Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS

POST PARTUM SPONTAN PRIMIPARA DENGAN KPD


DIRUANG ANGGREK 2 UPT RSUD RAA SOEWONDO PATI

Disusun oleh :
ANNISA PUTRI YULIA AUDINA
92022040365

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2023
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Daftar Isi
Tinjauan Teori
A. Pengertian ............................................................................................1
B. Etiologi..................................................................................................4
C. Tanda Gejala.........................................................................................5
D. Patofisiologi..........................................................................................6
E. Pathway.................................................................................................9
F. Pemeriksaan Penunjang........................................................................10
G. Penatalaksanaan Medis.........................................................................10
H. Penatalaksanaan Keperawatan..............................................................11
Asuhan Keperawatan.....................................................................................11
1. Pengkajian pola fungsional ..................................................................11
2. Pengkajian Head To Toe.......................................................................12
3. Diagnosa Keperawatan.........................................................................14
4. Intervensi Keperawatan........................................................................15
Daftar Pustaka................................................................................................21
A. Pengertian
Post partum adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil, masa post
partum berlangsung selama 6 minggu (Wahyuningsih, 2019).
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi aterm
sebanyak satu kali. Multipara (pleuripara) adalah wanita yang telah
melahirkan anak hidup beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak
lebih dari lima kali. Grandemultipara adalah wanita yang telah
melahirkan janin aterm lebih dari lima kali (Amin Huda Nurarif, S.
Kep.,Ns dan Hardi Kusuma, S. Kep., 2016)
Terdapat beberapa pengertian tentang KPD, jika dilihat dari
pembukaan serviks, maka KPD diartikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum inpartu yaitu bila pembukaan serviks pada primipara kurang
dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm (Sepduwiana, 2011).
Sedangkan jika dilihat dari kapan pecahnya ketuban, maka KPD dapat
diartikan sebagai pecahnya ketuban sebelum ada tandatanda persalinan
dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan (Aisyah &
Oktarina, 2012)
 Perubahan Fisiologis Post Partum
Menurut Walyani (2015), perubahan fisiologis pada masa nifas
adalah sebagai berikut.
a. Uterus Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)
sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.
1) Bayi lahir fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus
1000
gram
2) Akhir kala III persalinan tinggi fundus uteri teraba 2 jari
bawah
pusat dengan berat uterus 750 gram
3) Satu minggu post partum tinggi fundus uteri teraba
pertengahan pusat simpisis dangan berat uterus 500 gram

1
4) Dua minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba
diatas

simpisis dengan berat urterus 350 gram


5) Enam minggu post partum fundus uteri bertambah kecil
dengan berat uterus 50 gram
b. Serviks
Saat setelah persalinan bentuk serviks akan menganga
seperti corong. Hal ini disebabkan oleh korpus uteri yang
berkontraksi sedangkan serviks tidak berkontraksi. Warna
serviks berubah menjadi merah kehitaman karena mengandung
banyak pembuluh darah dengan konsistensi lunak. Segera
setelah janin dilahirkan, serviks masih dapat dilewati oleh
tangan pemeriksa. Setelah 2 jam persalinan serviks hanya dapat
dilewati oleh 2-3 jari dan setelah 1 minggu persalinan hanya
dapat dilewati oleh 1 jari saja (Maritalia, 2017).

c. Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan


yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam
beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini
tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara
labia menjadi lebih menonjol (Walyani, 2015).

d. Payudara

Selama kehamilan, payudara mengalami perubahan dalam


persiapan untuk menyusui. Sekitar hari ke 3 post partum semua
ibu menyusui maupun tidak menyusui mengalami
pembengkakan payudara, payudara menjadi lebih besar, tegas,
hangat, lembut, dan merasakan nyeri. Kolostrum cairan
kekuningan mendahului produksi ASI, mengandung lebi tinggi

2
protein dan rendah karbohidrat serta mengandung
imunoglobulin G dan A yang memberikan perlindungan bagi
bayi baru lahir selama beberapa minggu awal kehidupannya
(Karjatin, 2016).

e. Sistem kardiovaskuler

Melahirkan melalui vagina kehilangan darah rata–rata 400


sampai 500 ml. Ini memiliki efek yang minimal karena pada
waktu hamil terjadi hypervolemia. Ada peningkatan curah
jantung selama beberapa jam pertama setelah melahirkan karena
darah yang masuk melalui uteroplasenta kembali ke sistem
maternal Karjatin (2016).

 Adaptasi Psikologis Post Partum


Menurut Nurjanah, dkk, (2013), fase-fase yang dialami oleh
ibu pada masa nifas adalah sebagai berikut.
a. Fase Taking In
Masa ini terjadi 1-3 hari setelah persalinan. Ibu yang baru
melahirkan akan bersikap pasif dan sangat tergantung pada
dirinya (trauma), segala energinya difokuskan pada
kekhawatiran tentang badannya. Dia akan bercerita tentang
persalinannya secara berulangulang.

b. Fase Taking Hold

Masa ini terjadi 3-10 hari setelah persalinan. Ibu menjadi


khawatir tentang kemampuannya merawat bayi dan menerima
tanggung jawabnya sebagai ibu dalam merawat bayi semakin
besar. Perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati.

c. Fase Letting Go

3
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan
peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu
mengambil langsung tanggung jawab dalam merawat bayinya,
dia harus menyesuaikan diri dengan tuntutan ketergantungan
bayinya dan terhadap interaksi sosial. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan. Keinginan untuk
merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.

B. ETIOLOGI
Umumnya Berikut etiologi persalinan normal :
 Teori Penurunan Kadar Hormon Progesteron
Pada akhir kehamilan terjadi penurunan kadar progesteron yang
mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus karena sintesa
prostaglandin di chorioamnion.
 Teori Rangsangan Estrogen
Estrogen menyebabkan iritability miometrium, estrogen
memungkinkan sintesa prostaglandin pada decidua dan selaput
ketuban sehingga menyebabkan kontraksi uterus (miometrium).
 Teori Reseptor Oksitosin dan Kontraksi Braxton Hiks
Kontraksi persalinan tidak terjadi secara mendadak, tetapi
berlangsung lama dengan persiapan semakin meningkatnya
reseptor oksitosin. Oksitosin adalah hormon yang dikeluarkan oleh
kelenjar hipofisis parst posterior. Distribusi reseptor oksitosin,
dominan pada fundus dan korpus uteri, ia makin berkurang
jumlahnya di segmen bawah rahim dan praktis tidak banyak
dijumpai pada serviks uteri.
 Teori Ketegangan
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia
otot – otot rahim, sehingga menganggu sirkulasi utero plasenter.
 Teori Fetal Membran
Meningkatnya hormon estrogen menyebabkan terjadinya esterified
yang menghasilkan arachnoid acid, arachnoid acid bekerja untuk

4
pembentukan prostaglandin yang mengakibatkan kontraksi
miometrium.
 Teori Plasenta Sudah Tua
Pada umur kehamilan 40 minggu mengakibatkan sirkulasi pada
plasenta menurun segera terjadi degenerasi trofoblast maka akan
terjadi penurunan produksi hormone.
 Teori Tekanan Serviks
Fetus yang berpresentasi baik dapat merangsang akhiran syaraf
sehingga serviks menjadi lunak dan terjadi dilatasi internum yang
mengakibatkan SAR (Segemen Atas Rahim) dan SBR (Segemen
Bawah Rahim) bekerja berlawanan sehingga terjadi kontraksi dan
retraksi (Oktarina M, 2016).

Menurut Manuaba (2013), penyebab ketuban pecah dini antara


lain sebagai berikut.
 Servik inkompeten (penipisan servik) yaitu kelainan pada servik
uteri dimana kanalis servikalis selalu terbuka.
 Ketegangan uterus yang berlebihan, misalnya pada kehamilan
ganda dan hidroamnion karena adanya peningkatan tekanan pada
kulit ketuban di atas ostium uteri internum pada servik atau
peningkatan intra uterin secara mendadak.
 Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan
genetik.
 Kelainan letak janin dalam rahim, misalnya pada letak sunsang dan
letak lintang, karena tidak ada bagan terendah yang menutupi pintu
atas panggul yang dapat menghalangi tekanan terhadap membrane
bagian bawah. kemungkinan kesempitan panggul, perut gantung,
sepalopelvik, disproporsi.
 Infeksi, yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini

5
C. Tanda Gejala
Tanda-tanda permulaan persalinan adalah menjelang minggu ke 36
ke atas pada primi gravida terjadi penurunan fundus uterus karena
kepala bayi sudah masuk ke dalam pintu atas panggul (PAP), perut
kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun, perasaan sering-sering
atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh bagian
terbawah janin. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya
kontraksi-kontraksi lemah di uterus (fase labor pain). Serviks darah
( bloody show ) (sulisdian dkk, 2019).
Tanda-tanda inpartu:
 Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur.
 Keluar lender dan bercampur darah yang lebih banyak,
robekan kecil pada bagian serviks.
 Kadang-kadang ketuban pecah
 Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar.

Tanda-tanda post partum

 Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum


kehamilan.
 Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama
kehamilan berbalik (kerumitan)
 Masa menyusui anak dimulai
 Penyembuhan ibu dari strees kehamilan dan persalinan di
asumsikan sebagai tanggung jawab untuk menjaga dan
mengasuh bayinya.

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes


melalui vagina, aroma air ketuban berbau, berwarna pucat, cairan ini
tidak akan berhenti atau kering karena uterus diproduksi sampai
kelahiran mendatang. Tetapi, bila duduk atau berdiri, kepala janin
yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau

6
“menyumbat” kebocoran untuk sementara. Sementara itu, demam,
bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah capat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
(Sunarti,2017).

D. Pathofisiologi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan,
uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus
dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam
waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm di atas
umbilikus. Fundus turun kirakira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam.
Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di
pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis Uterus pada waktu
hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil. Uterus akan
mengalami proses involusi yang dimulai segera setelah plasenta keluar
akibat kontraksi otot-otot polos. Proses involusi yang terjadi
mempengaruhi perubahan dari berat uterus pasca melahirkan menjadi
kira-kira 500 gram setelah 1 minggu pasca melahirkan dan menjadi
350 gram setelah 2 minggu pasca melahirkan. Satu minggu setelah
melahirkan uterus berada di dalam panggul. Pada minggu keenam,
beratnya menjadi 50-60 gr.
Peningkatan esterogen dan progesteron bertanggung jawab untuk
pertumbuhan masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum
penurunan kadar hormon menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan
secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan
yang terbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil. Intesitas kontraksi otot otot
polos uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
kondsi tersebut sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin
yang sangat besar.

7
Pada endometrium timbul trombosis, degenerasi dan nekrosis
ditempat implantasi plasenta. Pada hari pertama endometrium yang
kira-kira setebal 2-5 mm mempunyai permukaan yang kasar akibat
pelepasan desidua dan selaput janin. Regenerasi endometrium terjadi
dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakaiwaktu 2 sampai 3
minggu. Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan
kortisol, serta placental enzyme insulinase membalik efek
diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun secara
bermakna pada masa puerperium. Kadar esterogen dan progesteron
menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, penurunan kadar
esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis
cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.
Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui berperan
dalam menekan ovulasi. Karena kadar follikelstimulating hormone
terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan
ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin
meningkat (Caninsti, 2017).

8
E. Pathway

Sumber : (Wayan, 2017) (Arma, 2015) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)

9
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnosis yang diperlukan sebelum proses persalinan
antara lain :
 Darah : Hb, Gula Darah
o Pemeriksaan Hb dilakukan 2 kali selama kehamilan pada
trimester pertama dan pada kehamilan 30 minggu, karena pada
usia 30 minggu terjadi puncak hemodilusi (pengenceran darah).
Ibu dikatakan anemia apabila Hb < 11 gr% dan anemia berat
apabila < 8 gr%.
o Pemeriksaan golongan darah, protein, dan kadar glukosa pada
urin.
 USG (Ultrasonografi)
Untuk melihat apakah terdapat sisa plasenta ataupun gumpalan
darah
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis menurut pitriani (2014) sebagai berikut:
1. Monitor TTV
Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mmHg mungkin
menandakan preekslami suhu tubuh meningkat menandakan
terjadinya infeksi, strees, atau dehidrasi.
2. Pemberian cairan intravena
Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan
perdarahan darah dan menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan
syok, maka cairan pengganti merupakan tindakan yang vital,
seperti dextrose atau ringer.
3. Pemberian oksitosin
Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit)
ditambahkan dengan cairan infus atau diberikan secara
intramuskuler untuk membantu kontraksi uterus dan mengurangi
pendarahan post partum.

10
4. Obat nyeri
Obat-obatan yang mengontrol rasa sakit termasuk sedative, al
araktik, narkotik, dan antagonis narkotik. Anestesi hilangnya
sensori, obat ini diberikan secara regional / umum.

H. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan postpartum menurut Wahyuningsih, 2019 yaitu :
a. 2 jam post partum harus dilakukan observasi secara ketat
(memungkinan terjadi perdarahan dan komplikasi), yang dibagi dalam 1
jam pertama 4 kali obsevasi setiap 15 menit dan 1 jam kedua 2 kali setiap
30 menit.
b. 6-8 jam setelah persalinan :, usahakan untuk miring kanan dan kiri
serta fasilitasi istirahat dan tidur yang tenang.
c. Hari ke- 1-2 : memberikan penkes mengenai kesiapan menjadi
orang tua, cara menyusui yang benar dan perawatan payudara, perubahan-
perubahan yang terjadi pada masa nifas
d. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk
Hari ke- 3 : diperbolehkan latihan berdiri dan berjalan

1. Pengkajian ( Pola Fungsi Kesehatan )


 Pola Nutrisi
Kaji makan dan minum ibu nifas agar bergizi dan tidak tarak
 Pola Eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan BABdan BAK karena
kecemasan dan rasa takut kalua jahitannya lepas dan sakit.
 Pola Istrahat Tidur
Pola tidur akan terganggu karena harus intenst menyusui dan
merawat bayi.

11
 Pola Personal Hygiene
Perawatan diri akan terganggu karena lebih focus merawat
bayi
 Pertumbuhan dan Perkembangan
Pemantauan BB dan adaptasi psikologis ibu baru

2. Pemeriksaan Head To Toe


 Kepala
1) Rambut : Kaji rambut pasien apakah tipis atau lebat
2) Wajah : Biasanya klien berwajah pucat
 Telinga
1) Pemeriksaan kesimetrisan telinga
2) Cek produksi serumen, warna, kebersihan dan kemampuan
mendengar.
 Mata
1) Kaji konjungtiva akan terlihat pucat jika ada yang mengalami
anemia berat.
2) Kaji palpasi bola mata akan terasa teraba kenyal dan
melenting, pada sekitar mata akan teraba edema atau tidak
ada
3) Kaji konjungtiva an emis, dan sclera tidak ikterik.
 Hidung
1) Periksa adanya produksi sekret, ada atau tidak pernapasan
cuping hidung
2) Periksa kesimetrisan kedua lubang hidung.
 Mulut
1) Periksa bibir apakah terdapat peradangan mukosa mulut,
ulserasi gusi, perdara han gusi, dan napas berbau

12
2) Lidah : kaji ada tidaknya terjadi perdarahan atau ada tidaknya
stomatitis

 Leher
1) Periksa ada massa atau tidak, pembengkakan atau kekakuan
leher, kulit kering, pucat, kusam.
2) Palpasi adanya pembesaran kelenjar limfe, massa atau tidak.
 Dada
1) Inspeksi : Biasanya klien dengan napas pendek, pernapasan
kusmaul (cepat/dalam)
2) Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan
3) Perkusi : Biasanya Sonor
4) Auskultasi : Kaji suara nafas tambahan
 Jantung
1) Inspeksi : Biasanya ictus cordis tidak terlihat
2) Palpasi : Biasanya ictus Cordis teraba di ruang inter costal 2
linea dekstra sinistra
3) Perkusi : Kaji bunyi perkusi
4) Auskultasi : Kaji suara jantung

 Abdomen
1) Inspeksi :Lihat apakah ada lesi,benjolan,luka,cembung atau
cekung
2) Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara 5-
35 kali/menit
3) Palpasi : Kaji TFU pasien sesudah persalinan secara bertahap
4) Perkusi : Kaji timpani atau tidak
 Kulit dan kuku
1) Periksa turgor kulit kemudian kaji tanda tanda dehidrasi
 Ekstermitas
1) Kaji kekuatan ekstermitas atas dan bawah

13
2) Kaji dipasang alat atau tidak diekstermitas
3) Kaji apakah ada edema atau tidak

14
3. Diagnosa Keperawatan
Berikut diagnosis keperawatan yang mungkin muncul.
 Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisik.
 Menyusui Tidak Efektif Berhubungan Dengan
Ketidakadekuatan Suplai ASI.
 Gangguan Pola Tidur Berhubungan Dengan Kurangnya
Kontrol Tidur.
 Defisit Pengetahuan Berhubungan Dengan Kurang Terpapar
Informasi )
 Resiko Infeksi Ditandai Dengan Ketidakadekuatan Pertahanan
Tubuh Primer.
 Resiko Gangguan Perlekatan Ditandai Dengan Khawatir
Menjalankan Peran Sebagai Orang Tua.

15
4. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa (SDKI) Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)


(SLKI)
1 Nyeri Akut a. Tujuan umum : Setelah Manajemen Nyeri (I.08238)
Berhubungan dilakukan intervensi a) Observasi
Dengan Agen keperawatan selama waktu (1) Identifikasi lokasi,
Pencedera Fisik tertentu diharapkan tingkat karakteristik, durasi, frekuensi,
nyeri menurun. intensitas nyeri.
b. Kriteria hasil : (2) Identifikasi skala nyeri.
a) Pasien melaporkan (3) Identifikasi faktor yang
keluhan nyeri berkurang memperberat dan memperingan
b) Keluhan nyeri meringis nyeri.
menurun (4) Identifikasi pengetahuan
c) Pasien menunjukkan dan keyakinan tentang nyeri
sikap protektif menurun. (5) Monitor keberhasilan terapi
d) Pasien tidak tampak komplementer yang sudah
gelisah. diberikan.

b) Terapeutik
(1) Berikan tehnik
norfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(2) Fasilitasi istirahat dan tidur

c) Edukasi
(1) Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri.
(2) Jelaskan strategi meredakan
nyeri
(3) Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri.
(4) Ajarkan tehnik
nonfarmakologis untuk
mengutangi nyeri.

d) Kolaborasi Kolaborasi
pemberian analgetik, jika perlu

16
2 Menyusui efektif Status menyusui Edukasi menyusui (I.12393)
berhubungan (L.03029) Observasi:
dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan
ketidakadekuatan keperawatan dan kemampuan
produksi ASI selama….x24 jam menerima informasi
diharapkan gangguan rasa 2. Identifikasi tujuan dan
nyaman nyeri dapat kesiapan menyusui
teratasi dengan kriteria
Terapeutik:
hasil:
Dukung ibu untuk
1. Tetesan pancaran
meningkatkan kepercayaan diri
asi meningkat
dalam menyusui
2. Kemampuan ibu
1. Libatkan sistem
memposisikan
pendukung seperti
bayi dengan
suami, keluarga
benar meningkat
3. Payudara ibu Edukasi:
kosong setelah 1. Berikan konseling
menyusui menyusui
4. Hisapan bayi 2. Jelaskan manfaat
meningkat menyusui bagi ibu dan
bayi
3. Ajarkan 4 posisi
menyusui dan
perlekatkan dengan
benar
4. Jelaskan perawatan
payudara post partum

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
pelancar asi jika perlu
3 Risiko Infeksi d.d Kriteria hasil untuk Pencegahan Infeksi (I.14539)
luka Luka membuktikan bahwa Observasi
laserasi/ tingkat infeksi menurun Monitor tanda dan gejala
Episiotomi adalah: infeksi lokal dan sistemik

Demam menurun
Kemerahan menurun

17
Nyeri menurun
Bengkak menurun Terapeutik
Kadar sel darah putih Batasi jumlah pengunjung
membaik Berikan perawatan kulit pada
area edema
Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
Pertahankan teknik aseptic pada
pasien berisiko tinggi

Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
Ajarkan etika batuk
Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi
Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
Anjurkan meningkatkan asupan
cairan

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
4 Gangguan Pola Tujuan Umum : setelah Manajemen Nyeri (I.08238)
Tidur dilakukan tindakan a) Observasi
keperawatan pola tidur (1) Identifikasi lokasi,
meningkat. karakteristik, durasi, frekuensi,
intensitas nyeri.
Kriteria hasil : (2) Identifikasi skala nyeri.
a) Gelisah menurun (3) Identifikasi faktor yang
b) Keluhan sulit tidur memperberat dan memperingan
menurun nyeri.
c) Pola tidur membaik (4) Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang nyeri
(5) Monitor keberhasilan terapi

18
komplementer yang sudah
diberikan.

b) Terapeutik
(1) Berikan tehnik
norfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(2) Fasilitasi istirahat dan tidur

c) Edukasi
(1) Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri.
(2) Jelaskan strategi meredakan
nyeri
(3) Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri.
(4) Ajarkan tehnik
nonfarmakologis untuk
mengutangi nyeri.

d) Kolaborasi Kolaborasi
pemberian analgetik, jika perlu

5 Defisit Tujuan umum: setelah Edukasi Kesehatan (I.12383)


Pengetahuan dilakukan tindakan a) Observasi
keperawatan diharapkan (1) Identifikasi kesiapan dan
tingkat pengetahuan kemampuan menerima
meningkat informasi
(2) Identifikasi faktor-faktor
Kriteria hasil : yang dapat meningkatkan dan
a) perilaku sesuai anjuran menurunkan motivasi perilaku
meningkat hidup bersih dan sehat
b) verbalisasi minat dalam
belajar meningkat b) Terapeutik
c) kemampuan (1) Sediakan materi dan medla
menjelaskan pengetahuan pendidikan kesehatan
tentang suatu topik (2) Jadwalkan pendidikan
meningkat kesehatan sosial kesepakatan
d) kemampuan (3) Berikan kesempatan untuk

19
menggambarkan bertanya
pengalaman sebelumnya
yang sesuai dengan topik c) Edukasi
meningkat (1) Jekaskan faktor risiko yang
e) perilaku sesuai dengan dapat mempengaruhi kesehatan
pengetahuan meningkat (2) Ajarkan perilaku hidup
f) pertanyaan tentang bersih dan sehat
masalah yang dihadapi (3) Ajarkan strategi yang dapat
menurun digunakan untuk meningkatkan
g) persepsi yang keliru perilaku hidup bersih dan sehat
terhadap masalah menurun
h) menjalani pemeriksaan
yang tidak tepat menurun
i) perilaku membaik
6 Resiko Gangguan Tujuan Umum : Setelah Promosi Perlekatan ( I.10342 )
Perlekatan dilakukan intervensi a) Observasi
Ditandai Dengan keperawatan selama waktu (1) Monitor kegiatan
Khawatir tertentu diharapkan menyusui.
Menjalankan kemampuan berinteraksi (2) Identifikasi kemampuan
Peran Sebagai ibu dan bayi meningkat. bayi menghisap dan menelan
Orang Tua. ASI.
Kriteria Hasil (3) Identifikasi payudara ibu.
a) Pasien menunjukkan (4) Monitor perlekatan saat
peningkatan verbalisasi menyusui
perasaan positif terhadap
bayi. b) Terapeutik Diskusikan
b) Pasien menunjukkan dengan ibu masalah selama
peningkatan perilaku proses menyusui.
mencium bayi, tersenyum
pada bayi, melakukan c) Edukasi
kontak mata dengan bayi, (1) Ajarkan ibu menopang
berbicara dengan bayi, seluruh tubuh bayi.
berbicara kepada bayi (2) Anjurkan ibu melepas
serta berespon dengan pakaian bagian atas agar bayi
isyarat bayi. dapat menyentuh payudara ibu.
c) Pasien menunjukkan (3) Ajarkan ibu agar bayi yang
peningkatan dalam mendekati kearah payudara ibu
menggendong bayinya dari bagian bawah.
untuk menyusui. (4) Anjurkan ibu untuk

20
memegang payudara
menggunakan jarinya sepertu
huruf “ C”.
(5) Anjurkan ibu untuk
menyusui pada saat mulut bayi
terbuka lebar sehingga areola
dapat masuk dengan sempurna.
(6) Ajarkan ibu mengenali
tanda bayi siap menyusui

21
I. DAFTAR PUSTAKA

Arfiah, A. (2018). Pengaruh Pemenuhan Nutrisi Dan Tingkat


Kecemasan Terhadap Pengeluaran Asi Pada Ibu Post Partum Primipara.
Jurnal Kebidanan, 8(2), 134. https://doi.org/10.33486/jk.v8i2.60
Atin, K. (2016). Keperawatan Maternita. Pusdik SDM Kesehatan.
Ibrahim, S. S., Suciawati, A., & Indrayani, T. (2021). Pengaruh
Edukasi Pijat Oksitosin Terhadap Pengetahuan Ibu Postpartum Di Klinik
Ikhwan Sentul Kabupaten Bogor Tahun 2021. Journal for Quality in
Women’s Health, 4(1), 7–13. https://doi.org/10.30994/jqwh.v4i1.102
Komariah, E. (2018). PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN
MENGENAI PERAWATAN IBU POSTPARTUM DENGAN SEKSIO
SESARIA TERHADAP KEMAMPUAN MERAWAT DIRI DI RSUD Dr.
SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas
Husada: Jurnal Ilmu-Ilmu Keperawatan, Analis Kesehatan Dan Farmasi,
17(2), 437. https://doi.org/10.36465/jkbth.v17i2.271
Metti, E. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL
DENGAN KETUBAN PECAH DINI (KPD): Aplikasi Teori Keperawatan
Need For Help Wiedenbach. NEM.
Rachel, D.W., & Arimina, H. P. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Nifas. Akademi Kebidanan Griya Husada.
Rahmawati, N. (2017). Hubungan Ketuban Pecah Dini Dengan
Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir Di Rsu Bahteramas Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016. 1–73.
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/24/1/NIAR RAHMAWATI
SKRIPSI.pdf
Sakriawati M & Rahmawati, 2020. (2020). Risiko Usia dan Paritas
Ibu Hamil terhadap Kejadian Ketuban Pecah Dini Risk of Age and Parity
Pregnant Women on Premature Rupture Membranes. Nursing Arts,
XIV(2), 90–97

22

Anda mungkin juga menyukai