PENGANTAR
• Meskipun perilaku kompulsif dilakukan untuk mengurangi anxietas yang terkait dengan
pikiran obsesifnya, namun tidak selamanya proses ini berhasil menurunkan kecemasan.
• Anxietas juga meningkat ketika pasien OCD menolak melakukan dorongan perilaku
kompulsifnya.
EPIDEMIOLOGI
• Beberapa peneliti memperkirakan mencapai 10% dari pasien rawat jalan psikiatrik.
• Gambaran ini membuat OCD menjadi diagnosis gangguan jiwa keempat terbanyak setelah
fobia, gangguan terkait penyalahgunaan zat, dan gangguan depresi mayor.
• Rata-rata usia awitan adalah sekitar usia 20 tahun, laki-laki memiliki awitan lebih muda,
sekitar usia 19 tahun, perempuan sekitar usia 22 tahun.
• Orang yang belum menikah lebih banyak mengalami gangguan ini daripada yang telah
menikah.
KOMORBIDITAS
• Prevalensi gangguan depresi mayor pada penderita OCD adalah sekitar 67% dan 25%
dengan fobia sosial.
ETIOLOGI
• Genetik.
FAKTOR PERILAKU
FAKTOR PSIKOSOSIAL
- FAKTOR KEPRIBADIAN
Kebanyakan orang dengan OCD tidak memiliki gejala premorbid kompulsif.
- FAKTOR PSIKODINAMIK
Pasien dapat mempertahankan gejalanya karena “secondary gains”.
DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif, atau
kedua-duanya harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua minggu berturut-turut.
Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas
penderita.
1 . Adanya pikiran, keinginan, atau gambaran yang dialami yang bersifat berulang-ulang dan
menetap,pada waktu tertentu selama gangguan, sebagai sesuatu yang intrusive dan tidak
diinginkan kecemasan dan distress yang nyata.
2. Individu mencoba untuk mengabaikan atau menekan pikiran, keinginan, atau gambaran
seperti itu, atau untuk menetralisirnya dengan beberapa pemikiran lain atau tindakan
kompulsi.
B. Obsesi atau dorongan yang memakan waktu (misalnya, lebih dari 1 jam per hari) atau
secara klinis menyebabkan distress yang signifikan atau penurunan bidang sosial, pekerjaan,
atau fungsi penting.
C. Gejala obsesif-kompulsif tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari zat tertentu (misalnya,
penyalahgunaan obat-obatan) atau kondisi medis lain.
- KONTAMINASI
- SIKAP RAGU-RAGU YANG POTOLOGIK
- PIKIRAN YANG INTRUSIF
- SIMETRI
DIAGNOSIS BANDING
- KONDISI MEDIS
- GANGGUAN TOURETTE
- KONDISI PSIKIATRIK LAINNYA
PERJALANAN PENYAKIT
• > 50% pasien gangguan obsesif kompulsif, gejala awalnya muncul mendadak.
Pencetusnya: terjadi setelah adanya peristiwa yang menimbulkan stres, seperti kematian
keluarga.
• Kira-kira 20-30 % pasien mengalami perbaikan gejala yang bermakna, sementara 40-50%
perbaikan sedang, sedangkan sisanya 20-40% gejalanya menetap atau memburuk.
• 1/3 pasien gangguan obsesif kompulsif + gangguan depresi memiliki risiko bunuh diri.
PROGNOSIS
• Lebih dari separuh pasien dengan OCD memiliki awitan gejala yang mendadak
• 50-70% pasien terjadi setelah peristiwa yang penuh tekanan, seperti kehamilan, masalah
seksual, atau kematian kerabat
FARMAKOTERAP
CLOMIPRAMINE
Menghambat ambilan serotonin dan NE.
TERAPI PERILAKU
• Dalam kondisi tertentu, terapi kelompok juga dapat membantu seorang pasien dalam
terapinya
I
GANGGUAN STRESS AKUT
PENDAHULUAN
ETIOLOGI
• Reaksi terhadap stres yang berkepanjangan dan memiliki sekuele akan berkembang PTSD
• Faktor risiko, tingkat keparahan dan kedekatan paparan dengan trauma yang sebenarnya.
• Meskipun tidak selalu terjadi, respon individu tersebut mungkin berkaitan dengan rasa takut
yang intens, tidak berdaya, atau kengerian yang hebat.
Untuk mendiagnosis gangguan stres akut, masalah yang disebutkan di atas harus
menyebabkan:
• distress atau penurunan klinis yang signifikan dalam bidang sosial, pekerjaan, kemampuan
fungsional lainnya.
• atau mengganggu kemampuan individu untuk mengerjakan beberapa tugas sehari-hari yang
diperlukan.
PENATALAKSANAAN PSIKOTERAPI
• Psikoterapi Psikodinamik
• Terapi kelompok.
GANGGUAN PENYESUAIAN
PENDAHULUAN
• penderitaan yang bersifat subyektif dan gangguan emosional tersebut timbul selama
beradaptasi dengan stressor.
DEFINISI
AD : reaksi maladaptif jangka pendek terhadap stressor psikososial yang diharapkan pulih segera
setelah stressor berhenti atau jika menetap diperoleh suatu tingkat adaptasi baru.
EPIDEMIOLOGI
• 2x lebih sering dibanding ♂, perempuan lajang umumnya memiliki resiko paling besar.
• Gangguan dapat terjadi pada usia berapapun namun paling sering pada remaja.
ETIOLOGI
FAKTOR PSIKODINAMIK
• Dipengaruhi tiga faktor : sifat stressor, makna stressor dan kerentanan pasien yang
sebelumnya telah ada.
• Riset psikoanalitik menekankan peran ibu dan lingkungan asuh terhadap kapasitas seseorang
di masa mendatang untuk berespon terhadap stress beberapa anak memiliki kumpulan
pertahanan yang kurang matur dibandingkan anak lainnya.
Gangguan terkait stress tidak terpenuhi dan bukan merupakan eksaserbasi dari
gangguan mental sebelumnya.
PROGNOSIS
• Setelah 5 tahun didapatkan 71% pasien dewasa sembuh tanpa gejala residual, 21%
berkembang menjadi gangguan depresi mayor atau alkoholisme.
• Pada remaja prognosis kurang baik, karena 43% menderita gangguan skizofrenia, gangguan
skizoafektif, depresi mayor, penyalahgunaan zat, gangguan kepribadian.
GANGGUAN TIC
EPIDEMIOLOGI
Muncul usia 4-6 tahun, memberat usia 10-12 tahun
Satu setengah sampai dua pertiga anak-anak dengan gangguan tik akan mengalami remisi
pada usia remaja hingga dewasa muda.
Prevalensi berkisar 3-8 per 1000 anak usia sekolah.
Laki-laki 2-4 kali lebih banyak dari perempuan.
• Bentuk ini paling sering dijumpai pada anak usia 4 – 5 tahun; biasanya berupa kedipan mata,
muka menyeringai, atau kedutan kepala. Pada sebagian kasus hanya berupa episode
tunggal, namun pada beberapa kasus lain hilang timbul selama beberapa bulan.
• Umumnya memenuhi kriteria untuk suatu gangguan `tic` motorik atau vokal (namun bukan
kedua-duanya) dan berlangsung selama lebih dari setahun.
FARMAKOTERAPI
PROGNOSIS
Prognosis setiap timbul gangguan tik adalah baik. Gangguan tik akan menghilang pada usia
remaja dan dewasa muda, namun bila tidak diobati akan terjadi eksaserbasi dan menetap.
GANGGUAN CEMAS
KECEMASAN NORMAL
KECEMASAN PATOLOGIS
• Peristiwa dipersepsikan sebagai suatu hal yang stresful tergantung pada kejadian itu sendiri,
sumber daya orang yang mengalaminya, pertahanan psikologis, dan mekanisme koping.
• Jika ego tidak berfungsi dengan baik ketidakseimbangan antara peristiwa yang stresful
dan kemampuan untuk mengelolanya gangguan anxietas kronis.
AGORAFOBIA
Kondisi dimana seseorang merasa takut atau cemas terhadap tempat/keadaan dimana ia sulit
melarikan diri darinya.
Meskipun agorafobia sering terjadi bersamaan dengan gangguan panik, agorafobia dalam DSM V
diklasifikasikan secara tersendiri yang bisa ataupun tidak komorbid dengan gangguan panik.
PERJALANAN PENYAKIT
• Kebanyakan kasus agorafobia diduga menyebabkan gangguan panik.
• Jika gangguan panik dapat diobati, agorafobia akan membaik dengan sendirinya.
• Gangguan depresi dan ketergantungan alkohol sering menjadi komplikasi dalam perjalanan
gangguan ini.
FOBIA SPESIFIK
Ketakutan berlebihan terhadap suatu objek tertentu atau situasi tertentu.
Kecemasan memuncak bahkan mendekati titik panik ketika dipaparkan pada objek atau peristiwa
yang ditakuti. Seseorang dengan fobia spesifik biasanya mengantisipasi terjadinya cedera akibat
objek yang ditakutinya.
• Fobia adalah satu dari gangguan jiwa yang paling sering terjadi di Amerika Serikat, kira-kira
5-10% populasi diduga mengalami gangguan ini.
ETIOLOGI
FAKTOR PRILAKU
FAKTOR PSIKOANALITIK (FREUD)
FAKTOR GENETIK
DIAGNOSIS
• Tipe binatang
• Tipe peristiwa alam (misalnya badai)
• Tipe cedera-injeksi-darah (misalnya jarum suntik)
• Tipe situasional (misalnya mobil, lift, pesawat)
• Tipe lainnya (untuk fobia yang tidak termasuk dalam keempat tipe sebelumnya)
GAMBARAN KLINIS
• Cemas yang sangat hebat pada saat terpapar situasi atau objek tertentu, atau saat pasien
mengantisipasi kemungkinan terpapar situasi atau objek yang akan memicu kecemasannya.
• Ketakutan irrasional dan egodistonik terhadap situasi, aktivitas, atau objek spesifik, dan
pasien dapat menceritakan bagaimana mereka biasanya menghindari kontak dengan
pencetus fobik.
• SERING DITEMUKAN GEJALA DEPRESI.
DIAGNOSIS BANDING
• Penggunaan halusinogenik dan simpatomimetik, tumor SSP, dan penyakit serebrovaskuler,
dapat memicu terjadinya fobia.
• Gangguan panik, agorafobia, dan gangguan kepribadian cemas menghindar.
FOBIA SOSIAL
Ketakutan terhadap situasi sosial termasuk situasi di mana diperlukan kontak dengan orang yang
asing atau kondisi dimana ia sedang diamati dengan cermat.
Merasa takut akan mempermalukan diri mereka sendiri dalam situasi sosial.
ETIOLOGI
FAKTOR NEUROKIMIAWI : KETIDAKSEIMBANGAN RESEPTOR ADRENERGIK.
FAKTOR GENETIK : DEFEK PADA KROMOSOM
DIAGNOSIS
• Gejala psikologis, perilaku, atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer
dari ansietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau
pikiran obsesif.
• Anxietas harus mendominasi, atau terbatas pada situasi sosial tertentu.
DIAGNOSIS BANDING
• Fobia sosial harus dibedakan dari rasa takut dan rasa malu yang normal.
• Pasien agorafobia menjadi lebih tenang dengan kehadiran orang lain pada situasi yang
memicu cemas
• Pasien fobia sosial justru makin cemas dengan kehadiran orang lain.
PENATALAKSANAAN
• Farmakoterapi dan psikoterapi secara bersamaan memberikan hasil yang lebih baik.
• Dianjurkan pemberian antagonis -adrenergik (atenolol 50-100 mg, atau propranolol 20-40
mg) 1 jam sebelum paparan stimulus fobik.