(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak)
Dosen Pengampu :
Oleh
191FK01022
TINGKAT 3B
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1.3.1 untuk mengetahui pengertian neonatus
1.3.2 untuk mengetahui cara mempertahankan status pernafasan pada bayi
baru lahir
1.3.3 untuk mengetahui cara mempertahankan termoregulasi pada bayi
1.3.4 untuk mengetahui cara pencegahan infeksi pada bayi
1.3.5 untuk mengetahui cara pencegahan infeksi pada bayi
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Neonatus
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami
proses kelahiran, berusia 0-28 hari. Bayi tersebut memerlukan
penyelesuaian fisiologis berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan
diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin) dan
toleransi bagi bayi baru lahir untuk dapat hidup dengan baik. (Marmi
dan Rahardjo, 2015)
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu
(28 hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi baru lahir umur
0-4 minggu sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7
hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari. Terjadi
penyesuaian sirkulasi dengan keadaan lingkungan, mulai bernafas
dan fungsi alat tubuh lainnya. Berat badan dapat turun sampai 10%
pada minggu pertama kehidupan yang dicapai lagi pada hari ke-14.
(Muslihatun, 2014)
Menurut Depkes RI (2005), bayi baru lahir normal adalah bayi
yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu
dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram. Sedangkan menurut
Kosim (2007) dalam Marmi dan Rahardjo (2015), bayi baru lahir
normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan,
lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat
bawaan) yang berat.
3
sebut juga homeostatis. Bila terdapat gangguan adaptasi, maka bayi
akan sakit.
4
Pada bayi baru lahir, kekuatan otot-otot pernapasan
dan kemampuan diafragma untuk bergerak, secara
langsung mempengaruhi kekuatan setiap inspirasi dan
ekpirasi. Bayi yang baru lahir yang sehat mengatur sendiri
usaha bernapas sehingga mencapai keseimbangan yang
tepat antar-oksigen, karbon dioksida, dan kapasitas residu
fungsional. Frekuensi napas pada bayi baru lahir yang
normal adalah 40 kali permenit dengan rentang 30 – 60 kali
permenit (pernapasan diafragma dan abdomen) apabila
frekuensi secara konsisten lebih dari 60 kali permenit,
dengan atau tanpa cuping hidung, suara dengkur atau
retraksi dinding dada, jelas merupakan respon abnormal
pada 2 jam setelah kelahiran.
1) Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul
dari pharynx yang bercabang dan kemudian
bercabang kembali membentuk struktur
percabangan bronkus proses ini terus berlanjut
sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah
bronkus dan alveolus akan sepenuhnya
berkembang, walaupun janin memperlihatkan
adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan
III. Paru-paru yang tidak matang akan
mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum
usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan
tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
2) Awal adanya napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan
nafas pertama bayi adalah (Varney, :
6
a) Hipoksia pada akhir persalinan dan
rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
b) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi
karena kompresi paru-paru selama persalinan,
yang merangsang masuknya udara ke dalam
paru-paru secara mekanis. Interaksi antara
sistem pernapasan, kardiovaskuler dan
susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan
yang teratur dan berkesinambungan serta
denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
c) Penimbunan karbondioksida (CO2)
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat
dalam darah dan akan merangsang pernafasan.
Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan
pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan
CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat
gerakan pernapasan janin.
d) Perubahan suhu. Keadaan dingin akan
merangsang pernapasan.
3) Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernapasan pertama seorang bayi
berfungsi untuk :
a) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
b) Mengembangkan jaringan alveolus dalam
paru-paru untuk pertama kali
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat
survaktan (lemak lesitin /sfingomielin) yang
cukup dan aliran darah ke paru-paru. Produksi
surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan,
dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru
7
matang (sekitar 30 – 34 minggu kehamilan).
Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi
tekanan permukaan paru dan membantu untuk
menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak
kolaps pada akhir pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli
kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan
kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih
banyak oksigen dan glukosa. Berbagai
peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi
yang sebelumnya sudah terganggu.
4) Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-
parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir
selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini
diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang
dilahirkan secara sectio cesaria kehilangan
keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat
menderita paru-paru basah dalam jangka waktu
lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas
yang pertama udara memenuhi ruangan trakea
dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru
dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh
pembuluh limfe dan darah.
5) Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan
fungsi kardivaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor
yang sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat
hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan
8
mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi,
berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka
guna menerima oksigen yang berada dalam
alveoli, sehingga menyebabkan penurunan
oksigen jaringan, yang akan memperburuk
hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan
memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan
akan membantu menghilangkan cairan paru-paru
dan merangsang perubahan sirkulasi janin
menjadi sirkulasi luar rahim.
2.2.2 Perubahan Sistem Termoregulasi / Pengaturan Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu
tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya
perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi
meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi
tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang
bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini
menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga
mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan yang dingin,
pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan
usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu
tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak
coklat terdapat di seluruh tubuh, dan mampu meningkatkan
panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat,
seorang bayi harus menggunakan glukosa guna
mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi
panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi
baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam
waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama
9
usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak coklat
bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai
mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh karena
itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas
utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan
kehilangan panas pada bayi baru lahir.
Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya
panas tubuh dari bayi baru lahir kelingkunganya :
1) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke tubuh benda di
sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi
(pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui
kontak langsung). Contoh hilangnya panas tubuh bayi
secara konduksi, ialah menimbang bayi tanpa alas
timbangan, tangan penolong yang dingin memegang bayi
baru lahir, menggunakan stetoskop dingin untuk
pemeriksaan bayi baru lahir.
2) Konveksi
Panas hilang dari bayi ke udara sekitanya yang
sedang bergerak (jumlah panas yang hilang tergantung
pada kecepatan dan suhu udara). Contoh hilangnya panas
tubuh bayi secara konveksi, ialah membiarkan atau
menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan
bayi baru lahir di ruangan yang terpasang kipas angin.
3) Radiasi
Panas di pancarkan dari bayi baru lahir, keluar
tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin (pemindahan
panas antar dua objek yang mempunyai suhu berbeda).
Contoh bayi mengalami kehilangan panas tubuh secara
radiasi, ialah bayi baru lahir di biarkan dalam ruangan
dengan Air onditioner (AC) tanpa diberikan pemanas
10
(Radiant Warmer), bayi baru lahir dibiarkan keadaan
telanjang, bayi baru lahir ditidurkan berdekatan dengan
ruangan yang dingin, misalnya dekat tembok.
4) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung
kepada kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan
panas dengan cara merubah cairan menjadi uap).
Evaporasi dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai
tingkat kelembapan udara, aliran udara yang melewati
apabila bayi baru lahir dibiarkan suhu kamar 250C, maka
bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi dan
evaporasi 200 perkilogram berat badan (Per kg BB),
sedangkan yang dibentuk hanya satu persepuluhnya.
Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru
lahir, antara lain mengeringkan bayi secara seksama,
menyelimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering
dan hangat, menutup bagian kepala bayi, menganjurkan ibu
untuk memeluk dan menyusukan bayinya.
13
Pada daerah risiko tinggi infeksi tuberkulosis, imunisasi BCG harus
diberikan pada bayi segera setelah lahir. Pemberian dosis pertama
tetesan polio dianjurkan pada bayi segera setelah lahir atau pada umur
2 minggu. Maksud pemberian imunisasi polio secara dini adalah
untuk meningkatkan perlindungan awal. Imunisasi Hepatitis B sudah
merupakan program nasional, meskipun pelaksanaannya dilakukan
secara bertahap. Pada daerah risiko tinggi, pemberian imunisasi
Hepatitis B dianjurkan pada bayi segera setelah lahir.
Neonatus atau BBL memiliki kebutuhan yang harus terpenuhi, kebutuhan dasar
neonatus dijelaskan sebagai berikut.
a) Kebutuhan Nutrisi
Rencana asuhan untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum bayi adalah
dengan membantu bayi mulai menyusu melalui pemberian ASI eksklusif.
Prinsip menyusui secara dini dan eksklusif adalah sebagai berikut.
1) Bayi harus disusui sesegera mungkin setelah lahir (terutama dalam 1
jam pertama) dan melanjutkan selama 6 bulan pertama kehidupan
2) Kolostrum harus diberikan, tidak boleh dibuang
3) Bayi harus disusui kapan saja ia mau, siang atau malam (on demand)
yang akan merangsang payudara memproduksi ASI secara adekuat.
Untuk mendapatkan ASI dalam jumlah cukup, seseorang ibu perlu menjaga
kesehatannya sebaik mungkin. Ibu perlu minum dengan jumlah cukup, makan
makanan bergizi, dan istirahat yang cukup, sehingga bidan harus mengingatkan hal
ini pada ibu. Jumlah rata-rata makanan seorang bayi cukup bulan selama dua
minggu pertama sebanyak 30-60 ml setiap 2-3 jam. Selama 2 minggu pertama, bayi
baru lahir hendaknya dibangunkan untuk menyusui paling tidak setiap 4 jam.
Sesudah itu, jika bayi sudah bertambah berat badannya, bayi boleh tidur dalam
periode yang lama (terutama malam hari) (Rochmah, 2012).
14
Pada minggu pertama berat badan bayi akan mengalami penurunan sekitar
10% dari berat badan pada saat dilahirkannya. Keadaan ini merupakan fisiologis
dan sering tidak menunjukkan gejala-gejala. Selanjutnya, setelah akhir minggu
pertama ini berat badan bayi bertambah kembali pada keadaan berat semula (saat
dilahirkan). Penurunan berat badan di awal kehidupan dapat terjadi karena bayi
mengalami kehilangan cairan, penguapan dari kulit, BAK, serta mengeluarkan
mekonium. Berat badan dapat ditingkatkan kembali dengan cara pemberian ASI
minimal 8 kali sehari sehingga kebutuhan nutrisi bayi dapat terpenuhi dengan baik.
Memotivasi ibu untuk menyusui bayinya 2 jam sekali dan hanya ASI tanpa
tambahan makanan apapun. Apabila bayinya tidur, ibu dapat membangunkannya.
Hal ini dilakukan agar kecukupan kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi dengan baik.
(Maryunani, 2010).
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
16
3.2 SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
http://perpustakaan.poltekkes-
malang.ac.id/assets/file/kti/1502100052/6._BAB_2_.pdf . Diakses pada tanggal
12 Oktober 2021 Pukul 18.00
18