Anda di halaman 1dari 39

Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat serta
hidayah-Nya kami sebagai tim penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Adapun
maksud dan tujuan dari penulisan makalah yang kami telah kami buat adalah untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra
Sekolah serta menjalankan amanat dari dosen pembimbing mata kuliah Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah yang berada di lingkungan Program Studi D4
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta 3.
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari sepenuhnya atas keterbatasan pengetahuan
dan waktu, sehingga masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan
penulisan makalah kami.
Akhir kata, kami mengucapkan Terima Kasih kepada Allah SWT, Kedua Orang Tua
Kami, Dosen Pembimbing Kami, dan Seluruh Teman-Teman yang telah membantu kami dalam
proses pembuatan makalah ini. Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi yang
membaca, serta dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh seluruh pembaca.

Jakarta, 3 Maret 2016

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1

DAFTAR ISI............................................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 3


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 3
1.3 Tujuan.................................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 4
2.1 Pengertian BBL dan adaptasi BBL...................................................................... 4
2.2 Konsep Esensial Adaptasi Fisiologis BBL........................................................... 4
2.3 Periode Transisi.................................................................................................... 5
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi BBL............................................................ 7
2.5 Adaptasi Sistem Pernafasan, Sistem Sirkulasi Darah, Proses Pengaturan Suhu,
Metabolisme Glukosa, Sistem Gastrointestinal, Kekebalan Tubuh,
Sistem Cairan Tubuh, Susunan Syaraf.......................................................................... 7
2.6 Penampilan Fisik dan Perilaku BBL........................................................................ 17
2,7 Ciri-Ciri Tumbuh Kembang..................................................................................... 23
2.8 Tahap-Tahap Tumbuh Kembang.............................................................................. 26
2.9 Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang...................................................... 30

BAB III KESIMPULAN............................................................................................................. 34


BAB IV DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 36

2
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Periode neonatus / Bayi Baru Lahir (BBL) meliputi waktu dari sejak lahir sampai
usia 28 hari, merupakan waktu penyesuaian dari kehidupan intrauteri ke ekstra-uteri
(Olds, et al., 1980). Setelah lahir neonatus (BBL) harus bisa melakukan perubahan
fisiologis yang sangat besar untuk beradaptasi dengan kehidupan baru. Bayi harus
berupaya agar fungsifungsi tubuhnya menjadi efektif sebagai individu yang unik.
Respirasi, pencernaan dan kebutuhan untuk regulasi harus bisa dilakukan sendiri (Gorrie
et al., 1998). Salah satu proses adaptasi fisiologis yang harus dilakukan bayi dan
diidentifikasi oleh perawat selama periode transisi kehidupan fetus ke neonatus adalah
adaptasi sistem gastrointestinal (Gorrie et al., 1998).

2. Rumusan Masalah
Fisiologis dan adaptasi bayi baru lahir

1. Pengertian BBL dan adaptasi BBL?

2. Apa konep esensial adaptasi fisiologis BBL?

3. Periode transisi?

4. Factor-faktor yang mempengaruhi adaptasi BBL?

5. Adaptasi system pernafasan, suhu, metabolism glikosa, system gastrointestinal,

kekebalan tubuh, system cairan tubuh, susunan syaraf?

Ciri-ciri / penampilan fisik bayi baru lahir


1. Penampilan fisik dan prilaku BBL?

2. Ciri-ciri tumbung kembang?

3. Tahap-tahap tumbuh kembang?

4. Factor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang?

3
3. TUJUAN
1. Mengetahui fisiologis dan adaptasi pada bayi baru lahir.

2. Mengetahui ciri-ciri / penampilan fisik pada bayi baru lahir.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Bayi baru lahir (BBL) adalah hasil konsepsi yang baru keluar dari rahim seorang

ibu melalui jalan kelahiran normal atau dengan bantuan alat tertentu sampai usia 1 bulan.

Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama 1 jam

pertama kelahiran. Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir

sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu. Menurut

Dep. Kes. RI, (2007) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur

kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.

Adaptasi BBL adalah proses tentang penyesuaian yang terjadi pada bayi baru

lahir. mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan

intrauterine ke ekstrauterin.

B. Konsep Esensial Adaptasi Fisiologis Bbl

Adaptasi fisiologis neonates (BBL) merupakan ilmu yang mempelajari fungsi dan

proses vital neonatus dan juga mempelajari tentang penyesuaian yang terjadi pada bayi

baru lahir. Neonatus adalah inividu yang baru saja mengalami proses kelahiran dan harus

menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin, selain itu, neonatus adalah

individu yang sedang tumbuh. Saat lahir, bayi baru lahir harus beradaptasi dari keadaan

yang sangat tergantung menjadi mandiri. Saat ini bayi tersebut harus dapat oksigen

melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi oral untuk

mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap

5
penyakit. Periode adaptasi terdahadap kehidupan diluar rahim disebut periode transisi .

periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem

tubuh. Perbedaan lingkungan fisik sebelum dan sesudah lahir (Timiras dalam Johnson,

1986), adalah sbb :

Perubahan Sebelum Lahir Sesudah Lahir

1. Lingkungan fisik Cairan Udara

2. Suhu Luar Pada umumnya tetap Berubah-ubah

Terutama kinestetik atau


3. Simulasi sensoris vibrasi Bermacam-macam stimulli

Tergantung tersedianya
Tergantung zat gizi yang bahan makanan dan
4. Gizi terdapat dalam darah ibu kemampuan saluran cerna

Berasal dari ibu ke janin Berasal dari paru-paru ke


5. Penyediaan oksigen melalui plasenta pembuluh darah paru-paru

Dikeluarkan melalui paru-


6. Pengeluaran hasil Dikeluarkan ke sistem paru, kulit, ginjal, dan
metabolism peredaran darah ibu saluran pencernaan

6
C. Periode Transisi

Setiap Bayi Baru Lahir Harus Menyesuaikan Diri Dari Kehidupan Intra Uterin Ke

Kehidupan Ekstrauterin. Proses Ini Dapat Berjalan Lancar Tetapi Dapat Juga Terjadi

Berbagai Hambatan, Yang Bila tidak segera diatasi dapat berakibat fatal.

Terdapat tiga periode dalam masa transisi bayi baru lahir.

1. Periode Reaktivitas I : (30 menit pertama setelah lahir)

Pada awal stadium ini aktivitas sistem saraf simpatif menonjol, yang ditandai oleh:

1) Sistem Kardiovaskuler

a. Detak jantung cepat tetapi tidak teratur, suara jantung keras dan kuat.

b. Tali pusat masih berdenyut.

c. Warna kulit masih kebiru-biruan, yang diselingi warna merah waktu

menangis.

2) Traktur Respiratorrus

a. Pernafasan cepat dan dangkal.

b. Terdapat ronchi dalam paru.

c. Terlihat nafas cuping hidung, merintih dan terlihat penarikan pada dinding

thorax.

3) Suhu Tubuh

a. Suhu tubuh cepat turun.

4) Aktivitas

a. Mulai membuka mata dan melakukan gerakan explorasi.

b. Tonus otot meningkat dengan gerakan yang makin mantap.

7
c. Ektrimitas atas dalam keadaan fleksi erat dan extrimitas bawah dalam keadaan

extensi.

5) Fungsi Usus

a. Peristaltik usus semula tidak ada.

b. Meconium biasanya sudah keluar waktu lahir.

Menjelang akhir stadium ini aktivitas sistem para simpatik juga aktif, yang ditandai dengan:

• Detak jantung menjadi teratur dan frekuensi menurun.


• Tali pusat berhenti berdenyut.
• Ujung extremitas kebiru-biruan.
• Menghasilkan lendir encer dan jernih, sehingga perlu dihisap lagi.
Selanjutnya terjadi penurunan aktivitas sistem saraf otonom baik yang simpatik maupun para
simpatik hingga kita harus hati-hati karena relatif bayi menjadi tidak peka terhadap
rangsangan dari luar maupun dari dalam.
Secara klinis akan terlihat:
a) Detak jantung menurun.
b) Frekuensi pernafasan menurun.
c) Suhu tubuh rendah.
d) Lendir mulut tidak ada.
e) Ronchi paru tidak ada.
f) Aktifitas otot dan tonus menurun.
g) Bayi tertidur.
Pada saat ini kita perlu berhati-hati agar suhu tubuh tidak terus menurun.
2. PERIODE REAKTIFITAS II (periode ini berlangsung 2 sampai 5 jam)
Pada periode ini bayi terbangun dari tidur yang nyenyak, sistem saraf otonom meningkat
lagi. Periode ini ditandai dengan:
• Kegiatan sistem saraf para simpatik dan simpatik bergantian secara teratur.
• Bayi menjadi peka terhadap rangsangan dari dalam maupun dari luar.
• Pernafasan terlihat tidak teratur kadang cepat dalam atau dangkal.
• Detak jantung tidak teratur.

8
• Reflek gag/gumoh aktif.
• Periode in i berakhir ketika lendir pernafasan berkurang.
3. PERIODE III STABILISASI (periode ini berlangsung 12 sampai 24 jam)
a. Kedua pengkajian keadaan fisik tersebut untuk memastikan bayi dalam keadaan
normal/mengalami penyimpangan.
2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADAPTASI BBL

Menurut Stright (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi bayi baru lahir.

1. Pengalaman antepartum ibu dan bayi baru lahir (misalnya, terpajan zat toksik dan sikap
orang tua terhadap kehamilan dan pengasuhan anak)
2. Pengalaman intrapartum ibu dan bayi baru lahir (misalnya,lama persalinan, tipe analgesic
atau anesthesia intrapartum).
3. Kapasitas fisiologis bayi baru lahir untuk melakukan transisi ke kehidupan ekstrauterin
4. Kemampuan petugas kesehatan untuk mengkaji dan merespon masalah dengan tepat pada
saat terjadi

2.5 ADAPTASI SISTEM PERNAFASAN, SISTEM SIRKULASI DARAH, PROSES


PENGATURAN SUHU, METABOLISME GLUKOSA, SISTEM GASTROINTESTINAL,
KEKEBALAN TUBUH, SISTEM CAIRAN TUBUH, SUSUNAN SYARAF

A. Adaptasi Bayi Baru Lahir pada Sistem Pernafasan


1. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang
dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses
ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolusn
akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas
sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi
kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan
tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
2. Adaptasi paru

9
Hingga saat lahir tiba, janin bergantung pada pertukaran gas daerah maternal
melalui paru maternal dan placenta. Setelah pelepasan placenta yang tiba-tiba
setelah kelahiran, adaptasi yang sangat cepat terjadi untuk memastikan kelangsungan
hidup. Sebelum lahir janin melakukan pernapasan dan menyebabkan paru matang,
menghasilkan surfaktan, dan mempunyai alveolus yang memadai untuk pertukaran
gas. Sebelum lahir paru janin penuh dengan cairan yang diekskresikan oleh paru itu
sendiri. Selama kelahiran, cairan ini meninggalkan paru baik karena dipompa menuju
jalan napas dan keluar dari mulut dan hidung, atau karena bergerak melintasi dinding
alveolar menuju pembuluh limve paru dan menuju duktus toraksis.
3. Awal adanya nafas
Pada saat lahir bayi berpindah tempat dari suasana hangat dilingkungan rahim ke
dunia luar tempat dilakukannya peran eksistensi mandiri. Bayi harus dapat melakukan
transisi hebat ini dengan tangkas. Untuk mencapai hal ini serangkaian fungsi adaptif
dikembangkan untuk mengakomodasi perubahan drastis dari lingkungan di dalam
kandungan ke lingkungan diluar kandungan. Faktor-faktor yang berperan pada
rangsangan nafas pertama bayi adalah :
a) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
b) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis.
Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat
menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang
diperlukan untuk kehidupan.
c) Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat
dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi
gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi
dan tingkat gerakan pernapasan janin.
d) Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.

4. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas


Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :

10
a) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
b) Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
c) Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin
/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan
dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru
matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi
tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus
sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
d) Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan,
yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan
penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini
menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.

5. Dari cairan menuju udara


Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati
jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-
paru. Seorang bayi yang dilahirkan secar sectio sesaria kehilangan keuntungan dari
kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih
lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan
trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan
diserap oleh pembuluh limfe dan darah.

6. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler


Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh
darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada
pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli,
sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk
hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas
dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan aliran darah ke
paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu

11
menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi
sirkulasi luar rahim.

B. Adaptasi Bayi Baru Lahir pada Sistem Sirkulasi Darah


Sirkulasi peredaran darah setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru-
paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna
mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik pada bayi baru
lahir terjadi dua perubahan besar.
a. Penutupan foremren ovale pada atrium jantung
b. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.
Perubahan siklus ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh system
pembuluh tubuh. Oksigenasi menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan
cara mengurangi atau meningkatkan resistensinya sehingga mengubah aliran darah. Dua
peristiwa yang mengubah tekanan dalam system pembuluh darah adalah :
a.       Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan
atrium kanan menurun. Karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan. Hal ini
menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium tersebut. Kedua kejadian ini
membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk
menjalani proses oksigenasi ulang.
b.      Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan
meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan pertama ini menimbulkan
relaksasi dan sedikit terbukanya system pembuluh darah paru-paru. Peningkatan sirkulasi
ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan.
Dengan peningkatan tekanan atrium kanan dan penurunan tekanan pada atrium kiri,
foramen ovale secara fungsional akan menutup.

C. Adaptasi Bayi Baru Lahir pada Proses Pengaturan Suhu


Bayi baru lahir memilki kecenderungan cepat stress akibat perubahan suhu
lingkungan, karena belum dapat mengatur suhu tubuh sendiri. Pada saat bayi
meninggalkan lingkungan rahim ibu yang bersuhu rata-rata 37 0C, kemudian bayi masuk

12
ke dalam  lingkungan. Suhu ruangan persalinan yang suhu 25 0C sangat berbeda dengan
suhu di dalam rahim.
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil
merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas
tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak
coklat terdapat di seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh sampai
100 %. Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan glukosa guna
mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak
dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis
dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan,
semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia
dan asidosis.  Disebut sebagai hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 36 0 C. Suhu
normal pada neonatus adalah 36 5 – 370 C. Bayi baru lahir mudah sekali terkena
hipotermia yang disebabkan oleh:
a.       Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
b.      Permukaan tubuh bayi relative lebih luas
c.       Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
d.      Bayi belum mampu mengatur possisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak
kedinginan.
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan
upaya mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa
stabilisasi yaitu 6 – 12 jam pertama setelah lahir. Misal: bayi baru lahir dibiarkan basah
dan telanjang selama menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan disekitar bayi
cukup hangat namun bayi dibiarkan telanjang atau segera dimandikan. Gejala hipotermia:
A. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis,
hipotonus, tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah.
B. Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.
C. Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung,
tungkai dan lengan.
D.  Muka bayi berwarna merah terang

13
E. Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan
berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru,
ikterus dan kematian.
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui empat mekanisme yaitu :
a. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar
yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang
dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika
terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau
pendingin ruangan.
b.   Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat
benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi
bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi
panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
c. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin, meja, tempat tidur atau timbangan yang
temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui
mekanisme konduksi apalagi bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut.
d. Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi
karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi
sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas
juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera
dikeringkan dan diselimuti.
Meminimalkan kehilangan panas bayi baru lahir, beberapa cara umum untuk
mempertahankan panas adalah sebagai berikut :
a.       Selimut, topi atau pakaian yang hangat sebelum kelahiran.
b.      Keringkan bayi baru lahir secepatnya.
c.       Atur suhu ruangan persalinan 25 0C.
d.      Jangan lakukan penghisapan bayi baru lahir jika alas tempat tidur basah.
e.       Tunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu stabil.
f.       Tempatkan area perawatan bayi baru lahir dari jendela, dinding luar atau jalan ke
pintu.

14
g.      Selalu menutup kepala bayi baru lahir dan membungkus rapat tubuh bayi selama 48
jam.

D. Adaptasi Bayi Baru Lahir pada Metabolisme Glukosa


Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan
tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa
darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. Melalui penggunaan ASI
b. Melalui penggunaan cadangan glikogen
c. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan
membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi). Hal ini hanya terjadi jika bayi
mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa
dalam bentuk glikogen terutama di hati, selama bulan – bulan terakhir dalam rahim. Bayi
yang mengalami hipotermia pada saat lahir, yang mengakibatkan hipoksia akan
menggunakan cadangan glikogen dalm jam – jam pertama kelahiran. Keseimbangan
glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3 – 4 jam pertama kelahiran pada bayi cukup
bulan. Jika semua persediaan glikogen diguenakan pada jam pertama, maka otak dalam
keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (premature), lewat bulan (post matur),
bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stress janin merupakan
risiko utama, karena simpanan energy berkurang (digunakan sebelum lahir).
Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas, meliputi : kejang – kejang halus,
sianosis, apneu, tangis lemah, letargi, lunglai, dan menolak makanan. Hipoglikemi juga
dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan
yang meluas di seluruh sel – sel otak.

E. Adaptasi Bayi Baru Lahir pada Sistem Gastrointestinal


Kebutuhan nutrisi dan kalori janin terpenuhi langsung dari ibu melalui plasenta,
sehingga gerakan ususnya tidak aktif dan tidak memerlukan enzim pencernaan, dan

15
kolonisasi bakteri di usus negatif. Setelah lahir gerakan usus mulai aktif, sehingga
memerlukan enzim pencernaan, dan kolonisasi bakteri di usus posistif. Syarat pemberian
minum adalah sirkulasi baik, bising usus positif, tidak ada kembung, pasasemekonium
posistif, tidak ada muntah dan sesak napas.
Refleks gumoh dan refleks batuk sudah terbentuk baik saat lahir. Kemampuan
bayi untuk menelan dan mencerna makanan selain susu masih terbatas. Hubungan antara
esofagus dan lambung masih belum sempurna (gumoh) dan kapasitas lambung masih
terbatas (30 cc).
Dua sampai tiga hari pertama kolon berisi mekonium yang lunak, berwarna hijau
kecoklatan, yang berasal dari saluran usus dan tersusun atas, mukus dan sel epidermis.
Warna yang khas berasal dari pigmen empedu. Beberapa jam sebelum lahir usus masih
steril, tetapi setelah itu bakteri menyerbu masuk. Pada hari ke-3 atau ke-4 mekonium
menghilang.

F. Adaptasi Bayi Baru Lahir Pada Sistem Kekebalan Tubuh


System imunitas BBL masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentas
terhadap berbagai infeksi dan alergi. System imunitas yang matang akan memberikan
kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan
tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan
alami :
a. Perlindungan oleh kulit membrane mukosa
b. Fungsi saringan saluran nafas
c. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
d. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu
BBl membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL sel – sek darah ini masih belum
matang, artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara
efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif
mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibody keseluruhan terhadap

16
antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupan anak. Salah satu
tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan system kekebalan tubuh.
Difisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi infeksi dan
reaksi bayi terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba
(seperti pada praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum)
dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.

G. Adaptasi Bayi Baru Lahir Pada Keseimbangan Cairan Tubuh


Tubuh manusia membutuhkan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran.
Cairan dimasukkan melalui mulut, atau secara parenteral dan cairan meninggalkan tubuh
dari saluran pencernaan, paru – paru, kulit, dan ginjal. Klien dari berbagai umur dapat
mengalami kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan cairan, tetapi manusia yang paling
muda dan paling tua memiliki resiko terbesar.
Dehidrasi dan edema mengindikasikan tidak terpenuhinya kebutuhan cairan.
Dehidrasi mungkin karena demam berlebihan atau berkepanjangan, muntah, diare,
trauma,atau kondisi lainya yang menyebabkan kehilangan cairan dengan cepat. Edema
juga diikuti oleh gangguan elektrolit dan bisa muncul pada gangguan nutrisi,
kardiovaskular, ginjal, kanker, traumatic, atau gangguan lain yang menyebabkan
akumulasi cairan dengan cepat.
Organ – organ dan sistem – sistem yang berperan kebutuhan cairan dan elektrolit
dalam tubuh diatur oleh ginjal, paru, kulit, dan gastrointestinal.
a. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur
kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlibat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai
pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam dara, pengatur keseimbangan asam
basa darah, dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan garam. Janin menhasilkan
sejumlah besar urine encer yang merupakan sumber penting cairan amnion. Bayi baru
lahir mengekresikan sedikit urine pada 48 jam pertama kehidupan, seringkali hanya
30 hingga 60 ml.
b. Paru – paru

17
Pada masa janin, paru terisi oleh cairan yang dikeluarkan oleh paru yang bertukar
dengan cairan amnion. Saat lahir, 10-25 ml/kg cairan akan dikeluarkan atau
diresorpsi. Pada saat bayi lahir banyak factor untuk merangsang tarikan napas
pertama termasuk perubahan dan keadaan. Diafragma berkontraksi secara kuat dan
kecepatannya lebih tinggi dibandingkan orang dewasa. Sebagian besar bayi menarik
nafas dalam 6 detik dan memperlihatkan pola bernafas dan pertukaran gas yang
normal dalam 15 menit.
c. Kulit
Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses
pengaturan panas. Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat dibawah
pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini suhu dapat diturunkan
dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari.
Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas
otot, suhu lingkungan , dan kondisi sushu tubuh yang panas. Sebelum lahir janin
bergantung pada ibunya untuk mengatur suhu tubuhnya. Demam pada ibu
menyebabkan efek tidak sengaja pada gradient suhu. Setelah lahir, biasanya suhu
lingkungan biasanya lebih rendah daripada suhu ibu, bayi mengalami penurunan suhu
saat lahir.
d. Gastrotestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. System
gastrotestinal pada janin cukup bulan mempraktikkan perilaku menghisap dan
menelan. Reflex muntah dan batuk yang matur telah lengkap saat lahir. Pada bayi
baru lahir cukup bulan relative matur dan kemampuan untuk menelan sumber
makanan dari luar terbatas.

H. Adaptasi Bayi Baru Lahir Pada Sususan Syaraf


a. Sebelum lahir
Janin berespons terhadap kebisingan, sinar yang kuat, stimulasi yang mengganggu
pada kulit dan penurunan suhu dengan mengubah respon otonom, misalnya kecepatan

18
denyut jantung dan dengan bergerak. Gerakan janin dapat dirasakan sejak usia 14
minggu. Diperkirakan membantu pertumbuhan otot dan ekstremitas.
b. Setelah lahir
Setelah lahir, susunan saraf mengalami perkembanagn pesat sebagai respons
terhadap peningkatan input sensorik. Reflex mungkin tertekan pada 24 jam pertama,
terutama apabila terjadi penyaluran transplasenta analgesia narkotik, tetapi kemudian
beberapa reflex mulai tampak.

2.6 PENAMPILAN FISIK DAN PERILAKU BBL

REAKSI AWAL BAYI BARU LAHIR

Begitu lahir, bayi harus menangis. Ini merupakan reaksi pertama yang bisa
dilakukan. Dengan menangis, otomatis paru-parunya berfungsi. Paru-paru akan membuka
dan mengisap oksigen. Selain itu, menangis juga sebagai reaksi dari perubahan yang
dialami si bayi. Ketika di kandungan, ia merasakan kehangatan dan kenyamanan; ia
merasa terlindungi. Suasana di rahim pun gelap. Sementara begitu lahir, ia merasakan
udara luar yang dingin dan ada cahaya terang, perubahan ini disikapinya dengan
menangis. 

Itu sebab, jika setelah lahir bayi tak menangis, berarti tak normal. Biasanya, ia
mengalami asfiksia, yaitu kurang masukan oksigen ke dalam tubuhnya. Bahayanya, otak
pun akan kekurangan oksigen hingga dapat merusak otak. Kejadian ini biasanya
berkaitan dengan keadaan sejak di kandungan. Maka itu, bila ada sesuatu dengan
kandungan ibu yang bermasalah, harus segera mendapat penanganan yang adekuat dan
benar dari ahlinya. Ini untuk menghindari, salah satunya kejadian bayi tak menangis.

Ketika bayi menangis, anggota geraknya pun ikut aktif. Tangisan bayi yang sehat
bila suaranya keras, bukan merintih atau melengking. Jika suara tangisannya
merintih/melengking, pertanda ada sesuatu pada si bayi atau ia sakit.

Menangis pada bayi juga merupakan ungkapan ekspresinya. Bayi akan menangis
lantaran minta perhatian, lapar, basah popoknya karena BAB/BAK, atau lainnya. Jadi,
bayi menangis tak selalu berarti lapar.

19
Berikut ini akan digambarkan beberapa reaksi bayi baru lahir yaitu sebagai berikut : 

 Kaget.
Bayi akan bereaksi seperti kaget. Ini merupakan refleks naluriah. Sejauh refleks
ini tak berlebihan terjadinya, tak masalah. Bila ia kaget, biasanya tubuhnya
bergerak semua. Gerakannya itu harus simetris semua, tak hanya sebagian
tubuhnya saja yang bergerak. Kalau tidak, harus dicurigai ada sesuatu di otaknya.
Segera periksakan ke dokter.
Gerak refleks ini bisa karena ia melihat cahaya yang menyilaukan atau lantaran ia
sudah bisa mendengar suara/bunyi yang mengagetkannya. Itu sebab, jika bayi
sedang tidur, biasanya orang di sekitarnya diminta untuk tak terlalu berisik.
Refleks ini masih boleh ada sampai usia 5 bulan. Jika setelah itu masih tetap ada,
berarti tak normal, ada sesuatu pada diri si bayi hingga mesti dicari penyebabnya.
Kemungkinan ada kerusakan di otaknya.
 Bersin 
Jika sesekali atau tak berlebihan, wajar saja. Sebenarnya, bersin pertanda ia ingin
mengeluarkan sesuatu/kotoran dari hidungnya. Lagi pula hidung bayi itu sensitif;
dengan bersin, lubang hidungnya dibersihkan. Jadi, bersin merupakan reaksi bayi
untuk pertahanan tubuhnya. Selain itu, bersin bisa juga karena ia terekspos udara
dingin. Jadi, bersin tak selalu berarti bayi akan flu. Tapi jika keseringan, misal,
tiap jam bersin, memang bisa jadi pertanda si bayi sakit. Mungkin ketularan pilek
dari ibunya. 
Karena itu, untuk menghindarinya dari sakit, jangan sering-sering menciumi si
bayi. Bila di rumah ada orang dewasa yang sedang sakit, sebaiknya tak mencium
bayi dan harus menggunakan masker.
 Mengisap 
Refleks ini merupakan refleks paling primitif untuk mempertahankan hidup.
Lapar atau tidak, bila kita taruh jari di mulutnya, ia akan mencari dan membuka
mulutnya dan jari tersebut akan diisapnya. Kemampuan inilah yang membuatnya
bisa menyusu dan mendapatkan makanan. Bila usia kehamilan ibu 34 minggu ke
atas dan bayi dilahirkan di usia itu, sudah ada refleks mengisapnya. Jika refleks
ini tak ada, berarti si bayi sakit, apakah infeksi atau sakit berat lainnya, semisal

20
ada kerusakan otak hingga pusat yang mengatur refleksnya tak berfungsi. Refleks
mengisap akan terus ada sampai dewasa. Maka itu, adakalanya anak usia setahun
pun masih suka mengisap ibu jarinya.
 Tersedak 
Normalnya di tenggorokan ada jalan napas dan jalan makanan atau
kerongkongan. Jika bayi sedang minum/makan, jalan napasnya akan menutup.
Pada bayi normal, lahir cukup bulan, dan sehat, ia punya refleks otomatis seperti
itu. Jadi, bila kebanyakan minum, ia akan berhenti dulu, tak akan gelagapan
tersedak sampai masuk ke paru-paru. Bayi bisa mengatur seberapa banyak harus
mengisapnya. Jadi, jarang bayi tersedak. Jika hanya sekali-kali tersedaknya tak
apa-apa, asalkan jangan sampai masuk ke jalan napas dan menyebabkannya biru.
Bila sampai tersedak pun ia punya refleks untuk membatukkan. Kecuali jika bayi
dicekoki, kebanyakan bisa tersedak. 
Pada bayi yang menyusu ASI, tak mungkin tersedak karena bayi mengisap dan
memompa ASI sesuai isapannya. Tersedak justru lebih sering terjadi pada bayi
yang minum susu botol. Terutama karena posisi dalam memberikan susu botol
yang mungkin tak benar/tak hati-hati. Selain itu, susu akan menetes terus dari
dotnya hingga bayi sulit mengatur isapannya. Akibatnya, jika kebanyakan
netesnya, ia jadi gelagapan. Maka itu, dalam menyusui bayi, mata ibu tak boleh
ke mana-mana, harus memperhatikan dengan baik apakah si bayi mengisapnya
dengan enak atau tidak. Bila si bayi tersedak, hentikan dulu menyusunya, lalu
angkat dan sendawakan. 
Ada kelainan pada bayi yang membuatnya sering tersedak, misal, refleks isapnya
tak ada karena ia sakit berat dan badannya lemah. Sebab, refleks tersebut akan
timbul jika si bayi sehat. Karena refleksnya itu tak ada lalu dipaksa, hingga
membuatnya tersedak. Seharusnya bayi-bayi seperti ini dipasangkan selang dari
mulut ke lambungnya. Bayi juga bisa tersedak karena kelainan anatomis, misal,
fistula esophagus (ada lubang antara jalan napas dan jalan makan). Jadi,
makanan/minuman yang masuk, sebagian masuk ke paru-paru hingga
membuatnya tersedak. Kelainan ini harus diperbaiki dengan operasi.
 Mengeluarkan air liur

21
Air liur diproduksi terus dan harus ditelan. Jika air liur keluar dari mulutnya
hanya sekali-kali/tak berlebihan, itu normal. Nanti juga lama-lama hilang sendiri
sejalan pertambahan usianya. Tapi, jika air liur sudah terlalu banyak dan
berlebihan, berarti ada penyakit. Misal, ada atresia esophagus (buntunya saluran
kerongkongan), hingga bayi tak bisa menelan dan produksi air liurnya berlebihan.
Mengatasinya, dengan operasi. Biasanya kelainan ini harus dicurigai ada pada
bayi bila ibunya dalam kehamilan mengalami polihidramnion atau air ketuban
banyak atau yang orang bilang dengan hamil kembar air.
 Buang air besar dan buang air kecil
Sebenarnya, bayi di kandungan sudah makan dan ususnya sudah bisa membentuk
yang namanya kotoran. Itu sebab, umumnya bayi baru lahir dalam waktu 24 jam
sudah BAB dan BAK. Jika dalam waktu 48 jam tidak BAB/BAK, berarti ada
yang tak beres.
Kalau tidak BAB, mungkin ada sumbatan di jalan ususnya hingga kotoran tak
bisa keluar. Bisa karena memang jalannya buntu atau karena kotoran yang sudah
terbentuk di kandungan begitu keras (mekonium plak). Untuk mengeluarkannya,
kotoran ini harus distimulasi dan ini dilakukan di RS.
Pada tiga hari pertama, kotoran bayi masih berwarna hitam kehijauan. Tapi lama-
lama warnanya berubah jadi kuning. Pada bayi yang mendapatkan ASI, frekuensi
BAB-nya lebih sering. Dalam sehari bisa sampai 10 kali, tapi hanya sedikit-
sedikit. Jadi, kita tak perlu bingung dan menganggapnya diare. Yang penting
bukan frekuensinya, tapi konsistensinya. Jika konsistensinya berupa cairan dan
jumlahnya banyak, berarti diare.
Kalau tidak BAK, biasanya karena bayi sakit berat (syok) hingga aliran darah ke
ginjal kurang. Dalam keadaan syok, aliran darahnya diutamakan ke otak dan
jantung hingga aliran darah yang ke ginjal kurang. Bayi akan lebih sering BAK
jika ia memang banyak minum. Atau, bisa juga karena udara dingin membuatnya
lebih sering BAK. Bisa 10-12 kali ganti popok dalam sehari. Jika sudah BAK,
otomatis cairan tubuhnya berkurang dan bayi pun akan minta minum kembali.
Jadi berikan saja, tak perlu pakai jam-jaman.
 Tangan dan kaki lebih sering menekuk

22
Ketika ditaruh dalam posisi telentang, biasanya tubuhnya tak lurus sama sekali,
tapi menekuk di siku tangan dan lututnya. Tubuhnya pun lebih banyak bergerak.
Posisi anggota gerak bayi normal ini, namanya fleksi. Mungkin posisi secara
fisiologis ini seperti kala di kandungan, bayi dalam keadaan meringkuk.
Jadi, posisinya ini tak perlu dikhawatirkan, apalagi sampai membedongnya kuat-
kuat dengan tujuan agar tubuhnya jadi lurus. Biarkan saja. Sebetulnya, bedong
digunakan hanya agar bayi tak kedinginan. 
Namun bila tubuhnya menekuk berlebihan, dalam arti menekuk sekali dan tampak
kaku atau tak relaks, namanya spastis. Ini berarti ada saraf yang tak beres.
Umumnya, setelah usia 5-6 bulan posisinya mulai tidur lurus. Tapi jika dari awal
sudah lurus dan kaku, namanya ekstensi. Kemungkinan ada sesuatu di otaknya.

 Melihat ke atas
Bayi baru lahir cuma bisa membedakan terang dan gelap, ada sinar atau tidak.
Fungsi penglihatannya belum sempurna. Jadi, jika bayi tampak seolah sering
melihat ke atas, sebenarnya bukanlah demikian. Itu hanya reaksi karena ada sinar
yang membuatnya silau dan matanya tampak bergerak-gerak. Mungkin karena ia
melihat bayangan saja atau sesuatu seperti bayangan yang bergerak. Usia 2 bulan
penglihatannya masih kabur dan buram, ia tahu hanya ada bayangan. Setelah 4
bulan, barulah penglihatannya lebih jelas.
 Perut sering tampak bergerak
Pernapasan bayi masih dominan dengan menggunakan otot perut. Itu sebab, otot
perutnya akan bergerak. Setelah 6 bulan, pernapasannya berganti dengan otot
dada. Maka itu, para ibu jangan memakaikan gurita/bedong pada bayinya. Sebab,
pemakaian gurita/bedong tak hanya mengekang pergerakan dinding perut, tapi
juga gerakan usus untuk mencerna makanan pun akan terganggu. Bahkan,
makanan yang masuk bisa keluar alias muntah lagi. Bila khawatir si kecil
kedinginan, sebaiknya jangan dibedong kuat-kuat, gunakan saja celana, popok
dan kaos singlet. Biarkan bayi bernapas lega.
 Gumoh/muntah

23
Tak apa-apa bayi gumoh. Itu bagian dari refleksnya. Apalagi jarak antara
kerongkongan dan jalan nasofaring ini pendek, hingga mudah terjadi gumoh.
Gumoh pertanda bayi kebanyakan minum atau sudah kenyang. Lambung bayi itu
kecil, jika makanan/minumannya terlalu banyak akan membuatnya gumoh. Bila
gumoh terus-terusan, kita tak boleh berpikir terlalu jelek seperti halnya muntah.
Mungkin saja karena kita mencekoki si bayi susu terus. Apalagi kadang bila bayi
menangis, umumnya ibu akan menjejalkan mulut si bayi dengan susu. Padahal,
mungkin saja si bayi tak lapar, tapi pipis atau hanya ingin digendong. Tak apa-apa
juga bila gumoh keluar lewat hidung, selama bayi tak tampak biru. Jika sampai
biru dan tersedak, artinya sudah masuk ke jalan napas.
Kita harus bisa membedakan antara gumoh dan muntah. Gumoh keluar begitu
saja dari mulut dan sedikit. Sedangkan muntah, ada tekanan negatif dari perut
mendorong diafragma. Jika muntahnya hanya sekali, mungkin bisa dipikirkan
kekenyangan. Tapi jika muntahnya lebih dari 3 kali atau setiap minum muntah,
mungkin ada obstruksi/sumbatan, baik di sekitar lambung atau lebih ke bagian
bawahnya. Jika demikian, harus dibawa ke dokter. Kalau ternyata ada obstruksi,
harus dilakukan operasi.

 Tidur
Dalam sehari, bayi baru lahir bisa tidur sampai 18 jam. Bangunnya hanya untuk
minum, lalu tidur lagi. Secara perlahan, makin usia bertambah, waktu tidurnya
akan berkurang atau makin sedikit. Bayi kalau perutnya kenyang, badan kering
dan hangat, ia akan tidur. Kalau tidak, ia gelisah. Ada juga bayi-bayi yang susah
tidurnya, berarti termasuk bayi rewel atau ada sesuatu yang dirasanya atau sakit.
Lebih ekstremnya, jika bayi banyak tak tidurnya alias melotot terus, ia akan
sangat aktif, bertemperamen tinggi, seperti mengamuk, dan sebagainya. Biasanya
bayi seperti ini karena ada keracunan dari sang ibu, misal, ibunya pecandu
narkoba. Harus ditangani dokter untuk pengobatannya.
Saat ditidurkan, sebaiknya bayi tak ditaruh telentang tapi menyamping agar jika
muntah tak akan ditelannya. Bayi bisa memilih sendiri posisi tidurnya yang
dirasakannya nyaman.

24
 
 Menguap 
Normal, jika bayi sesekali menguap, bisa berarti ia mengantuk. Tapi, jika
sebentar-sebentar menguap atau sering, bisa termasuk dalam salah satu sindrom
keracunan obat-obatan, misal, dari ibu yang pecandu narkotika. Harus ditangani
dokter untuk pengobatannya.
 Menggeliat 
Menggeliat berarti menggerakkan otot-ototnya. Normal, kok, karena ia belum bisa
tengkurap atau membalikkan badannya, maka gerakannya hanya sebatas
menggeliat. Bayi memang harus banyak bergerak. Di kandungan saja, bayi
banyak menendang-nendang. Hanya, seberapa banyak/aktifnya bergerak, sangat
individual sifatnya, entah bayi laki atau perempuan. Justru kalau bayi diam saja,
harus dicurigai, berarti ada sesuatu atau sakit.
 Tersenyum
Orang tua dulu mengatakan, jika bayi tersenyum berarti sedang tersenyum dengan
saudaranya atau malaikat. Sebenarnya, senyumnya itu tak berarti apa-apa. Apalagi
bayi belum bisa melihat dengan jelas, masih berupa bayangan saja. Bayi
tersenyum sekadar reaksinya menggerakkan otot-otot wajahnya

2.7 CIRI-CIRI TUMBUH KEMBANG

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi
saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan (Soetjiningsih,
2000).

1. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti
sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh
dan juga karena bertambah besarnya sel, seperti pertambahan ukuran berat badan, tinggi
badan, dan lingkar kepala (Nursalam, et al., 2005, p.32).

25
Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari
kematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal dalam perjalanan waktu
tertentu. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan yang bersifat kuantitatif
yang mengacu pada jumlah, besar, dan luas, serta bersifat konkret yang biasanya
menyangkut ukuran dan struktur biologis (Herawati, 2009, p.24).
Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interceluler, yang berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti
sebagian atau keseluruhan (Narendra, et al., 2002, p.1).

Ciri-ciri pertumbuhan
a. Perubahan ukuran
Perubahan terlihat jelas pada pertumbuhan fisik dengan bertambahnya umur anak,
terjadi pula penambahan berat badan, tinggi badan, lingkaran kepala, dan lain-lain.
Organ tubuh seperti jantung, paru-paru atau usus akan bertambah besar, sesuai
dengan peningkatan kebutuhan tubuh (Narendra, et al., 2002, p.3).
b. Perubahan proporsi
Proporsi tubuh seorang bayi baru lahir sangat berbeda dibandingkan tubuh anak atau
orang dewasa. Pada bayi baru lahir, kepala relatif mempunyai proporsi yang lebih
besar dibanding dengan umur-umur lainnya. Titik pusat tubuh bayi baru lahir kurang
lebih setinggi umbilicus, sedangkan pada orang dewasa titik pusat tubuh terdapat
kurang lebih setinggi simpisis pubis (Narendra, et al., 2002, p.3).
c. Hilangnya ciri-ciri lama
Selama proses pertumbuhan terdapat hal-hal yang terjadi perlahan-lahan, seperti
menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu, dan menghilangnya refleks-refleks
primitif (Narendra, et al., 2002, p.4)
d. Timbulnya ciri-ciri baru
Timbulnya ciri-ciri baru adalah sebagai akibat pematangan fungsi-fungsi organ.
Perubahan fisik yang penting selama pertumbuhan adalah munculnya gigi tetap yang
menggantikan gigi susu yang telah lepas, dan munculnya tanda-tanda seks sekunder
seperti tumbuhnya rambut pubis dan aksila, tumbuhnya buah dada pada wanita
(Narendra, et al., 2002, p.4).

26
2. Perkembangan
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, mengikuti pola yang teratur, dan dapat
diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 2002, p.32).
Menurut Purwanti (2000), perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang
mengacu pada kualitas fungsi organ-organ jasmani, sehingga penekanan arti
perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang termanifestasi pada
kemampuan organ fisiologis (Herawati, 2009, p.25).
Ikatan Dokter Anak Indonesia (2002) menyebutkan bahwa perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel,
jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi (Nursalam, et al., 2005,
p.33).
Ada berbagai faktor mengapa perkembangan fisik anak sedikit lebih cepat atau
lebih lama. Pembawaan keluarga memiliki pengaruh sangat kuat terhadap berat, tinggi,
dan tingkat perkembangan anak. Cara orangtua mengasuh anak juga terbukti
mempengaruhi seberapa baik anak tumbuh. Sering-sering ajak anak berbicara atau
bernyanyi, berikan dia pelukan, ditimang, rasa tenang,cinta, dan perhatian sebanyak
mungkin (Shahnaz, 2007, p.10).

Ciri-ciri perkembangan
a. Perkembangan melibatkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan disertai dengan perubahan
fungsi. Misalnya perkembangan sistem reproduksi disertai dengan perubahan pada
organ kelamin, perkembangan kecerdasan menyertai pertumbuhan otak dan serabut
saraf. Perubahan-perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh secara umum,
perubahan proporsi tubuh, berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru
sebagai tanda kematangan suatu organ tubuh tertentu (Narendra, et al., 2002, p.7).
b. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya

27
Perkembangan awal merupakan masa kritis, karena hal tersebut akan menentukan
perkembangan selanjutnya. Seseorang tidak akan bisa melewati satu tahap
perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya (Narendra, et al., 2002, p.8)
c. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan, tahap-tahap
tersebut tidak dapat terbalik, misalnya anak dapat berdiri terlebih dahulu sebelum
berjalan (Narendra, et al., 2002, p.8).
d. Perkembangan berhubungan dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi
peningkatan mental, ingatan, dan juga daya nalar (Narendra, et al., 2002, p.8).

Pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Artinya
untuk perkembangan yang normal diperlukan pertumbuhan yang selalu bersamaan
dengan kematangan fungsi. Sebuah organ yang tumbuh atau menjadi besar karena sel-sel
jaringan yang mengalami proliferasi atau hiperplasia dan hipertrofi. Pada awalnya organ
ini masih sederhana dan fungsinya pun belum sempurna. Dengan bertambahnya umur
atau waktu, organ tersebut berikut fungsinya akan tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan
seorang anak memberikan gambaran tentang perkembangan keadaan keseimbangan
antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak untuk berbagai proses biologis
termasuk untuk tumbuh (Harahap, 2004).

2.8 TAHAP-TAHAP TUMBUH KEMBANG


Perkembangan anak secara umum terdiri atas tahapan prenatal, neonatus, periode bayi,
pra sekolah, pra remaja dan remaja.
1. Masa prenatal
Masa pranatal terdiri dari masa embrio dan fetus. Pada fase embrio pertumbuhan
dimulai 8 minggu pertama dengan terjadi defensiasi yang cepat dari ovum menjadi suatu
organisme dan terbentuknya manusia. Pada minggu kedua terjadi pembelahan sel dan
terjadi pemisahan jaringan antara entoderm dan ekstoderm, pada minggu ketiga terbentuk
lapisan mesoderm. Pada masa ini sampai umur tujuh minggu belum tampak terjadi

28
gerakan yang menonjol hanya denyut jantung janin sudah mulai dapat berdenyut sejak 4
minggu. Masa fetus terjadi antara minggu ke-12 sampai 40 terjadi peningkatan fungsi
organ yaitu bertambah panjang dan berat badan terutama pertumbuhan dan penambahan
jaringan subcutan dan jaringan otot.

2. Masa posnatal
a. Neonatus ( usia 0 – 28 hari )
Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28
hari, dimana terjadi kehidupan yang baru dalam ekstra uteri dengan terjadi proses
adaptasi semua sistem organ tubuh. Proses adaptasi dari organ tersebut dimulai dari
akrivitas pernapasan yang disertai pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan antara
35-50 x/menit, penyesuaian denyut jantung antara 120-160x/menit dengan ukuran
jantung lebih besar apabila dibandingkan dengan rongga dada, terjadi aktivitas bayi
yang mulai meningkat. Perubahan selanjutnya sudah dimulai proses pengeluaran tinja
yang terjadi dalam waktu 24 jam yang didalamnya terdapat mekonium. Hal tersebut
akan dilanjutkan dengan proses defekasi, seperti pada proses ekskresi dari apa yang
dimakan (ASI). Frekuensi defekasi tersebut dapat berkisar antara 3-5 kali seminggu
(bergantung pada kondisi bayi dan susu yang dikonsumsi, apakah ASI ataukah susu
formula).
Perubahan pada fungsi organ yang lainnya adalah ginjal yang belum sempurna,
urine masih mengandung sedikit protein dan pada minggu pertama akan dijumpai
urine berwarna merah muda karena banyak mengandung senyawa urat. Keadaan
fungsi hati pun masih relatif imatur dalam memproduksi faktor pembekuan, sebab
belum terbentuknya usus yang akan berperan dalam absorpsi vitamin K dan
imunologi untuk kekebalan bayi.
Selanjutnya diikuti perkembangan fungsi organ-organ tubuh lainnya. Dalam tahap
neonatus ini bayi memiliki kemungkinan yang sangat besar tumbuh dan kembang
sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh orang tuanya.
b. Bayi
Masa bayi ini dibagi menjadi dua tahap perkembangan. Tahap pertama (antara
usia 1 – 12 bulan) yaitu pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini dapat

29
berlangsung secara terus menerus, khususnya dalam peningkatan susunan saraf.
Dalam tahap ini bayi memiliki kemajuan tumbuh kembang yang sangat pesat. Bayi
pada usia 1 – 3 bulan mulai bisa mengangkat kepala,mengikuti objek pada mata,
melihat dengan tersenyum. Bayi pada usia 3 – 6 bulan mulai bisa mengangkat kepala
90°, mulai bisa mencari benda-benda yang ada di depan mata. Bayi usia 6 – 9 bulan
mulai bisa duduk tanpa di topang, bisa tengkurap dan berbalik sendiri bahkan bisa
berpartisipasi dalam bertepuk tangan. Bayi usia 9 – 12 bulan mulai bisa berdiri
sendiri tanpa dibantu, berjalan dengan dtuntun, menirukan suara.
Tahap kedua (usia 1-2 tahun) yaitu kecepatan pertumbuhan pada masa ini mulai
menurun dan terdapat percepatan pada perkembangan motorik.

c. Todler ( usia 1 – 3 tahun )


Anak usia toddler ( 1 – 3 tahun ) mempunyai sistem kontrol tubuh yang mulai
membaik, hampir setiap organ mengalami maturitas maksimal. Pengalaman dan
perilaku mereka mulai dipengaruhi oleh lingkungan diluar keluarga terdekat, Mereka
mulai berinteraksi dengan teman, mengembangkan perilaku/moral secara simbolis,
Kemampuan berbahasa yang minimal.

d. Pra Sekolah ( usia 3 – 6 tahun )


Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3 – 6 tahun ( Wong, 2000),
anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri dalam segi pertumbuhan dan
perkembangannya. Seorang ahli psikologi Elizabeth B. Hurlock mengatakan bahwa
kurun usia pra sekolah disebut sebagai masa keemasan (the golden age). Di usia ini
anak mengalami banyak perubahan baik fisik dan mental. Dalam hal pertumbuhan,
secara fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-
rata BB 14,6 kg. Penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95 cm.
Kecepatan pertumbuhan pada tahun keempat hampir sama dengan tahun sebelumnya.
BB mencapai 16,7 kg dan TB 103 cm sehingga TB sudah mencapai dua kali lipat dari
TB saat lahir. Frekuensi nadi dan pernafasan turun sedikit demi sedikit. Pertumbuhan
pada tahun kelima sampai akhir masa pra sekolah BB rata-rata mencapai 18,7 kg dan
TB 110 cm, yang mulai ada perubahan adalah pada gigi yaitu kemungkinan

30
munculnya gigi permanent sudah dapat terjadi. Perkembangan pada masa ini dapat
berlangsung stabil dan masih terjadi peningkatan pertumbuhan serta perkembangan,
khususnya pada aktifitas fisik dan kemampuan kognitif.

e. Usia sekolah ( usia 6 – 12 tahun )


Kelompok usia sekolah sangat dipengaruhi oleh teman sebayanya. Perkembangan
fisik, psikososial, mental anak meningkat. Tahap perkembangan ini banyak
ditentukan oleh rangsangan awalnya, sehingga bagaimana menumbuhkan kreatifitas
dan sosialisasinya terhadap lingkungan menjadi tantangan bagi orang tua. Minat dan
kegiatan bermain pada masa sekolah. Karena anak sudah sekolah dan mempunyai
pekerjaan rumah, waktu untuk bermain sedikit dibandingkan dengan ketika ia berada
dalam tahun-tahun pra sekolah. Kegiatan bermain anak yang lebih besar dan
banyaknya waktu yang diluangkan untuk kegiatan ini bergantung pada popularitas
dan apakah ia menjadi anggota klompok atau tidak. Perkembangan masa sekolah ini
lebih cepat dalam kemampuan fisik dan kognitif dibandingkan dengan masa
prasekolah.

f. Remaja ( 12-18/20 tahun)


Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.
Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan. Pada
tahap perkembangan remaja terjadi perbedaan pada perempuan dan laki-laki. Pada
umumnya wanita 2 tahun lebih cepat untuk masuk ke dalam tahap remaja atau masa
pubertas bila dibandingkan dengan anak laki-laki dan perkembangan ini ditunjukan
pada perkembangan pubertas, biasanya mulai dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada
wanita.
 Perkembangan fisik. Perubahan dramatis dalam bentuk dan ciri-ciri fisik
berhubungan erat dengan mulainya pubertas.
 Perkembangan intelektual. Tidak ada perubahan dramatis dalam fungsi
intelektual selama masa remaja. Kemampuan untuk mengerti masalah-
masalah kompleks berkembang secara bertahap.

31
 Perkembangan seksual. Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas
bertanggung-jawab atas munculnya dorongan seks.
 Perkembangan emosional. Psikolog Amerika G. Stanley Hall mengatakan
bahwa masa remaja adalah masa stres emosional, yang timbul dari perubahan
fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas.

2.9 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG


Setiap manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda-beda antara
satu dengan manusia lainnya, bisa dengan cepat bahkan lambat, tergantung pada individu dan
lingkungannya. Proses tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor di antaranya :
a. Faktor heriditer/ genetik
Faktor heriditer Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu,
yaitu secara bertahap, berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan
mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial maupun
spiritual ( Supartini, 2000). Merupakan faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan
yaitu suku, ras, dan jenis kelamin (Marlow, 1988 dalam Supartini, 2004). Faktor
keturunan secara genetik dari orang tua kepada anaknya. Jenis kelamin ditentukan
sejak dalam kandungan. Anak laki-laki setelah lahir cenderung lebih besar dan tinggi
dari pada anak perempuan, hal ini akan nampak saat anak sudah mengalami masa
pra-pubertas. Ras dan suku bangsa juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan. Misalnya suku bangsa Asia memiliki tubuh yang lebih pendek dari
pada orang Eropa atau suku Asmat dari Irian berkulit hitam. Faktor ini tidak dapat
berubah sepanjang hidup manusia, dapat menentukan beberapa karakteristik seperti
jenis kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, dan beberapa keunikan
sifat dan sikap tubuh seperti temperamen. Faktor ini dapat ditentukan dengan adanya
intensitas dan kecepatan dalam pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan
terhadap rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang. Potensi
genetik yang berkualitas hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan yang
positif agar memperoleh hasil yang optimal.

b. Faktor Lingkungan/ eksternal

32
Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi individu setiap hari mulai lahir
sampai akhir hayatnya, dan sangat mempengaruhi tercapinya atau tidak potensi yang
sudah ada dalam diri manusia tersebut sesuai dengan genetiknya. Faktor lingkungan
ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu :
 Lingkungan pranatal ( faktor lingkungan ketika masih dalam kandungan )
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi fetus dalam uterus yang dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin antara lain gangguan
nutrisi karena ibu kurang mendapat asupan gizi yang baik, gangguan endokrin
pada ibu (diabetes mellitus), ibu yang mendapatkan terapi sitostatika atau
mengalami infeksi rubela, toxoplasmosis, sifilis dan herpes. Faktor
lingkungan yang lain adalah radiasi yang dapat menyebabkan kerusakan pada
organ otak janin.
 Lingkungan postnatal ( lingkungan setelah kelahiran )
Lingkungan postnatal dapat di golongkan menjadi :
a) Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang
keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan. Terdapat
kebutuhan zat gizi yang diperlukan seperti protein, karbohidrat, lemak,
mineral, vitamin dan air. Apabila kebutuhan tersebut tidak atau kurang
terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Asupan nutrisi yang berlebihan juga berdampak buruk bagi kesehatan anak,
yaitu terjadi penumpukan kadar lemak yang berlebihan dalam sel/jaringan
bahkan pada pembuluh darah. Penyebab status nutrisi kurang pada anak :
- Asupan nutrisi yang tidak adekuat, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif
- Hiperaktivitas fisik / istirahat yang kurang
- Adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan nutrisi
- Stres emosi yang dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau
absorbsi makanan tidak adekuat
b) Budaya lingkungan

33
Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi bagaimana mereka
dalam mempersepsikan dan memahami kesehatan dan perilaku hidup sehat.
Pola perilaku ibu hamil dipengaruhi oleh budaya yang dianutnya, misalnya
larangan untuk makan makanan tertentu padahal zat gizi tersebut dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Keyakinan untuk melahirkan d
dukun beranak dari pada di tenaga kesehatan. Setelah anak lahir dibesarkan di
lingkungan atau berdasarkan lingkungan budaya masyarakat setempat.
c) Status sosial dan ekonomi keluarga
Anak yang dibesarkan di keluarga yang berekonomi tinggi untuk pemenuhan
kebutuhan gizi akan tercukupi dengan baik dibandingkan dengan anak yang
dibesarkan di keluarga yang berekonomi sedang atau kurang. Demikian juga
dengan status pendidikan orang tua, keluarga dengan pendidikan tinggi akan
lebih mudah menerima arahan terutama tentang peningkatan pertumbuhan
dan perkembangan anak, penggunaan fasilitas kesehatan, dll dibandingkan
dengan keluarga dengan latar belakang pendidikan rendah.
d) Iklim/cuaca
Iklim tertentu akan mempengaruhi status kesehatan anak misalnya musim
penghujan akan dapat menimbulkan banjir sehingga menyebabkan sulitnya
transportasi untuk mendapatkan bahan makanan, timbul penyakit menular,
dan penyakit kulit yang dapat menyerang bayi dan anak-anak. Anak yang
tinggal di daerah endemik misalnya endemik demam berdarah, jika terjadi
perubahan cuaca wabah demam berdarah akan meningkat.
e) Olahraga/latihan fisik
Manfaat olah raga atau latihan fisikyang teratur akan meningkatkan sirkulasi
darah sehingga meningkatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh, meningkatkan
aktivitas fisik dan menstimulasi perkembangan otot dan jaringan sel
f) Posisi anak dalam keluarga
Posisi anak sebagai anak tunggal, anak sulung, anak tengah atau anak bungsu
akan mempengaruhi pola perkembangan anak tersebut diasuh dan dididik
dalam keluarga.
g) Status kesehatan

34
Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan dan
perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila anak dalam kondisi sehat dan
sejahtera maka percepatan pertumbuhan dan perkembangan akan lebih
mudah dibandingkan dengan anak dalam kondisi sakit.

c. Faktor hormonal
Faktor hormonal yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
adalah somatotropon yang berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan,
hormon tiroid dengan mestimulasi metabolisme tubuh, glukokortiroid yang berfungsi
menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk memproduksi testosteron
dan ovarium untuk memproduksi estrogen selanjutnya hormon tersebut akan
menstimulasi perkembangan seks baik pada anak laki-laki maupun perempuan sesuai
dengan peran hormonnya

35
BAB III
KESIMPULAN

Adapatasi bayi baru lahir (BBL) adalah penyesuaian diri individu (BBL) dari
keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam
lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya
terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin
dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di dalam
rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau lebih.
Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan
sirkulasi, sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta
menggunakan glukosa.
Perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir meliputi : Perubahan sistim
pernapasan / respirasi, Perubahan pada sistem peredaran darah, Pengaturan Suhu,
Metabolisme Glukosa, Perubahan sistem gastrointestinal dan Sistem kekebalan
tubuh/ imun.
Tujuan Pemeriksaan Fisik pada bayi baru lahir :
(1) Mengidentifikasi riwayat kesehatan bayi
(2) Mengobservasi karakteristik bayi
(3) Memperkirakan usia gestasi
(4) Mengkaji perilaku bayi
(5) Mengkaji integritas neuromuscular
(6) Mengidentifikasi masalah kesehatan
(7) Merencanakan tindakan
(8) Menggunakan hasil pengkajian untuk mengajarkan orang tua tentang bayinya
Langkah –langkah dalam pemeriksaan fisik pada bayi

36
1. Pemeriksaan umum dilakukan pada bayi baru lahir adalah pengukuran
Anthopometri yaitu pengukuran lingkar kepala yang dalam keadaan normal berkisar
33 – 35 cm, lingkar dada 30,5 – 33 cm, panjang badan 45 – 50 cm, berat badan bayi
2500 gram – 4500 gram.
2. Pemeriksaan tanda – tanda vital : Suhu tubuh, nadi, pernapasan bayi baru
lahir bervariasi dalam berespon terhadap lingkungan.
3. Suhu tubuh, Nadi, Pernapasan dan Tekanan darah
4. Pemeriksaan fisik secara sistematik pada bayi baru lahir dimulai dari :
Kepala, Telinga, Mata, Hidung dan mulut, Leher, Dada, Bahu, lengan dan tangan,
Perut, Kelamin, Ekstremitas atas dan bawah, Punggung, Kulit dan Refleks BBL

37
DAFTAR PUSTAKA

DepKes RI, 1992. Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks keluarga.


Saifudin Abdul Bahri. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal
neonatal. Jakarta: YBP_SP. 2002.
JHPIEGO. Panduan pengajar asuhan kebidanan fisiologi bagi dosen diploma III kebidanan.
Buku 5 asuhan bayi baru lahir. Jakarta: Pusdiknakes 2003.
Depkes RI. 2007. Buku Acuan & Panduan Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu
Burroughs A & Leifer G. (2001). Maternity Nursing an Introductory Text. 8 th edition.
Gorrie T.M., McKinney E.S., & Murray S.S. (1998). 2nd edition. Foundation of Maternal–
Newborn Nursing. Philadelphia. W.B. Saunders Company.
Behrman, R.E. dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Volume 1. Diterjemahkan oleh
A.Samik Wahab. Jakarta : EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta;
Salemba Medika
Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta; Trans Info Media
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta; Salemba
Medika
Deslidel, Hajjah. 2011. Asuhan Neonates Bayi Dan Balita. Jakarta : EGC
Anonim.”Penampilan dan Perilaku Bayi Baru Lahir”.
http://www.katapena.info/2016/10/makalah-penampilan-dan-perilaku-bayi.html (diakses
tanggal 23 Agustus 2017)
http://opac.unisayogya.ac.id/1935/1/naskah%20publikasi.pdf
http://asriaciks.mahasiswa.unimus.ac.id/kebutuhan-dasar-manusia-kdm/tumbuh-kembang/\
https://www.academia.edu/16465997/
Pemantauan_Tumbuh_Kembang_Neonatus_Bayi_Balita_dan_Anak_Pra_Sekolah
Anonim, 1993, Asuhan Kesehatan Dalam Kontek Keluarga, Jakarta : Departemen Kesehatan
RI.
Anonim, 2004, Asuhan Persalinan Normal, Jakarta : Klinik Kesehatan Reproduksi.

38
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri Jilid 1 : Jakarta, EGC.

39

Anda mungkin juga menyukai