DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
1. Desi Afyati
DOSEN
OKKY MERBEN, S.Tr.Keb, MKM
Puji dan syukur kami panjatkan atas Kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia
–Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah dengan tepat pada mata kuliah : “ Manajemen
Kepemimpinan Dalam Pelayanan Kebidanan’’.
Harapan kami sebagaimana penyusun yaitu agar pembaca dapat memahami tentang
Fertilitas dan Infertilitas. Saya ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada dosen kami yang
bernama Ibu Okky Merben, S.Tr.Keb, MKM. yang telah membimbing kami dalam menyusun
makalah ini menjadi lebih baik.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang....................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................4
1.3 Tujuan..................................................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................................5
2.1 Pengertian Adaptasi...........................................................................................................5
2.2 Jenis-Jenis Adaptasi...........................................................................................................5
2.3 Adaptasi Fisiologi Fetus dari Intrauterine Hingga Ekstrauterine...............................7
2.4 Perubahan Fisiologi Bbl Dari Intrauterine Hingga Ekstrauterine.............................13
BAB III............................................................................................................................................21
PENUTUP.......................................................................................................................................21
3.1 KESIMPULAN.................................................................................................................21
3.2 SARAN...............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam siklus kehidupan fetus mereka akan mengalami yang namanya adaptasi dari dunia
dalam rahim (intrauterine) menuju dunia di luar rahim (ekstrauterine). Yang dimana ketika
mereka telah keluar dari rahim (uterus) sang ibu mereka akan mulai untuk menyesuaikan diri
mereka dengan keadaan di luar rahim. Sebagai contoh mereka akan mulai untuk
menyesuaikan suhu tubuh mereka di luar rahim. Dalam makalah ini saya akan menjelaskan
bagaimana proses adaptasi fetus di luar rahim (ekstrauterine).
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Agar pembaca dapat mengetahui bagaimana cara fetus dan BBL dalam
melakukan adaptasi mulai dari intrauterine hingga ekstrauterine
BAB II
PEMBAHASAN
Organisme yang mampu beradaptasi akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu
beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis.
1. Adaptasi Morfologi
Adalah penyesuaian bentuk tubuh makhluk hidup atau alat-alat tubuh makhluk hidup
terhadap lingkungan tempat tinggalnya.
Rambut-rambut halus yang berada di kulit manusia akan berdiri jika suhu udara
rendah atau dalam kondisi dingin.
Adalah adaptasi yang meliputi fungsi alat-alat tubuh. Adaptasi ini bisa berupa enzim
yang dihasilkan suatu organism atau makhluk hidup.
Jumlah sel darah merah orang yang hidup di daerah pantai lebih sedikit dibandingkan
orang yang tinggal di daerah pegunungan. Hal ini disebabkan karena tekanan parsial
oksigen di daerah pantai lebih besar dibandingkan daerah pegunungan. Jika tekanan
parsial oksigen rendah, maka dibutuhkan lebih banyak sel darah merah untuk
mengikat oksigen.
Ukuran jantung para atlet rata-rata lebih besar daripada ukuran jantung orang
kebanyakan.
Saat kita mengeluarkan keringat ketika kepanasan. Dengan keluarnya keringat, tubuh
akan dingin karena panas tubuh diambil untuk menguapkan keringat di permukaan
tubuh kita
Pada saat udara dingin, orang cenderung lebih banyak mengeluarkan urine.
Adalah adaptasi berupa perubahan tingkah laku. Misalnya: paus yang sesekali keluar ke
permukaan untuk membuang udara, bunglon mengubah warna kulitnya menyerupai tempat
yang dihinggapi.
2.3 Adaptasi Fisiologi Fetus dari Intrauterine Hingga Ekstrauterine
Beberapa saat dan beberapa jam pertama kehidupan di luar rahim (ekstrauterine) adalah
salah satunya masa yang paling dinamis dari seluruh siklus kehidupan. Pada saat lahir,bayi
baru lahir berpindah dan ketergantungan total dengan kemandirian fisiologis. Proses
perubahan ini dikenal sebagai periode transisi.
1. Perubahan Pernapasan
Sistem pernapasan adalah sistem yang paling tertantang ketika melakukan
perubahan dari lingkungan dalam rahim (interuterine) menuju lingkungan luar rahim
(ekstrauterine), bayi baru lahir harus segera mulai bernafas begitu lahir ke dunia. Organ
yang bertanggung jawab untuk oksigenasi janin sebelum bayi lahir adalah plasenta. Janin
mengembangkan otot-otot yang diperlukan untuk bernafas dan menunjukkan gerakan
bernafas sepanjang trimester kedua dan ketiga. Alveoli berkembang sepanjang gestasi,
begitu juga dengan kemampuan janin untuk menghasilkan surfaktan, fosfolipid yang
mengurangi tegangan permukaan pada tempat pertemuan antara udara-alveoli. Ruang
interstitial sangat tipis sehingga memungkinkan kontak maksimum antara kapiler dan
alveoli untuk pertukaran udara.
Janin cukup bulan mengalami penurunan cairan paru pada hari-hari sebelum
persalinan dan selama persalinan. Itu terjadi sebagai respons terhadap peningkatan
hormone stress dan terhadap peningkatan protein plasma yang bersikulasi. Pada saat
lahir hingga 35% cairan paru janin hilang. Terdapat peristiwa-peristiwa biokimia, seperti
hipoksia relative di akhir persalinan dan stimulus fisik terhadap neonates (bayi
yang baru berusia 4 minggu) seperti udara dingin, nyeri, cahaya, yang menyebabkan
perangsangan pusat pernafasan.
Upaya pengambilan nafas pertama dapat sedikit dibantu dengan penekanan toraks
yang terjadi pada menit-menit terakhir kehidupan janin. Tekanan yang tinggi pada
toraks ketika janin melalui vagina tiba-tiba hilang ketika bayi lahir. Cairan yang mengisi
mulut dan trakea keluar sebagian dan udara mulai mengisi saluran trakea.
Beberapa perubahan fisiologi pada transisi fetal neonatal (suatu keadaan yang ada
dalam kehidupan pertama pada bayi. Kehidupan pertama yang dialami oleh bayi tersebut
biasanya pada usia 28 hari). anatara lain adalah :
Sebelum lahir, paru terisi cairan dan oksigen yang dipasok oleh plasenta. Pembuluh
darah yang memasok dan mengaliri paru, mengalami kontraksi sehingga sebagian
besar darah dari sisi kanan jantung akan melewati paru dan mengalir melalui
duktus arteriosus menuju aorta.
Sesaat sebelum lahir dan selama persalinan, produksi cairan paru berkurang.
Selama menuruni jalan lahir, dada bayi tertekan dan sejumlah cairan paru keluar
melalui trakea.
Sejumlah rangsangan (stimulus) baik yang bersifat termal, kimiawi, maupun taktil
memulai terjadinya pernafasan
Tarikan nafas pertama biasanya terjadi dalam beberapa detik pascalahir. Tekanan
intratoraks yang tinggi diperlukan untuk mencapai hal ini, sebagian besar cairan
paru terserap ke dalam aliran darah atau limfatik dalam beberapa menit setelah
lahir.
Pengisian udara ke dalam paru disertai dengan peningkatan tegangan oksigen
arterial, aliran darah arteri pulmonalis meningkat dan resistensi vaskuler pulmonal
kemudian turun.
Penjepitan tali pusat menghilangkan sirkulasi plasenta yang memiliki resistensi
rendah. Keadaan ini menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler perifer dan
peningkatan tekanan darah sistemik
Terdapat penutupan fungsional duktus arteriosus akibat penurunan resistensi
vaskuler pulmonal dan peningkatan resistensi vaskuler sistemik.
2. Perubahan Sirkulasi
Aliran darah dari plasenta berhenti pada saat tali pusat di klem. Tindakan ini
meniadakan suplai oksigen plasenta dan menyebabkan terjadinya serangkaian reaksi
selanjutnya. Reaksi –reaksi ini dilengkapi dengan reaksi-reaksi yang terjadi dalam paru
sebagai respons terhadap tarikan nafas pertama.
Sirkulasi janin memiliki karakteristik berupa sistem bertekanan rendah. Karena paru
adalah organ tertutup yang berisi cairan, paru memerlukan aliran darah yang minimal.
Sebagian besar darah janin yang teroksigenasi melalui paru dan malah mengalir melalui
lubang antara atrium kanan dan kiri yang disebut foramen ovale. Darah yang kaya akan
oksigen ini kemudian secara langsung mengalir ke otak melalui dukus arteriosus.
Karena tali pusat di klem, sistem bertekanan rendah yang ada pada unit janin
plasenta terputus. Sistem sirkulasi bayi baru lahir sekarang merupakan sistem sirkulasi
tertutup, bertekanan tinggi, dan berdiri sendiri. Efek yang segera terjadi setelah tali pusat
di kelm adalah peningkatan ini terjadi pada waktu yang bersamaan dengan tarikan nafas
pertama bayi baru lahir. Oksigen dari nafas pertama tersebut menyebabkan sistem
pembuluh darah paru relaksasi dan terbuka. Paru sekarang menjadi sistem yang
bertekanan rendah.
Kombinasi tekanan yang meningkat dalam sirkulasi sistemik, tetapi menurun dalam
sirkulasi paru menyebabkan perubahan tekanan aliran darah dalam jantung. Tekanan
akibat peningkatan aliran darah disisi kiri jantung menyebabkan foramen ovale menutup.
Duktus arteriosus, yang mengalirkan darah plasenta teroksigenasi ke otak dalam
kehidupan janin, sekarang tidak lagi diperlukan.
Dalam 48 jam duktus itu mengecil dan secra fungsional menutup akibat penurunan
kadar prostaglandin E2 yang sebelumnya disuplai oleh plasenta. Darah teroksigenasi ini
yang sekarang secara rutin mengalir melalui duktus arteriosus, juga menyebabkanduktus
itu mengecil. Akibat perubahan dalam tahanan sistemik dan paru, dan penutupan pintu
duktus arteriosus serta foramen ovale melengkapi perubahan radikal pada anatomi dan
fisiologi jantung. Darah yang tidak kaya oksigen masuk ke jantung neonates, menjadi
teroksigenasi sepenuhnya di dalam paru dan dipompa ke semua jaringan tubuh lainnya.
Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat stress karena perubahan
suhu lingkungan. Karena suhu di dalam uterus berfluktuasi sedikit, janin tidak perlu
mengatur suhu. Suhu janin biasanya lebih tinggi 0,60C dari pada suhu ibu. Pada saat
lahir, factor yang berperan dalam kehilangan panas pada bayi baru lahir meliputi area
permukaan tubuh bayi baru lahir yang luas, berbagai tingkat insulsi lemak subkutan,
dan derajat fleksi otot kemampuan bayi baru lahir tidak stabil dalam mengendalikan
suhu secara kuat sampai dua hari setelah lahir.
Pasca lahir, neonates harus menyesuaikan terhadap lingkungan dengan suhu yang
lebih rendah. Bayi baru lahir sangat rentan terhadap hipotermi karena :
Memiliki area permukaan tubuh yang relative besar dibandingkan
masanya,sehingga terdapat ketidakseimbangan antara pembentukan panas ( yang
berhubungan dengan massa), dengan kehilangan panas( yang berhubungan dengan
luas permukaan tubuh)
Memiliki kulit yang tipis dan permeable terhadap panas
Memiliki lemak subkutan yang sedikit untuk insulasi (penahan panas)
Memiliki kapasitas yang masih terbatas untuk membentuk panas, karena
bergantung pada thermogenesis tanpa menggigil dengan menggunakan jaringan
adipose(lemak) bentuk khusus yaitu lemak coklat (the brown fat), yang terdistribusi
di area leher, di antara scapula, dan disekitar ginjal dan adrenal.
Kemampuan untuk menghasilkan panas dan respons simpatis yang sangat buruk,
menggigil hanya terjadi pada suhu kurang dari 160 C pada bayi aterm dan tidak
terjadi pada bayi premature sampai usia 2 minggu.
Bayi prematur tidak dapat meringkuk untuk mengurangi terpajannya kulit.
Perlindungan kimia yang diberikan oleh lingkungan asam pada lambung. Imunitas
alami juga tersedia pada tingkat sel oleh sel-sel darah yang tersedia pada saat lahir
untuk membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Tiga tipe sel
yang bekerja melalui fagositosis :
a. Neutrofil polimorfonuklear
b. Monosit
c. makrofag
2. Perkembangan Paru-Paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang
bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan
bronkus proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus
dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya
gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan
mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24bminggu. Hal ini disebabkan
karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidak matangan sistem kapiler paru-paru
dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fsisik lingkungan luar rahim
yang merangsang pusat pernafasan di otak
Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat stress karena perubahan
suhulingkungan. Karena suhu di dalam uterus berfluktuasi sedikit, janin tidak perlu
mengatursuhu. Suhu janin biasanya lebih tinggi 0,60C dari pada suhu ibu. Pada
saat lahir, faktor yang berperan dalam kehilangan panas pada bayi baru lahir meliputi
area permukaan tubuh bayi baru lahir yang luas, berbagai tingkat insulsi lemak
subkutan, dan derajat fleksi otot.Kemampuan bayi baru lahir tidak stabil dalam
mengendalikan suhu secara adekuat sampaidua hari setelah lahir.
Kehilangan panas melalui radiasi bergantung pada perbedaan suhu antara kulit
dan permukaan di sekelilingnya, yaitu dinding isolator (incubator), atau jika di
bawah pengaruh penghangat radian, jendela dan dinding ruangan. Bayi
kehilangan panas melalui gelombangelektromagnetik dari kulit ke permukaan
sekitar.
Kehilangan panas melalui evaporasi terjadi pada saat lahir, ketika kulit basah
bayi harus dikeringkan dan dibungkus dengan handuk hangat. Panas hilang
ketika air menguap dari kulit atau pernapasan.
Sistem gastrointestinal pada bayi baru lahir cukup bulan relatif matur.
Sebelum lahir, janincukup bulan mempraktikkan perilaku mengisap dan menelan.
Refleks muntah dan batuk yangmatur telah lengkap pada saat lahir. Sfingter jantung
(sambungan esophagus bawah danlambung) tidak sempurna, yang membuat
regurgitasi isi lambung dalam jumlah banyak pada bayi baru lahir dan bayi muda.
Kapasitas lambung pada bayi cukup terbatas, kurang dari 30cc untuk bayi baru lahir
cukup bulan.
Sistem imun neonatus tidak matur pada sejumlah tingkat yang signifikan.
Ketidakmaturanfungsional ini membuat neonatus rentan terhadap banyak infeksi dan
respons alergi. Sistemimun yang matur memberikan baik imunitas alami maupun
yang diadapat.Imunitas alami terdiri dari struktur tubuh yang mencegah atau
meminimalkan infeksi.Beberapa contoh imunitas alami meliputi:
Imunitas alami juga tersedia pada tingkat sel oleh sel-seldarah yang tersedia
pada saat lahir untuk membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing.
Tiga tipe sel yang bekerja melalui fagositosis :
neutrofil polimorfonuklear,
monosit,
makrofag.
Imunitas yang didapat janin melalui perjalanan transpalsenta dari
immunoglobulin varietasIgG. Imunoglobulin lain seperti IgM dan IgA tidak dapat
melewati plasenta.Neonatus tidakakan memiliki kekebalan pasif terhadap penyakit
atau mikroba kecuali jika ibu beresponsterhadap infeksi-infeksi tersebut selama
hidupnya. Secara bertahap bayi muda mulaimenghasilkan antibodi sirkulasi IgG
yang adekuat. Respons antibodi penuh terjadi bersamaandengan pengurangan IgG
yang di dapat pada masa prenatal dari ibu.
Konsentrasi hemoglobin yang tinggi saat lahir dan menurun dengan cepat
selama beberapa hari pertama kehidupan.
Umur eritrosit pada bayi baru lahir lebih pendek dari pada eritrosit pada
orang dewasa,sehingga banyak eritrosit yang hemolisis. Akibat hemolisis
maka hemoglobin yangterkandung di dalamnya terurai menjadi bilirubin tak
terkonjugasi (indirek).
3.1 KESIMPULAN
Dalam siklus kehidupan bayi mereka akan melakukan proses yang dinakan adaptasi
mulai dari adaptasi intrauterine hingga adaptasi ekstrauterin.
banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan
internal (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan
nutrisi) ke lingkungan eksternal (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala
kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Adapun perubahan yang dialami oleh fetus dari intrauterine ke ekstrauterin antara lain
yaitu:
1) Perubahan Pernafasan (Respirasi)
2) Perubahan Sirkulasi
3) Perubahan Sistem Metabolisme
4) Perubahan Sistem Hematologi
5) Perubahan Sistem Gastrointestinal
6) Perubahan Sistem Imun
7) Perubahan Sistem Ginjal
8) Ikterus Neonatorum Fisiologi
3.2 SARAN
Kami mengharapkan dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan pembaca
mengenai adaptasi fetus di intrauterine hingga ekstrauterine
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/8408269/perubahan_fisiologis_bayi_baru_lahir_dari_kehidupan_intraut
eri n_ke_ekstrauterin
https://www.academia.edu/5968409/adaptasi_fisiologi_fetus_dari_intrauterineke_ekstrauterine