Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KONSEP NEONATUS ESSENSIAL

(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak)

Dosen Pengampu :

Denni Fransiska Marpaung, S.Kp., M.Kep

Oleh

BUNGA ANNASTYA FITRIANINGRUM

191FK01022

TINGKAT 3B

FAKULTAS KEPERAWATAN DIPLOMA III KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis memperoleh kesehatan
dan kekuatan untuk dapat menyelesaikan “Tugas Makalah KONSEP NEONATAL
ESENSIAL”

Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi


penyampaian yang menjadikan Tugas Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dari semua pihak
untuk kesempurnaan makalah ini.

Bandung, Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................2

1.3 Tujuan ................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3

2.1 Konsep Nenotal Asensial ..................................................................................3

2.2 Adaptasi Neonatal ..............................................................................................3

2.2.1 Mempertahankan Status Pernafasan Pada Bayi Baru Lahir.....................4

2.2.2 Mempertahankan Termoregulasi Pada Bayi ............................................9

2.3 Pencegahan Infeksi Pada Bayi .........................................................................11

2.4 Kebutuhan Nutrisi Pada Bayi ...........................................................................14

BAB III PENUTUP ..............................................................................................16

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................16

3.2 Saran ..............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Neonatus disebut juga bayi baru lahir yakni merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat
melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin. Selain itu, fisiologi neonatus merupakan ilmu yang mempelajari
fungsi dari proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan
intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013 : 1).
Pada bayi baru lahir, kekuatan otot-otot pernapasan dan kemampuan
diafragma untuk bergerak, secara langsung mempengaruhi kekuatan setiap
inspirasi dan ekpirasi. Bayi yang baru lahir yang sehat mengatur sendiri usaha
bernapas sehingga mencapai keseimbangan yang tepat antar-oksigen, karbon
dioksida, dan kapasitas residu fungsional. Frekuensi napas pada bayi baru lahir
yang normal adalah 40 kali permenit dengan rentang 30 – 60 kali permenit
(pernapasan diafragma dan abdomen) apabila frekuensi secara konsisten lebih
dari 60 kali permenit, dengan atau tanpa cuping hidung, suara dengkur atau
retraksi dinding dada, jelas merupakan respon abnormal pada 2 jam setelah
kelahiran.
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat
bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian
masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu dingin
ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan
darah bayi. Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme
menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini
merupakan hasil penggunaan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh, dan
mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa yang di maksud dengan neonatus?
1.2.2 Bagaimana mempertahankan status pernafasan pada bayi baru lahir?
1.2.3 Bagaimana mempertahankan termoregulasi pada bayi?
1.2.4 Bagaimana pencegahan infeksi pada bayi?
1.2.5 Bagaimana mempertahankan nutrisi pada bayi?

1.3 TUJUAN
1.3.1 untuk mengetahui pengertian neonatus
1.3.2 untuk mengetahui cara mempertahankan status pernafasan pada bayi
baru lahir
1.3.3 untuk mengetahui cara mempertahankan termoregulasi pada bayi
1.3.4 untuk mengetahui cara pencegahan infeksi pada bayi
1.3.5 untuk mengetahui cara pencegahan infeksi pada bayi

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Neonatus
Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru mengalami
proses kelahiran, berusia 0-28 hari. Bayi tersebut memerlukan
penyelesuaian fisiologis berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan
diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin) dan
toleransi bagi bayi baru lahir untuk dapat hidup dengan baik. (Marmi
dan Rahardjo, 2015)
Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu
(28 hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi baru lahir umur
0-4 minggu sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7
hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari. Terjadi
penyesuaian sirkulasi dengan keadaan lingkungan, mulai bernafas
dan fungsi alat tubuh lainnya. Berat badan dapat turun sampai 10%
pada minggu pertama kehidupan yang dicapai lagi pada hari ke-14.
(Muslihatun, 2014)
Menurut Depkes RI (2005), bayi baru lahir normal adalah bayi
yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu
dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram. Sedangkan menurut
Kosim (2007) dalam Marmi dan Rahardjo (2015), bayi baru lahir
normal adalah berat lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan,
lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat
bawaan) yang berat.

2.2 Adaptasi Neonatus

Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian


fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus. Kemampuan
adaptasi fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke
kehidupan di luar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini di

3
sebut juga homeostatis. Bila terdapat gangguan adaptasi, maka bayi
akan sakit.

2.2.1 Perubahan Sistem Respirasi / Pernapasan

Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari


pertukaran gas melalui plasenta dan setelah bayi lahir,
pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi. Organ yang
bertanggung jawab untuk oksigensi janin sebelum bayi
lahir adalah plasenta. Selama masa kehamilan bayi
mengalami banyak perkembangan yang menyediakan
infrastruktur untuk mulainya proses pernapasan. Pada masa
kehamilan di trimester II atau III janin sudah
mengembangkan otot-otot yang diperlukan untuk bernapas,
alveoli juga berkembang dan sudah mampu menghasilkan
surfaktan, fosfolipid yang mengurangi tegangan permukaan
pada tempat pertemuan antara udara – alveoli. Ruang
interstitial antara alveoli sangat tipis sehinga
memungkinkan kontak maksimum antara kapiler dan
alveoli untuk pertukaran udara.

Pada saat bayi lahir, dinding alveoli disatukan oleh


tegangan permukaan cairan kental yang melapisinya.
Diperlukan lebih dari 25 mmHg tekanan negatif untuk
melawan pengaruh tegangan permukaan tersebut dan untuk
membuka alveoli untuk pertama kalinya. Tetapi sekali
membuka alveoli, pernapasan selanjutnya dapat di
pengaruhi pergerakan pernapasan yang relatif lemah.
Untungnya pernapasan bayi baru lahir yang pertamakali
sangat kuat, biasanya mampu menimbulkan tekanan negatif
sebesar 50 mmHg dalam ruang intrapleura.

4
Pada bayi baru lahir, kekuatan otot-otot pernapasan
dan kemampuan diafragma untuk bergerak, secara
langsung mempengaruhi kekuatan setiap inspirasi dan
ekpirasi. Bayi yang baru lahir yang sehat mengatur sendiri
usaha bernapas sehingga mencapai keseimbangan yang
tepat antar-oksigen, karbon dioksida, dan kapasitas residu
fungsional. Frekuensi napas pada bayi baru lahir yang
normal adalah 40 kali permenit dengan rentang 30 – 60 kali
permenit (pernapasan diafragma dan abdomen) apabila
frekuensi secara konsisten lebih dari 60 kali permenit,
dengan atau tanpa cuping hidung, suara dengkur atau
retraksi dinding dada, jelas merupakan respon abnormal
pada 2 jam setelah kelahiran.

Rangsangan gerakan pernapasan pertama terjadi


karena beberapa hal berikut :

1) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui


jalan lahir (stimulasi mekanik)
2) Penurunan PaO2 (konsentrasi oksigen dalam
darah arteri) dan peningkatan PaO2 merangsang
kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus
(stimulasi mekanik).
3) Rangsangan dingin di daerah muka dan
perubahan suhu di dalam uterus (stimulasi
sensorik).
4) Reflekss deflasi Hering Breur : Memendekkan
pernapasan (Hering-Breuer reflekss). HB
reflekss inflasi : ekspirasi meningkat ; HB
reflekss deflasi : ekspirasi menurun.

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam


waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama
5
kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain karena
adanya surfaktan, juga karena adanya tarikan nafas dan
pengeluaran napas dengan merintih sehingga udara bisa
tertahan di dalam. Cara neonatus bernapas dengan cara
bernapas difragmatik dan abdominal, sedangkan untuk
frekuensi dan dalamnya bernapas belum teratur. Apabila
surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-
paru kaku, sehingga terjadi atelektasis. Dalam kondisi
seperti ini (anoksia), neonatus masih mempertahankan
hidupnya karena adanya kelanjutan metabolisme anaerobik.

Proses perubahan sistem respirasi

1) Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul
dari pharynx yang bercabang dan kemudian
bercabang kembali membentuk struktur
percabangan bronkus proses ini terus berlanjut
sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah
bronkus dan alveolus akan sepenuhnya
berkembang, walaupun janin memperlihatkan
adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan
III. Paru-paru yang tidak matang akan
mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum
usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan
tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
2) Awal adanya napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan
nafas pertama bayi adalah (Varney, :

6
a) Hipoksia pada akhir persalinan dan
rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
b) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi
karena kompresi paru-paru selama persalinan,
yang merangsang masuknya udara ke dalam
paru-paru secara mekanis. Interaksi antara
sistem pernapasan, kardiovaskuler dan
susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan
yang teratur dan berkesinambungan serta
denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
c) Penimbunan karbondioksida (CO2)
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat
dalam darah dan akan merangsang pernafasan.
Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan
pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan
CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat
gerakan pernapasan janin.
d) Perubahan suhu. Keadaan dingin akan
merangsang pernapasan.
3) Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernapasan pertama seorang bayi
berfungsi untuk :
a) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
b) Mengembangkan jaringan alveolus dalam
paru-paru untuk pertama kali
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat
survaktan (lemak lesitin /sfingomielin) yang
cukup dan aliran darah ke paru-paru. Produksi
surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan,
dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru
7
matang (sekitar 30 – 34 minggu kehamilan).
Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi
tekanan permukaan paru dan membantu untuk
menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak
kolaps pada akhir pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli
kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang
menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan
kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih
banyak oksigen dan glukosa. Berbagai
peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi
yang sebelumnya sudah terganggu.
4) Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-
parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir
selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini
diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang
dilahirkan secara sectio cesaria kehilangan
keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat
menderita paru-paru basah dalam jangka waktu
lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas
yang pertama udara memenuhi ruangan trakea
dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru
dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh
pembuluh limfe dan darah.
5) Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan
fungsi kardivaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor
yang sangat penting dalam mempertahankan
kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat
hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan
8
mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi,
berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka
guna menerima oksigen yang berada dalam
alveoli, sehingga menyebabkan penurunan
oksigen jaringan, yang akan memperburuk
hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan
memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan
akan membantu menghilangkan cairan paru-paru
dan merangsang perubahan sirkulasi janin
menjadi sirkulasi luar rahim.
2.2.2 Perubahan Sistem Termoregulasi / Pengaturan Suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu
tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya
perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi
meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi
tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang
bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini
menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga
mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan yang dingin,
pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan
usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu
tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak
coklat terdapat di seluruh tubuh, dan mampu meningkatkan
panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat,
seorang bayi harus menggunakan glukosa guna
mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi
panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi
baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam
waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama
9
usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak coklat
bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai
mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh karena
itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas
utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan
kehilangan panas pada bayi baru lahir.
Terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya
panas tubuh dari bayi baru lahir kelingkunganya :
1) Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke tubuh benda di
sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi
(pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain melalui
kontak langsung). Contoh hilangnya panas tubuh bayi
secara konduksi, ialah menimbang bayi tanpa alas
timbangan, tangan penolong yang dingin memegang bayi
baru lahir, menggunakan stetoskop dingin untuk
pemeriksaan bayi baru lahir.
2) Konveksi
Panas hilang dari bayi ke udara sekitanya yang
sedang bergerak (jumlah panas yang hilang tergantung
pada kecepatan dan suhu udara). Contoh hilangnya panas
tubuh bayi secara konveksi, ialah membiarkan atau
menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan
bayi baru lahir di ruangan yang terpasang kipas angin.
3) Radiasi
Panas di pancarkan dari bayi baru lahir, keluar
tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin (pemindahan
panas antar dua objek yang mempunyai suhu berbeda).
Contoh bayi mengalami kehilangan panas tubuh secara
radiasi, ialah bayi baru lahir di biarkan dalam ruangan
dengan Air onditioner (AC) tanpa diberikan pemanas
10
(Radiant Warmer), bayi baru lahir dibiarkan keadaan
telanjang, bayi baru lahir ditidurkan berdekatan dengan
ruangan yang dingin, misalnya dekat tembok.
4) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung
kepada kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan
panas dengan cara merubah cairan menjadi uap).
Evaporasi dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipakai
tingkat kelembapan udara, aliran udara yang melewati
apabila bayi baru lahir dibiarkan suhu kamar 250C, maka
bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi dan
evaporasi 200 perkilogram berat badan (Per kg BB),
sedangkan yang dibentuk hanya satu persepuluhnya.
Untuk mencegah kehilangan panas pada bayi baru
lahir, antara lain mengeringkan bayi secara seksama,
menyelimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering
dan hangat, menutup bagian kepala bayi, menganjurkan ibu
untuk memeluk dan menyusukan bayinya.

2.3 Pencegahan Infeksi Pada Bayi

Pencegahan Infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus


dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap
infeksi. Pada saat penanganan bayi baru lahir, pastikan penolong untuk
melakukan tindakan pencegahan infeksi. Tindakan Pencegahan Infeksi pada
bayi baru lahir meliputi:

a. Mencuci tangan secara sekasama sebelum dan sesudah melakukan


kontak dengan bayi
b. Memakai sarung tangan bersih saat melayani bayi yang belum
dimandikan
c. Memastikan semua peralatan telah disterilkan
d. Memastikan semua perlengkapan bayi dalam keadaan bersih,
11
e. Memastikan semua alat-alat yang bersentuhan dengan bayi dalam
keadaan bersih,
f. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudara
g. Membersihkan muka, pantat,dan tali pusat bayi dengan air bersih
hangat dan sabun setiap hari
h. Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi.
1. Prinsip Dasar Pencegahan Infeksi
Prinsip dasar dalam pencegahan infeksi adalah sebagai berikut:
a. Setiap orang (pasien dan petugas pelayanan kesehatan) harus
dianggap berpotensi menularkan infeksi.
b. Cuci tangan adalah prosedur yang paling praktis dalam mencegah
kontaminasi silang.
c. Pakailah sarung tangan sebelum menyentuh setiap kulit yang luka,
selaput lendir (mukosa), darah, dan cairan tubuh lainnya (sekret atau
ekskret)
d. Gunakanlah pelindung (barier) seperti kacamata (goggles), masker,
celemek (apron) pada setiap kali melakukan kegiatan pelayanan yang
diantisipasi dapat terkena percikan atau terkena darah dan cairan
tubuh pasien.
e. Selalu melakukan tindakan/prosedur menurut langkah yang aman,
seperti tidak memebengkokan jarum dengan tangan, memegang alat
medik dan memprosesnya dengan benar, membuang dan memproses
sampah medik dengan benar.
2. Upaya Pencegahan Infeksi
a. Pencegahan infeksi pada tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara merawat tali pusat yang berarti
menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing,
kotoran bayi atau tanah. Pemakaian popok bayi diletakkan disebelah
bawah tali pusat. Apabila tali pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan
air bersih yang mengalir dan sabun, segera keringkan dengan kain
kasa kering dan dibungkus dengan kasa tipis yang steril dan kering.
12
Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur dan
sebagainya pada luka tali pusat, sebab akan menyebabkan infeksi dan
tetanus yang dapat berakhir dengan kematian. Tanda-tanda infeksi tali
pusat yang harus diwaspadai, antara lain kulit sekitar tali pusat
berwarna kemerahan, ada pus/nanah dan bau busuk. Mengawasi dan
segera melaporkan ke dokter jika pada tali pusat ditemukan
perdarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau berbau
busuk.
b. Pencegahan infeksi pada kulit
Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadinya infeksi
pada kulit bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah meletakkan
bayi didada ibu agar terjadi kontak langsung ibu dan bayi, sehingga
menyebabkan terjadinya kolonisasi mikroorganisme yang ada di kulit
dan saluran pencernaan bayi dengan mikroorganisme ibu yang
cenderung bersifat nonpatogen, serta adanya zat antibodi bayi yang
sudah terbentuk dan terkandung dalam air susu ibu.
c. Pencegahan infeksi pada mata
Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah dengan
merawat mata bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlebih dahulu,
membersihkan kedua mata bayi segera setelah lahir dengan kapas atau
sapu tangan halus dan bersih yang telah dibersihkan dengan air
hangat. Dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir, berikan salep/obat tetes
mata untuk mencegah oftalmia neonatorum (Tetrasiklin 1%,
Eritromisin 0,5% atau Nitras Argensi 1%), biarkan obat tetap pada
mata bayi dan obat yang ada di sekitar mata jangan dibersihkan.
Keterlambatan memberikan salep mata, misalnya bayi baru lahir
diberi salep mata setelah lewat 1 jam setelah lahir, merupakan sebab
tersering kegagalan upaya pencegahan infeksi pada mata bayi baru
lahir.
d. Imunisasi

13
Pada daerah risiko tinggi infeksi tuberkulosis, imunisasi BCG harus
diberikan pada bayi segera setelah lahir. Pemberian dosis pertama
tetesan polio dianjurkan pada bayi segera setelah lahir atau pada umur
2 minggu. Maksud pemberian imunisasi polio secara dini adalah
untuk meningkatkan perlindungan awal. Imunisasi Hepatitis B sudah
merupakan program nasional, meskipun pelaksanaannya dilakukan
secara bertahap. Pada daerah risiko tinggi, pemberian imunisasi
Hepatitis B dianjurkan pada bayi segera setelah lahir.

2.4 Kebutuhan Nutrisi Pada Bayi

Neonatus atau BBL memiliki kebutuhan yang harus terpenuhi, kebutuhan dasar
neonatus dijelaskan sebagai berikut.

a) Kebutuhan Nutrisi
Rencana asuhan untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum bayi adalah
dengan membantu bayi mulai menyusu melalui pemberian ASI eksklusif.
Prinsip menyusui secara dini dan eksklusif adalah sebagai berikut.
1) Bayi harus disusui sesegera mungkin setelah lahir (terutama dalam 1
jam pertama) dan melanjutkan selama 6 bulan pertama kehidupan
2) Kolostrum harus diberikan, tidak boleh dibuang
3) Bayi harus disusui kapan saja ia mau, siang atau malam (on demand)
yang akan merangsang payudara memproduksi ASI secara adekuat.

Untuk mendapatkan ASI dalam jumlah cukup, seseorang ibu perlu menjaga
kesehatannya sebaik mungkin. Ibu perlu minum dengan jumlah cukup, makan
makanan bergizi, dan istirahat yang cukup, sehingga bidan harus mengingatkan hal
ini pada ibu. Jumlah rata-rata makanan seorang bayi cukup bulan selama dua
minggu pertama sebanyak 30-60 ml setiap 2-3 jam. Selama 2 minggu pertama, bayi
baru lahir hendaknya dibangunkan untuk menyusui paling tidak setiap 4 jam.
Sesudah itu, jika bayi sudah bertambah berat badannya, bayi boleh tidur dalam
periode yang lama (terutama malam hari) (Rochmah, 2012).

14
Pada minggu pertama berat badan bayi akan mengalami penurunan sekitar
10% dari berat badan pada saat dilahirkannya. Keadaan ini merupakan fisiologis
dan sering tidak menunjukkan gejala-gejala. Selanjutnya, setelah akhir minggu
pertama ini berat badan bayi bertambah kembali pada keadaan berat semula (saat
dilahirkan). Penurunan berat badan di awal kehidupan dapat terjadi karena bayi
mengalami kehilangan cairan, penguapan dari kulit, BAK, serta mengeluarkan
mekonium. Berat badan dapat ditingkatkan kembali dengan cara pemberian ASI
minimal 8 kali sehari sehingga kebutuhan nutrisi bayi dapat terpenuhi dengan baik.

Memotivasi ibu untuk menyusui bayinya 2 jam sekali dan hanya ASI tanpa
tambahan makanan apapun. Apabila bayinya tidur, ibu dapat membangunkannya.
Hal ini dilakukan agar kecukupan kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi dengan baik.
(Maryunani, 2010).

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian


fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di
luar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini disebut juga
homeostatis. Homeostatis adalah kemampuan mempertahankan fungsi-
fungsi vital, bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan
perkembangan, termasuk masa pertumbuhan dan perkembangan
intrauterin. Bila terdapat gangguan pada adaptasi maka bayi akan sakit.
Sedangkan pada bayi yang kurang bulan terdapat gangguan mekanisme
adaptasi. Adaptasi segera adalah pada fungsi-fungsi vital yaitu
sirkulasi, respirasi, SSP (Sistem Saraf Pusat), pencernaan dan
metabolisme.

Pencegahan Infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus


dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan
terhadap infeksi. Pada saat penanganan bayi baru lahir, pastikan
penolong untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi.

Pada minggu pertama berat badan bayi akan mengalami penurunan


sekitar 10% dari berat badan pada saat dilahirkannya. Keadaan ini
merupakan fisiologis dan sering tidak menunjukkan gejala-gejala.
Selanjutnya, setelah akhir minggu pertama ini berat badan bayi
bertambah kembali pada keadaan berat semula (saat dilahirkan).
Penurunan berat badan di awal kehidupan dapat terjadi karena bayi
mengalami kehilangan cairan, penguapan dari kulit, BAK, serta
mengeluarkan mekonium. Berat badan dapat ditingkatkan kembali
dengan cara pemberian ASI minimal 8 kali sehari sehingga kebutuhan
nutrisi bayi dapat terpenuhi dengan baik.

16
3.2 SARAN

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan diharapkan para


pembaca bisa memberikan kritik dan saran untuk dapat menjadikan kami lebih baik
lagi dalam penulisan makalah kami selanjutnya

17
DAFTAR PUSTAKA

http://perpustakaan.poltekkes-
malang.ac.id/assets/file/kti/1502100052/6._BAB_2_.pdf . Diakses pada tanggal
12 Oktober 2021 Pukul 18.00

Nining, Y. (2016). “MODUL BAHAN AJAR CETAK KEPERAWATAN


ANAK. 210”.http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Keperawatan-Anak-Komprehensif.pdf. Diakses pada
tanggal 11 Oktober 2021 Pukul 19.00

18

Anda mungkin juga menyukai