
untuk mengatur ritme pernapasan, latihan pengembangan dada yang mengaktivasi
otot-otot penyangga rongga dada atau dinding dada, serta latihan otot pernapasan
utama (latihan diafragma).
3. Prinsip
Prinsip dari latihan pernapasan ini adalah latihan yang sederhana, aman,
mudah diterapkan sehingga dapat dikerjakan dimana saja termasuk di saat isolasi
mandiri di rumah. Peran latihan pernapasan untuk menjaga pengembangan paru-
paru, konservasi energi (hemat energi) saat bernapas atau beraktivitas serta untuk
mempertahankan kebugaran di masa pandemik COVID-19 ini.

Latihan Pernapasan pada Covid - 19 terbagi dalam 6 gerakan yang mudah untuk
diterapkan secara mandiri di rumah, terdiri dari mobilisasi menuju duduk, relaksasi
dan gerak sendi bahu, mobilisasi dinding dada, latihan pernapasan dalam (deep
breathing), latihan batuk (huffing, coughing) dan posisi prone (tengkurap).

19
a) Mobilisasi menuju duduk
Latihan ini bertujuan agar pasien bergerak menuju duduk secara mandiri
maupun dibantu dengan berpegangan ataupun dibantu oleh orang lain.
Kecenderungan pasien untuk inaktivitas atau istilah “mager” (malas bergerak)
sangat banyak dikebiasaan masyarakat kita karena sakit identik dengan banyak
istirahat.
Apabila istirahat pasif berbaring terlalu banyak, maka kemampuan
tubuh dan kebugaran pun akan menurun. Bergerak aktif mungkin, berusaha
bangkit dari tempat tidur, mandiri dalam beraktivitas akan menjaga tubuh dari
penurunan fungsi. Gerakan yang tampak mudah saat kita sehat, akan menjadi
berat saat badan lemas ataupun napas sesak, sehingga perlu dipandu urutan
sebagai berikut:

1) Dimulai saat berbaring telentang lalu tekuk kedua lutut

20
2) Bergerak ke arah miring dengan posisi lutut tetap menekuk
3) Menggunakan siku tangan sisi tubuh yang paling bawah untuk mengungkit
tubuh menuju bangkit sambil menurunkan kaki ke sisi tempat tidur (duduk
di tepi tempat tidur).
b) Latihan relaksasi dan gerak sendi bahu
Latihan ini bertujuan untuk melakukan relaksasi penapasan sekaligus
merelaksasikan atau melemaskan susunan otot bahu atau pundak, yang sangat
berpengaruh pada otot-otot penyangga sangkar dada (dinding dada).

1) Gerak napas perlahan, diawali dengan tarik napas dan diikuti dengan buang
napas
2) Usahakan gerak pernapasan saat tarik dan buang berjumlah sama
3) Apabila tarik napas pada lima hitungan, maka buang napas juga pada lima
hitungan
4) Gerak bahu yang dipadukan dengan irama napas ini diharapkan dapat
melenturkan sendi bahu yang lebih merupakan sendi yang menyokong sisi
atas dari sangkar tulang dada. Otot-otot dada akan terulur sehingga gerak
pernapasan menjadi lebih efisien dan postur tubuh menjadi lebih tegak.
5) Rangkaian gerakan dimulai dengan gerak bahu secara bersamaan memutar
ke arah depan selama jumlah hitungan tertentu semampu pasien, dan disusul
dengan gerak bahu ke arah belakang.
Prinsip pernapasan pada pasien COVID-19 (tipe restriksi, paru sulit
mengembang) ini berbeda dengan prinsip pernapasan pada pasien asma atau
PPOK(tipe obstruksi, gangguan jalan napas, paru sulit mengempis karena
banyaknya udara yang terjebak di dalam paru yang disebut “air-trapping”).
c) Mobilisasi dinding dada

21
Latihan ini bertujuan untuk melatih dinding dada agar dapat
diregangkan melebar dengan tarikan otot-otot yang menempel di sangkar dada,
termasuk otot sisi samping, otot depan dan belakang dinding dada.
Apabila otot-otot yang melekat pada dinding dada dapat termobilisasi
atau dapat bergerak dengan baik, maka pengembangan dada akan semakin baik
sehingga saat proses bernapas akan memudahkan pergerakan paru-paru saat
inspirasi (tarik napas) dan ekspirasi (buang napas).

1) Pasien diminta untuk melakukan gerakan mengangkat kedua lengan dari sisi
depan ke arah atas berulang-ulang sambil mengatur napas.
2) Gerakan selanjutnya merentangkan kedua tangan ke arah samping
3) Dilanjutkan melenturkan punggung ke arah samping bergantian ke kiri dan
ke kanan sambil mengatur napas.
d) Latihan pernapasan dalam (deep breathing)
Aktivitas menarik napas dalam (deep breathing), mengembangkan
jaringan paru dengan maksimal sehingga proses restriksi dapat dihambat. Pasien
diminta untuk menarik napas dalam, dapat dengan pernapasan dada (thoraco-
abdominal breathing, pengembangan maksimal di dada, saat menarik napas)
atau pernapasan perut (abdomino-thoracal breathing, pengembangan maksimal
di perut, saat menarik napas).
Pernapasan yang dianjurkan adalah pernapasan dengan perut
mengembang saat menarik napas, karena akan mengoptimalkan kerja diafragma
(otot pernapasan utama yang terkuat). Apabila menggunakan pernapasan dada,
sering terasa penuh dan cepat lelah

22
e) Latihan batuk (huffing, coughing)
Mekanisme batuk diawali dengan iritasi saluran napas, disusul napas
dalam, kompresi dada dan membatukkan iritasi saluran napas, napas dalam,
kompresi dada dan membatukkan. Jenis batuk ada dua, yaitu batuk
dengan glottis (area celah pita suara, pangkal tenggorok) dalam posisi tertutup
dan batuk dengan glottis terbuka.
Saat batuk dengan posisi glottis tertutup dikenal sebagai coughing atau
batuk yang secara umum, hal ini memerlukan tenaga yang besar untuk
membatukkan dan cukup melelahkan apabila dilakukan berkali-kali, apalagi di
masa awal infeksi atau paparan COVID-19 biasanya didahului dengan radang
tenggorokan dan batuk kering yang “ngikil” atau terus menerus.
Batuk dengan posisi glottis terbuka (huffing) atau batuk dengan mulut
menganga seperti sedang membuat embun saat menghembuskan napas di kaca,
merupakan metode batuk yang lebih hemat energi, mampu mendorong dahak
ke arah luar saluran napas, dengan berbarengan saat ekspirasi.
Latihan batuk yang diminta pada latihan mandiri di rumah adalah
kombinasi tarik napas dalam disusul dengan huffing sebanyak tiga kali, yang di
akhiri dengan coughing.

23
f) Posisi prone (tengkurap)
Latihan terakhir dari seluruh rangkaian adalah latihan pernapasan dalam posisi
tengkurap (prone). Hal ini dimaksudkan agar terjadi pertukaran gas yang lebih
baik dalam posisi ini.

1) Saat tengkurap, sisi bawah panggul, di bawah perut diganjal bantal, dengan
alas tempat tidur yang padat atau cukup keras.
2) Pasien diminta untuk bernapas dalam dengan menggembungkan perut
3) Ditahan sejenak lalu buang napas.
Hal ini dikerjakan berulang-ulang sesuai toleransi pasien.

24
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
COVID-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). COVID-19 penyakit
menular yang disebabkan oleh Coronavirus jenis baru. Penyakit ini diawali dengan
munculnya kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Wuhan, China
pada akhir Desember 2019. COVID-19 merupakan zoonosis (ditularkan antara
hewan dan manusia). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum
pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Ada setidaknya dua jenis
coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan gejala
berat seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara
lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam,batuk dan sesak napas. Masa
inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus
COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut,
gagal ginjal, dan bahkan kematian (Kemenkes, 2020).
B. Saran
Pada masa pendemi ini senantiasa mematuhi protokol kesehatan di luar rumah yang
di himbau oleh pemerintah sampai PANDEMI berakhir agar terhindar dari
COVID-19 ini, upayakan menjaga kesehatan diri dan keluarga sehingga jika upaya
telah di laksanakan maka Keamanan akan menjadi optimal dan terjaga.

25
DAFTAR PUSTAKA

Susilo. (2020). Corona Virus Disiase 2019 : Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit
Dalam Indonesia, 45 - 67.

26

Anda mungkin juga menyukai