Oleh :
Dian Hosiana Pangaribuan
NIM 012023243011
Surabaya, 2021
Mahasiswa
Mengetahui
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu dengan
persalinan prematur iminens
1
2
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat mengaplikasikan konsep dasar asuhan kebidanan
persalinan prematur iminens kepada ibu sehingga dapat melakukan asuhan kebidanan
secara kompreshensif dan berkualitas.
1.3.2 Bagi pelayanan kesehatan
Laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kebidanan.
1.3.3 Bagi institusi
Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah referensi khususnya
tentang asuhan kebidanan pada ibu dengan persalinan prematur iminen
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3 Patofisiologi
Tiga komponen utama berkontribusi pada persalinan adalah perubahan serviks,
kontraksi uterus yang persisten, dan aktivasi desidua membran. Perbedaan antara
persalinan aterm dan prematur adala hpersalinan terjadi melalui proses fisiologis
normal sedangkan prematur bersifat patologis. Beberapa proses dapat bersifat akut,
dan beberapa dapat memakan waktu beberapa minggu menjelang persalinan prematur.
Salah satu peristiwa penting yang terjadi pada persalinan prematur yang bersifat
patologis adalah sindrom respons inflamasi janin/inflammatory response syndrome
(FIRS) yang melibatkan peradangan sistemik dan peningkatan interleukin-6 plasma
janin, yang biasanya sebagai respons terhadap pemicu seperti korioamnionitis. Sinyal
dikirim oleh hipotalamus janin yang mengarah ke sekresi CRH, merangsang pelepasan
ACTH, sehingga kortisol diproduksi oleh kelenjar adrenal janin yang memicu
3
4
2) Paritas
Ibu dengan grandemultipara mengalami kehamilan dan persalinan berulang
kali, sehingga sistem reproduksi terjadi penurunan fungsi yang menyebabkan
kurangnya asupan nutrisi ke janin dan meningkatkan risiko prematur
3) Preeklampsi/Eklampsi
Preeklapmsi/ eklapmsia pada ibu hamil mempunyai pengaruh langsung
terhadap kualitas janin karena terjadi penurunan darah ke plasenta yang
mengakibatkan janin kekurangan nutrisi sehingga terjadi gangguan pertumbuhan
janin dan terjadi nya peningkatan tonus otot rahim (Maita, 2012)
4) Ibu dengan TB < 150cm
Ibu yang pendek lebih cenderung memiliki panggul kecil yang dapat
menyebabkan persalinan terhambat. Pembatasan pertumbuhan intrauterin juga
mungkin terjadi (Rao et al., 2014)
5) Riwayat prematur sebelumnya
Risiko persalinan prematur berulang bagi wanita yang persalinan pertamanya
preterm, dapat meningkat tiga kali lipat dibanding dengan wanita yang persalinan
pertamanya mencapai aterm (Oxorn & Forte, 2010)
6) Perdarahan
Perdarahan yang disebabkan oleh solusio plasenta atau plasenta previa
dikaitkan dengan risiko kelahiran prematur yang sangat tinggi (Rao et al., 2014).
7) Oligo dan/ polyhydramnion
Volume cairan ketuban yang ekstrim seperti oligo dan polihidramnion
meningkatkan kejadian prematur (Rao et al., 2014)
8) Trauma
Terjatuh, terpukul pada perut atau riwayat SC merupakan trauma fisik pada ibu
yang dapat mempengaruhi kehamilan. Sedangkan trauma psikis yang dapat
mempengaruhi kehamilan ibu adalah stres atau terlalu banyak pikiran sehingga
kehamilan ibu terganggu (Oxorn & Forte, 2010)
c. Faktor janin
1) Kehamilan multiple
Kehamilan multiple menyumbang 15-20% persalinan preterm, sebanyak 60%
janin dengan kehamilan gameli terjadi persalinan preterm. Mekanisme kehamilan
multiple menyebabkam persalinan prematur mungkin terkait dengan distensi
6
5) Pemeriksaan lab
a) Urin kultur. Bakteriuria berhubungan dengan risiko preterm
b) Tes urin untuk narkotika dapat bermanfaat karena ada hubungan antara
penggunaan kokain dengan solusio plasenta.
2.1.6 Komplikasi
a. Komplikasi Ibu
Persalinan prematur telah dikaitkan dengan peningkatan risiko mortalitas dan
morbiditas kardiovaskular, biasanya bertahun-tahun setelah persalinan karena alasan
yang tidak jelas.
b. Komplikasi Bayi
Persalinan prematur dikaitkan dengan perkembangan saraf yang terganggu yang
meliputi gangguan kemampuan kognitif, defisit motorik,cerebral palsy, dan gangguan
penglihatan dan pendengaran. Risiko ini meningkat seiring dengan rendahnya usia
kehamilan. Masalah perilaku seperti kecemasan, depresi, gangguan spektrum autisme,
dan ADHD juga terkait dengan persalinan prematur.
c. Komplikasi Neonatal
Komplikasi ini termasuk enterokolitis nekrotikans, perdarahan intraventrikular,
displasia bronkopulmonalis, retinopati imaturitas, pertumbuhan yang tidak baik, dan
adanya anomali kongenital (Suman & Luther, 2021)
2.1.8 Pencegahan
a. Pemeriksaan kehamilan secara rutin
Melalui pemeriksaan kehamilan, tenaga kesehatan dapat memantau kesehatan ibu
hamil dan janin dalam kandungan, serta mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi
selama kehamilan.
b. Menjalani diet sehat sebelum hamil
Konsumsi makanan sehat yang kaya protein, buah, dan biji-bijian sebelum hamil,
dapat mengurangi risiko kelahiran prematur.
c. Menghindari paparan bahan kimia dan substansi berbahaya, seperti asap rokok,
makanan kaleng, kosmetik, alkohol, dan NAPZA.
d. Konsumsi suplemen kalsium.
Konsumsi suplemen kalsium 1000 mg atau lebih per hari, dapat mengurangi risiko
kelahiran prematur dan preeklamsia.
9
2.1.8 Penatalaksanaan
Tiga tujuan utama dalam penatalaksanaan PPI adalah membantu organ-organ
janin lebih cepat matang, mengurangi risiko komplikasi, serta mencoba unutk
menunda persalinan untuk beberapa waktu (ACOG, 2021).
a. Perawatan UK > 34 minggu
Ibu dengan UK >34 minggu jika datang dengan persalinan prematur, ibu dilakukan
rawat inap. Setelah observasi selama 4-6 jam, jika ibu tidak mengalami pelebaran dan
penipisan serviks yang progresif, kesehatan janin baik, dan tidak ada komplikasi dalam
kehamilan, ibu dapat dipulangkan dengan instruksi untuk ditindaklanjuti follow up
dalam 1-2 minggu dan kembali jika ada tanda dan gejala persalinan prematur atau
masalah lainnya (Suman & Luther, 2021). Jika terjadi pelebaran dan penipisan serviks
yang progresif atau dan kesehatan janin memburuk dilakukan persalinan yang akan
dijelaskan dibawah.
10
Jika persalinan berhasil dihentikan, ibu dapat dipulangkan dari rumah sakit. Ibu
dianjurkan membatasi aktivitas tertentu untuk mencegah persalinan prematur, seperti
"pelvic rest" atau tidak ada tindakan di vagina, hal ini dapat membantu mencegah
kontraksi yang dapat memicu persalinan seperti tidak melakukan aktivitas seksual. Ibu
juga dianjurkan untuk mengurangi atau menghilangkan aktivitas berat, seperti
olahraga dan angkat berat, terkadang diminta berhenti bekerja. Ibu dianjurkan untuk
minum cukup cairan karena dehidrasi dapat menyebabkan kontraksi.
c. Persalinan
Persalinan dilakukan jika langkah awal tidak dapat mencegah persalinan (dilatasi
serviks progresif), terjadi KPD, dan gawat janin (Suman & Luther, 2021). Persalinan
dengan SC secara rutin tidak dianjurkan jika hanya untuk meningkatkan outcome janin
baik presentasi kepala maupun bokong (WHO, 2015). Asuhan persalinan dicoba untuk
senormal mungkin, namun ada beberapa kondisi yang perlu dilakukan induksi
persalinan seperti infeksi intra-amnion, IUGR, oligohidramnion, solusio plasenta,
peningkatan tekanan darah sekunder akibat preeklamsia/eklamsia, karena itu
pemantauan janin secara rutin perlu dilakukan (Suman & Luther, 2021).
Pada persalinan preterm perlu dilakukan kolaborasi dengan tim neonatal care unit
untuk asuhan bayi baru lahir. Pada bayi pretem tidak dianjurkan untuk dilakukan
penundaan pemotongan tali pusat/delayed cord clamping (DCC) karena berhubungan
dengan hematokrit awal tinggi, tekanan darah diastolik yang tinggi, sirkulasi volume
darah yang tinggi, dan tingkat keberhasilan resusitasi yang lebih rendah (Suman &
Luther, 2021). Saat bayi baru lahir dianjurkan untuk segera dibungkus dengan plastik
untuk mencegah hipotermi. Perawatan metode kanguru direkomendasikan untuk
perawatan rutin bayi baru lahir dengan berat 2000g atau kurang saat lahir dan harus
dimulai di fasilitas perawatan kesehatan segera setelah bayi baru lahir stabil secara
klinis. Jika keadaan bayi tidak stabil, bayi dianjurkan ditempatkan di lingkungan
termo-netral baik di bawah infant warmer atau di inkubator (WHO, 2015)
No Register :
2.2.1 Pengkajian
1. Data subjektif
a. Identitas
Identitas meliputi nama, umur, alamat, pendidikan, pekerjaan, agama. Usia
<20th dan >35th termasuk fakor risiko
b. Alasan kunjungan
Alasan kunjungan bervariasi dapat atas rujukan faskes primer atau keluhan ibu
seperti kontraksi yang teratur dan semakin sering, keluar lendir bercampu darah,
pecah ketuban, dll.
c. Keluhan utama
Kram perut ringan dengan atau tanpa diare, perubahan vaginal discharge: berair,
berdarah, atau dengan lendir, discharge bertambah banyak, nyeri panggul atau perut
bagian bawah, sakit punggung yang konstan, rendah, dan tumpul, kontraksi yang
teratur atau sering atau pengencangan rahim, seringkali tidak menimbulkan rasa
sakit, keluar air-air/merembes
d. Riwayat kehamilan saat ini
Ibu dengan kehamilan multiple, bayi dengan kelainan kongenital,
oligohidramnion, polihidramnion, solusio plasenta, plasenta previa, preeklampsia/
eklampsia berisiko mengalami PPI. Ibu yang melakukan prenatal care dan rajin
mengkonsumsi kalsium dapat menurunkan kejadian prematur.
e. Riwayat menstruasi
Riwayat menstruasi perlu dikaji untuk menghitung usia kehamilan dan tafsiran
persalinan. PPI terjadi jika ada tanda-tanda persalinan di UK <37 minggu. Usia
kehamilan juga dipakai sebagai pertimbangan untuk melakukan tindakan.
f. Riwayat obstetrik
Ibu dengan grandemultipara, riwayat prematur sebelumnya, riwayat SC, dan
jarak dengan persalinan sebelumnya <6 bulan dapat meningkatkan risiko PPI
g. Riwayat penyakit
Ibu yang menderita ISK, infeksi vaginosis bakterial, dan IMS seperti klamidia,
gonore, sifilis dapat meningkatkan kejadian PPI. Ibu yang pernah mengalami
kecelakaan atau trauma terkena didaera perut dapat menyebabkan PPI.
13
b. Pemeriksaan fisik
Wajah: penampakan wajah klien dapat baik/lemah
Mata: konjungtiva anemis/tidak, sklera/tidak sebagai pemeriksaan umum,
Leher: ada pembengkakan kelenjar tiroid/tidak sebagai pemeriksaan umum
Payudara: adannya benjolan/tidak, apakah sudah keluar kolostrum sebagai
pemeriksaan umum
Abdomen: pemeriksaan leopold 1-4, TFU untuk memperkirakan TBJ (bayi
preterm pada umumnya beratnya <2500gr), bayi kembar berisiko PPI.
Pemeriksaan DJJ <120x/m atau >160x/m merupakan tanda gawat janin
(indikasi induksi persalinan prematur)
Genitalia: apakah ada keputihan abnormal, apakah vulva vagina oedema,
apakah ada varises, apakah ada nyeri pada kelenjar bartholini. VT jika
dilatasi serviks >3cm merupakan kala aktif bukan termasuk ancaman
persalinan prematur namun sudah memasuki persalinan prematur. Mungkin
dapat dilakukan pemeriksaan spekulum untuk melihat genangan air ketuban.
c. Pemeriksaan penunjang
Uji fern dan pH dari sekresi vagina yang dapat mengindikasikan pecahnya
ketuban. Pada lakmus warna merah akan berubah warna menjadi biru
Pemeriksaan ultrasonografi untuk memperkirakan usia kehamilan atau
untuk memeriksa ukuran janin.
Pemeriksaan USG transvaginal untuk mengukur panjang serviks.
Usap vagina untuk menguji keberadaan fibronektin janin
Urin kultur. Bakteriuria berhubungan dengan risiko preterm
Tes urin untuk narkotika dapat bermanfaat karena ada hubungan antara
penggunaan kokain dengan solusio plasenta
2.2.5 Perencanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
R/ Pasien dan keluarga harus diberikan informasi secara singkat namun jelas, cara
penyampaian juga harus caring, agar asuhan dapat berjalan dengan baik dan
komprehensif.
2. Menjelaskan penyebab keluhan ibu dan bagaimana cara mengatasinya
R/ Ibu harus mengetahui alasan keluhannya karena PPI dimana keadaan ini harus
segera dilakukan penanganan, sehingga ibu memahami keadaan dirinya dan dapat
mengambil keputusan yang tepat
3. Memberitahu ibu bawa ibu dianjurkan untuk dilakukan rawat inap
R/ rawat inap untuk dilakukan pemantauan pada ibu dan janin sehingga jika ada
kebutuhan segera dapat dilakukan penanganan
Pada UK >34 minggu
4. Melakukan obeservasi selama 4-6 jam kesehjateraan janin serta pelebaran dan
penipisan serviks
R/ Diharapkan setelah tirah baring tidak terjadi dilatasi serviks yang progresif sehingga
persalinan dapat ditunda
5. Setelah penundaan persalinan berhasil ibu dapat dipulangkan. Ibu dianjurkan
kontrol ulang 1 minggu kemudian/jika muncul tanda gejala persalinan prematur
R/ Jika ibu tidak mengalami pelebaran dan penipisan serviks yang progresif, kesehatan
janin baik, dan tidak ada komplikasi dalam kehamilan ibu dapat dilakukan rawat jalan.
Tujuan PPI adalah menunda persalinan setua mungkin hingga UK 37 minggu
6. Melakukan KIE pada ibu pencegahan persalinan prematur seperti tidak melakukan
aktivitas seksual, mengurangi aktivitas berat, minum cukup cairan
R/ aktivitas seksual, aktivitas berat, dan dehidrasi dapat membuat kontraksi
16
15. Melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn dalam melakukan induksi persalinan
R/ Dilakukan induksi persalinan jika terjadi infeksi intra-amnion, IUGR,
oligohidramnion, solusio plasenta, peningkatan tekanan darah akibat preeklamsia/
eklamsi
16. Melakukan kolaborasi dengan tim neontal care
R/ tim neonatal care akan melakukan asuhan bayi baru lahir karena bayi prematur
berisiko asfiksia
17. Memberi dukungan emosional kepada ibu
R/ Pasien dengan PPI mungkin dapat mengalami ketakukan karena memikirkan
dirinya dan janinnya
2.2.6 Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan berdasarkan rencana asuhan kebidanan yang
telah ditetapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
2.2.7 Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk menilai apakah tindakan yang di berikan sudah sesuai dengan
perencanaan serta menilai apakah rencana asuhan yang di berikan cukup efektif. Hasil
evaluasi yang diharapkan pada PPI adalah adalah:
1. Pasien memahami dan menerima kondisi dirinya
2. Penundaan persalinan berhasil
3. Persalinan dapat berlangsung dengan aman
4.
5. Ibu terlihat lebih tenang
2.2.8 Pendokumentasian
Asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien membutuhkan pencatatan dan
pelaporan yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menuntut tanggung jawab dan
tanggung gugat dari berbagai permasalahan yang mungkin dialami oleh klien dan
bidan berkaitan dengan pelayanan yang diberikan. Dokumentasi kebidanan juga
dipakai sebagai informasi tentang status kesehatan pasien pada semua kegiatan asuhan
kebidanan yang dilakukan oleh bidan (Handayani & Mulyati, 2017)
DAFTAR PUSTAKA
ACOG. (2021). Preterm Labor and Birth. Retrieved April 4, 2021, from American
College of Obstetricians and Gynecologists. website:
https://www.acog.org/womens-health/faqs/preterm-labor-and-birth
Halimi Asl, A. A., Safari, S., & Parvareshi Hamrah, M. (2017). Epidemiology and
Related Risk Factors of Preterm Labor as an obstetrics emergency. Emergency
(Tehran, Iran), 5(1), e3. Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28286810
Handayani, S. R., & Mulyati, T. S. (2017). Bahan Ajar Dokumentasi Kebidanan (1st
ed.). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Howson, C. P., Kinney, M. V, McDougall, L., & Lawn, J. E. (2013). Born Too Soon:
Preterm birth matters. Reproductive Health, 10(S1), S1.
https://doi.org/10.1186/1742-4755-10-S1-S1
Kirana, P. (2020). G4P3A0 Hamil 30 Minggu Belum Inpartu dengan Partus
Prematurus Imminens dan Ketuban Pecah Dini. Medula, 10, 456–460. Retrieved
from http://journalofmedula.com/index.php/medula/article/view/94
Maita, L. (2012). Faktor Ibu yang Mempengaruhi Persalinan Prematur di RSUD Arifin
Achmad Pekanbar. Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(1), 31–34.
https://doi.org/10.25311/keskom.vol2.iss1.39
NYU. (2020). Medical Treatment for Preterm Labor. Retrieved April 4, 2021, from
NYU Langone Health website: https://nyulangone.org/conditions/preterm-
labor/treatments/medical-treatment-for-preterm-labor
Oxorn, H., & Forte, W. R. (2010). Ilmu Kebidanan : Patologi dan Fisiologi
Persalinan. Jakarta: Yayasan Essentia Medica.
Rao, C. R., de Ruiter, L. E. E., Bhat, P., Kamath, V., Kamath, A., & Bhat, V. (2014).
A Case-Control Study on Risk Factors for Preterm Deliveries in a Secondary Care
Hospital, Southern India. ISRN Obstetrics and Gynecology, 2014, 1–5.
https://doi.org/10.1155/2014/935982
Suman, V., & Luther, E. E. (2021). Preterm Labor. In StatPearls. Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/30725624
WHO. (2015). WHO recommendations on interventions to improve preterm birth
outcomes. Retrieved from www.who.int/reproductivehealth
18
19