Anda di halaman 1dari 18

ADAPTASI FISIOLOGI BAYI BARU LAHIR

Oleh :
Anak Agung Putri Dewi Liantari (2215401001)
Ni Putu Ayu Arianti Cipta Dewi (2215401002)

Dosen Pengampu :
Bdn. Lina Darmayanti Bainuan SST.,M.Keb

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIATMA MULYA
2024
Kata Pengantar

Segala puja hanya bagi Tuhan yang Maha Esa. Berkat limpahan karunia nikmatNya saya
dapat menyelesaikan makalah yang bertajuk ”Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir” dengan
lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Askeb Neonatus
Bayi dan Balita.
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai
pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam
menyelesaikan makalah ini.
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam
penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga penulis
secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.
Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
masyarakat umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya.

Negara, 4 Maret 2024

Penulis
Daftar isi

Kata pengantar.........................................................................................................
Daftar isi...................................................................................................................
Bab I Pendahuluan..................................................................................................
1.1 Latar belakang................................................................................................
1.2 Rumusan masalah..........................................................................................
1.3 Tujuan............................................................................................................
Bab II Isi...................................................................................................................
2.1 Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh.............................................................
2.2 Adaptasi Perubahan Kulit..............................................................................
2.3 Adaptasi Perubahan Sistem persyarafan........................................................
Bab III Penutup.......................................................................................................
3.1 Kesimpulan....................................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................................
Daftar Pustaka.........................................................................................................
Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Bayi baru lahir usia 0-28 hari (neonatus) merupakan generasi penerus yang
akan berperan penting di masa yang akan datang. Bayi yang sehat akan menjadi
modal utama dalam pembentukan generasi yang kuat, berkualitas dan produktif.
Untuk itu asuhan tidak hanya diberikan pada ibu saja , tetapi juga sangat
diperlukan asuhan kepada Bayi Baru Lahir (BBL). Masa bayi baru lahir atau yang
disebut neonatus merupakan masa yang rentan terhadap gangguan kesehatan dan
merupakan periode yang rawan bagi kelangsungan hidup kedepannya. Menurut
Rahardjo (2015) bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami
proses kelahiran, berusiaa 0-28 hari yang memerlukan penyesuaian fisiologis
berupa maturasi, adaptasi (penyesuaian dari kehidupan intrauteri ke kedhidupan
ekstrauteri) dan toleransi bagi bayi baru lahir untuk dapat hidup dengan baik.

Adaptasi fisiologi bayi baru lahir adalah periode adaptasi terhadap kehidupan
keluar rahim. Periode ini dapat berlangsung hingga satu bulan atau lebih setelah
kelahiran untuk beberapa system tubuh bayi. Transisi paling nyata dan cepat
terjadi pada sistem pernapasan dan Sirkulası, Sistem kemampuan mengatur suhu,
dan dalam kemampuan mengambil dan menggunakan glukosa. Adaptasi bayı baru
lahir dipengaruhi oleh riwayat antepartum ibu dan bayi baru lahir misalnya
terpapar zat toksik, sikap ibu terhadap kehamilannya dan pengalaman pengasuhan
bayi, riwayat intrapartum ibu dan bayi baru lahir, misalnya lama persalinan, tipe
analgesik atau anestesi intrapartum, kapasitas fisiologis bayi baru lahir untuk
melakukan transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin.
Kemampuan petugas kesehatan dalam mengkaji dan merespon masalah dengan
tepat pada saat terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perubahan sistem kekebalan tubuh?
2. Bagimana adaptasi perubahan kulit?
3. Bagaimana adaptasi perubahan sistem persyarafan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagimana perubahan sistem kekebalan tubuh
2. Untuk mengetahui adaptasi perubahan kulit.
3. Untuk mengetahui adaptasi perubahan sistem persyarafan.
Bab II
Isi

Bayi baru lahir normal adalah merupakan bayi yang lahir dari usia kehamilan genap
antara 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan lahir antara 2500 gram
sampai 4000 gram (Noordiati, 2018). Pada BBL atau neonatus adalah dimana pada kelahiran
bayi pada usia 0 sampai dengan 28 hari tersebut, dimana terjadi perubahan yang sangat besar
dari kehidupan di dalam rahim menuju luar rahim dan terjadi pematangan pada sistem organ
(Kemenkes RI, 2020).
Berat badan antara 2500-4000 gram, panjang badan 47-50 cm, lingkar dada 32-34 cm,
lingkar kepala 33-35 cm, bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 ×/menit, kemudian
menurun sampai 140-120 ×/menit, pernapasan pada menit pertama cepat kira-kira 80
×/menit, kuli kemera-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan
dilapisi vernic caseosa, rambu lanugo tidak terlihat, rambut kepala tumbuh dengan baik, kuku
agak panjang dan lemah, reflek isap, menelan, dan moro sudah baik, genetalia labio mayora
menutup labio minora (pada perempuan) testis sudah turun (pada laki laki), dan eliminasi
urine dan mekonium normalnya akan keluar pada 24 jam pertama. Mekonium berwarna
hitam kecoklatan (Daru, 2018).
Adaptasi fisiologi bayi baru lahir adalah periode adaptasi terhadap kehidupan keluar
rahim. Periode ini dapat berlangsung hingga satu bulan atau lebih setelah kelahiran untuk
beberapa system tubuh bayi. Transisi paling nyata dan cepat terjadi pada sistem pernapasan
dan Sirkulası, Sistem kemampuan mengatur suhu, dan dalam kemampuan mengambil dan
menggunakan glukosa. Adaptasi bayı baru lahir dipengaruhi oleh riwayat antepartum ibu dan
bayi baru lahir misalnya terpapar zat toksik, sikap ibu terhadap kehamilannya dan
pengalaman pengasuhan bayi, riwayat intrapartum ibu dan bayi baru lahir, misalnya lama
persalinan, tipe analgesik atau anestesi intrapartum, kapasitas fisiologis bayi baru lahir untuk
melakukan transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Kemampuan
petugas kesehatan dalam mengkaji dan merespon masalah dengan tepat pada saat terjadi.

2.1 Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh


Imunologi Pada sistem imunolgi terdapat beberapa jenis immunoglobulin
(suatu protein yang mengandung zat antibodi) diantaranya adalah
igG(immunoglobulin Gamma G), dibentuk banyak dalam bulan kedua setelah bayi
dilahirkan, igG pada janin berasal dari ibunya melalui plasenta. Pada neonatus tidak
terdapat sel plasma pada sum-sum tulang, lamina propia ilium serta apendiks.
Plasenta merupakan sawar sehingga fetus bebas dari antigen dan stress imunologis.
Pada bayi baru lahir hanya terdapat gamma globulin G, sehingga imunologi dari ibu
dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil. Apabila terjadi infeksi pada
janin yang dapat melalui plasenta, seperti: toksoplamosis, herpes simplek dan
penyakit virus lainnya, reaksi immunoglobulis dapat terjadi dengan pembentukan sel
plasma dan antibodi gamma A, G dan gamma M (midwifery care, 2017). Ig gamma A
telah dapat dibentuk pada kehamilan dua bulan dan baru banyak ditemukan segera
sesudah bayi dilahirkan terutama pada traktus urogenitalis. Immunoglobulin gamma
M ditemukan pada kehamilan lima bulan, produksi Imunoglobulin gamma M
meningkat segera setelah bayi lahir, sesuai dengan bakteri dalam alat pencernaan.
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan
neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitasyang matang
akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat. Kekebalan alami terdiri dari
struktur pertahanan tubuh yang berfungsi mencegah atau meminimalkan infeksi
Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
1) Perlindungan dari membrane
2) Fungsi saringan saluran napas
3) Pemebentukan koloni mikroba di kulit dan usus
4) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah yang membantu
bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing, tetapi sel-sel darah ini masih belum
matang artinya bayi baru lahir tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi
infeksi secara efisien. Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. Bayi baru
yang lahir dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya.
Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum bisa dilakukan
sampai awal kehidupannya. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita
adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh. Karena adanya desinfeksi kekebalan
alami yang didapat ini, bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Reaksi bayi
baru lahir terhadap infeksi masih lemah dan tidak memadai, oleh karena itu
pencegahan mikroba (seperti praktik persalinan yang aman dan menyusui ASI dini
terutama kolostrum) dan diteksi dini infeksi sangat penting.
2.2 Perubahan Sistem Kulit

Pada bayi baru lahir cukup bulan kulit berwarna merah dengan sedikit verniks
kaseosa. Sedangkan pada bayi prematur kulit tembus pandang dan banyak verniks.
Pada saat lahir verniks tidak semua dihilangkan, karena diabsorpsi kulit bayi dan
hilang dalam 24 jam. Bayi baru lahir tidak memerlukan pemakaian bedak atau krim,
karena zat-zat kimia dapat mempengaruhi Ph kulit bayi.

Perubahan kulit pada bayi baru lahir:


1. Struktur Kulit Bayi Baru Lahir
Deskripsi struktur kulit bayi yang meliputi epidermis, dermis, dan lapisan
subkutan. Penjelasan tentang ketebalan, elastisitas, dan kelenturan kulit pada
bayi baru lahir.
2. Vernix Caseosa
Penjelasan tentang vernix caseosa, lapisan pelindung berminyak yang
menutupi kulit bayi saat lahir. Fungsi vernix dalam melindungi kulit bayi dari
kehilangan air, infeksi, dan iritasi.
3. Lanugo
Pembahasan tentang lanugo, rambut halus yang tumbuh di seluruh tubuh bayi
dalam kandungan. Peran lanugo dalam mempertahankan suhu tubuh bayi dan
memberikan perlindungan ekstra.
4. Perubahan Kulit Setelah Kelahiran
Penjelasan tentang perubahan kulit yang terjadi pada bayi setelah kelahiran,
seperti pengelupasan vernix dan lanugo, serta perubahan warna kulit.
5. Kulit Sensitif pada Bayi
Pembahasan mengenai kepekaan kulit bayi terhadap iritasi dan pengaruh
lingkungan. Penjelasan mengenai perawatan kulit yang tepat untuk mencegah
iritasi dan masalah kulit pada bayi.
6. Perubahan Pigmentasi
Penjelasan tentang perubahan pigmentasi kulit pada bayi, termasuk bintik-
bintik Mongolian, lentigo, dan nevus. Faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan pigmentasi ini.
7. Perubahan Struktur Kulit pada Pertumbuhan
Pembahasan tentang bagaimana struktur dan karakteristik kulit bayi berubah
seiring pertumbuhan dan perkembangan mereka menjadi anak-anak dan
dewasa.
8. Perbedaan dengan Kulit Orang Dewasa
Perbandingan antara struktur dan karakteristik kulit bayi baru lahir dengan
kulit orang dewasa, termasuk perbedaan dalam elastisitas, ketahanan, dan
respons terhadap stimulus lingkungan.
9. Perawatan Kulit Bayi
Tips dan panduan perawatan kulit yang tepat untuk bayi baru lahir,
termasukpemilihan produk yang sesuai, teknik pembersihan yang benar, dan
tindakan pencegahan iritasi kulit.

2.3 Perubahan Sistem Saraf


Pada Bayi Baru Lahir Ketika dilahirkan otak bayi beratnya 1/8 dari berat
tubuhnya. Pada asia 10 tahun berat otak 1/18 berat tubuhnya. Pertumbuhan susunan
saraf ini dapat dikatakan berlangsung dengan cepat sekali selama dalam kandungan
dan 3-4 tahun pertama setelah dilahirkan. Selama dalam kandungan, susuna saraf
yang terutama tumbuh cepat adalah jumlah dan ukuran sel saraf. Perkembangan
setelah dilahirkan maka pertumbuhan susunan saraf lebih terarah pada pengembangan
sel saraf yang masih belum berkembang. Perubahan fisiologis sistem Neurologis pada
bayi baru lahir sistem saraf belum terintegrasi sempurna namun sudah cukup
berkembang untuk bertahan dalam kehidupan ekstra uterin. Fungsi tubuh dan respon-
respon yang diberikan sebagian besar dilakukan oleh pusat yang lebih rendah dari
otak dan reflek-reflek dalam medulla spinalis. Bayi baru lahir baru dapat menjalankan
fungsi pada tingkat batang otak. Kontrol saraf dari pusat yang lebih tinggi secara
bertahap berkembang, membuat lebih memungkinkannya perilaku yang kompleks
dan bertujuan. (Hamilton, 1995). Kebanyakan fungsi neurologis berupa reflek
primitif. Evaluasi reflek primitif dan tonus otot merupakan pengkajian perilaku saraf
(neuro behavioral) pada neonatus. Bayi baru lahir memiliki banyak reflek yang
primitif. Waktu, saat reflek bayi baru lahir ini muncul dan menghilang, menunjukkan
kematangan dan perkambangan sistem syaraf yang baik. Reflek yang sering
ditemukan pada bayi baru lahir normal adalah menghisap dan membuka mulut
(rooting), menelan, menggenggam telapak tangan dan kaki, menjulurkan lidah, reflek
moro dan lain-lain (Bodak, 2005). Selain itu, sistem syaraf otonom sangat penting
selama transisi, karena saraf ini merangsang respirasi
Perubahan sistem saraf bayi sebelum lahir berespons terhadap kebisingan, sinar
yang kuat, stimulus yang mengganggu suhu dengan mengubah respon otono,
misalnya kecepatan denyut jantung dan dengan bergerak. Gerakan janin dapat
dirasakan sejak usia 14 minggu. Diperkirakan membantu pertumbuhan otot dan
ekstremitas. Sedangkan perubahan sistem saraf ketika bayi sudah lahir, susunan saraf
mengalami perkembangan pesat sebagai respon terhadap peningkatan input sensorik.
Reflek mungkin tertekan pada 24 jam pertama, terutama apabila terjadi penyulitan
transplasenta analgesia narkotik, tetapi kemudian beberapa reflek mulai tampak.
Myelinisasi system saraf mengikuti hukum perkembangan cephalokaudal
proksimadistal (kepala ke jari kaki-pusat ke perifer).
1. Reflek tonick neck (reflek otot leher) : anak akan menangakap leher dan
menoleh kanan atau kiri bila diletakkan dalam posisi tengkurap.
2. Reflek rooting : timbul karena stimulus taktil pada pipi dan daerah mulut, akan
bereaksi seakan akan mencapai puting susus.
3. Reflek sucking (menghisap dan menelan atau reflek oral) : timbul bersamaan
dengan rangsangan pipi untuk menghisap putting susu dan menelan ASI.
4. Reflek grasping : bila jari diletakkan pada telapak tangan, anak akan menutup
telapak tangan tadi.
5. Reflek babinsky : bila ada rangsangan pada telapak kaki ibu jari akan bergerak
keatas dan jari-jari lain membuka.
6. Reflek steping (reflek melangkah) : jiak bayi dibuat posisi berdiri maka akan
ada gerakan spontan kaki melangkah walaupun belum bisa berjalan.
7. Reflek panca indera :
a. Penglihatan
Pada saat lahir, struktur mata belum lengakap. Fovea sentralis
belum berdiferensiasi sempurna dari macula. Otot siliar juga masih
imatur, membatasi kemampuan mata untuk berakomodasi dan
memfokuskan pada objek sepanjang waktu. Bayi dapat mencari dan
mengikuti objek. Pupil bereaksi terhadap cahaya, reflek mengedip
berespon terhadap rangsang minimal, dan reflek kornea dapat
diaktivasi dengan sentuhan ringan. Kelenjar air mata biasanya mulai
berfungsi sampai usia 2-4 minggu. BBL memiliki kemampuan untuk
memfokuskan penglihatan sementara pada objek yang terang atau
bergerak yang berjarak 20 cm (8 inci) dan pada garis tengah lapang
penglihatan. Kenyataanya, kemampuan bayi untuk melakukan fiksasi
terhadap gerakan yang terkoordinasi lebih besar selama jam pertama
kehidupan dibandingakan selama hari-hari berikutnya

b. Pendengaran
Begitu cairan amnion dialirkan keluar telinga, bayi mungkin
telah memiliki tajam pendengaran yang sama dengan dewasa.
Neonatus sudah dapat bereaksi terhadap suara keras sekitar 90 desible
(dB) dengan reflek terkejut. Respon BBL terhadap suara frek. rendah
dibandingkan frek. tinggi berbeda : suara yang rendah, seperti suara
detak jantung, metronome, atau buaian, cenderung menurunkan
aktivitas motorik dan menangis, sedangkan suara tinggi menimbulkan
reaksi waspada. Sensitivitas awal terhadap suara manusia juga sudah
ada, meskipun tidak spesifik terhadap percakapan. Misalnya, bayi
berusia kurang dari 3 hari dapat membedakan suara ibunya dengan
suara wanita lainnya. Ketika berusia 5 hari, bayi mampu membedakan
antara cerita yang diceritakan ulang kepadanya selama trimester
terakhir kehamilan oleh ibunya dan cerita yang sama yang diceritakan
setelah kelahiran oleh wanita lain. Telinga dalam dan tengah sangat
besar saat lahir, tetapi kanalis eksternusnya kecil. Prosesus mastoideus
dan bagian tulang kanalis eksternus belum berkembang.
Konsekuensinya, selaku timpani dan saraf fasialis terletak sangat dekat
ke permukaan dan sangat mudah rusak.
c. Pengecap
BBL memiliki kemampuan membedakan berbagai rasa.
Berbagai tipe larutan mencetuskan berbagai reflek gustofasial yang
berbeda. Larutan yang tidak berasa tidak akan mencetuskan ekspreisi
fascial, larutan manis mencetuskan gerakan menghisap dan wajah yang
puas, larutan masam menyebabkan pengerutan bibir, dan cairan pahit
menghasilkan ekspresi kecewa dan marah. BBL lebih menyukai air
glukosa dibandingkan air steril. Selama masa kanak awal kuncup
pengecap terdistribusi terutama pada ujung lidah
d. Perabaan
Pada saat lahir, bayi mampu mengindra sensasi taktil pada
semua bagian tubuhnya, meskipun wajah (terutama mulut), tangan dan
telapak kaki tampaknya yang paling sensitive. Semakin banyak
domentasi yang menerangkan bahwa perabaan dan tepukan lembut
pada punggung atau menggosok perut biasanya mencetuskan respon
penenangan bayi. Akan tetapi, rangsang nyeri seperti tusukan jarum
akan mencetuskan respon kemarahan. Pertumbuhan otak setelah lahir
mengikuti pola pertumbuhan cepat, yang dapat diprediksi selama
periode bayi sampai awal masa kanak-kanak. Pertumbuhan ini menjadi
lebih bertahap selama sisa dekade pertama dan minimal selama masa
remaja. Pada akhir tahun pertama, pertumbuhan serebelum, yang
dimulai pada usia kehamilan sekitar 30 minggu, berakhir. Mungkin
inilah penyebab otak rentan terhadap trauma nutrisi dan trauma lain
selama masa bayi ( Bobak 2005).
e. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis pada anak pertama kali dapat
dilakukan secara inspeksi dengan mengamati berbagai kelainan
neurologis, seperti kejang; tremor/gemetaran (gerakan halus yang
konstan); korea (gerakan involunter kasar, tanpa tujuan, cepat dan
tersentak-sentak, serta tidak terkoordinasi); diplegia (kelumpuhan pada
dua anggota gerak); paraplegia (kelumpuhan pada anggota gerak
bawah); tetraplagia/parese (kelumpuhan) pada keempat anggota
gerak); hemiparese/plegi (kelumpuhan pada sisi tubuh atau anggota
gerak yang dibatasi garis tengah di daerah tulang belakang).

f. Pemeriksaan kedua adalah pemeriksaan refleks. Pada pemeriksaan ini


yang dapat diperiksa antara lain sebagai berikut:
1) Refleks superficial, dengan cara menggores kulit abdomen
dengan empat goresan yang membentuk segiempat dibawah
xifoid (di atas simpisis).
2) .Refleks tendon dalam, dengan mengetuk menggunakan
hammer pada tendon biseps, trisep, patella, dan Achilles.
Penilaiannya adalah jika pada bisep (terjadi fleksi sendi siku),
trisep (terjadi ekstensi sendi siku), patella (terjadi ekstensi
sendi lutut), dan pada achilles (terjadi fleksi plantar kaki).
Apabila hiperefleksi berarti ada kelainan pada upper motor
neuron dan apabila hiporefleks berarti terjadi kelainan pada
lower motor neuron.
3) Refleks patologis dapat menilai adanya refleks Babinzki
dengan cara menggores permukaan plantar kaki dengan alat
yang sedikit runcing, hasilnya positif apabila terjadi reaksi
ekstensi ibu jari

g. Pemeriksaan ketiga adalah pemeriksaan rangsang meningeal, antara


lain kaku kuduk. Cara melakukannya adalah pasien diatur posisi
telentang kemudian leher ditekuk, apabila terdapat tahanan dagu dan
dagu tidak menempel atau mengenai bagian dada maka disebut kaku
kuduk (psositif). Brudzinski I diperiksa dengan cara pasien diatur
dalam posisi telentang, meletakan satu tangan dibawah pasien,
kemudian tangan lain diletakan di dada untuk mencegah badan
terangkat, kemudian kepala difleksikan ke dada. Adanya rangsangan
meningeal apabila kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi
panggul dan lutut. Brudzinski II dengan cara pasien diatur telentang ,
difleksikan secara pasif tungkai atas pada sendi panggul, ikuti fleksi
tungkai lainnya. Apabila sendi lutut lainnya dalam keadaan ekstensi,
maka terdapat tanda meningeal dan tanda Kernig.

h. Pemeriksaan terakhir adalah pemeriksaan kekuatan dan tonus dengan


cara menilai adanya kekuatan tonus otot pada bagian ekstremitas.
Nilai Kekuatan Otot (tonus Otot) Keterangan yaitu :
1) (0%) Paralisis, tidak ada kontraksi otot sama sekali
2) (10%) Terlihat atau teraba getaran kontraksi otot, tetapi tidak
ada gerakan anggota gerak sama sekali.
3) (25%) Dapat menggerakan anggota gerak tetapi tidak kuat
menahan berat dan tidak dapat melawan tekanan pemeriksa.
4) (50%) Dapat menggerakan anggota gerak untuk menahan
berat, tetapi dapat menggerakan anggota badan untuk melawan
tekanan pemeriksa.
5) (75%) Dapat menggerakan sendi dengan aktif untuk menahan
berat dan melawan tekanan secara stimultan
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan

Adaptasi fisiologi bayi baru lahir adalah periode adaptasi terhadap kehidupan
keluar rahim. Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitasyang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat.
Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang berfungsi mencegah atau
meminimalkan infeksi. Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel
darah yang membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing, tetapi sel-sel
darah ini masih belum matang artinya bayi baru lahir tersebut belum mampu
melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Pada bayi baru lahir cukup bulan kulit berwarna merah dengan sedikit verniks
kaseosa. Sedangkan pada bayi prematur kulit tembus pandang dan banyak verniks.
Pada saat lahir verniks tidak semua dihilangkan, karena diabsorpsi kulit bayi dan
hilang dalam 24 jam. Bayi baru lahir tidak memerlukan pemakaian bedak atau krim,
karena zat-zat kimia dapat mempengaruhi Ph kulit bayi.
Perkembangan setelah dilahirkan maka pertumbuhan susunan saraf lebih
terarah pada pengembangan sel saraf yang masih belum berkembang. Perubahan
fisiologis sistem Neurologis pada bayi baru lahir sistem saraf belum terintegrasi
sempurna namun sudah cukup berkembang untuk bertahan dalam kehidupan ekstra
uterin. Fungsi tubuh dan respon-respon yang diberikan sebagian besar dilakukan oleh
pusat yang lebih rendah dari otak dan reflek-reflek dalam medulla spinalis.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah mahasiswa dapat mengerti dan
mempelajari lebih lanjut mengenai adaptasi fisiologis pada bayi baru lahir. Makalah
ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, tetapi semoga makalah ini dapat
berguna bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Beberapa masalah dan penanganan yang dapat terjadi pada bayi baru lahir (BBL) dari
perubahan internal ke eksternal sistem tubuh pada sistem kekebalan tubuh adalah:

1) Infeksi: Bayi baru lahir rentan terhadap infeksi karena sistem kekebalan tubuh
mereka belum sepenuhnya berkembang. Infeksi dapat diatasi dengan
memberikan antibiotik atau antijamur, tergantung pada jenis infeksi yang
terjadi.
2) Penyakit Autoimun: Meskipun jarang terjadi pada bayi baru lahir, gangguan
autoimun bisa muncul. Penanganannya melibatkan penggunaan obat-obatan
imunosupresif untuk menekan respon autoimun.
3) Respon Imun Terhadap Vaksinasi: Bayi baru lahir mungkin tidak merespons
vaksinasi dengan baik karena sistem kekebalan tubuh mereka masih dalam
tahap pengembangan. Penanganannya dapat melibatkan jadwal vaksinasi yang
direvisi atau pemberian dosis tambahan untuk memperkuat respons imun.
4) Risiko Penyakit Menular: Pencegahan infeksi sangat penting. Ini dapat
dilakukan dengan memastikan lingkungan bayi bersih, menjaga kebersihan
tangan, menghindari kontak dengan orang yang sakit, dan memberikan
imunisasi yang sesuai.
5) Hipersensitivitas dan Alergi: Penanganan alergi atau hipersensitivitas pada
bayi baru lahir mungkin melibatkan pemberian obat antihistamin atau
kortikosteroid. Penghindaran paparan alergen juga penting untuk mencegah
reaksi alergi yang lebih lanjut.
6) Risiko HIV: Pencegahan transmisi HIV dari ibu ke bayi sangat penting. Ini
dapat dilakukan dengan memberikan terapi antiretroviral kepada ibu selama
kehamilan dan persalinan, serta menyediakan formula susu untuk bayi sebagai
alternatif menyusui.

2. Beberapa masalah yang dapat terjadi pada bayi baru lahir (BBL) dari perubahan
internal ke eksternal sistem tubuh pada sistem kulit, beserta penanganannya, adalah
sebagai berikut:

1) Kulit Kering: Penyebab utama kulit kering pada bayi baru lahir adalah
kehilangan kelembapan setelah keluar dari lingkungan dalam rahim.
Penanganannya meliputi penggunaan pelembap kulit khusus bayi secara
teratur, mandi dengan air hangat, dan menghindari penggunaan sabun yang
keras.
2) Ruam Popok: Untuk mengatasi ruam popok, pastikan area popok bayi tetap
kering dan bersih dengan mengganti popok secara teratur. Gunakan krim anti-
ruam popok yang mengandung zinc oxide atau petrolatum untuk membantu
melindungi kulit dan mengurangi iritasi.
3) Eksim Bayi: Penanganan eksim bayi melibatkan penggunaan krim atau salep
steroid topikal yang diresepkan oleh dokter untuk mengurangi peradangan dan
gatal-gatal. Hindari penggunaan produk yang berpotensi iritasi, seperti sabun
parfum atau deterjen yang kuat.
4) Kulit Sensitif: Untuk kulit sensitif, hindari penggunaan produk yang
mengandung bahan kimia keras atau pewangi yang dapat menyebabkan iritasi.
Pilihlah produk perawatan kulit bayi yang lembut dan bebas pewangi.
5) Milium dan Kista Sebaceous: Kedua kondisi ini seringkali membaik dengan
sendirinya dalam beberapa minggu atau bulan. Hindari mencoba untuk
mengeluarkan atau memecahkan benjolan tersebut, karena hal ini dapat
menyebabkan infeksi. Jika benjolan terasa mengganggu atau terlihat
meradang, konsultasikan dengan dokter.
6) Kuning Bayi (Jaundice): Penanganan jaundice tergantung pada tingkat
keparahan dan penyebabnya. Jaundice ringan seringkali membaik tanpa
perawatan, tetapi pada kasus yang lebih parah, bayi mungkin memerlukan
terapi cahaya (fototerapi) di rumah sakit untuk membantu mengurangi kadar
bilirubin dalam darah.

3. Beberapa masalah yang dapat terjadi pada bayi baru lahir (BBL) dari perubahan
internal ke eksternal sistem tubuh pada sistem saraf dan penangananya meliputi:

1) Asfiksia: Ini terjadi ketika bayi mengalami kekurangan oksigen selama proses
kelahiran atau segera setelahnya. Asfiksia dapat menyebabkan kerusakan otak
dan bahkan kematian jika tidak ditangani dengan cepat. Penanganan
melibatkan resusitasi neonatal, termasuk memberikan oksigen dan bantuan
pernapasan.

2) Perdarahan Intrakranial: Cedera pada otak bayi baru lahir dapat menyebabkan
perdarahan di dalam tengkorak. Ini bisa disebabkan oleh trauma lahir, seperti
penggunaan alat vakum atau tang atau karena perubahan tekanan selama
proses persalinan. Penanganannya bisa meliputi observasi terhadap gejala dan
tindakan medis sesuai kebutuhan.

3) Cedera Saraf Bawaan: Beberapa bayi baru lahir mungkin mengalami cedera
saraf bawaan, yang bisa disebabkan oleh faktor genetik atau kelainan
perkembangan. Penanganannya tergantung pada jenis dan tingkat
keparahannya, dan bisa melibatkan terapi fisik, obat-obatan, atau pembedahan.

4) Sindrom Kejang Neonatal: Ini adalah kondisi di mana bayi baru lahir
mengalami kejang yang tidak dapat dijelaskan selama minggu pertama
kehidupan mereka. Penanganannya mungkin memerlukan pengobatan
antikejang dan pemantauan ketat oleh tim medis.

5) Hipotonia: Hipotonia adalah kondisi di mana bayi memiliki otot yang lemah
atau kendor. Ini bisa menjadi tanda adanya gangguan saraf atau otot.
Penanganannya bisa meliputi terapi fisik dan pengawasan medis untuk
memantau perkembangan.

6) Mikrosefali: Ini adalah kondisi di mana bayi memiliki ukuran kepala yang
lebih kecil dari normal karena pertumbuhan otak yang terhambat.
Penanganannya tergantung pada penyebabnya, tetapi bisa melibatkan
perawatan pendukung dan intervensi medis yang diperlukan.

7) Gangguan Penglihatan dan Pendengaran: Gangguan penglihatan atau


pendengaran dapat terjadi pada bayi baru lahir karena kerusakan pada mata
atau telinga selama proses kelahiran atau karena faktor genetik.
Penanganannya bisa

8) meliputi pengawasan, terapi, atau intervensi medis yang sesuai


DAFTAR PUSTAKA
Afrida, B. R., & Aryani, N. P. (2022). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi,
Balita, dan Anak Prasekolah. Penerbit NEM.
Damayanti, I. P., Liva Maita, S. S. T., Ani Triana, S. S. T., & Rita Afni, S. S. T. (2015). Buku
Ajar: Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir/oleh Ika
Putri damayanti. Deepublish.
Sembiring, J. B. (2019). Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah. Deepublish

Anda mungkin juga menyukai