Oleh :
Anak Agung Putri Dewi Liantari (2215401001)
Ni Putu Ayu Arianti Cipta Dewi (2215401002)
Dosen Pengampu :
Bdn. Lina Darmayanti Bainuan SST.,M.Keb
Segala puja hanya bagi Tuhan yang Maha Esa. Berkat limpahan karunia nikmatNya saya
dapat menyelesaikan makalah yang bertajuk ”Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir” dengan
lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Askeb Neonatus
Bayi dan Balita.
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai
pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam
menyelesaikan makalah ini.
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam
penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga penulis
secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.
Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
masyarakat umumnya, dan untuk saya sendiri khususnya.
Penulis
Daftar isi
Kata pengantar.........................................................................................................
Daftar isi...................................................................................................................
Bab I Pendahuluan..................................................................................................
1.1 Latar belakang................................................................................................
1.2 Rumusan masalah..........................................................................................
1.3 Tujuan............................................................................................................
Bab II Isi...................................................................................................................
2.1 Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh.............................................................
2.2 Adaptasi Perubahan Kulit..............................................................................
2.3 Adaptasi Perubahan Sistem persyarafan........................................................
Bab III Penutup.......................................................................................................
3.1 Kesimpulan....................................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................................
Daftar Pustaka.........................................................................................................
Bab I Pendahuluan
Bayi baru lahir usia 0-28 hari (neonatus) merupakan generasi penerus yang
akan berperan penting di masa yang akan datang. Bayi yang sehat akan menjadi
modal utama dalam pembentukan generasi yang kuat, berkualitas dan produktif.
Untuk itu asuhan tidak hanya diberikan pada ibu saja , tetapi juga sangat
diperlukan asuhan kepada Bayi Baru Lahir (BBL). Masa bayi baru lahir atau yang
disebut neonatus merupakan masa yang rentan terhadap gangguan kesehatan dan
merupakan periode yang rawan bagi kelangsungan hidup kedepannya. Menurut
Rahardjo (2015) bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru mengalami
proses kelahiran, berusiaa 0-28 hari yang memerlukan penyesuaian fisiologis
berupa maturasi, adaptasi (penyesuaian dari kehidupan intrauteri ke kedhidupan
ekstrauteri) dan toleransi bagi bayi baru lahir untuk dapat hidup dengan baik.
Adaptasi fisiologi bayi baru lahir adalah periode adaptasi terhadap kehidupan
keluar rahim. Periode ini dapat berlangsung hingga satu bulan atau lebih setelah
kelahiran untuk beberapa system tubuh bayi. Transisi paling nyata dan cepat
terjadi pada sistem pernapasan dan Sirkulası, Sistem kemampuan mengatur suhu,
dan dalam kemampuan mengambil dan menggunakan glukosa. Adaptasi bayı baru
lahir dipengaruhi oleh riwayat antepartum ibu dan bayi baru lahir misalnya
terpapar zat toksik, sikap ibu terhadap kehamilannya dan pengalaman pengasuhan
bayi, riwayat intrapartum ibu dan bayi baru lahir, misalnya lama persalinan, tipe
analgesik atau anestesi intrapartum, kapasitas fisiologis bayi baru lahir untuk
melakukan transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin.
Kemampuan petugas kesehatan dalam mengkaji dan merespon masalah dengan
tepat pada saat terjadi.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagimana perubahan sistem kekebalan tubuh
2. Untuk mengetahui adaptasi perubahan kulit.
3. Untuk mengetahui adaptasi perubahan sistem persyarafan.
Bab II
Isi
Bayi baru lahir normal adalah merupakan bayi yang lahir dari usia kehamilan genap
antara 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan lahir antara 2500 gram
sampai 4000 gram (Noordiati, 2018). Pada BBL atau neonatus adalah dimana pada kelahiran
bayi pada usia 0 sampai dengan 28 hari tersebut, dimana terjadi perubahan yang sangat besar
dari kehidupan di dalam rahim menuju luar rahim dan terjadi pematangan pada sistem organ
(Kemenkes RI, 2020).
Berat badan antara 2500-4000 gram, panjang badan 47-50 cm, lingkar dada 32-34 cm,
lingkar kepala 33-35 cm, bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 ×/menit, kemudian
menurun sampai 140-120 ×/menit, pernapasan pada menit pertama cepat kira-kira 80
×/menit, kuli kemera-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan
dilapisi vernic caseosa, rambu lanugo tidak terlihat, rambut kepala tumbuh dengan baik, kuku
agak panjang dan lemah, reflek isap, menelan, dan moro sudah baik, genetalia labio mayora
menutup labio minora (pada perempuan) testis sudah turun (pada laki laki), dan eliminasi
urine dan mekonium normalnya akan keluar pada 24 jam pertama. Mekonium berwarna
hitam kecoklatan (Daru, 2018).
Adaptasi fisiologi bayi baru lahir adalah periode adaptasi terhadap kehidupan keluar
rahim. Periode ini dapat berlangsung hingga satu bulan atau lebih setelah kelahiran untuk
beberapa system tubuh bayi. Transisi paling nyata dan cepat terjadi pada sistem pernapasan
dan Sirkulası, Sistem kemampuan mengatur suhu, dan dalam kemampuan mengambil dan
menggunakan glukosa. Adaptasi bayı baru lahir dipengaruhi oleh riwayat antepartum ibu dan
bayi baru lahir misalnya terpapar zat toksik, sikap ibu terhadap kehamilannya dan
pengalaman pengasuhan bayi, riwayat intrapartum ibu dan bayi baru lahir, misalnya lama
persalinan, tipe analgesik atau anestesi intrapartum, kapasitas fisiologis bayi baru lahir untuk
melakukan transisi dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Kemampuan
petugas kesehatan dalam mengkaji dan merespon masalah dengan tepat pada saat terjadi.
Pada bayi baru lahir cukup bulan kulit berwarna merah dengan sedikit verniks
kaseosa. Sedangkan pada bayi prematur kulit tembus pandang dan banyak verniks.
Pada saat lahir verniks tidak semua dihilangkan, karena diabsorpsi kulit bayi dan
hilang dalam 24 jam. Bayi baru lahir tidak memerlukan pemakaian bedak atau krim,
karena zat-zat kimia dapat mempengaruhi Ph kulit bayi.
b. Pendengaran
Begitu cairan amnion dialirkan keluar telinga, bayi mungkin
telah memiliki tajam pendengaran yang sama dengan dewasa.
Neonatus sudah dapat bereaksi terhadap suara keras sekitar 90 desible
(dB) dengan reflek terkejut. Respon BBL terhadap suara frek. rendah
dibandingkan frek. tinggi berbeda : suara yang rendah, seperti suara
detak jantung, metronome, atau buaian, cenderung menurunkan
aktivitas motorik dan menangis, sedangkan suara tinggi menimbulkan
reaksi waspada. Sensitivitas awal terhadap suara manusia juga sudah
ada, meskipun tidak spesifik terhadap percakapan. Misalnya, bayi
berusia kurang dari 3 hari dapat membedakan suara ibunya dengan
suara wanita lainnya. Ketika berusia 5 hari, bayi mampu membedakan
antara cerita yang diceritakan ulang kepadanya selama trimester
terakhir kehamilan oleh ibunya dan cerita yang sama yang diceritakan
setelah kelahiran oleh wanita lain. Telinga dalam dan tengah sangat
besar saat lahir, tetapi kanalis eksternusnya kecil. Prosesus mastoideus
dan bagian tulang kanalis eksternus belum berkembang.
Konsekuensinya, selaku timpani dan saraf fasialis terletak sangat dekat
ke permukaan dan sangat mudah rusak.
c. Pengecap
BBL memiliki kemampuan membedakan berbagai rasa.
Berbagai tipe larutan mencetuskan berbagai reflek gustofasial yang
berbeda. Larutan yang tidak berasa tidak akan mencetuskan ekspreisi
fascial, larutan manis mencetuskan gerakan menghisap dan wajah yang
puas, larutan masam menyebabkan pengerutan bibir, dan cairan pahit
menghasilkan ekspresi kecewa dan marah. BBL lebih menyukai air
glukosa dibandingkan air steril. Selama masa kanak awal kuncup
pengecap terdistribusi terutama pada ujung lidah
d. Perabaan
Pada saat lahir, bayi mampu mengindra sensasi taktil pada
semua bagian tubuhnya, meskipun wajah (terutama mulut), tangan dan
telapak kaki tampaknya yang paling sensitive. Semakin banyak
domentasi yang menerangkan bahwa perabaan dan tepukan lembut
pada punggung atau menggosok perut biasanya mencetuskan respon
penenangan bayi. Akan tetapi, rangsang nyeri seperti tusukan jarum
akan mencetuskan respon kemarahan. Pertumbuhan otak setelah lahir
mengikuti pola pertumbuhan cepat, yang dapat diprediksi selama
periode bayi sampai awal masa kanak-kanak. Pertumbuhan ini menjadi
lebih bertahap selama sisa dekade pertama dan minimal selama masa
remaja. Pada akhir tahun pertama, pertumbuhan serebelum, yang
dimulai pada usia kehamilan sekitar 30 minggu, berakhir. Mungkin
inilah penyebab otak rentan terhadap trauma nutrisi dan trauma lain
selama masa bayi ( Bobak 2005).
e. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis pada anak pertama kali dapat
dilakukan secara inspeksi dengan mengamati berbagai kelainan
neurologis, seperti kejang; tremor/gemetaran (gerakan halus yang
konstan); korea (gerakan involunter kasar, tanpa tujuan, cepat dan
tersentak-sentak, serta tidak terkoordinasi); diplegia (kelumpuhan pada
dua anggota gerak); paraplegia (kelumpuhan pada anggota gerak
bawah); tetraplagia/parese (kelumpuhan) pada keempat anggota
gerak); hemiparese/plegi (kelumpuhan pada sisi tubuh atau anggota
gerak yang dibatasi garis tengah di daerah tulang belakang).
Adaptasi fisiologi bayi baru lahir adalah periode adaptasi terhadap kehidupan
keluar rahim. Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem
imunitasyang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat.
Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang berfungsi mencegah atau
meminimalkan infeksi. Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel
darah yang membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing, tetapi sel-sel
darah ini masih belum matang artinya bayi baru lahir tersebut belum mampu
melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Pada bayi baru lahir cukup bulan kulit berwarna merah dengan sedikit verniks
kaseosa. Sedangkan pada bayi prematur kulit tembus pandang dan banyak verniks.
Pada saat lahir verniks tidak semua dihilangkan, karena diabsorpsi kulit bayi dan
hilang dalam 24 jam. Bayi baru lahir tidak memerlukan pemakaian bedak atau krim,
karena zat-zat kimia dapat mempengaruhi Ph kulit bayi.
Perkembangan setelah dilahirkan maka pertumbuhan susunan saraf lebih
terarah pada pengembangan sel saraf yang masih belum berkembang. Perubahan
fisiologis sistem Neurologis pada bayi baru lahir sistem saraf belum terintegrasi
sempurna namun sudah cukup berkembang untuk bertahan dalam kehidupan ekstra
uterin. Fungsi tubuh dan respon-respon yang diberikan sebagian besar dilakukan oleh
pusat yang lebih rendah dari otak dan reflek-reflek dalam medulla spinalis.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan adalah mahasiswa dapat mengerti dan
mempelajari lebih lanjut mengenai adaptasi fisiologis pada bayi baru lahir. Makalah
ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, tetapi semoga makalah ini dapat
berguna bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Beberapa masalah dan penanganan yang dapat terjadi pada bayi baru lahir (BBL) dari
perubahan internal ke eksternal sistem tubuh pada sistem kekebalan tubuh adalah:
1) Infeksi: Bayi baru lahir rentan terhadap infeksi karena sistem kekebalan tubuh
mereka belum sepenuhnya berkembang. Infeksi dapat diatasi dengan
memberikan antibiotik atau antijamur, tergantung pada jenis infeksi yang
terjadi.
2) Penyakit Autoimun: Meskipun jarang terjadi pada bayi baru lahir, gangguan
autoimun bisa muncul. Penanganannya melibatkan penggunaan obat-obatan
imunosupresif untuk menekan respon autoimun.
3) Respon Imun Terhadap Vaksinasi: Bayi baru lahir mungkin tidak merespons
vaksinasi dengan baik karena sistem kekebalan tubuh mereka masih dalam
tahap pengembangan. Penanganannya dapat melibatkan jadwal vaksinasi yang
direvisi atau pemberian dosis tambahan untuk memperkuat respons imun.
4) Risiko Penyakit Menular: Pencegahan infeksi sangat penting. Ini dapat
dilakukan dengan memastikan lingkungan bayi bersih, menjaga kebersihan
tangan, menghindari kontak dengan orang yang sakit, dan memberikan
imunisasi yang sesuai.
5) Hipersensitivitas dan Alergi: Penanganan alergi atau hipersensitivitas pada
bayi baru lahir mungkin melibatkan pemberian obat antihistamin atau
kortikosteroid. Penghindaran paparan alergen juga penting untuk mencegah
reaksi alergi yang lebih lanjut.
6) Risiko HIV: Pencegahan transmisi HIV dari ibu ke bayi sangat penting. Ini
dapat dilakukan dengan memberikan terapi antiretroviral kepada ibu selama
kehamilan dan persalinan, serta menyediakan formula susu untuk bayi sebagai
alternatif menyusui.
2. Beberapa masalah yang dapat terjadi pada bayi baru lahir (BBL) dari perubahan
internal ke eksternal sistem tubuh pada sistem kulit, beserta penanganannya, adalah
sebagai berikut:
1) Kulit Kering: Penyebab utama kulit kering pada bayi baru lahir adalah
kehilangan kelembapan setelah keluar dari lingkungan dalam rahim.
Penanganannya meliputi penggunaan pelembap kulit khusus bayi secara
teratur, mandi dengan air hangat, dan menghindari penggunaan sabun yang
keras.
2) Ruam Popok: Untuk mengatasi ruam popok, pastikan area popok bayi tetap
kering dan bersih dengan mengganti popok secara teratur. Gunakan krim anti-
ruam popok yang mengandung zinc oxide atau petrolatum untuk membantu
melindungi kulit dan mengurangi iritasi.
3) Eksim Bayi: Penanganan eksim bayi melibatkan penggunaan krim atau salep
steroid topikal yang diresepkan oleh dokter untuk mengurangi peradangan dan
gatal-gatal. Hindari penggunaan produk yang berpotensi iritasi, seperti sabun
parfum atau deterjen yang kuat.
4) Kulit Sensitif: Untuk kulit sensitif, hindari penggunaan produk yang
mengandung bahan kimia keras atau pewangi yang dapat menyebabkan iritasi.
Pilihlah produk perawatan kulit bayi yang lembut dan bebas pewangi.
5) Milium dan Kista Sebaceous: Kedua kondisi ini seringkali membaik dengan
sendirinya dalam beberapa minggu atau bulan. Hindari mencoba untuk
mengeluarkan atau memecahkan benjolan tersebut, karena hal ini dapat
menyebabkan infeksi. Jika benjolan terasa mengganggu atau terlihat
meradang, konsultasikan dengan dokter.
6) Kuning Bayi (Jaundice): Penanganan jaundice tergantung pada tingkat
keparahan dan penyebabnya. Jaundice ringan seringkali membaik tanpa
perawatan, tetapi pada kasus yang lebih parah, bayi mungkin memerlukan
terapi cahaya (fototerapi) di rumah sakit untuk membantu mengurangi kadar
bilirubin dalam darah.
3. Beberapa masalah yang dapat terjadi pada bayi baru lahir (BBL) dari perubahan
internal ke eksternal sistem tubuh pada sistem saraf dan penangananya meliputi:
1) Asfiksia: Ini terjadi ketika bayi mengalami kekurangan oksigen selama proses
kelahiran atau segera setelahnya. Asfiksia dapat menyebabkan kerusakan otak
dan bahkan kematian jika tidak ditangani dengan cepat. Penanganan
melibatkan resusitasi neonatal, termasuk memberikan oksigen dan bantuan
pernapasan.
2) Perdarahan Intrakranial: Cedera pada otak bayi baru lahir dapat menyebabkan
perdarahan di dalam tengkorak. Ini bisa disebabkan oleh trauma lahir, seperti
penggunaan alat vakum atau tang atau karena perubahan tekanan selama
proses persalinan. Penanganannya bisa meliputi observasi terhadap gejala dan
tindakan medis sesuai kebutuhan.
3) Cedera Saraf Bawaan: Beberapa bayi baru lahir mungkin mengalami cedera
saraf bawaan, yang bisa disebabkan oleh faktor genetik atau kelainan
perkembangan. Penanganannya tergantung pada jenis dan tingkat
keparahannya, dan bisa melibatkan terapi fisik, obat-obatan, atau pembedahan.
4) Sindrom Kejang Neonatal: Ini adalah kondisi di mana bayi baru lahir
mengalami kejang yang tidak dapat dijelaskan selama minggu pertama
kehidupan mereka. Penanganannya mungkin memerlukan pengobatan
antikejang dan pemantauan ketat oleh tim medis.
5) Hipotonia: Hipotonia adalah kondisi di mana bayi memiliki otot yang lemah
atau kendor. Ini bisa menjadi tanda adanya gangguan saraf atau otot.
Penanganannya bisa meliputi terapi fisik dan pengawasan medis untuk
memantau perkembangan.
6) Mikrosefali: Ini adalah kondisi di mana bayi memiliki ukuran kepala yang
lebih kecil dari normal karena pertumbuhan otak yang terhambat.
Penanganannya tergantung pada penyebabnya, tetapi bisa melibatkan
perawatan pendukung dan intervensi medis yang diperlukan.