Dosen Pembimbing :
Lestari Makmuriana,
M,pd,M.Kep
Disusun
Oleh
Kelompok 1:
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ Makalah Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan kasus Patent
Ductus Arteriosus” ini sesuai dengan perencanaan yang telah ditentukan.
Salawat serta salam tidak lupa kami haturkan atas junjungan nabi besar
kita Muhammad saw yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam
terang menderang, semoga kami mengikuti jejak beliau sampai akhir zaman.
Tak ada gading yang tak retak dan tak seorang pun yang luput dari
kesalahan dan kelemahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya konsuktif guna penyempurnaan makalah berikutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN SAMPUL................................................................................i
HALAMAN JUDUL....................................................................................ii
PRAKATA....................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................iv
BAB 1. PENDAHULUAN...........................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................2
1.3 Manfaat.........................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN TEORI........................................................................3
2.1 Pengertian.....................................................................................3
2.2 Epidemiologi.................................................................................5
2.3 Etiologi...........................................................................................6
2.4 Manifestasi Klinis.........................................................................8
2.5 Patofisiologi...................................................................................10
2.6 Komplikasi....................................................................................12
2.7 Pemeriksaan Diagnostik..............................................................13
2.8 Penatalaksanaan Medis...............................................................13
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI..........................................16
3.1 Pengkajian.....................................................................................16
3.2 Diagnosa........................................................................................21
3.3 Intervensi.......................................................................................21
3.4 Implementasi.................................................................................34
3.5 Evaluasi.........................................................................................37
BAB 4. PENUTUP.......................................................................................41
4.1 Kesimpulan...................................................................................41
4.2 Saran..............................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
koengenital. Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa dari 1000 kelahiran hidup
ditemukan 1 kasus PDA. Perbandingan pada anak perempuan dan laki-laki adalah
2:1, dan kecenderungan kasus meningkat pada saudara penderita yang juga
mengalami PDA. Sekitar 75% PDA terjadi pada bayi yang lahir dengan berat
badan <1200 gram dan sering bersamaan dengan penyakit jantung kongenital lain
(Wahab, 2009).Angka kejadian PDA dilaporkan 1 per 2000 kelahiran pada bayi
cukup bulan dan kejadiannya meningkat menjadi 8 per 1000 kelahiran hidup pada
bayi kurang bulan terutama dengan berat lahir rendah. Oleh sebab itu perlu adanya
suatu tindakan pencegahan dan juga penanggulangan terjadinya kasus PDA ini
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan pegetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa keperawatan
dan pembaca mengenai “ Asuhan Keperawatan PDA (Patent Ductus Arteriosus)
pada Anak”.
2
BAB 2. TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
3
Saat lahir, plasenta diangkat saat tali pusar dipotong. Pada saat itu paru-paru
pada bayi harus menyediakan oksigen ke tubuhnya. Saat bayi mengambil nafas
untuk pertama kali, pembuluh darah di paru-paru terbuka dan darah mulai
mengalir untuk mengambil oksigen. Pada titik ini, duktus arteriosus tidak
diperlukan untuk melewati paru-paru. Dalam keadaan normal, beberapa hari
pertama setelah kelahiran duktus arteriosus menutup dan darah tidak lagi
melewatinya. Pada beberapa bayi, bagaimanapun, duktus arteriosus tetap terbuka
(paten) dan kondisinya kini dikenal sebagai patent ductus arteriosus (PDA).
Pembukaan antara aorta dan arteri pulmonalis memungkinkan darah kaya oksigen
(merah) menyebar ke paru-paru. Patent ductus arteriosus (PDA) terjadi dua kali
lebih sering pada anak perempuan dibandingkan pada anak laki-laki (Stanford
Children’s Health, 2017)
4
Gambar 1.2 Aliran Darah Pada Jantung Normal dan Duktus Arteriosus Paten
( Sumber: Wahab, 2009)
Gambar 1.3 Perbandingan Tekanan Darah Dan Saturasi Oksigen Pada Jantung
Normal Dan Paten Ductus Arteriosus
(Sumber : Wahab, 2009)
2.2 Epidemiologi
Patent duktus arteriosus (PDA) adalah cacat jantung koengenital kelima yang
paling sering ditemukan sekitar 8-10% diseluruh kasus cacat jantung koengenital.
Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa dari 1000 kelahiran hidup ditemukan 1
5
kasus PDA. Perbandingan pada anak perempuan dan laki-laki adalah 2:1, dan
kecenderungan kasus meningkat pada saudara penderita yang juga mengalami
PDA. Sekitar 75% PDA terjadi pada bayi yang lahir dengan berat badan <1200
gram dan sering bersamaan dengan penyakit jantung kongenital lain (Wahab,
2009).
Angka kejadian PDA dilaporkan 1 per 2000 kelahiran pada bayi cukup bulan
dan kejadiannya meningkat menjadi 8 per 1000 kelahiran hidup pada bayi kurang
bulan terutama dengan berat lahir rendah. Sedangkan insiden pada bayi cukup
bulan (BCB) lebih kecil yaitu, 1 per 2000 kelahiran. Di Departemen Ilmu
Kesehatan Anak (IKA) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta
insiden PDA pada bayi kurang bulan (BKB) dilaporkan 32%, sedangkan di
Departemen IKA Rumah Sakit Moh.Hoesin (RSMH) Palembang dilaporkan
insiden pada bayi usia gestasi <37 minggu sebanyak 58,7% (Sari dkk., 2015).
2.3 Etiologi
6
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain (Buku Ajar Keperawatan
Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan
Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109).
Menurut Kim (2016) etiologi dari Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah
1. Genetika
Untuk kasus faktor keluarga yang terkena patent ductus arteriosus (PDA) telah
dicatat sebagai salah satu yang mempengaruhi, namun untuk penyebab genetik
belum ditentukan. Pada bayi yang lahir pada saat memiliki patent duktus
arteriosus (PDA) yang gigih, tingkat kekambuhan di antara saudara kandung
adalah 5%. Beberapa bukti awal menunjukkan bahwa sepertiga kasus
disebabkan oleh ciri resesif yang diberi label PDA1, terletak pada kromosom
12 yang terjadi pada beberapa populasi.
2. Kelainan kromosom
Beberapa kelainan kromosom dikaitkan dengan patensi persisten duktus
arteriosus. Teratogen yang teridentifikasi meliputi infeksi rubella kongenital
pada trimester pertama kehamilan, terutama melalui kehamilan 4 minggu
(terkait dengan patent ductus arteriosus [PDA] dan stenosis cabang arteri
pulmonalis), sindrom alkohol janin, penggunaan amfetamin ibu, dan
penggunaan fenitoin ibu.
7
3. Prematuritas
Prematuritas atau ketidakdewasaan bayi pada saat persalinan berkontribusi
terhadap terjadinya patensi pada duktus. Beberapa faktor yang terlibat,
termasuk ketidakdewasaan otot polos di dalam struktur atau ketidakmampuan
paru-paru yang belum matang untuk membersihkan prostaglandin yang beredar
dan bertahan dari masa gestasi. Selain itu kondisi yang berkontribusi pada
ketegangan oksigen rendah di dalam darah, seperti paru-paru yang belum
matang, defek jantung kongenital yang hidup berdampingan, dan ketinggian
tinggi, terkait dengan patensi duktus yang terus-menerus.
4. Penyebab Lain
Penyebab lainnya meliputi berat lahir rendah (BBLR), prostaglandin,
ketinggian tinggi dan tekanan oksigen di atmosfer rendah, dan hipoksia.
8
kontinue, bising machinery, sama seperti PDA kecil, tetapi foto Rontgen toraks
memperlihatkan adanya pembesaran ventrikel kiri, atrium kiri, knob aorta, dan
vaskulaisasi paru yang meningkat;
3. PDA besar penderitanya akan menunjukkan gejala yang berat minggu-minggu
pertama kehidupannya. Selain itu akan mengalami kesulitasn makan dan
minum sehingga berat badannya tidak bertambah dengan memuaskan. Pasien
akan tampak dispnea ataupun takipnea. Pada PDA besar juga muncul dengan
tekanan arteri pulmonal sama dengan tekanan aorta. Perbandingan aliran paru
dan sistematis >2 : 1. Aliran darah pintas yang besar seperti ini akan
mengakibatkan gagal jantung kiri pada minggu pertama bayi prematur atau
usia 2 atau 3 buan pada bayi lahir cukup bulan. Beberapa diantaranya dapat
hidup terus karena pengecilan spontan PDA, atau karena sindrom Eisenmenger
(Muttaqin, 2009).
1. Kelelahan
2. Berkeringat
3. Denyut jantung yang cepat
4. Terengah-engah
5. Kesulitan dalam bernafas
6. Ketidaksukaan dalam pemberian makan, atau tidak mau menyusui
7. Berat badan buruk
9
2.5 Patofisiologi PDA
a. Patofisiologi
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran
darah pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan (fetus). Hubungan
ini (shunt) ini diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di
dalam masa kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan
aliran darah bersih dari ibu (melalui vena umbilikalis) kemudian masuk ke dalam
atrium kanan dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran
sistemik melalui duktus arteriosus. Normalnya duktus arteriosus berasal dari arteri
pulmonalis utama (atau arteri pulmonalis kiri) dan berakhir pada bagian superior
dari aorta desendens, ± 2-10 mm distal dari percabangan arteri subklavia kiri.
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika media)
yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin yang
membentuk lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki lapisan
elastin yang tebal dan tersusun rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos pada
duktus arteriosus sensitif terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan
vasokonstriktor (pO2). (Wahab, S. 2009 )
Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai
segera setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan tekanan,
sirkulasi dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan duktus
arteriosus dalam waktu 2 minggu. Duktus arteriosus yang persisten (PDA) akan
mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang kemudian dapat menyebabkan hipertensi
pulmonal dan sianosis. Awalnya darah mengalir melalui aorta masuk ke arteri
pulmonalis (karena tekanan darah aorta >>) Lama-kelamaan karena darah
memenuhi pembuluh darah paru-paru, terjadilah hipertensi pulmonal àKarena
peningkatan tahanan pulmonalis terjadilah aliran balik, dari pulmonalis menuju
aorta Karena darah yang terdeoxydasi masuk ke arteri sistemik, otomatis akan
timbul sianosis (Wahab, 2009)
1
b. Pathway PDA
Menurut Ganes dkk.,(2011):
Setelah Lahir
Gannguan Pertukaran gas
terjadi
i
.
Ketidak
seimbang Kontriks ISPA Pola nafas
an nutrisi
Eksteremitas dingin, tampak kelelahan, tampak anak tidak aktif
Gangguan
Intoleransi pertumbuha
Difusi Gagal n dan
oksigen jantung perkembang
Terenga
h- engah aktivitas menurun kanan atau
saat dan hipoksia hipertensi
1
2.6 Komplikasi
1
10. Perdarahan gastrointestinal, penurunan jumlah trombosit.
11. Hiperkalemia (penurunan pengeluaran urine)
12. CHF
Merupakan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh
tubuh (Ebbersole, Hess 1998). CHF ini akan menjadi kronik apabila
disertai dengan penyakit-penyakit seperti hipertensi, penyakit katub
jantung kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi kondisi akut
dan berkembang secara tiba-tiba pada infark miokard.
13. Kegagalan pertumbuhan ( Ganes dkk., 2011)
1
operasi jantung yang paling ringan dan mortalitasnya paling rendah (sampai 0%).
Saat terbaik untuk operasi adalah pada umur 1-2 tahun, walaupun tetap dapat
dilakukan pada setiap umur. PDA besar dengan kelainan vaskuler paru obstruktif
berat, mempunyai resistensi vaskular paru 1µm² , selalu disertai kelainan vaskular
paru obstruktif yang berat. Hal ini merupakan kontraindikasi untuk operasi pada
orang dewasa (Muttaqin, 2009)
1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa diberikan terutama pada duktus ukuran kecil, dengan
tujuan terjadinya kontriksi pada otot duktus sehingga duktus akan menutup. Jenis
obat yang sering diberikan adalah
a. Golongan obat-obatan steroid anti-inflamasi (indometasin/indosin).
Berfungsi untuk menekian produksi prostaglandin dengan cra menurunkan
aktivitas cyclo-oksigenase.
Dosis yang bisa diberikan yaitu 0,2 mg/kg IV pada 12 jam I, di ikuti 0,1 mg/kg IV
pada 12 jam berikutnya.
Kontraindikasinya: hipersensitivitas, perdarahan gastrointestinal, dan insufisiensi
ginjal.
Efek samping: nefritis, gagal ginjal, dan leukopenia.
b. Prostaglandin E1 (Alprostil, Prostin VR)
Berfungsi untuk mempertahankan patensi duktus arteriosus, terutama jika sudah
ada shunt dari kanan-ke-kiri (Sindrom Eisenmenger). Obat ini diberikan sebelum
tindakan operasi penutupan duktus dilakukan, dan efektif pada bayi prematur
Dosis awal: 0,05-0,1 mcg/kg/min IV
Dosis rumatan: 0,01-004 mcg/kg/min IV
1
Kontraindikasi: hipersensitivitas dan sindrom distress penafasan.
Efek samping: apnea, kejang, demam, hipotensi, dan penegangan aggregasi
trombosit.
2. Tindakan bedah
Tindakan terbaik untuk menutup duktus adalah dengan melakukan operasi.
Mortalitas tindakan operasi kurang dari 2% meskipun operasi dilakukan antara
umur beberapa bulan sampai di atas 60 tahun. Risiko kematian yang kecil ini
menyebabkan banyak dokter lebih aktif melakukan operasi pada umur muda
karena menunggu penutupan spontan mempunyai resiko lebih besar daripada
operasi.
Pada bayi prematur tanpa sindrom distress respirasi, dicoba dahulu untuk
memperbaiki gagal jantungnya dengan digitalis. Bila berhasil, operasi dapat
ditunda 3 bulan lagi atau lebih lama karena banyak kasus dapat menutup secara
spontan. Indikasi untuk melakukan tindakan beah yaitu adanya kegagalan pada
terapi medikamentosa, trombositopenia, dan insufisiensi ginjal. Ada beberapa
tehnik operasi yang dipakai untuk menutup duktus, seperti penutupan dengan
menggunakan tehnik cincin dan metode ADO (Amplatzer Duct Occlluder).
1
BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PDA
3.1 Pengkajian
I. Identitas (Data Biografi)
PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup
pada 24 jam pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara anatomic
menutup dalam 4 minggu pertama. Insidens PDA ( Patent Ductus
Arteriosus) lebih sering pada bayi perempuan yaitu 2 x lebih banyak
terjadi daripada bayi laki-laki. Sedangkan pada bayi prematur
diperkirakan insidennya sebesar 15 %. PDA juga bisa diturunkan secara
genetik dari orang tua yang menderita jantung bawaan atau juga bisa
karena kelainan kromosom.
II. Keluhan Utama
Pasien dengan PDA biasanya mengalami keluhan lelah dan sesak napas.
III. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien pada umumnya mengeluh sesak nafas dan merasa cepat
lelah. Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda
respiratory distress, dispnea (sesak), takipnea, hipertropi ventrikel kiri,
retraksi dada dan hiposekmia
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat kesehatan ibu sewaktu mengandung mulai dari gaya hidup
(diet, latihan, olah raga, kebiasaan merokok, kebiasaan minum alcohol,
stress, kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan dan jamu, serta riwayat
penyakit kardiovaskuler), perlu juga ditanyakan apakah pasien lahir
prematur atau ibu menderita infeksi dari rubella.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Identifikasi riwayat penyakit keluarga yang dapat menyebabkan PDA.
Faktor kesehatan keluarga yang dikaji mencakup penyakit jantung
congenital, di dalam keluarga apakah ada yang mempunyai riwayat
penyakit genetik/penyakit yang serupa terutama pada klien PDA, karena
1
PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita
penyakit jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.
IV. Riwayat kehamilan
Kaji faktor resiko prenatal antara lain ibu pengguna obat-obatan, riwayat
merokok, dan minum-minuman alcohol, ibu terpajan oleh radiasi,
penyakit virus maternal (misalnya: influenza, gondongan atau rubella)
atau usia ibu di atas 40 tahun saat hamil.
V. Riwayat Tumbuh Kembang
Biasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari
kondisi penyakit. Serta keterbatasan dalam aktivitas mempengaruhi
perkembanganya.
VI. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian Asi
Identifikasi kepada keluarga saat pertama kali anak diberikan asi, cara
pemberian ASI (apakah setiap kali menangis atau terjadwal), lama
pemberian asi berapa tahun, Identifikasi apakah keluarga memberikan
anak susu formula.
b. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
Identifikasi kepada keluarga pola perubahan nutrisi yang diberikan
kepada anak dari usia 0-4 bulan, 4-12 bulan, dan nutrisi saat ini.
VII. Riwayat Psikososial/perkembangan
a. Kemungkinan mengalami masalah perkembangan
b. Mekanisme koping anak/ keluarga
c. Pengalaman hospitalisasi sebelumnya
d. Tugas perasaan anak terhadap penyakitnya
e. Bagaimana perilaku anak terhadap tindakan yang dilakukan terhadap
dirinya
f. Kebiasaan anak
g. Respon keluarga terhadap penyakit anak
h. Koping keluarga/anak dan penyesuaian keluarga/anak terhadap stress
1
VIII. Riwayat Aktifitas Bermain
Kaji pola aktifitas bermain dan pergerakkan pada bayi dan anak-anak ,
karena pada penderita kelainan jantung kongenital akan lebih terbatas
aktifitas bermainnya dikarenakan kondisi tubuh yang tidak stabil serta
mudah lelah sehingga pergerakkan bermain anak pun akan terganggu.
IX. Riwayat Spiritual
Identifikasi suport sistem yang ada dalam keluarga dan bagaimana cara
keluarga mengenalkan nilai dan norma agama kepada anak.
X. Reaksi Hospitalisasi
a. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
Identifikasi orang tua mengenai alasan mereka membawa anaknya ke
rumah sakit, bagaimana perasaan orang tua mengenai kondisi anak
saat ini apakah cemas, takut, khawatir atau biasa saja. Tanyakan juga
kepada orang tua apakah orang tua apakah selalu menemani saat di
rumah sakit.
b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Identifikasi perasaan anak saat berada di rumah sakit apakah senang,
cemas, takut dll. Dan apakah anak selalu menangis saat di rumah
sakit.
XI. Pemeriksaan Fisik
A. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : Compos mentis
2. Keadaan Umum Klien
Pada anak dengan PDA biasanya lemah dan tidak bergairah.
3. Tanda-tanda Vital
a. Suhu : Tidak normal (normal 36oC- 37o C)
b. Nadi : Takikardi, batas normal (pada bayi : 120-130x/menit);
(pada anak-anak : 80-90x/menit)
c. Respirasi : Dispnea, batas normal (bayi : 30-40x/menit) ; (anak : 20-
30x/menit)
1
d. TD : Terjadi peningkatan tekanan darah sistolik, batas normal
(bayi : 70-90/50 mmHg); (anak : 80-100/ 60 mmHg)
4. Antropometri
Identifikasi tinggi badan, berat badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas,
lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut dan skin fold pada anak.
5. Sistem Kardiovaskuler
a. Pemeriksaan toraks dan hasil auskultasi
1) Lingkar dada.
1
5) Posisi yang
nyaman.
b. Hasil auskultasi toraks
2
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malformasi jantung.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan adanya kelebihan cairan
dalam paru.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
6. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak
adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
2
mendukung baik secara fisik dan
tekanan perfusi psikologis sesuai
sistemik. dengan kebijakan
1. Demyut tiap agen/penyedia
jantung apikal layanan.
dari skala 1 2. Pastikan tingkat
(Deviasi berat aktivitas pasien yang
dari kisaran tidak membahayakan
normal) curah jantung atau
ditingkatkan memprovokasi
menjadi 3 serangan jantung.
(Deviasi sedang 3. Lakukan penilaian
kisaran normal) komprehensif pada
2. Indeks sirkulasi pitmia
Jantung dari jantung, termasuk
skala 1 (Deviasi gangguan ritme
berat dari kisaran perifer (misalnya cek
normal) nadi perifer, edema,
ditingkatkan pengisian ulang
menjadi 3 kapiler, warna dan
(Deviasi sedang suhu ekstremitas)
kisaran normal) secara rutin sesuai
3. Suara kebijakan agen.
jantung 4. Monitor tanda-tanda
abnormal dari vital secara rutin.
skala 1 (Deviasi 5. Monitor disritmeia
berat dari kisaran jantung, termasuk
normal) gangguan ritme dan
ditingkatkan konduksi jantung.
menjadi 3 6. Catat tanda dan
(Deviasi sedang gejala penurunan
2
kisaran normal) curh jantung.
4. Denyut nadi 7. Monitor status
perifer dari skala pernafasan terkait
1 (Deviasi berat denga adanya gejala
dari kisaran gagal jantung
normal)
ditingkatkan
menjadi 3
(Deviasi sedang
kisaran normal)
5. Suara
Jantung
abnormal dari
skala 1 (berat)
ditingkatkan
menjadi 4
(ringan).
6. Intoleransi
aktivitas dari
skala 1 (berat)
ditingkatkan
menjadi 3
(sedang).
2
Definisi: Inspirasi dan / pola nafas pada ada untuk
atau ekspirasi yang tidak klien dapat teratasi. memaksimalkan
memberi ventilasi adekuat. 0415 Status ventilasi
Pernafasan 2. Identifikasi
Definisi: Proses kebutuhan
keluar masuknya aktual/potensial
udara ke paru-paru pasien untuk
serta pertukaran memasukkan alat
karbondioksida. membuka jalan
1. Frekuensi nafas
pernafasan dari 3. Gunakan tehnik
skala 1 (deviasi yang menyenangkan
berat dari kisaran untuk memotivasi
normal) bernafas dalam
ditingkatkan kepada anak-anak
menjadi skala 4 (misalnya meniup
(deviasi ringan gelembung, meniup
dari kisaran kincir, peluit,
normal). harmonika, balon,
2. Kepatenan jalan meniup bulu, dan
nafas dari skala 1 sebagainya)
(deviasi berat dari 4. Kelola udara atau
kisaran normal) oksigen yang di
ditingkatkan lembabkan
menjadi skala 4 sebagaimana
(deviasi ringan mestinya
dari kisaran 5. Posisikan untuk
normal). meringankan sesak
3. Saturasi oksigen nafas.
dari skala 1 6. Monitor status
(deviasi berat dari pernafasan dan
2
kisaran normal) oksigenasi
ditingkatkan sebagaimana
menjadi skala 4 mestinya.
(deviasi ringan
dari kisaran
normal).
4. Tes faal paru
dari skala 1
(deviasi berat dari
kisaran normal)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(deviasi ringan
dari kisaran
normal).
3. Domain 3: Eliminasi dan Kriteria Hasil: 3320 Terapi Oksigen
Pertukaran Setelah dilakukan Definisi: Pemberian
Kelas 4. Fungsi Respirasi tindakan oksigen dan
(00030) Gangguan keperawatan 3 kali pemantauan mengenai
Pertukaran Gas 24 jam gangguan efektivitasnya.
Definisi: Kelebihan atau pertukaran gas pada 1. Pertahankan
defisit oksigenasi dan atau klien dapat teratasi. kepatenan jalan
eliminasi karbondioksida 0402 Status nafas.
pada membran alveolar- Pernafasan: 2. Berikan oksigen
kapiler. Pertukaran Gas tambahan seperti
Definisi: yang diperintahkan.
Pertukaran 3. Monitor aliran
karbondioksida dan oksigen hipoventilasi
oksigen di alveoli induksi oksigen.
untuk 4. Konsultasi
mempertahankan dengan tenaga
2
konsentrasi darah kesehatan lain
arteri. mengenai
1. Tekanan Parsial penggunaan oksigen
oksigen di darah tambahan selama
arteri (PaO2) kegiatan dan atau
dari skala 1 tidur.
(Deviasi berat
dari kisaran 3350 Monitor
normal) Pernafasan
ditingkatkan Definisi: Sekumpulan
menjadi 3 data dan analisis
(Deviasi sedang keadaan pasien untuk
kisaran normal). memastikan kepatenan
2. Tekanan Parsial jalan nafas dan
karbondioksida kecukupan pertukaran
di darah arteri gas.
(PaCO2) dari 1. Monitor kecepatan,
skala 1 (Deviasi irama, kedalaman,
berat dari kisaran dan kesulitasn
normal) bernafas.
ditingkatkan 2. Monitor suara
menjadi 3 nafasa tambahan
(Deviasi sedang seperti ngorok atau
kisaran normal). mengi.
3. pH arteri dari 3. Monitor pola nafas
skala 1 (Deviasi (misalnya
berat dari kisaran bradipneu, takipneu,
normal) hiperventilasi, dan
ditingkatkan lain-lain)
menjadi 3 4. Monitor saturasi
(Deviasi sedang oksigen pada pasien
2
kisaran normal). yang tersedasi
4. Keseimbangan (seperti SaO2,
ventilasi dari SvO2, SpO2) sesuai
skala 1 (Deviasi protokol yang ada.
berat dari kisaran 5. Catat perubahan
normal) pada saturasi
ditingkatkan oksigen, volume
menjadi 3 tidal akhir
(Deviasi sedang karbondioksida, dan
kisaran normal). perubahan nilai
5. Sianosis dari analisa gas darah
skala 1 (sangat dengan tepat.
berat) 6. Berikan bantuan
ditingkatkan resusitasi jika
menjadi 3 diperlukan.
(cukup).
6. Dispnea saat
istirahat dari
skala 1 (sangat
berat)
ditingkatkan
menjadi 3
(cukup).
7. Dispnea dengan
istirahat dari
skala 1 (sangat
berat)
ditingkatkan
menjadi 3
(cukup).
4. Domain 2: Nutrisi Kriteria Hasil: 1100 Manajemen
2
Kelas 1. Makan Setelah dilakukan Nutrisi
(00002) tindakan Definisi: Menyediakan
Ketidakseimbangn keperawatan 2 kali dan menigkatkan intake
Nutrisi: Kurang dari 24 jam nutrisi yang seimbang.
Kebutuhan Tubuh ketidakseimbangan Aktivitas-aktivitas:
Definisi: Asupan nutrisi nutrisi:kurang dari 1.Tentukan apa yang
tidak cukup untuk kebutuhan tubuh menjadi preferensi
memenuhi kebutuhan pada pasien dapat makanan pada
metabolik. teratasi. pasien)
10004 Status 2.Tentukan jumlah
Nutrisi kalori dan jenis
Definisi: Sejauh nutrisi yang
mana nutrisi dibutuhkan untuk
dicerna dan diserap memenuhi
untuk memenuhi persyaratan gizi.
kebutuhan 3.Monitor kalori dan
metabolik. asupan makana.
1. Asupan gizi, 4.Bantu pasien untuk
makanan dan mengakses program-
cairan dari skala program gizi
1 ( sangat komunitas, misalnya
menyimpang perempuan, bayi, dan
dari rentang anak, dan lain-lain)
normal) menjadi
skala 5 (tidak 1160 Monitor Nutrisi
menyimpang Definisi: Pengumpulan
dari rentang dan analisa data pasien
normal) yang berkaita dengan
2. Energi dari skala asupan nutrisi.
1 ( sangat 1. Monitor
menyimpang pertumbuhan dan
2
dari rentang perkembangan.
normal) menjadi 2. Monitor turgor
skala 4 (sedikit kulit dan mobilitas.
menyimpang 3. Lakukan
dari rentang pemeriksaan
normal) laboratorium ,
monitor hasilny
1020 Status Nutrisi: (misalnya serum
Bayi albumin, Hb, Ht,
Definisi: Jumlah imunitas, dan lain-
nutrisi dicerna dan lain)
diserap untuk 4. Tentukan
memenuhi rekomendasi energi
kebutuhan berdasarkan faktor
metabolisme serta pasien (misalnya
meningkatkan umur, berat badan,
petumbuhan bayi. tinggi badan, gender,
1. Intake nutrisi dan tingkat aktivitas
dari skla 1 (tidak fisik).
adekuat) 5. Tinjau ulang
ditingkatkan sumber lain terkait
menjadi skala 3 data status nutrisi
(cukup adekuat). 6. Mulai tindakan
2. Hidrasi dari skla atau rujukan sesuai
1 (tidak adekuat) kebutuhan
ditingkatkan
menjadi skala 3
(cukup adekuat).
3. Intake albumin,
kalori, protein,
lemak,
2
karbohidrat,
vitamin, mineral,
zat besi, kalsium,
sodium ari skla 1
(tidak adekuat)
ditingkatkan
menjadi skala 3
(cukup adekuat).
3
skala 1 (sangat hemodinamik,
terganggu) frekuensi
ditingkatkan pernafasan).
menjadi skala 4 3. Berikan
(Sedikit kegiatan pengalihn
terganggu). yang menenangkan
3. Frekuensi untuk meninkatkan
pernafasan ketika relaksasi.
beraktivitas dari 4. Monitor respon
skala 1 (sangat oksigen pasien
terganggu) (misalnya tekanan
ditingkatkan nadi, tekanan darah,
menjadi skala 4 respirasi) saat
(Sedikit perawatan.
terganggu). 4046 Perawatan
4. Kemudahan Jantung: Rehabilitatif
bernafas saat Definisi: Peningkatan
beraktivitas dari tingkat fungsi aktivitas
skala 1 (sangat paling maksimum pada
terganggu) pasien yang telah
ditingkatkan mengalami episode
menjadi skala 3 ganggun fungsi jantung
(cukup yang terjadi karena
terganggu). ketidakseimbangan
5.Kekuatan tubuh suplai oksigen ke otot
bagian atas dan jantung dan
bawah dari skala kebutuhannya
1 (sangat 1. Monitor
terganggu) toleransi pasien
ditingkatkan terhadap aktivitas.
2. Pertahankan
3
menjadi skala 4 jadwal amulasi,
(Sedikit sesuai toleransi
terganggu). pasien.
3. Beri dukungan
dan harapan yang
realistis pada pasien
dan keluarga.
6. Domain 13: Kriteria Hasil: 1120 Terapi Nutrisi
Pertumbuhan/ Setelah dilakukan Definisi: Pemberian
Perkembangan tindakan makanan dan cairan
Keterlambatan keperawatan 2 kali untuk membantu proses
Pertumbuhan dan 24 jam metabolik pada pasien
Perkembangan keterlambatan malutrisi atau pasien
Definisi: Penyimpangan/ pertumbuhan dan yang beresiko tinggi
kelainan dari aturan perkembangan pada mengalami malnutrisi.
kelompok usia. pasien dapat Aktivitas-aktivitas:
teratasi. 1. Lengkapi pengkajian
1006 Berat Badan: nutrisi sesuai
Massa Tubuh kebutuhan
Definisi: Tingkatan 2. Pilih supl emen
dimana berat nutrisi sesuai
badan, otot, dan kebutuhan
lemak kongruen 3. Kaji kebutuhan
dengan tinggi, nutrisi parenteral
tulang, jenis 4. Berikan nutrisi
kelamin dan usia. enteral sesuai
Berat badan dari kebutuhan
skala 1 (deviasi 5. Ciptakan lingkungan
berat dari kisaran yang membawa
normal) suasana yang
ditingkatkan menyanagkan dan
3
menjadi skala 4 menenagkan
(deviasi ringan dari 6. Berikan perawatan
kisaran nor mulut sebelum
mal). makan sesuai
Persentil lingkar kebutuhan
kepala (anak) dari 7. Rujuk untuk
skala 1 (deviasi mendapatkan
berat dari kisaran pendidikan
normal) kesehatan terkait diet
ditingkatkan dan perencanaan diet
menjadi skala 4 sesuai kebutuhan
(deviasi ringan dari 8. Berikan pasien dan
kisaran nor keluarga contoh
mal). tertulis mengenai
Persentil tinggi dari diet yang dianjurkan
skala 1 (deviasi
berat dari kisaran
normal)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(deviasi ringan dari
kisaran nor
mal).
Persentil berat
badan dari skala 1
(deviasi berat dari
kisaran normal)
ditingkatkan
menjadi skala 4
(deviasi ringan dari
kisaran nor
3
mal).
3
3.4 Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah tindakan disusun
dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu pasien mencapai tujuan
yang diharapkan (Nursalam, 2011). Komponen tahap implementasi
diantaranya sebagai berikut :
3.5 Evaluasi
Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan itemitem
atau perilaku yang dapat diamati dan dipantau untuk menentukan apakah
hasilnya sudah tercapai atau belum dalam jangka waktu yang telah
ditentukan (Doengoes, 2010).
3
Evaluasi hasil merupakan kegiatan melakukan evaluasi dengan
target tujuan yang diharapkan. Fokus evaluasi hasil adalah perubahan
perilaku atau status kesehatan pasien pada akhir tindakan keperawatan
pasien. Tipe evaluasi yang ini dilaksanakan pada akhir tindakan
keperawatan secara paripurna. Sumatif evaluasi adalah objektif,
fleksibel, dan efisien.
3
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
3
3
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kliegman, &Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.2, Editor,
Prof.DR.dr.A.Samik Wahab,sp.A(k),EGC:Jakarta.
Hartaty, D., Noormanto, & E. L. Haksari. 2015. Pertambahan Berat Badan Pasca
Penutupan Patent Duktus Arteriosus secara
Transkateter. Sari Pediatri. 17(3). https://saripediatri.org/index.php/sari-
pediatri/article/download/99/80 [diakses pada 03 Oktober 2017].
3
Kim, L.K. 2016. Patent Ductus Arteriosus (PDA). Medscape.
https://emedicine.medscape.com/article/891096-overview#a6 [diakses pada 29
Oktober 2017]
Morhead, S., M. Johnson. M.L. Maas. dan E. Swanson. 2013. Nursing Outcome
Classification (NOC). 5th Edition. Singapore: Elsevier. Terjemahan oleh I.
Nurjannah. dan R.D. Tumanggor. 2016. Nursing Outcome Classification
(NOC). Edisi Indonesia. Yogyakarta: CV. Mocomedia.
Sari, O., R. Nova, H. Bermawi, & E. Bahar. 2015. Perbandingan Efektifitas dan
Keamanan Parasetamol Intravena dan Ibuprofen Oral pada Penutupan Duktus
Arteriosus Persisten pada Bayi Kurang Bulan. Sari Pediatri. 17(4).
WWW.saripediatri.org [diakses pada 01 Oktober 2017].
4
QKHd9nDMgQ6AEIJjAA#v=onepage&q=DUKTUS%20ARTERIOSUS
%20PERSISTEN%20ADALAH%20adalah&f=false [diakses pada 03
Oktober 3017].