Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat serta
hidayah-Nya kami sebagai tim penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Adapun
maksud dan tujuan dari penulisan makalah yang kami telah kami buat adalah untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra
Sekolah serta menjalankan amanat dari dosen pembimbing mata kuliah Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah yang berada di lingkungan Program Studi D4
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta 3.
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari sepenuhnya atas keterbatasan pengetahuan
dan waktu, sehingga masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan
penulisan makalah kami.
Akhir kata, kami mengucapkan Terima Kasih kepada Allah SWT, Kedua Orang Tua
Kami, Dosen Pembimbing Kami, dan Seluruh Teman-Teman yang telah membantu kami dalam
proses pembuatan makalah ini. Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi yang
membaca, serta dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh seluruh pembaca.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 4
2.1 Pengertian BBL dan adaptasi BBL...................................................................... 4
2.2 Konsep Esensial Adaptasi Fisiologis BBL........................................................... 4
2.3 Periode Transisi.................................................................................................... 5
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi BBL............................................................ 7
2.5 Adaptasi Sistem Pernafasan, Sistem Sirkulasi Darah, Proses Pengaturan Suhu,
Metabolisme Glukosa, Sistem Gastrointestinal, Kekebalan Tubuh,
Sistem Cairan Tubuh, Susunan Syaraf.......................................................................... 7
2.6 Penampilan Fisik dan Perilaku BBL........................................................................ 17
2,7 Ciri-Ciri Tumbuh Kembang..................................................................................... 23
2.8 Tahap-Tahap Tumbuh Kembang.............................................................................. 26
2.9 Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang...................................................... 30
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Periode neonatus / Bayi Baru Lahir (BBL) meliputi waktu dari sejak lahir sampai
usia 28 hari, merupakan waktu penyesuaian dari kehidupan intrauteri ke ekstra-uteri
(Olds, et al., 1980). Setelah lahir neonatus (BBL) harus bisa melakukan perubahan
fisiologis yang sangat besar untuk beradaptasi dengan kehidupan baru. Bayi harus
berupaya agar fungsifungsi tubuhnya menjadi efektif sebagai individu yang unik.
Respirasi, pencernaan dan kebutuhan untuk regulasi harus bisa dilakukan sendiri (Gorrie
et al., 1998). Salah satu proses adaptasi fisiologis yang harus dilakukan bayi dan
diidentifikasi oleh perawat selama periode transisi kehidupan fetus ke neonatus adalah
adaptasi sistem gastrointestinal (Gorrie et al., 1998).
2. Rumusan Masalah
Fisiologis dan adaptasi bayi baru lahir
3. Periode transisi?
3
3. TUJUAN
1. Mengetahui fisiologis dan adaptasi pada bayi baru lahir.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Bayi baru lahir (BBL) adalah hasil konsepsi yang baru keluar dari rahim seorang
ibu melalui jalan kelahiran normal atau dengan bantuan alat tertentu sampai usia 1 bulan.
Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama 1 jam
pertama kelahiran. Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir
sampai usia 4 minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu. Menurut
Dep. Kes. RI, (2007) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
Adaptasi BBL adalah proses tentang penyesuaian yang terjadi pada bayi baru
lahir. mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan
intrauterine ke ekstrauterin.
Adaptasi fisiologis neonates (BBL) merupakan ilmu yang mempelajari fungsi dan
proses vital neonatus dan juga mempelajari tentang penyesuaian yang terjadi pada bayi
baru lahir. Neonatus adalah inividu yang baru saja mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin, selain itu, neonatus adalah
individu yang sedang tumbuh. Saat lahir, bayi baru lahir harus beradaptasi dari keadaan
yang sangat tergantung menjadi mandiri. Saat ini bayi tersebut harus dapat oksigen
mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap
5
penyakit. Periode adaptasi terdahadap kehidupan diluar rahim disebut periode transisi .
periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem
tubuh. Perbedaan lingkungan fisik sebelum dan sesudah lahir (Timiras dalam Johnson,
Tergantung tersedianya
Tergantung zat gizi yang bahan makanan dan
4. Gizi terdapat dalam darah ibu kemampuan saluran cerna
6
C. Periode Transisi
Setiap Bayi Baru Lahir Harus Menyesuaikan Diri Dari Kehidupan Intra Uterin Ke
Kehidupan Ekstrauterin. Proses Ini Dapat Berjalan Lancar Tetapi Dapat Juga Terjadi
Berbagai Hambatan, Yang Bila tidak segera diatasi dapat berakibat fatal.
Pada awal stadium ini aktivitas sistem saraf simpatif menonjol, yang ditandai oleh:
1) Sistem Kardiovaskuler
a. Detak jantung cepat tetapi tidak teratur, suara jantung keras dan kuat.
menangis.
2) Traktur Respiratorrus
c. Terlihat nafas cuping hidung, merintih dan terlihat penarikan pada dinding
thorax.
3) Suhu Tubuh
4) Aktivitas
7
c. Ektrimitas atas dalam keadaan fleksi erat dan extrimitas bawah dalam keadaan
extensi.
5) Fungsi Usus
Menjelang akhir stadium ini aktivitas sistem para simpatik juga aktif, yang ditandai dengan:
8
• Reflek gag/gumoh aktif.
• Periode in i berakhir ketika lendir pernafasan berkurang.
3. PERIODE III STABILISASI (periode ini berlangsung 12 sampai 24 jam)
a. Kedua pengkajian keadaan fisik tersebut untuk memastikan bayi dalam keadaan
normal/mengalami penyimpangan.
2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADAPTASI BBL
Menurut Stright (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi bayi baru lahir.
1. Pengalaman antepartum ibu dan bayi baru lahir (misalnya, terpajan zat toksik dan sikap
orang tua terhadap kehamilan dan pengasuhan anak)
2. Pengalaman intrapartum ibu dan bayi baru lahir (misalnya,lama persalinan, tipe analgesic
atau anesthesia intrapartum).
3. Kapasitas fisiologis bayi baru lahir untuk melakukan transisi ke kehidupan ekstrauterin
4. Kemampuan petugas kesehatan untuk mengkaji dan merespon masalah dengan tepat pada
saat terjadi
9
Hingga saat lahir tiba, janin bergantung pada pertukaran gas daerah maternal
melalui paru maternal dan placenta. Setelah pelepasan placenta yang tiba-tiba
setelah kelahiran, adaptasi yang sangat cepat terjadi untuk memastikan kelangsungan
hidup. Sebelum lahir janin melakukan pernapasan dan menyebabkan paru matang,
menghasilkan surfaktan, dan mempunyai alveolus yang memadai untuk pertukaran
gas. Sebelum lahir paru janin penuh dengan cairan yang diekskresikan oleh paru itu
sendiri. Selama kelahiran, cairan ini meninggalkan paru baik karena dipompa menuju
jalan napas dan keluar dari mulut dan hidung, atau karena bergerak melintasi dinding
alveolar menuju pembuluh limve paru dan menuju duktus toraksis.
3. Awal adanya nafas
Pada saat lahir bayi berpindah tempat dari suasana hangat dilingkungan rahim ke
dunia luar tempat dilakukannya peran eksistensi mandiri. Bayi harus dapat melakukan
transisi hebat ini dengan tangkas. Untuk mencapai hal ini serangkaian fungsi adaptif
dikembangkan untuk mengakomodasi perubahan drastis dari lingkungan di dalam
kandungan ke lingkungan diluar kandungan. Faktor-faktor yang berperan pada
rangsangan nafas pertama bayi adalah :
a) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
b) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis.
Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat
menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang
diperlukan untuk kehidupan.
c) Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat
dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi
gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi
dan tingkat gerakan pernapasan janin.
d) Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.
10
a) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
b) Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
c) Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin
/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan
dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru
matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi
tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus
sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
d) Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan,
yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan
penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini
menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.
11
menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi
sirkulasi luar rahim.
12
ke dalam lingkungan. Suhu ruangan persalinan yang suhu 25 0C sangat berbeda dengan
suhu di dalam rahim.
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil
merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas
tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak
coklat terdapat di seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh sampai
100 %. Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan glukosa guna
mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak
dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis
dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan,
semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia
dan asidosis. Disebut sebagai hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 36 0 C. Suhu
normal pada neonatus adalah 36 5 – 370 C. Bayi baru lahir mudah sekali terkena
hipotermia yang disebabkan oleh:
a. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
b. Permukaan tubuh bayi relative lebih luas
c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
d. Bayi belum mampu mengatur possisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak
kedinginan.
Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan
upaya mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa
stabilisasi yaitu 6 – 12 jam pertama setelah lahir. Misal: bayi baru lahir dibiarkan basah
dan telanjang selama menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan disekitar bayi
cukup hangat namun bayi dibiarkan telanjang atau segera dimandikan. Gejala hipotermia:
A. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis,
hipotonus, tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah.
B. Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.
C. Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung,
tungkai dan lengan.
D. Muka bayi berwarna merah terang
13
E. Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan
berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru,
ikterus dan kematian.
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas melalui empat mekanisme yaitu :
a. Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar
yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang
dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika
terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau
pendingin ruangan.
b. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat
benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi
bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi
panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung).
c. Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi
dengan permukaan yang dingin, meja, tempat tidur atau timbangan yang
temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui
mekanisme konduksi apalagi bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut.
d. Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi
karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi
sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas
juga terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera
dikeringkan dan diselimuti.
Meminimalkan kehilangan panas bayi baru lahir, beberapa cara umum untuk
mempertahankan panas adalah sebagai berikut :
a. Selimut, topi atau pakaian yang hangat sebelum kelahiran.
b. Keringkan bayi baru lahir secepatnya.
c. Atur suhu ruangan persalinan 25 0C.
d. Jangan lakukan penghisapan bayi baru lahir jika alas tempat tidur basah.
e. Tunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu stabil.
f. Tempatkan area perawatan bayi baru lahir dari jendela, dinding luar atau jalan ke
pintu.
14
g. Selalu menutup kepala bayi baru lahir dan membungkus rapat tubuh bayi selama 48
jam.
15
kolonisasi bakteri di usus negatif. Setelah lahir gerakan usus mulai aktif, sehingga
memerlukan enzim pencernaan, dan kolonisasi bakteri di usus posistif. Syarat pemberian
minum adalah sirkulasi baik, bising usus positif, tidak ada kembung, pasasemekonium
posistif, tidak ada muntah dan sesak napas.
Refleks gumoh dan refleks batuk sudah terbentuk baik saat lahir. Kemampuan
bayi untuk menelan dan mencerna makanan selain susu masih terbatas. Hubungan antara
esofagus dan lambung masih belum sempurna (gumoh) dan kapasitas lambung masih
terbatas (30 cc).
Dua sampai tiga hari pertama kolon berisi mekonium yang lunak, berwarna hijau
kecoklatan, yang berasal dari saluran usus dan tersusun atas, mukus dan sel epidermis.
Warna yang khas berasal dari pigmen empedu. Beberapa jam sebelum lahir usus masih
steril, tetapi setelah itu bakteri menyerbu masuk. Pada hari ke-3 atau ke-4 mekonium
menghilang.
16
antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupan anak. Salah satu
tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan system kekebalan tubuh.
Difisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi infeksi dan
reaksi bayi terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba
(seperti pada praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum)
dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.
17
Pada masa janin, paru terisi oleh cairan yang dikeluarkan oleh paru yang bertukar
dengan cairan amnion. Saat lahir, 10-25 ml/kg cairan akan dikeluarkan atau
diresorpsi. Pada saat bayi lahir banyak factor untuk merangsang tarikan napas
pertama termasuk perubahan dan keadaan. Diafragma berkontraksi secara kuat dan
kecepatannya lebih tinggi dibandingkan orang dewasa. Sebagian besar bayi menarik
nafas dalam 6 detik dan memperlihatkan pola bernafas dan pertukaran gas yang
normal dalam 15 menit.
c. Kulit
Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses
pengaturan panas. Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat dibawah
pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar keringat ini suhu dapat diturunkan
dengan jumlah air yang dapat dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari.
Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas
otot, suhu lingkungan , dan kondisi sushu tubuh yang panas. Sebelum lahir janin
bergantung pada ibunya untuk mengatur suhu tubuhnya. Demam pada ibu
menyebabkan efek tidak sengaja pada gradient suhu. Setelah lahir, biasanya suhu
lingkungan biasanya lebih rendah daripada suhu ibu, bayi mengalami penurunan suhu
saat lahir.
d. Gastrotestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam
mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. System
gastrotestinal pada janin cukup bulan mempraktikkan perilaku menghisap dan
menelan. Reflex muntah dan batuk yang matur telah lengkap saat lahir. Pada bayi
baru lahir cukup bulan relative matur dan kemampuan untuk menelan sumber
makanan dari luar terbatas.
18
denyut jantung dan dengan bergerak. Gerakan janin dapat dirasakan sejak usia 14
minggu. Diperkirakan membantu pertumbuhan otot dan ekstremitas.
b. Setelah lahir
Setelah lahir, susunan saraf mengalami perkembanagn pesat sebagai respons
terhadap peningkatan input sensorik. Reflex mungkin tertekan pada 24 jam pertama,
terutama apabila terjadi penyaluran transplasenta analgesia narkotik, tetapi kemudian
beberapa reflex mulai tampak.
Begitu lahir, bayi harus menangis. Ini merupakan reaksi pertama yang bisa
dilakukan. Dengan menangis, otomatis paru-parunya berfungsi. Paru-paru akan membuka
dan mengisap oksigen. Selain itu, menangis juga sebagai reaksi dari perubahan yang
dialami si bayi. Ketika di kandungan, ia merasakan kehangatan dan kenyamanan; ia
merasa terlindungi. Suasana di rahim pun gelap. Sementara begitu lahir, ia merasakan
udara luar yang dingin dan ada cahaya terang, perubahan ini disikapinya dengan
menangis.
Itu sebab, jika setelah lahir bayi tak menangis, berarti tak normal. Biasanya, ia
mengalami asfiksia, yaitu kurang masukan oksigen ke dalam tubuhnya. Bahayanya, otak
pun akan kekurangan oksigen hingga dapat merusak otak. Kejadian ini biasanya
berkaitan dengan keadaan sejak di kandungan. Maka itu, bila ada sesuatu dengan
kandungan ibu yang bermasalah, harus segera mendapat penanganan yang adekuat dan
benar dari ahlinya. Ini untuk menghindari, salah satunya kejadian bayi tak menangis.
Ketika bayi menangis, anggota geraknya pun ikut aktif. Tangisan bayi yang sehat
bila suaranya keras, bukan merintih atau melengking. Jika suara tangisannya
merintih/melengking, pertanda ada sesuatu pada si bayi atau ia sakit.
Menangis pada bayi juga merupakan ungkapan ekspresinya. Bayi akan menangis
lantaran minta perhatian, lapar, basah popoknya karena BAB/BAK, atau lainnya. Jadi,
bayi menangis tak selalu berarti lapar.
19
Berikut ini akan digambarkan beberapa reaksi bayi baru lahir yaitu sebagai berikut :
Kaget.
Bayi akan bereaksi seperti kaget. Ini merupakan refleks naluriah. Sejauh refleks
ini tak berlebihan terjadinya, tak masalah. Bila ia kaget, biasanya tubuhnya
bergerak semua. Gerakannya itu harus simetris semua, tak hanya sebagian
tubuhnya saja yang bergerak. Kalau tidak, harus dicurigai ada sesuatu di otaknya.
Segera periksakan ke dokter.
Gerak refleks ini bisa karena ia melihat cahaya yang menyilaukan atau lantaran ia
sudah bisa mendengar suara/bunyi yang mengagetkannya. Itu sebab, jika bayi
sedang tidur, biasanya orang di sekitarnya diminta untuk tak terlalu berisik.
Refleks ini masih boleh ada sampai usia 5 bulan. Jika setelah itu masih tetap ada,
berarti tak normal, ada sesuatu pada diri si bayi hingga mesti dicari penyebabnya.
Kemungkinan ada kerusakan di otaknya.
Bersin
Jika sesekali atau tak berlebihan, wajar saja. Sebenarnya, bersin pertanda ia ingin
mengeluarkan sesuatu/kotoran dari hidungnya. Lagi pula hidung bayi itu sensitif;
dengan bersin, lubang hidungnya dibersihkan. Jadi, bersin merupakan reaksi bayi
untuk pertahanan tubuhnya. Selain itu, bersin bisa juga karena ia terekspos udara
dingin. Jadi, bersin tak selalu berarti bayi akan flu. Tapi jika keseringan, misal,
tiap jam bersin, memang bisa jadi pertanda si bayi sakit. Mungkin ketularan pilek
dari ibunya.
Karena itu, untuk menghindarinya dari sakit, jangan sering-sering menciumi si
bayi. Bila di rumah ada orang dewasa yang sedang sakit, sebaiknya tak mencium
bayi dan harus menggunakan masker.
Mengisap
Refleks ini merupakan refleks paling primitif untuk mempertahankan hidup.
Lapar atau tidak, bila kita taruh jari di mulutnya, ia akan mencari dan membuka
mulutnya dan jari tersebut akan diisapnya. Kemampuan inilah yang membuatnya
bisa menyusu dan mendapatkan makanan. Bila usia kehamilan ibu 34 minggu ke
atas dan bayi dilahirkan di usia itu, sudah ada refleks mengisapnya. Jika refleks
ini tak ada, berarti si bayi sakit, apakah infeksi atau sakit berat lainnya, semisal
20
ada kerusakan otak hingga pusat yang mengatur refleksnya tak berfungsi. Refleks
mengisap akan terus ada sampai dewasa. Maka itu, adakalanya anak usia setahun
pun masih suka mengisap ibu jarinya.
Tersedak
Normalnya di tenggorokan ada jalan napas dan jalan makanan atau
kerongkongan. Jika bayi sedang minum/makan, jalan napasnya akan menutup.
Pada bayi normal, lahir cukup bulan, dan sehat, ia punya refleks otomatis seperti
itu. Jadi, bila kebanyakan minum, ia akan berhenti dulu, tak akan gelagapan
tersedak sampai masuk ke paru-paru. Bayi bisa mengatur seberapa banyak harus
mengisapnya. Jadi, jarang bayi tersedak. Jika hanya sekali-kali tersedaknya tak
apa-apa, asalkan jangan sampai masuk ke jalan napas dan menyebabkannya biru.
Bila sampai tersedak pun ia punya refleks untuk membatukkan. Kecuali jika bayi
dicekoki, kebanyakan bisa tersedak.
Pada bayi yang menyusu ASI, tak mungkin tersedak karena bayi mengisap dan
memompa ASI sesuai isapannya. Tersedak justru lebih sering terjadi pada bayi
yang minum susu botol. Terutama karena posisi dalam memberikan susu botol
yang mungkin tak benar/tak hati-hati. Selain itu, susu akan menetes terus dari
dotnya hingga bayi sulit mengatur isapannya. Akibatnya, jika kebanyakan
netesnya, ia jadi gelagapan. Maka itu, dalam menyusui bayi, mata ibu tak boleh
ke mana-mana, harus memperhatikan dengan baik apakah si bayi mengisapnya
dengan enak atau tidak. Bila si bayi tersedak, hentikan dulu menyusunya, lalu
angkat dan sendawakan.
Ada kelainan pada bayi yang membuatnya sering tersedak, misal, refleks isapnya
tak ada karena ia sakit berat dan badannya lemah. Sebab, refleks tersebut akan
timbul jika si bayi sehat. Karena refleksnya itu tak ada lalu dipaksa, hingga
membuatnya tersedak. Seharusnya bayi-bayi seperti ini dipasangkan selang dari
mulut ke lambungnya. Bayi juga bisa tersedak karena kelainan anatomis, misal,
fistula esophagus (ada lubang antara jalan napas dan jalan makan). Jadi,
makanan/minuman yang masuk, sebagian masuk ke paru-paru hingga
membuatnya tersedak. Kelainan ini harus diperbaiki dengan operasi.
Mengeluarkan air liur
21
Air liur diproduksi terus dan harus ditelan. Jika air liur keluar dari mulutnya
hanya sekali-kali/tak berlebihan, itu normal. Nanti juga lama-lama hilang sendiri
sejalan pertambahan usianya. Tapi, jika air liur sudah terlalu banyak dan
berlebihan, berarti ada penyakit. Misal, ada atresia esophagus (buntunya saluran
kerongkongan), hingga bayi tak bisa menelan dan produksi air liurnya berlebihan.
Mengatasinya, dengan operasi. Biasanya kelainan ini harus dicurigai ada pada
bayi bila ibunya dalam kehamilan mengalami polihidramnion atau air ketuban
banyak atau yang orang bilang dengan hamil kembar air.
Buang air besar dan buang air kecil
Sebenarnya, bayi di kandungan sudah makan dan ususnya sudah bisa membentuk
yang namanya kotoran. Itu sebab, umumnya bayi baru lahir dalam waktu 24 jam
sudah BAB dan BAK. Jika dalam waktu 48 jam tidak BAB/BAK, berarti ada
yang tak beres.
Kalau tidak BAB, mungkin ada sumbatan di jalan ususnya hingga kotoran tak
bisa keluar. Bisa karena memang jalannya buntu atau karena kotoran yang sudah
terbentuk di kandungan begitu keras (mekonium plak). Untuk mengeluarkannya,
kotoran ini harus distimulasi dan ini dilakukan di RS.
Pada tiga hari pertama, kotoran bayi masih berwarna hitam kehijauan. Tapi lama-
lama warnanya berubah jadi kuning. Pada bayi yang mendapatkan ASI, frekuensi
BAB-nya lebih sering. Dalam sehari bisa sampai 10 kali, tapi hanya sedikit-
sedikit. Jadi, kita tak perlu bingung dan menganggapnya diare. Yang penting
bukan frekuensinya, tapi konsistensinya. Jika konsistensinya berupa cairan dan
jumlahnya banyak, berarti diare.
Kalau tidak BAK, biasanya karena bayi sakit berat (syok) hingga aliran darah ke
ginjal kurang. Dalam keadaan syok, aliran darahnya diutamakan ke otak dan
jantung hingga aliran darah yang ke ginjal kurang. Bayi akan lebih sering BAK
jika ia memang banyak minum. Atau, bisa juga karena udara dingin membuatnya
lebih sering BAK. Bisa 10-12 kali ganti popok dalam sehari. Jika sudah BAK,
otomatis cairan tubuhnya berkurang dan bayi pun akan minta minum kembali.
Jadi berikan saja, tak perlu pakai jam-jaman.
Tangan dan kaki lebih sering menekuk
22
Ketika ditaruh dalam posisi telentang, biasanya tubuhnya tak lurus sama sekali,
tapi menekuk di siku tangan dan lututnya. Tubuhnya pun lebih banyak bergerak.
Posisi anggota gerak bayi normal ini, namanya fleksi. Mungkin posisi secara
fisiologis ini seperti kala di kandungan, bayi dalam keadaan meringkuk.
Jadi, posisinya ini tak perlu dikhawatirkan, apalagi sampai membedongnya kuat-
kuat dengan tujuan agar tubuhnya jadi lurus. Biarkan saja. Sebetulnya, bedong
digunakan hanya agar bayi tak kedinginan.
Namun bila tubuhnya menekuk berlebihan, dalam arti menekuk sekali dan tampak
kaku atau tak relaks, namanya spastis. Ini berarti ada saraf yang tak beres.
Umumnya, setelah usia 5-6 bulan posisinya mulai tidur lurus. Tapi jika dari awal
sudah lurus dan kaku, namanya ekstensi. Kemungkinan ada sesuatu di otaknya.
Melihat ke atas
Bayi baru lahir cuma bisa membedakan terang dan gelap, ada sinar atau tidak.
Fungsi penglihatannya belum sempurna. Jadi, jika bayi tampak seolah sering
melihat ke atas, sebenarnya bukanlah demikian. Itu hanya reaksi karena ada sinar
yang membuatnya silau dan matanya tampak bergerak-gerak. Mungkin karena ia
melihat bayangan saja atau sesuatu seperti bayangan yang bergerak. Usia 2 bulan
penglihatannya masih kabur dan buram, ia tahu hanya ada bayangan. Setelah 4
bulan, barulah penglihatannya lebih jelas.
Perut sering tampak bergerak
Pernapasan bayi masih dominan dengan menggunakan otot perut. Itu sebab, otot
perutnya akan bergerak. Setelah 6 bulan, pernapasannya berganti dengan otot
dada. Maka itu, para ibu jangan memakaikan gurita/bedong pada bayinya. Sebab,
pemakaian gurita/bedong tak hanya mengekang pergerakan dinding perut, tapi
juga gerakan usus untuk mencerna makanan pun akan terganggu. Bahkan,
makanan yang masuk bisa keluar alias muntah lagi. Bila khawatir si kecil
kedinginan, sebaiknya jangan dibedong kuat-kuat, gunakan saja celana, popok
dan kaos singlet. Biarkan bayi bernapas lega.
Gumoh/muntah
23
Tak apa-apa bayi gumoh. Itu bagian dari refleksnya. Apalagi jarak antara
kerongkongan dan jalan nasofaring ini pendek, hingga mudah terjadi gumoh.
Gumoh pertanda bayi kebanyakan minum atau sudah kenyang. Lambung bayi itu
kecil, jika makanan/minumannya terlalu banyak akan membuatnya gumoh. Bila
gumoh terus-terusan, kita tak boleh berpikir terlalu jelek seperti halnya muntah.
Mungkin saja karena kita mencekoki si bayi susu terus. Apalagi kadang bila bayi
menangis, umumnya ibu akan menjejalkan mulut si bayi dengan susu. Padahal,
mungkin saja si bayi tak lapar, tapi pipis atau hanya ingin digendong. Tak apa-apa
juga bila gumoh keluar lewat hidung, selama bayi tak tampak biru. Jika sampai
biru dan tersedak, artinya sudah masuk ke jalan napas.
Kita harus bisa membedakan antara gumoh dan muntah. Gumoh keluar begitu
saja dari mulut dan sedikit. Sedangkan muntah, ada tekanan negatif dari perut
mendorong diafragma. Jika muntahnya hanya sekali, mungkin bisa dipikirkan
kekenyangan. Tapi jika muntahnya lebih dari 3 kali atau setiap minum muntah,
mungkin ada obstruksi/sumbatan, baik di sekitar lambung atau lebih ke bagian
bawahnya. Jika demikian, harus dibawa ke dokter. Kalau ternyata ada obstruksi,
harus dilakukan operasi.
Tidur
Dalam sehari, bayi baru lahir bisa tidur sampai 18 jam. Bangunnya hanya untuk
minum, lalu tidur lagi. Secara perlahan, makin usia bertambah, waktu tidurnya
akan berkurang atau makin sedikit. Bayi kalau perutnya kenyang, badan kering
dan hangat, ia akan tidur. Kalau tidak, ia gelisah. Ada juga bayi-bayi yang susah
tidurnya, berarti termasuk bayi rewel atau ada sesuatu yang dirasanya atau sakit.
Lebih ekstremnya, jika bayi banyak tak tidurnya alias melotot terus, ia akan
sangat aktif, bertemperamen tinggi, seperti mengamuk, dan sebagainya. Biasanya
bayi seperti ini karena ada keracunan dari sang ibu, misal, ibunya pecandu
narkoba. Harus ditangani dokter untuk pengobatannya.
Saat ditidurkan, sebaiknya bayi tak ditaruh telentang tapi menyamping agar jika
muntah tak akan ditelannya. Bayi bisa memilih sendiri posisi tidurnya yang
dirasakannya nyaman.
24
Menguap
Normal, jika bayi sesekali menguap, bisa berarti ia mengantuk. Tapi, jika
sebentar-sebentar menguap atau sering, bisa termasuk dalam salah satu sindrom
keracunan obat-obatan, misal, dari ibu yang pecandu narkotika. Harus ditangani
dokter untuk pengobatannya.
Menggeliat
Menggeliat berarti menggerakkan otot-ototnya. Normal, kok, karena ia belum bisa
tengkurap atau membalikkan badannya, maka gerakannya hanya sebatas
menggeliat. Bayi memang harus banyak bergerak. Di kandungan saja, bayi
banyak menendang-nendang. Hanya, seberapa banyak/aktifnya bergerak, sangat
individual sifatnya, entah bayi laki atau perempuan. Justru kalau bayi diam saja,
harus dicurigai, berarti ada sesuatu atau sakit.
Tersenyum
Orang tua dulu mengatakan, jika bayi tersenyum berarti sedang tersenyum dengan
saudaranya atau malaikat. Sebenarnya, senyumnya itu tak berarti apa-apa. Apalagi
bayi belum bisa melihat dengan jelas, masih berupa bayangan saja. Bayi
tersenyum sekadar reaksinya menggerakkan otot-otot wajahnya
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi
saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan (Soetjiningsih,
2000).
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti
sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh
dan juga karena bertambah besarnya sel, seperti pertambahan ukuran berat badan, tinggi
badan, dan lingkar kepala (Nursalam, et al., 2005, p.32).
25
Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari
kematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal dalam perjalanan waktu
tertentu. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan yang bersifat kuantitatif
yang mengacu pada jumlah, besar, dan luas, serta bersifat konkret yang biasanya
menyangkut ukuran dan struktur biologis (Herawati, 2009, p.24).
Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interceluler, yang berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti
sebagian atau keseluruhan (Narendra, et al., 2002, p.1).
Ciri-ciri pertumbuhan
a. Perubahan ukuran
Perubahan terlihat jelas pada pertumbuhan fisik dengan bertambahnya umur anak,
terjadi pula penambahan berat badan, tinggi badan, lingkaran kepala, dan lain-lain.
Organ tubuh seperti jantung, paru-paru atau usus akan bertambah besar, sesuai
dengan peningkatan kebutuhan tubuh (Narendra, et al., 2002, p.3).
b. Perubahan proporsi
Proporsi tubuh seorang bayi baru lahir sangat berbeda dibandingkan tubuh anak atau
orang dewasa. Pada bayi baru lahir, kepala relatif mempunyai proporsi yang lebih
besar dibanding dengan umur-umur lainnya. Titik pusat tubuh bayi baru lahir kurang
lebih setinggi umbilicus, sedangkan pada orang dewasa titik pusat tubuh terdapat
kurang lebih setinggi simpisis pubis (Narendra, et al., 2002, p.3).
c. Hilangnya ciri-ciri lama
Selama proses pertumbuhan terdapat hal-hal yang terjadi perlahan-lahan, seperti
menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu, dan menghilangnya refleks-refleks
primitif (Narendra, et al., 2002, p.4)
d. Timbulnya ciri-ciri baru
Timbulnya ciri-ciri baru adalah sebagai akibat pematangan fungsi-fungsi organ.
Perubahan fisik yang penting selama pertumbuhan adalah munculnya gigi tetap yang
menggantikan gigi susu yang telah lepas, dan munculnya tanda-tanda seks sekunder
seperti tumbuhnya rambut pubis dan aksila, tumbuhnya buah dada pada wanita
(Narendra, et al., 2002, p.4).
26
2. Perkembangan
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, mengikuti pola yang teratur, dan dapat
diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih, 2002, p.32).
Menurut Purwanti (2000), perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang
mengacu pada kualitas fungsi organ-organ jasmani, sehingga penekanan arti
perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang termanifestasi pada
kemampuan organ fisiologis (Herawati, 2009, p.25).
Ikatan Dokter Anak Indonesia (2002) menyebutkan bahwa perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dan struktur/fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur, dapat diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel,
jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi (Nursalam, et al., 2005,
p.33).
Ada berbagai faktor mengapa perkembangan fisik anak sedikit lebih cepat atau
lebih lama. Pembawaan keluarga memiliki pengaruh sangat kuat terhadap berat, tinggi,
dan tingkat perkembangan anak. Cara orangtua mengasuh anak juga terbukti
mempengaruhi seberapa baik anak tumbuh. Sering-sering ajak anak berbicara atau
bernyanyi, berikan dia pelukan, ditimang, rasa tenang,cinta, dan perhatian sebanyak
mungkin (Shahnaz, 2007, p.10).
Ciri-ciri perkembangan
a. Perkembangan melibatkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan disertai dengan perubahan
fungsi. Misalnya perkembangan sistem reproduksi disertai dengan perubahan pada
organ kelamin, perkembangan kecerdasan menyertai pertumbuhan otak dan serabut
saraf. Perubahan-perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh secara umum,
perubahan proporsi tubuh, berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru
sebagai tanda kematangan suatu organ tubuh tertentu (Narendra, et al., 2002, p.7).
b. Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya
27
Perkembangan awal merupakan masa kritis, karena hal tersebut akan menentukan
perkembangan selanjutnya. Seseorang tidak akan bisa melewati satu tahap
perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya (Narendra, et al., 2002, p.8)
c. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan
Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan, tahap-tahap
tersebut tidak dapat terbalik, misalnya anak dapat berdiri terlebih dahulu sebelum
berjalan (Narendra, et al., 2002, p.8).
d. Perkembangan berhubungan dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi
peningkatan mental, ingatan, dan juga daya nalar (Narendra, et al., 2002, p.8).
Pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Artinya
untuk perkembangan yang normal diperlukan pertumbuhan yang selalu bersamaan
dengan kematangan fungsi. Sebuah organ yang tumbuh atau menjadi besar karena sel-sel
jaringan yang mengalami proliferasi atau hiperplasia dan hipertrofi. Pada awalnya organ
ini masih sederhana dan fungsinya pun belum sempurna. Dengan bertambahnya umur
atau waktu, organ tersebut berikut fungsinya akan tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan
seorang anak memberikan gambaran tentang perkembangan keadaan keseimbangan
antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak untuk berbagai proses biologis
termasuk untuk tumbuh (Harahap, 2004).
28
gerakan yang menonjol hanya denyut jantung janin sudah mulai dapat berdenyut sejak 4
minggu. Masa fetus terjadi antara minggu ke-12 sampai 40 terjadi peningkatan fungsi
organ yaitu bertambah panjang dan berat badan terutama pertumbuhan dan penambahan
jaringan subcutan dan jaringan otot.
2. Masa posnatal
a. Neonatus ( usia 0 – 28 hari )
Neonatus adalah masa kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28
hari, dimana terjadi kehidupan yang baru dalam ekstra uteri dengan terjadi proses
adaptasi semua sistem organ tubuh. Proses adaptasi dari organ tersebut dimulai dari
akrivitas pernapasan yang disertai pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan antara
35-50 x/menit, penyesuaian denyut jantung antara 120-160x/menit dengan ukuran
jantung lebih besar apabila dibandingkan dengan rongga dada, terjadi aktivitas bayi
yang mulai meningkat. Perubahan selanjutnya sudah dimulai proses pengeluaran tinja
yang terjadi dalam waktu 24 jam yang didalamnya terdapat mekonium. Hal tersebut
akan dilanjutkan dengan proses defekasi, seperti pada proses ekskresi dari apa yang
dimakan (ASI). Frekuensi defekasi tersebut dapat berkisar antara 3-5 kali seminggu
(bergantung pada kondisi bayi dan susu yang dikonsumsi, apakah ASI ataukah susu
formula).
Perubahan pada fungsi organ yang lainnya adalah ginjal yang belum sempurna,
urine masih mengandung sedikit protein dan pada minggu pertama akan dijumpai
urine berwarna merah muda karena banyak mengandung senyawa urat. Keadaan
fungsi hati pun masih relatif imatur dalam memproduksi faktor pembekuan, sebab
belum terbentuknya usus yang akan berperan dalam absorpsi vitamin K dan
imunologi untuk kekebalan bayi.
Selanjutnya diikuti perkembangan fungsi organ-organ tubuh lainnya. Dalam tahap
neonatus ini bayi memiliki kemungkinan yang sangat besar tumbuh dan kembang
sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh orang tuanya.
b. Bayi
Masa bayi ini dibagi menjadi dua tahap perkembangan. Tahap pertama (antara
usia 1 – 12 bulan) yaitu pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini dapat
29
berlangsung secara terus menerus, khususnya dalam peningkatan susunan saraf.
Dalam tahap ini bayi memiliki kemajuan tumbuh kembang yang sangat pesat. Bayi
pada usia 1 – 3 bulan mulai bisa mengangkat kepala,mengikuti objek pada mata,
melihat dengan tersenyum. Bayi pada usia 3 – 6 bulan mulai bisa mengangkat kepala
90°, mulai bisa mencari benda-benda yang ada di depan mata. Bayi usia 6 – 9 bulan
mulai bisa duduk tanpa di topang, bisa tengkurap dan berbalik sendiri bahkan bisa
berpartisipasi dalam bertepuk tangan. Bayi usia 9 – 12 bulan mulai bisa berdiri
sendiri tanpa dibantu, berjalan dengan dtuntun, menirukan suara.
Tahap kedua (usia 1-2 tahun) yaitu kecepatan pertumbuhan pada masa ini mulai
menurun dan terdapat percepatan pada perkembangan motorik.
30
munculnya gigi permanent sudah dapat terjadi. Perkembangan pada masa ini dapat
berlangsung stabil dan masih terjadi peningkatan pertumbuhan serta perkembangan,
khususnya pada aktifitas fisik dan kemampuan kognitif.
31
Perkembangan seksual. Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas
bertanggung-jawab atas munculnya dorongan seks.
Perkembangan emosional. Psikolog Amerika G. Stanley Hall mengatakan
bahwa masa remaja adalah masa stres emosional, yang timbul dari perubahan
fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas.
32
Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi individu setiap hari mulai lahir
sampai akhir hayatnya, dan sangat mempengaruhi tercapinya atau tidak potensi yang
sudah ada dalam diri manusia tersebut sesuai dengan genetiknya. Faktor lingkungan
ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu :
Lingkungan pranatal ( faktor lingkungan ketika masih dalam kandungan )
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi fetus dalam uterus yang dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin antara lain gangguan
nutrisi karena ibu kurang mendapat asupan gizi yang baik, gangguan endokrin
pada ibu (diabetes mellitus), ibu yang mendapatkan terapi sitostatika atau
mengalami infeksi rubela, toxoplasmosis, sifilis dan herpes. Faktor
lingkungan yang lain adalah radiasi yang dapat menyebabkan kerusakan pada
organ otak janin.
Lingkungan postnatal ( lingkungan setelah kelahiran )
Lingkungan postnatal dapat di golongkan menjadi :
a) Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang
keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan. Terdapat
kebutuhan zat gizi yang diperlukan seperti protein, karbohidrat, lemak,
mineral, vitamin dan air. Apabila kebutuhan tersebut tidak atau kurang
terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak.
Asupan nutrisi yang berlebihan juga berdampak buruk bagi kesehatan anak,
yaitu terjadi penumpukan kadar lemak yang berlebihan dalam sel/jaringan
bahkan pada pembuluh darah. Penyebab status nutrisi kurang pada anak :
- Asupan nutrisi yang tidak adekuat, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif
- Hiperaktivitas fisik / istirahat yang kurang
- Adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan kebutuhan nutrisi
- Stres emosi yang dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau
absorbsi makanan tidak adekuat
b) Budaya lingkungan
33
Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi bagaimana mereka
dalam mempersepsikan dan memahami kesehatan dan perilaku hidup sehat.
Pola perilaku ibu hamil dipengaruhi oleh budaya yang dianutnya, misalnya
larangan untuk makan makanan tertentu padahal zat gizi tersebut dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Keyakinan untuk melahirkan d
dukun beranak dari pada di tenaga kesehatan. Setelah anak lahir dibesarkan di
lingkungan atau berdasarkan lingkungan budaya masyarakat setempat.
c) Status sosial dan ekonomi keluarga
Anak yang dibesarkan di keluarga yang berekonomi tinggi untuk pemenuhan
kebutuhan gizi akan tercukupi dengan baik dibandingkan dengan anak yang
dibesarkan di keluarga yang berekonomi sedang atau kurang. Demikian juga
dengan status pendidikan orang tua, keluarga dengan pendidikan tinggi akan
lebih mudah menerima arahan terutama tentang peningkatan pertumbuhan
dan perkembangan anak, penggunaan fasilitas kesehatan, dll dibandingkan
dengan keluarga dengan latar belakang pendidikan rendah.
d) Iklim/cuaca
Iklim tertentu akan mempengaruhi status kesehatan anak misalnya musim
penghujan akan dapat menimbulkan banjir sehingga menyebabkan sulitnya
transportasi untuk mendapatkan bahan makanan, timbul penyakit menular,
dan penyakit kulit yang dapat menyerang bayi dan anak-anak. Anak yang
tinggal di daerah endemik misalnya endemik demam berdarah, jika terjadi
perubahan cuaca wabah demam berdarah akan meningkat.
e) Olahraga/latihan fisik
Manfaat olah raga atau latihan fisikyang teratur akan meningkatkan sirkulasi
darah sehingga meningkatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh, meningkatkan
aktivitas fisik dan menstimulasi perkembangan otot dan jaringan sel
f) Posisi anak dalam keluarga
Posisi anak sebagai anak tunggal, anak sulung, anak tengah atau anak bungsu
akan mempengaruhi pola perkembangan anak tersebut diasuh dan dididik
dalam keluarga.
g) Status kesehatan
34
Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan dan
perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila anak dalam kondisi sehat dan
sejahtera maka percepatan pertumbuhan dan perkembangan akan lebih
mudah dibandingkan dengan anak dalam kondisi sakit.
c. Faktor hormonal
Faktor hormonal yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
adalah somatotropon yang berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan,
hormon tiroid dengan mestimulasi metabolisme tubuh, glukokortiroid yang berfungsi
menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk memproduksi testosteron
dan ovarium untuk memproduksi estrogen selanjutnya hormon tersebut akan
menstimulasi perkembangan seks baik pada anak laki-laki maupun perempuan sesuai
dengan peran hormonnya
35
BAB III
KESIMPULAN
Adapatasi bayi baru lahir (BBL) adalah penyesuaian diri individu (BBL) dari
keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis.
Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam
lingkungan interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya
terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin
dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di dalam
rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau lebih.
Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan
sirkulasi, sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta
menggunakan glukosa.
Perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir meliputi : Perubahan sistim
pernapasan / respirasi, Perubahan pada sistem peredaran darah, Pengaturan Suhu,
Metabolisme Glukosa, Perubahan sistem gastrointestinal dan Sistem kekebalan
tubuh/ imun.
Tujuan Pemeriksaan Fisik pada bayi baru lahir :
(1) Mengidentifikasi riwayat kesehatan bayi
(2) Mengobservasi karakteristik bayi
(3) Memperkirakan usia gestasi
(4) Mengkaji perilaku bayi
(5) Mengkaji integritas neuromuscular
(6) Mengidentifikasi masalah kesehatan
(7) Merencanakan tindakan
(8) Menggunakan hasil pengkajian untuk mengajarkan orang tua tentang bayinya
Langkah –langkah dalam pemeriksaan fisik pada bayi
36
1. Pemeriksaan umum dilakukan pada bayi baru lahir adalah pengukuran
Anthopometri yaitu pengukuran lingkar kepala yang dalam keadaan normal berkisar
33 – 35 cm, lingkar dada 30,5 – 33 cm, panjang badan 45 – 50 cm, berat badan bayi
2500 gram – 4500 gram.
2. Pemeriksaan tanda – tanda vital : Suhu tubuh, nadi, pernapasan bayi baru
lahir bervariasi dalam berespon terhadap lingkungan.
3. Suhu tubuh, Nadi, Pernapasan dan Tekanan darah
4. Pemeriksaan fisik secara sistematik pada bayi baru lahir dimulai dari :
Kepala, Telinga, Mata, Hidung dan mulut, Leher, Dada, Bahu, lengan dan tangan,
Perut, Kelamin, Ekstremitas atas dan bawah, Punggung, Kulit dan Refleks BBL
37
DAFTAR PUSTAKA
38
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri Jilid 1 : Jakarta, EGC.
39