Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN ANTARA USIA DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP

KEJADIAN HAEMORRAGHE POSTPARTUM (HPP) PADA IBU NIFAS


DI RUMAH SAKIT ISLAM SITI KHADIJAH PALEMBANG
PERIODE 01 MEI 2022 – 27 JUNI 2022

Dosen Pengampu : ZAKIA HARY NISA, S.Tr.Keb, M.Tr.Keb

Disusun Oleh : Kelompok 12

ANISAH NAYANTI
ATIKAH NUR QOMARINA
DESI AFYATI
ELITA GUSNINA
FELYSIA
HILDA KARDINA
LISNA MUTIARA
MITA RAHMAWATI
RIRIN PARISMAWATI
SHAFIRA RISMA WULANDARI
SRI ASTUTI

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BHAKTI PERTIWI INDONESIA
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Data Word Health Organitation (WHO) menunjukan bahwa 25 % dari kematian

maternal disebabkan oleh perdarahan postpartum setiap tahunnya. Data statistik nasional

Amerika Serikat menyebutkan sekitar 8 % kematian ibu disebabkan oleh perdarahan

postpartum. Di negara industri, perdarahan postpartum biasanya terdapat pada 3

peringkat teratas penyebab kematian maternal, bersaing dengan embole dan hipertensi

(Nugroho, 2019).

Salah satu indikator utama derajat kesehatan suatu negara adalah Angka

Kematian Ibu (AKI). Angka Kematian Ibu (AKI) yang dimaksud adalah kematian

seorang ibu yang disebabkan kehamilan, melahirkan atau nifas, bukan karena

kecelakaan. Jumlah angka kematian ibu di Indonesia masih tergolong tinggi diantara

negara-negara Association of South East Asian Nations (ASEAN) lainnya. Angka

Kematian Ibu (AKI) di Singapura yaitu 6 per 100.000 kelahiran hidup, Malaysia

mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam mencapai160 per 100.000 kelahiran

hidup, Filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei Darussalam 33 per 100.000

kelahiran hidup, sedangkan Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI,

2019).

Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2020

Angka Kematian Ibu sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu ini

meningkat 57 % bila dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2019, yang hanya sebesar

228 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini merupakan tanda buruk upaya pemerintah

untuk menurunkan AKI sesuai target Millenium Development Goals (MDG’s) sebesar

102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2022. Faktor penyebab kematian ibu dibagi

menjadi dua yaitu, faktor penyebab langsung dan faktor penyebab tidak langsung. Faktor

Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah pendarahan 28 % , eklamsi 24 % ,

infeksi 11 % , partus lama 5%, aborsi 5%, dan lain-lain 27 % dan faktor penyebab tidak
langsung penyebab kematian ibu karena masih banyaknya kasus 3 Terlambat dan 4

Terlalu (Kemenkes RI, 2020).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kejadian perdarahan postpartum, antara

lain adalah paritas, jarak peralinan pendek atau kurang dari dua tahun, usia, pendidikan,

persalinan yang dilakukan dengan tindakan, persalinan oleh dukun atau tenaga non

kesehatan, persalinan yang dilakukan paksa. Usia dan pendidikan ibu merupakan faktor

utama pendarahan postpartum. Wanita hamil yang berusia kurang dari 20 tahun dan

diatas 35 tahun mempunyai resiko tinggi untuk mengalami pendarahan postpartum

(Nugroho, 2019).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Sumatera Selatan, pada tahun 2021

jumlah kematian ibu sebesar 131 per 100.000 kelahiran hidup, penyebab terbanyak

adalah pendarahan sebesar 78 orang (62,14 %), eklampsi 18 orang (14,74 %), infeksi 4

orang (4,21 %) dan lain-lain 31 orang (18,91 %). Pada tahun 2011 jumlah kematian ibu

sebesar 131 per 100.000 kelahiran hidup, penyebab terbanyak adalah pendarahan sebesar

80 orang (64,04 %), eklampsi 20 orang (15,04 %), infeksi 6 orang (4,21 %) dan lain-lain

25 orang (16,71 %). Pada tahun 2012 jumlah angka kematian ibu sebesar 148 per

100.000 kelahiran hidup, dimana penyebab terbanyak adalah perdarahan sebesar 82

orang (67,73%), eklampsi 31orang (22,70 %), infeksi 10 orang (4,01%), dan lain-lain

sebanyak 25 orang (11,56%) (Dinkes Sumsel, 2021).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Palembang pada

tahun 2021 jumlah kematian ibu sebesar 109 per 100.000 kelahiran hidup, penyebab

terbanyak adalah pendarahan sebesar 68 orang (62,94 %), eklampsi 13 orang (14,74 %),

infeksi 3 orang (4,21 %)dan lain-lain 25 orang (18,11 %). Pada tahun 2011 tercatat

jumlah kematian ibu sebesar 116 orang, penyebab terbanyak adalah perdarahan sebesar

72 orang (62,06 %), eklampsi 19 orang (16,37 %), infeksi 5 orang (4,31 %) dan lain-lain

20 orang (17,24 %). Sedangkan pada tahun 2012 sebesar 114 orang, dimana penyebab

terbanyak adalah perdarahan sebesar 59 orang (51,75 %), eklampsi 35 orang (30,70 %),

infeksi 8 orang (7,01%), dan lain-lain sebanyak 12 orang (10,52 %) (Dinkes Palembang,

2021)
Menurut hasil data Rumah Sakit Siti Khadijah Palembang pada tahun 2020

didapatkan kasus dengan haemorraghe postpartum sebesar 19 dari 987 ibu nifas, pada

tahun 2021 didapatkan kasus dengan haemorraghe postpartum sebesar 22 dari 1039 ibu

nifas, dan pada tahun 2022 didapatkan kasus dengan haemorraghe postpartum sebanyak

33 dari 1475 ibu nifas (Medical Record RSI Siti Khadijah Palembang, 2022).

Ada beberapa penyebab utama haemorraghe postpartum, antara lain : atonia uteri,

retensio plasenta, trauma/perlukaan jalan lahir, sisa plasenta dan selaput ketuban, inversi

uterus, penyakit darah, hematoma, dan latrogenik. Sedangkan faktor-faktor predisposisi

penyebab kejadian haemorraghe postpartum adalah umur, pendidikan, penolong bukan

Nakes, asuhan antenatal, dan paritas, (Manuaba 2019).

Dalam menanggulangi masalah diatas maka upaya yang dilakukan untuk

mencegah terjadinya haemorraghe postpartum dan segala dampak yang mungkin terjadi

tidak hanya dilakukan pada saat bersalin tetapi sejak ibu hamil dengan melakukan

pemeriksaan Antenatal Care (ANC) secara teratur ditempat pelayanan kesehatan

sehingga dapat mendeteksi secara dini segala komplikasi yang mungkin terjadi. Ibu yang

mempunyai riwayat haemorraghe postpartum atau terdapat faktor-faktor penyebab

haemorraghe postpartum sangat dianjurkan bersalin di rumah sakit yang mempunyai

saran dan prasarana yang lebih lengkap atau memiliki bank darah sehingga kejadian

perdarahan yang mungkin terjadi setelah persalinan yang menyebabkan kematian dapat

diturunkan. Selain pemeriksaan Antenatal Care (ANC) secara teratur, penerapan asuhan

persalinan normal sangat penting dalam mencegah komplikasi persalinan termaksud

perdarahan postpartum yaitu dengan pelaksanaan management aktif kala III dengan baik

dan benar.

Berdasarkan data tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Hubungan antara usia dan pendidikan ibu terhadap kejadian

Haemorraghe Postpartum (HPP) pada ibu nifas di Rumah Sakit Islam Siti

Khadijah Palembang Periode 01 Mei 2022 – 27 Juni 2022”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah hubungan kejadian haemorraghe postpartum (HPP) akibat usia yang kurang

dari 20 th atau diatas 35 th dan rendahnya pendidikan ibu terhadap kejadian haemorraghe

postpartum (HPP) pada ibu nifas di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang periode

01 mei 2022 – 27 juni 2022.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan antara usia dan pendidikan ibu terhadap kejadian

haemorraghe postpartum (HPP) pada ibu nifas di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah

Palembang periode 01 mei 2022 – 27 juni 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi haemorraghe postpartum (HPP) pada ibu nifas

di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang periode 01 mei 2022 – 27 juni

2022.

b. Diketahuinya distribusi frekuensi usia ibu terhadap kejadian haemorraghe

postpartum (HPP) pada ibu nifas di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang

periode 01 mei 2022 – 27 juni 2022.

c. Diketahuinya distribusi frekuensi pendidikan ibu terhadap kejadian

haemorraghe postpartum (HPP) pada ibu nifas di Rumah Sakit Islam Siti

Khadijah Palembang periode 01 mei 2022 – 27 juni 2022.

d. Diketahuinya hubungan antara usia ibu terhadap kejadian haemorraghe

postpartum (HPP) pada ibu nifas di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang

periode 01 mei 2022 – 27 juni 2022.

e. Diketahuinya hubungan antara pendidikan ibu terhadap kejadian haemoraghe

postpartum (HPP) pada ibu nifas di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang

periode 01 mei 2022 – 27 juni 2022.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti

Memberikan informasi tentang hubungan usia dan pendidikan ibu terhadap

kejadian haemorraghe postpartum (HPP) dan menambah ilmu pengetahuan

khususnya tentang metodelogi penelitian dan haemorraghe postpartum (HPP).

2. Bagi RSI Siti Khadijah Palembang

Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan dasar kewaspadaan dalam

pelayanan kebidanan. Diharapkan pula informasi ini dapat mengurangi dan juga

menekan angka kejadian haemorraghe postpartum di RSI Siti Khadijah Palembang.

3. Bagi Ibu Nifas

Memberikan informasi kepada ibu tentang pendarahan postpartum dan

hubungan usia dan pendidikan ibu terhadap kejadian haemorraghe postpartum (HPP).

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian tentang hubungan antara usia dan pendidikan ibu terhadap kejadian

haemorraghe postpartum (HPP) pada ibu nifas di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah

Palembang periode 01 mei 2022 – 27 juni 2022, dimana yang diteliti adalah usia dan

pendidikan ibu sebagai variabel independen dan haemorraghe postpartum (HPP) sebagai

variabel dependen. Subjek penelitian adalah seluruh ibu-ibu nifas di ruang kebidanan

Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang, penelitian dilakukan pada periode 01 mei

2022 - 27 juni 2022 di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang. Jenis penelitian

yang digunakan yaitu dengan data sekunder dengan jenis penelitian kuantitatif dengan

metode survey analitik dengan pendekatan cross sectional dengan teknik random

sampling dengan cara yang digunakan Systematic Random Sampling yaitu semua unit

mempunyai kesempatan yang sama untuk diteliti

Anda mungkin juga menyukai