Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

MANAJEMEN KEPEMIMPINAN DALAM


PELAYANAN KEBIDANAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
1. Desi Afyati

DOSEN
OKKY MERBEN, S.Tr.Keb, MKM

PROGRAM STUDI SARJANA


KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN BHAKTI PERTIWI
INDONESIA
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas Kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia
–Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah dengan tepat pada mata kuliah : “ Manajemen
Kepemimpinan Dalam Pelayanan Kebidanan’’.

Harapan kami sebagaimana penyusun yaitu agar pembaca dapat memahami tentang
Fertilitas dan Infertilitas. Saya ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada dosen kami yang
bernama Ibu Okky Merben, S.Tr.Keb, MKM. yang telah membimbing kami dalam menyusun
makalah ini menjadi lebih baik.

Kami menyadari sepenuhnya dalam menyusun makalah mata kuliah Manajemen


Kepemimpinan Dalam Pelayanan Kebidanan ini masih terdapat banyak kekurangan, baik dalam
sistematika penulisan maupun penggunaan bahasa. Kami berharap semoga dengan adanya
makalah ini dapat menambah ilmu wawasan kita mengenai Manajemen Dalam Pelayanan
Kebidanan khususnya mengenai Definisi Masalah dan Evaluasi Artenatif Pemecahan Masalah.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

Jakarta, 25 November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................4
1.3 Tujuan..................................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................................5
2.1 Pengertian Adaptasi...........................................................................................................5
2.2 Jenis-Jenis Adaptasi...........................................................................................................5
2.3 Adaptasi Fisiologi Fetus dari Intrauterine Hingga Ekstrauterine...............................7
2.4 Perubahan Fisiologi Bbl Dari Intrauterine Hingga Ekstrauterine.............................13
BAB III............................................................................................................................................21
PENUTUP.......................................................................................................................................21
3.1 KESIMPULAN.................................................................................................................21
3.2 SARAN...............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam siklus kehidupan fetus mereka akan mengalami yang namanya adaptasi dari dunia
dalam rahim (intrauterine) menuju dunia di luar rahim (ekstrauterine). Yang dimana ketika
mereka telah keluar dari rahim (uterus) sang ibu mereka akan mulai untuk menyesuaikan diri
mereka dengan keadaan di luar rahim. Sebagai contoh mereka akan mulai untuk
menyesuaikan suhu tubuh mereka di luar rahim. Dalam makalah ini saya akan menjelaskan
bagaimana proses adaptasi fetus di luar rahim (ekstrauterine).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan adaptasi?

2. Apa saja jenis adaptasi?

3. Bagaimana adaptasi fetus dari intrauterine hingga ke ekstrauterine?

1.3 Tujuan

1. Tujuan umum

 Untuk mengetahui gambaran secara umum mengenai adaptasi fetus dari


intrauterine hingga ke ekstrauterine
2. Tujuan khusus

 Agar pembaca dapat mengetahui pengertian dari adaptasi

 Agar pembaca dapat mengetahui jenis-jenis adaptasi

 Agar pembaca dapat mengetahui bagaimana cara fetus dan BBL dalam
melakukan adaptasi mulai dari intrauterine hingga ekstrauterine
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Adaptasi


Adaptasi adalah bagaimana cara organisme atau makhluk hidup dalam mengatasi tekanan
lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Organisme yang mampu beradaptasi terhadap
lingkungannya mampu untuk:
1. memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan).
2. mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti temperatur, cahaya dan panas.
3. mempertahankan hidup dari musuh alaminya.
4. bereproduksi.
5. merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya.

Organisme yang mampu beradaptasi akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu
beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis.

2.2 Jenis-Jenis Adaptasi

Adaptasi terbagi atas tiga jenis yaitu:

1. Adaptasi Morfologi

Adalah penyesuaian bentuk tubuh makhluk hidup atau alat-alat tubuh makhluk hidup
terhadap lingkungan tempat tinggalnya.

Contoh adaptasi Morfologi pada Manusia

 Kulit manusia akan menghitam jika berada di tempat panas.

 Rambut-rambut halus yang berada di kulit manusia akan berdiri jika suhu udara
rendah atau dalam kondisi dingin.

 Rambut manusia akan beruban jika sudah lansia.


2. Adaptasi Fisiologi

Adalah adaptasi yang meliputi fungsi alat-alat tubuh. Adaptasi ini bisa berupa enzim
yang dihasilkan suatu organism atau makhluk hidup.

Contoh adaptasi Fisiologi pada Manusia:

 Jumlah sel darah merah orang yang hidup di daerah pantai lebih sedikit dibandingkan
orang yang tinggal di daerah pegunungan. Hal ini disebabkan karena tekanan parsial
oksigen di daerah pantai lebih besar dibandingkan daerah pegunungan. Jika tekanan
parsial oksigen rendah, maka dibutuhkan lebih banyak sel darah merah untuk
mengikat oksigen.

 Ukuran jantung para atlet rata-rata lebih besar daripada ukuran jantung orang
kebanyakan.

 Saat kita mengeluarkan keringat ketika kepanasan. Dengan keluarnya keringat, tubuh
akan dingin karena panas tubuh diambil untuk menguapkan keringat di permukaan
tubuh kita

 Pada saat udara dingin, orang cenderung lebih banyak mengeluarkan urine.

 Mata manusia dapat menyesuaikan dengan intensitas cahaya yang diterimanya.


Ketika di tempat gelap, maka pupil kita akan membuka lebar. Sebaliknya di tempat
yang terang, pupil kita akan menyempit. Melebar atau menyempitnya pupil mata
adalah upaya untuk mengatur intensitas cahaya.

3. Adaptasi Tingkah Laku

Adalah adaptasi berupa perubahan tingkah laku. Misalnya: paus yang sesekali keluar ke
permukaan untuk membuang udara, bunglon mengubah warna kulitnya menyerupai tempat
yang dihinggapi.
2.3 Adaptasi Fisiologi Fetus dari Intrauterine Hingga Ekstrauterine
Beberapa saat dan beberapa jam pertama kehidupan di luar rahim (ekstrauterine) adalah
salah satunya masa yang paling dinamis dari seluruh siklus kehidupan. Pada saat lahir,bayi
baru lahir berpindah dan ketergantungan total dengan kemandirian fisiologis. Proses
perubahan ini dikenal sebagai periode transisi.
1. Perubahan Pernapasan
Sistem pernapasan adalah sistem yang paling tertantang ketika melakukan
perubahan dari lingkungan dalam rahim (interuterine) menuju lingkungan luar rahim
(ekstrauterine), bayi baru lahir harus segera mulai bernafas begitu lahir ke dunia. Organ
yang bertanggung jawab untuk oksigenasi janin sebelum bayi lahir adalah plasenta. Janin
mengembangkan otot-otot yang diperlukan untuk bernafas dan menunjukkan gerakan
bernafas sepanjang trimester kedua dan ketiga. Alveoli berkembang sepanjang gestasi,
begitu juga dengan kemampuan janin untuk menghasilkan surfaktan, fosfolipid yang
mengurangi tegangan permukaan pada tempat pertemuan antara udara-alveoli. Ruang
interstitial sangat tipis sehingga memungkinkan kontak maksimum antara kapiler dan
alveoli untuk pertukaran udara.
Janin cukup bulan mengalami penurunan cairan paru pada hari-hari sebelum
persalinan dan selama persalinan. Itu terjadi sebagai respons terhadap peningkatan
hormone stress dan terhadap peningkatan protein plasma yang bersikulasi. Pada saat
lahir hingga 35% cairan paru janin hilang. Terdapat peristiwa-peristiwa biokimia, seperti
hipoksia relative di akhir persalinan dan stimulus fisik terhadap neonates (bayi
yang baru berusia 4 minggu) seperti udara dingin, nyeri, cahaya, yang menyebabkan
perangsangan pusat pernafasan.
Upaya pengambilan nafas pertama dapat sedikit dibantu dengan penekanan toraks
yang terjadi pada menit-menit terakhir kehidupan janin. Tekanan yang tinggi pada
toraks ketika janin melalui vagina tiba-tiba hilang ketika bayi lahir. Cairan yang mengisi
mulut dan trakea keluar sebagian dan udara mulai mengisi saluran trakea.
Beberapa perubahan fisiologi pada transisi fetal neonatal (suatu keadaan yang ada
dalam kehidupan pertama pada bayi. Kehidupan pertama yang dialami oleh bayi tersebut
biasanya pada usia 28 hari). anatara lain adalah :
 Sebelum lahir, paru terisi cairan dan oksigen yang dipasok oleh plasenta. Pembuluh
darah yang memasok dan mengaliri paru, mengalami kontraksi sehingga sebagian
besar darah dari sisi kanan jantung akan melewati paru dan mengalir melalui
duktus arteriosus menuju aorta.
 Sesaat sebelum lahir dan selama persalinan, produksi cairan paru berkurang.
 Selama menuruni jalan lahir, dada bayi tertekan dan sejumlah cairan paru keluar
melalui trakea.
 Sejumlah rangsangan (stimulus) baik yang bersifat termal, kimiawi, maupun taktil
memulai terjadinya pernafasan
 Tarikan nafas pertama biasanya terjadi dalam beberapa detik pascalahir. Tekanan
intratoraks yang tinggi diperlukan untuk mencapai hal ini, sebagian besar cairan
paru terserap ke dalam aliran darah atau limfatik dalam beberapa menit setelah
lahir.
 Pengisian udara ke dalam paru disertai dengan peningkatan tegangan oksigen
arterial, aliran darah arteri pulmonalis meningkat dan resistensi vaskuler pulmonal
kemudian turun.
 Penjepitan tali pusat menghilangkan sirkulasi plasenta yang memiliki resistensi
rendah. Keadaan ini menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer dan
peningkatan tekanan darah sistemik
 Terdapat penutupan fungsional duktus arteriosus akibat penurunan resistensi
vaskuler pulmonal dan peningkatan resistensi vaskuler sistemik.

2. Perubahan Sirkulasi
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat di klem. Tindakan ini
meniadakan suplai oksigen plasenta dan menyebabkan terjadinya serangkaian reaksi
selanjutnya. Reaksi –reaksi ini dilengkapi dengan reaksi-reaksi yang terjadi dalam paru
sebagai respons terhadap tarikan nafas pertama.
Sirkulasi janin memiliki karakteristik berupa sistem bertekanan rendah. Karena paru
adalah organ tertutup yang berisi cairan, paru memerlukan aliran darah yang minimal.
Sebagian besar darah janin yang teroksigenasi melalui paru dan malah mengalir melalui
lubang antara atrium kanan dan kiri yang disebut foramen ovale. Darah yang kaya akan
oksigen ini kemudian secara langsung mengalir ke otak melalui dukus arteriosus.
Karena tali pusat di klem, sistem bertekanan rendah yang ada pada unit janin
plasenta terputus. Sistem sirkulasi bayi baru lahir sekarang merupakan sistem sirkulasi
tertutup, bertekanan tinggi, dan berdiri sendiri. Efek yang segera terjadi setelah tali pusat
di kelm adalah peningkatan ini terjadi pada waktu yang bersamaan dengan tarikan nafas
pertama bayi baru lahir. Oksigen dari nafas pertama tersebut menyebabkan sistem
pembuluh darah paru relaksasi dan terbuka. Paru sekarang menjadi sistem yang
bertekanan rendah.
Kombinasi tekanan yang meningkat dalam sirkulasi sistemik, tetapi menurun dalam
sirkulasi paru menyebabkan perubahan tekanan aliran darah dalam jantung. Tekanan
akibat peningkatan aliran darah disisi kiri jantung menyebabkan foramen ovale menutup.
Duktus arteriosus, yang mengalirkan darah plasenta teroksigenasi ke otak dalam
kehidupan janin, sekarang tidak lagi diperlukan.
Dalam 48 jam duktus itu mengecil dan secra fungsional menutup akibat penurunan
kadar prostaglandin E2 yang sebelumnya disuplai oleh plasenta. Darah teroksigenasi ini
yang sekarang secara rutin mengalir melalui duktus arteriosus, juga menyebabkanduktus
itu mengecil. Akibat perubahan dalam tahanan sistemik dan paru, dan penutupan pintu
duktus arteriosus serta foramen ovale melengkapi perubahan radikal pada anatomi dan
fisiologi jantung. Darah yang tidak kaya oksigen masuk ke jantung neonates, menjadi
teroksigenasi sepenuhnya di dalam paru dan dipompa ke semua jaringan tubuh lainnya.

3. Termoregulasi Dan Adaptasi Fisiologi Sistem Metabolisme

Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat stress karena perubahan
suhu lingkungan. Karena suhu di dalam uterus berfluktuasi sedikit, janin tidak perlu
mengatur suhu. Suhu janin biasanya lebih tinggi 0,60C dari pada suhu ibu. Pada saat
lahir, factor yang berperan dalam kehilangan panas pada bayi baru lahir meliputi area
permukaan tubuh bayi baru lahir yang luas, berbagai tingkat insulsi lemak subkutan,
dan derajat fleksi otot kemampuan bayi baru lahir tidak stabil dalam mengendalikan
suhu secara kuat sampai dua hari setelah lahir.

Pasca lahir, neonates harus menyesuaikan terhadap lingkungan dengan suhu yang
lebih rendah. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap hipotermi karena :
 Memiliki area permukaan tubuh yang relative besar dibandingkan
masanya,sehingga terdapat ketidakseimbangan antara pembentukan panas ( yang
berhubungan dengan massa), dengan kehilangan panas( yang berhubungan dengan
luas permukaan tubuh)
 Memiliki kulit yang tipis dan permeable terhadap panas
 Memiliki lemak subkutan yang sedikit untuk insulasi (penahan panas)
 Memiliki kapasitas yang masih terbatas untuk membentuk panas, karena
bergantung pada thermogenesis tanpa menggigil dengan menggunakan jaringan
adipose(lemak) bentuk khusus yaitu lemak coklat (the brown fat), yang terdistribusi
di area leher, di antara scapula, dan disekitar ginjal dan adrenal.
 Kemampuan untuk menghasilkan panas dan respons simpatis yang sangat buruk,
menggigil hanya terjadi pada suhu kurang dari 160 C pada bayi aterm dan tidak
terjadi pada bayi premature sampai usia 2 minggu.
 Bayi prematur tidak dapat meringkuk untuk mengurangi terpajannya kulit.

Bahaya yang dapat ditimbulkan dari hipotermi adalah peningkatan konsumsi


oksigen dan energi sehingga menyebabkan hipoksia, asidosis metabolic, dan
hipoglikemia,apnea, cedera dingin pada neonates, berkurangnya koagulabilitas darah,
kegagalan untuk menambah berat badan, dan meningkatkan kematian bayi baru lahir.

4. Perubahan Pada Sistem Hematologi


Pada janin tekanan oksigen rendah. Untuk mengkompensasi hal ini, hemoglobin fetal
(Hb F) memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dan Hb F ini memiliki afinitas terhadap
oksigen yang lebih tinggi dibandingkan dengan hemoglobin dewasa (Hb A0. Oleh karena
itu, saat lahir konsentrasi Hb jauh lebih tinggi dibandingkan dengan saat dewasa. Hb juga
dipengaruhi oleh waktu penjepitan tali pusat pada saat lahir dan posisi bayi relative
terhadap plasenta, jika tali pusat langsung dijepit, Hb akan lebih rendah jika dibandingkan
dengan bayi yang mendapatkan transfuse plasenta akibat penjepitan yan terlambat dan
dengan bayi diletakkan lebih rendah dari plasenta.
Untuk saat ini salah satu perawatan rutin pada bayi baru lahir adalah pemberian
vitamin K sebagai profilaksis terhadap penyakit pendarahan pada bayi baru lahir.

5. Perubahan Pada Sistem Gastrointestinal


Sistem gastrointestinal pada bayi baru lahir cukup bulan relative matur. Sebelum
lahir, janin cukup bulan mempraktikkan perilaku mengisap dan menelan. Refleksi muntah
dan batuk yang mantur telah lengkap pada saat lahir. Sfingter jantung ( sambungan
esophagus bawah dan lambung) tidak sempurna, yang membuat regurgitasi isi lambung
dalam jumlah banyak pada bayi baru lahir dan bayi muda. Kapasitas lambung padabayi
cukup terbatas, kurang dari 30cc untuk bayi lahir cukupbulan.
Usus bayi baru lahir relative tidak matur. Sistem otot yang menyusun organ tersebut
lebih tipis dan kurang efisien dibandingkan pada orang dewasa sehingga gelombang
peristaltic tidak dapat diprediksikan. Kolon pada bayi baru lahir kurang efisienmenyimpan
cairan dari pada kolonorang dewasa sehingga bayi baru lahir cenderung mengalami
komplikasi kehilangan cairan. Kondisi ini mebuat penyakit diare kemungkinan besar dan
serius pada bayi.

6. Perubahan Pada Saat Sistem Imun


Sistem imun meonatus tidak matur pada sejumlah tingkat yang signifikan.
Ketidakmaturan fungsional ini membuat neonates rentan terhadap banyak infeksi dan
repons alergi. Sistem imun yang matur memberikan karena baik imunitas alami maupun
yang didapat.
Imunitas alamai neonates terdiri dari struktur tubuh yang mencegah atau
maminimalkan infeksi. Beberapa contoh imunitas alami meliputi :

 Perlindungan barier yang diberiksn oleh kulit dan membrane mukosa.

 Kerja saperti saingan saluran pernafasan,

 Kolonisasi pada kulit dan usus oleh mikroba pelindumg

 Perlindungan kimia yang diberikan oleh lingkungan asam pada lambung. Imunitas
alami juga tersedia pada tingkat sel oleh sel-sel darah yang tersedia pada saat lahir
untuk membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Tiga tipe sel
yang bekerja melalui fagositosis :
a. Neutrofil polimorfonuklear
b. Monosit
c. makrofag

Imunitas yang didapat janin melalui perjalanan transpalsenta dari immunoglobulin


varictas IgG. Imunoglobulin lain seperti IgM dan IgA tidak dapat melewati plasenta.
Neonates tidak akan memiliki kekebalan pasif terhadap penyakit atau mikroba kecuali jika
ibu berespons terhadap infeksi-infeksi tersebut selama hidupnya.secara bertahap bayi
mulai menghasilkan antibody sirkulasi IgG yang adekuat. Respons antibody penuh terjadi
bersamaan dengan pengurangan IGg yang di dapat pada masa prenatal dari ibu.

7. Penebalan Pada Sistem Ginjal


Ginjal BBL menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan perununan kecepatan
filtrasi glomerulus. Kondisi ini mudah menyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air.
Fungsi tubulus tidak matur sehingga menyebabkan kehilangan natrium dalah jumlah
besar dan ketidakseimbangan elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak mampu
mengonsentrasikan urine dengan baik, yang tercermin dalam berat jenis urine dan
osmolalitas yang rendah. Bayi baru lahir mengekresikan sedikit urine pada 48 jam
pertama kehidupan,seringkali hanya 30-60 ml.

8. Ikterus Neonatorum Fisiologi


Ikterus neonatrum terjadi pada sekitar 60% bayi baru lahir yang sehat. Pada sebagian
besarkasus kondisi ini merupakan bagian dari adaptasi terhadap kehidupan ekstrauterine.
Bayi mengalami ikterus akibat :
 Konsetrasi hemoglobin yang tinggi saat lahir dan menurun dengan cepat selama
beberapa hari pertama kehidupan
 Umur eritrosit pada bayi BBL lebih pendek dari pada eritrosit pada orang dewasa,
sehingga banyak eritrosit hemolisis. Akibat hemolisis maka hemoglobin yang
terkandang di dalamnya terurai menjadi bilirubin tak terkonjugasi (indirek)
 Imaturitas enzim- enzim hepar, khususnya UDP-glukoronil transferase pada BBl
meneybabkan gangguan proses konjugasi bilirubin tak terkonjugasi (inderek)
Bilirubin merupakan produk dari metabolism hemoglobin dan protein hewan
lainnya.
2.4 Perubahan Fisiologi Bbl Dari Intrauterine Hingga Ekstrauterine
1. Perubahan Sistem Pernapasan
Selama dalam rahim, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta dan setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi. Pada
saat bayi lahir, dinding alveoli isatukan oleh tegangan permukaan cairan kental yang
melapisinya. Diperlukan lebih dari 25 mmHg tekana negative untuk melawan
pengaruh tegangan permukaan tersebut dan untuk membuka alveoli untuk pertama
kalinya.
Tetapi setelah membuka alveoli, pernapasan selanjutnya dapat di pengaruhi
pergerakan pernapasan yang relative lemah.untungnya pernapasan bayi baru lahir
yang pertamakali sangat kuat, biasa mampu menimbulkan tekanan negative sebesar
50 mmHg dala ruang intrapleura.
Pada bayi baru lahir. Kekuatan otot –otot pernapasan dan kemampuan
diafragma untuk bergerak, secara langsung mempengaruhi kekuatan setiap inspirasi
dan ekspirasi. Bayi yang baru lahir yang sehat mengatur sendiri usaha bernapas
sehingga mencapai keseimbangan yang tepat antar-oksigen , karbondioksida, dan
kapasitas residu fungsional.frekuensi napas pada bayi baru lahir yang normal adalah
40 kali permenit dengan rentang 30-60 kali permenit (pernapasan diagfragma dan
abdomen). Apabila frekuensi secara konsisten lebih dari lebih dari 60 kali permenit
dengan atau tanpa cuping hidung, suara dengkuratau retraksi dinding dada,jelas
merupakan respon abnormal pada 2 jam setelah kelahiran.
Rangsangan gerakan pernapasan pertama terjadi karena beberapa hal berikut:
 Tekanan mekanik dari torak sewaktuk melalui jalan lahir (stimulasi mekanik)
 Penurunan PaO2 dan peningkatan PaO2 merangsang kemoreseptor yang
terletak di sinus karotikus ( stimulasi mekanik)
 Rangsangan dingin di daerah muka dan perubahan suhu di salam uterus
(stimulasi sensorik)
 Reflex deflasi hering breur
Pernapasan normal padda bayi baru lahir terjadi 30 menit sesudah lahir.
Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain karena
adanya surfaktan, juga karena adanya tarikan nafas dan pengeluaran napas
dengan
merintih sehingga udara bisa tertahan di dalam. Cara neonates bernapas dengan cara
bernapas belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan
paru-paru kaku, sehingga terjadi atelektasis. Dalam kondisi seperti ini (anoksia),
neonates masih mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan metabolism
anaerobik.

2. Perkembangan Paru-Paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang
bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan
bronkus proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus
dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya
gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan
mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24bminggu. Hal ini disebabkan
karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidak matangan sistem kapiler paru-paru
dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.

3. Awal Adanya Napas


Faktor- factor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi adalah :

 Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fsisik lingkungan luar rahim
yang merangsang pusat pernafasan di otak

 Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paruselama


persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara
mekanis, interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskular dan susunan saraf
pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta
denyut yang diperlukan untuk kehidupan.

 Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat


dalam darah akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2akan mengurangi
gerakan pernapasan janin tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah
frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.

 Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.


4. Perubahan Pada Sistem Sirkulasi

Penyesuain sirkulasi sangat memungkinkan aliran darah yang adekuat


melalui paru adalah satu factor penting selain mulainya pernapasan ketika lahir. Oleh
karena itu paru tidak berfungsi terutama selama kehidupan fetal. Maka jantung fetus
tidak perlu memompa banyak darah melalui paru , sebaliknya jantung fetus harus
memompa darah dalam jumlah besar melalui plasenta sebagian besar darah yang
masuk ke atrium kanan dan kemudian melalui foramen ovale langsung masuk ke
dalam atrium kiri. Jadi, darah yang di ogsigenasi baik dari plasenta masuk ke sisi kiri
jantung bukan ke sisi kanan jantung dan dipompa oleh ventrikel kiri terutama ke
dalam pembuluh darah kepala dan anggota gerak bawah.

5. Perubahan Sistem Sirkluasi Dan Hematologi


Pada janin, tekanan oksigen rendah. Untuk mengkompensasi hal ini,
hemoglobin fetal (Hb F)memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dan Hb F ini
memiliki afinitas terhadap oksigen yanglebih tinggi dibandingkan dengan
hemoglobin dewasa (Hb A). Oleh karena itu, saat lahirkonsentrasi Hb jauh lebih
tinggi dibandingkan dengansaat dewasa. Hb juga dipengaruhi olehwaktu penjepitan
tali pusat pada saat lahir dan posisi bayi relatif terhadap plasenta. Jika tali pusat
langsung dijepit, Hb akan lebih rendah jika dibandingkan dengan bayi yang
mendapatkan transfuse plasental akibat penjepitan yang terlambat dan dengan bayi
diletakkanlebih rendah daariplasenta.
Untuk saat ini salah satu perawataan rutin pada BBL adalah pemberian
vitamin K sebagai profilaksis terhadap penyakit perdarahan pada BBL. Vitamin K
dapat diberikan dalam dosis besar tunggal melalui injeksi intramuscular yang
memberikanpencegahan yang dapatdipercaya. Vitamin K dapaat membantu sintesis
protrombin di hepar bayi sehingga dapatmengurangi manifestasi perdarahan kulit
yang umumnya terjadi pada BBL.

6. Termoregulasi Dan Adaptasi Pada Sistem Metabolisme

Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat stress karena perubahan
suhulingkungan. Karena suhu di dalam uterus berfluktuasi sedikit, janin tidak perlu
mengatursuhu. Suhu janin biasanya lebih tinggi 0,60C dari pada suhu ibu. Pada
saat lahir, faktor yang berperan dalam kehilangan panas pada bayi baru lahir meliputi
area permukaan tubuh bayi baru lahir yang luas, berbagai tingkat insulsi lemak
subkutan, dan derajat fleksi otot.Kemampuan bayi baru lahir tidak stabil dalam
mengendalikan suhu secara adekuat sampaidua hari setelah lahir.

Pasca lahir, neonatus harus menyesuaikan terhadap lingkungan dengan suhu


yang lebihrendah. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap hipotermi karena:

 Memiliki area permukaan tubuh yang relatif besar dibandingkan massanya,


sehin ggaterdapat ketidakseimbangan antara pembentukan panas (yang
berhubungan dengan massa),dengan kehilangan panas (yang berhubungan
dengan luas permukaan tubuh).

 Memiliki kulit yang tipis dan permeabel terhadap panas.\

 Memiliki lemak subkutan yang sedikit untuk insulasi (penahan panas).

 Memiliki kapasitas yang masih terbatas untuk membentuk panas, karena


bergantung pada thermogenesis tanpa menggigil dengan menggunakan jaringan
adiposa (lemak) bentukkhusus yaitu lemak coklat (the brown fat), yang
terdistribusi diarea leher, di antara scapula,dan di sekitar ginjal dan adrenal.

 Kemampuannya untuk menghasilkan panas dan respons simpatis yang sangat


bur uk,menggigil hanya terjadi pada suhu kurang dari 160C pada bayi aterm dan
tidakterjadi pada bayi prematur sampai usia 2 minggu.

 Bayi prematur tidak dapat meringkuk untuk mengurangi terpajannya kulit.

Bahaya yang dapat ditimbulkan dari hipotermi adalah peningktana


konsumsi oksigen danenergi sehingga menyebabkan hipoksia, asidosis metabolik,
dan hipoglikemia, apnea, cederadingin pada neonatus, berkurangnya koagulabilitas
darah, kegagalan untuk menambah berat badan, dan meningkatkan kematian bayi
baru lahir.
Kehilangan panas pada neonatus dapat melalui beberapa mekanisme, yaitu :
(1) radiasi, (2)konveksi, (3) konduksi, dan (4) evaporasi melalui kulit. Hal ini bisa
dikurangi bilamana bayidikondisikan agar berada dalam lingkungan yang hangat (21-
240C).

 Kehilangan panas melalui konveksi ditentukan oleh perbedaan antara suhu ku


lit danudara, area kulit yang terpajan udara, dan pergerakan udara
sekitar. Konveksi merupakan penyebab penting kehilangan panas pada bayi
baru lahir dan dapat diminimalkan dengan :
a. memakaikan baju bayi,
b. meningkatkan suhu udara,
c. menghindari aliran udara.

 Kehilangan panas melalui konduksi adalah kehilangan panas dengan cara


perpindahan panas dari kulit bayi ke permukaan padat dimana bayi berkontak
langsung.

 Kehilangan panas melalui radiasi bergantung pada perbedaan suhu antara kulit
dan permukaan di sekelilingnya, yaitu dinding isolator (incubator), atau jika di
bawah pengaruh penghangat radian, jendela dan dinding ruangan. Bayi
kehilangan panas melalui gelombangelektromagnetik dari kulit ke permukaan
sekitar.

 Kehilangan panas melalui evaporasi terjadi pada saat lahir, ketika kulit basah
bayi harus dikeringkan dan dibungkus dengan handuk hangat. Panas hilang
ketika air menguap dari kulit atau pernapasan.

Persalinan membutuhkan energi terutama pada bayi untuk usaha bernafas,


aktifitas otot, danlain sebagainya sehingga bayi baru lahir harus mengambil
cadangan makanan untukmempertahankan kadar glukosa darah sehingga tidak
terjadi hipoglikemia. Disebuthipoglikemia jika pada bayi baru lahir kadar glukosa
serum kurang dari 45 mg% selama beberapa hari pertama kehidupan.

Untuk mencegah kondisi hipoglikemia, terjadi respon adaptif dalam


metabolisme yaitu yang pertama terjadi pada bayi baru lahir adalah peningkatan
glikogenolisisyang cepat dari hepardalam 24 jam (BBL memanfaatkan glukosa 2
kali lipat orang dewasa). Selain itu juga berlangsung glukoneogenesis
(pembentukan glukosa dari zat nonkarbohidrat misalnya lemakdan protein) dan
liposis dimulai saat lahir sehingga FFA (free fatty acid atau asam lemak bebas)
dalam plasma meningkat 3 kali lipat yang dapat meningkatkan risiko
terjadinyaasidosis metabolik.

7. Perubahan Pada Sistem Gastrointestinal

Sistem gastrointestinal pada bayi baru lahir cukup bulan relatif matur.
Sebelum lahir, janincukup bulan mempraktikkan perilaku mengisap dan menelan.
Refleks muntah dan batuk yangmatur telah lengkap pada saat lahir. Sfingter jantung
(sambungan esophagus bawah danlambung) tidak sempurna, yang membuat
regurgitasi isi lambung dalam jumlah banyak pada bayi baru lahir dan bayi muda.
Kapasitas lambung pada bayi cukup terbatas, kurang dari 30cc untuk bayi baru lahir
cukup bulan.

8. Perubahan Pada Sistem Imun

Sistem imun neonatus tidak matur pada sejumlah tingkat yang signifikan.
Ketidakmaturanfungsional ini membuat neonatus rentan terhadap banyak infeksi dan
respons alergi. Sistemimun yang matur memberikan baik imunitas alami maupun
yang diadapat.Imunitas alami terdiri dari struktur tubuh yang mencegah atau
meminimalkan infeksi.Beberapa contoh imunitas alami meliputi:

 perlindungan barier yang diberikan oleh kulitdan membran mukosa,

 kerja seperi saringan saluran pernafasan,

 kolonisasi pada kulitdan usus oleh mikroba pelindung dan,

 perlindungan kimia yang diberikan olehlingkungan asam pada lambung.

Imunitas alami juga tersedia pada tingkat sel oleh sel-seldarah yang tersedia
pada saat lahir untuk membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing.
Tiga tipe sel yang bekerja melalui fagositosis :
 neutrofil polimorfonuklear,
 monosit,
 makrofag.
Imunitas yang didapat janin melalui perjalanan transpalsenta dari
immunoglobulin varietasIgG. Imunoglobulin lain seperti IgM dan IgA tidak dapat
melewati plasenta.Neonatus tidakakan memiliki kekebalan pasif terhadap penyakit
atau mikroba kecuali jika ibu beresponsterhadap infeksi-infeksi tersebut selama
hidupnya. Secara bertahap bayi muda mulaimenghasilkan antibodi sirkulasi IgG
yang adekuat. Respons antibodi penuh terjadi bersamaandengan pengurangan IgG
yang di dapat pada masa prenatal dari ibu.

9. Perubahan Pada Sistem Ginjal

Ginjal BBL menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan penurunan


kecepatan filtrasiglomerulus. Kondisi ini mudah menyebabkan retensi cairan dan
intoksikasi air. Fungsitubulus tidak matur sehingga menyebabkan kehilangan
natrium dalam jumlah besar danketidakseimbangan elektrolit lain. Bayi baru lahir
tidak mampu mengosentrasikan urinedengan baik, yang tercermin dalam berat jenis
urine dan osmolalitas yang rendah. Bayi barulahir mengekresikan sedikit urine pada
48 jam pertama kehidupan, seringkali hanya 30-60 ml.

10. Ikterus Neonatorum Fisiologis


Ikterus neonatorum terjadi pada sekitar 60% bayi baru lahir yang sehat. Pada
sebagian besarkasus kondisi ini merupakan bagian dari adaptasi terhadap kehidupan
ekstrauterine. Bayimengalami ikterus akibat :

 Konsentrasi hemoglobin yang tinggi saat lahir dan menurun dengan cepat
selama beberapa hari pertama kehidupan.

 Umur eritrosit pada bayi baru lahir lebih pendek dari pada eritrosit pada
orang dewasa,sehingga banyak eritrosit yang hemolisis. Akibat hemolisis
maka hemoglobin yangterkandung di dalamnya terurai menjadi bilirubin tak
terkonjugasi (indirek).

 Imaturitas enzim-enzim hepar, khususnya UDP-glukoronil transferase pada


BBLmenyebabkan gangguan proses konjugasi bilirubin indirek dan
ekskresinya.
Ikterus perlu mendapatkan perhatian khusus karena kadar bilirubin indirek yang
tinggi dapatmemasuki sawar darah-otak sehingga mengakibatkan kernikterus yang sudah
tentumembahayakan bayi.
Bilirubin merupakan produk dari metabolisme hemoglobin dan protein hem lainnya.
Produk pemecahan awal adalah bilirubin tak terkonjugasi (bilirubin indirek), yang
dibawa di dalamdarah dalam keadaan terikat dengan albumin. Ketika ikatan albumin
tersaturasi, bilirubin takterkonjugasi yang bebas dapat melewati sawar darah otak
karena bersifat larutlemak. Bilirubin tak terkonjugasi yang berikatan dengan albumin
dikonjugasi di hati(bilirubin direk), yang diekskresikan melalui saluran empedu ke
dalam salurancerna. Sebagian bilirubin diabsorpsi kembali dari saluran cerna .

Kernikterus merupakan ensefalopati bilirubin yang disebabkan oleh deposisi


bilirubinindirek di ganglia basalis dan nukleus batang otak. Kondisi ini dapat
mengakibatkaniritabilitas, letargis, sulit makan, demam, dan hipertonisitas otot-otot yang
bersifat akut yangmenyebabkan kekakuan pada leher dan batang tubuh dan kejang,
koma, dan kematian.Konsekuensi jangka panjang mencakup dysplasia dental, kehilangan
pendengara neurosensorik frekuensi tinggi, paralisis pada gerakan bola matake arah atas,
serebral palsyathenoid, dan kesulitan belajar.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
 Dalam siklus kehidupan bayi mereka akan melakukan proses yang dinakan adaptasi
mulai dari adaptasi intrauterine hingga adaptasi ekstrauterin.
 banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan
internal (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan
nutrisi) ke lingkungan eksternal (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala
kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
 Adapun perubahan yang dialami oleh fetus dari intrauterine ke ekstrauterin antara lain
yaitu:
1) Perubahan Pernafasan (Respirasi)
2) Perubahan Sirkulasi
3) Perubahan Sistem Metabolisme
4) Perubahan Sistem Hematologi
5) Perubahan Sistem Gastrointestinal
6) Perubahan Sistem Imun
7) Perubahan Sistem Ginjal
8) Ikterus Neonatorum Fisiologi

3.2 SARAN
Kami mengharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan pembaca
mengenai adaptasi fetus di intrauterine hingga ekstrauterine
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/8408269/perubahan_fisiologis_bayi_baru_lahir_dari_kehidupan_intraut
eri n_ke_ekstrauterin
https://www.academia.edu/5968409/adaptasi_fisiologi_fetus_dari_intrauterineke_ekstrauterine

Anda mungkin juga menyukai