Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak III :

Disusun Oleh :
Nurlatifah (01701009)
Reka Sandra Pertama (017012)

Dosen Pengampu :
Ns.Rahma Devita, M. Kep, Sp, Ank

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) AMANAH PADANG

TAHUN AJARAN 2020

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga
terlimpahkan pada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafaatnya di akhirat nanti.

Kelompok mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehatnya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kelompok mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan ANAK III, dengan Judul “
Patent Ductus Arteriosus”.

Kelompok tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kelompok mengharapkan
kritik serta saran dari pembeca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat kesalahan pada makalah ini kelompok mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Kelompok juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
Keperawatan ANAK III yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian lah
semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima Kasih

Padang, 29 Februari 2020

Kelompok 1
Daftar Isi

Kata Pengantar........................................................................................................1

Daftar Isi...................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang.........................................................................................................3

Rumusan Masalah..................................................................................................4

Tujuan ......................................................................................................................4

1.3.1 Tujuan Umum...........................................................................................4

1.3.2 Tujuan Khusus..........................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Gangguan PDA pada anak ................................................................5

2.2 Etiologi Gangguan PDA pada anak ................................................................5

2.3 Patofisologi Gangguan PDA pada anak ........................................................6

2.4 Manisfestasi Klinis Gangguan PDA pada anak ...........................................7

2.5 Komplikasi Gangguan PDA pada anak .........................................................8

2.6 Pemeriksaan Diagnostik PDA pada anak .....................................................9

2.7 Penatalaksanaan Gangguan PDA pada anak ..............................................10

2.8 Pencegahan PDA pada anak .........................................................................10


BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1 Pengkajian.........................................................................................................13

3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................16

3.3 Intervensi ...........................................................................................................16

3.4 Peran Perawat ..................................................................................................17

3.5 Pendidikan Kesehatan ....................................................................................18

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan......................................................................................................19

4.2 Saran.................................................................................................................19

Daftar Pustaka.......................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut
menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum
arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten
(Persistent Ductus Arteriosus : PDA).

Kegagalan penutupan ductus anterior (arteri yg menghubngkn aorta & arteri pulmonalis)
dalam minggu I kelahiran selanjutnya terjadi patensy / persisten pada pembuluh darah yang
terkena aliran darah dari tekanan > tinggi pada aorta ke tekanan yg > rendah di arteri pulmonal
menyebabkan Left to Right Shunt.

Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila
tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi, apabila penyakit jantung bawaan
ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukan bahwa pasien tersebut mampu melalui
seleksi alam. Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti
tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian
penyakit jantung bawaan.

Adapun gejala PDA pada bayi kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung.
Machinery mur-mur persusten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di tepi
stemum kiri atas).
B. Rumusan masalah

1. Apa definisi dari Patent Ductus Arterious (PDA) ?

2. Apa penyebab dari Patent Ductus Arterious (PDA) ?

3. Bagaimana manifestasi klinis PDA pada anak?

4. Bagaimana patofisiologi Gangguan PDA pada anak?

5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan pada paten ductus arterious?

6. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus anak PDA tersebut?

C. Tujuan

1.3 Tujuan

1. Tujuan umum :

Agar penulis mampu mempelajari Asuhan Keperawatan pada pasien dengan PDA secara
komprehensif, sehingga mampu mencapai hasil yang terbaik dalam mengatasi masalah
keperawatan pada pasien dengan PDA.

2. Tujuan Khusus.

Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan PDA . Mampu menyusun analisa data pada
pasien dengan PDA pada anak.

c. Mampu menyusun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan PDA pada anak.

d. Mampu melaksanakan intervensi keperawatan pada pasien PDA.

e. Mampu mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan pada pasien PDA.

f. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien gagal jantung pada pasien PDA.

h. Agar mahasiswa lebih mengetahui bagaimana konsep medis maupun asuhan keperawatan dari
Patent Ductus Arterious (PDA) .

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi

Duktus arteriosus paten adalah terbukanya duktus arteriosus yang secara fungsional
menetap beberapa saat setelah lahir. Penutupan fungsional duktus, normalnya terjadi segera
setelah lahir. Akan tetapi, pada bayi yang lahir premature, duktus paten biasanya mempunyai
susunan anatomi yang normal dan keterbukaan merupakan akibat dari hipoksia dan imaturitas.
Duktus yang tetap terbuka setelah bayi cukup bulan berusia beberapa minggu jarang menutup
secara spontan.

Duktus arteriosus adalah saluran yang berasal dari duktus aorta ke VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut
menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligament
arteriosum pada usia 2-3 minggu. Bila tidak menutup disebut PDA.

2.2 Etiologi

Penyebab PDA secara pasti belum diketahui, akan tetapi factor keturunan, infeksi dan
maternal rubella. Memegang peran penting dalam terjadinya PDA.

Faktor predisposisi penyabab penyakit jantung bawaan :

a. Faktor prenatal

 Ibu menderita penyakit infeksi : rubella


 Ibu alkoholisme
 Umur ibu lebih dari 40 tahun
 Ibu menderita penyakit diabetes yang memerlukan insulin
 Ibu meminum obat-obatan penenang / jamu

b. Faktor genetik
 Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
 Ayah / ibu menderita penyakit jantung bawaan
 Kelainan kromosom, misalnya syndrome down
 Lahir dengan kelainan bawaan yang lain

2.3 Patofisiolog
2.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah lain
yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan
beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin
asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung
kongestif (CHF), diantaranya :
 Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung.
Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengardi tepi
sternum kiri atas).

 Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat.
Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mmHg).

 Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik.

 Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.

 Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah.

 Apnea.

 Tachypnea.

 Nasal flaring.

 Retraksi dada.

 Hipoksemia.

 Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru).

Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah yang besar akan
membanjiri paru-paru. Anak tampak sakit, dengan gejala berupa:

1. tidak mau menyusu

2. berat badannya tidak bertambah

3. berkeringat

4. kesulitan dalam bernafas

5. denyut jantung yang cepat.


Timbulnya gejala tersebut menunjukkan telah terjadinya gagal jantung kongestif, yang
seringkali terjadi pada bayi prematur.

2.5 Komplikasi

1. Tekanan darah tinggi di paru-paru (hipertensi pulmonal)


Bila terlalu banyak darah terus beredar melalui jantung arteri utama melaui PDA dapat
menyebabkan hipertensi pulmonal. Hipertensi paru dapat menyebabkan kerusakan paru-paru
permanen.
2. Gagal jantung
PDA pada akhirnya dapat menyebabkan otot jantung melemah, menyebabkan gagal jantung.
Gagal jantung adalah suatu kondisi kronis dimana jantng tidak dapat memompa jantung
secara efektif.
3. Endokarditis(infeksi jantung)
Orang-orang dengan masalah jantung sruktural, seperti PDA berada pada risiko tinggi
infeksi endokarditis daripada populasi umum. Endokarditis adalah suatu peradangan pada
lapisan dalam jantung yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
4. Arithmia(detak jantung tidak teratur)
Pembesaran hati karena PDA meningkatkan risiko arithmia. Biasanya terjadi peningkatan
risiko hanya dengan PDA ynag besar.

5. Gagal ginjal
6. Obstruksi pembuluh darah pulmonal
7. Hepatomegali (pembesaran hati)
Jarang terjadi pada bayi prematur
8. Enterokolitis nekrosis
Kelainan pada saluran pencernaan berupa bercak pada mukosa atau submokosa yang sering
terjadi pada bayi pematur.
9. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas)
10. Perdarahan gastrointestinal, penurunan jumlah trombosit
11. Hiperkalemia(penurunan keluaran urin)
12. CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Risiko CHF
akan meningkat pada orang lanjut usia(lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat
penuaan. CHF ini dapat menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti:
hipertensi, penyakit katub jantung, kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi
kondisi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada miokard infark.
13. Gagal tumbuh

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

1. Analisis Gas Darah Arteri


 Biasanya menunjukkan kejenuhan yang normal karena paru overcirculation.
 Duktus arteriosus besar dapat menyebabkan hipercorbia dan hipoksemia dari CHF dan
ruang udara penyakit(atelektasis atau intra alveolar cairan/pulmonary edema)
2. Foto Thorax
 Pada PDA kecil bayangan jantung normal
 Pada PDA besar terjadi kardiomegali(atrium dan ventrikel kiri membesar secara
signifikan) dan gambaran vaskuler paru meningkat.

3. Ekhokardiografi
 Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau
lebih dari 1,0 pada bayi pratern(disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri
sebagai akibat dari paru kiri ke kanan)
4. Pemeriksaan Ekho 2D dan Doppler berwarna
 Untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya
 Dapat divisualisasi adanya PDA dan besarnya shunt
 Bila terdapat kecurigaan PVOD dibutuhkan pemeriksaan angiografi
5. EKG (Elektrokardiografi)
Sesuai tingkat keparahan:
 PDA kecil tidak ada abnormalitas
 PDA lebih besar,hipertrofi ventrikel kiri
6. Kateterisasi jantung
Hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang
meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.

2.7 Penatalaksanaan

A. Farmakologi
1. Pemberian obat-obatan :
 Furosemid, yaitu obat diuretic yang paling sering digunakan pada penderita gagal
jantung. Cara kerjanya yaitu dengan menghambat kembali natrium dan klorida pada
tubulus distal dan lengkung henle di ginjal. Obat ini diberikan secara intravena atau
intramuscular dengan dosis awal 1-2 mg/kg. biasanya setelah diberikan obat ini akan
menyebabkan dieresis cepat dan perbaikan segera status klinis, terutama jika ada gejala
kongestif paru. Efek sampingnya adalah tubuh mungkin akan kekurangan kalium
sehingga penambahan kalium klorida dibutuhkan dan dapat meyebabkan kontraksi
diruangan cairan ekstraseluler.
 Digoksin. Digunakan untuk meningkatkan gaya dan kecepatan kontraksi miokardium dan
mengendalikan aritmia jantung dengan membatasi hantaran pulsa melalui nodus AV
selama fibrilasi dan flutter atrium. Efek sampingnya jika kelebihan dosis yaitu kontraksi
ventrikel premature, disosiasi atrium-venrikel disertai blok jantung total, takikarsi atrium
paroksimal, fibrilasi ventrikel, rasa lelah, disorientasi, gangguan penglihatan, dan kejang.

 Indometacin. Merupakan inhibitor prostaglandin yang dapat memudahkan penutupan


duktus. Efek sampingnya adalah perubahan sementara pada fungsi ginjal, pengingkatan
insiden hilangnya darah samar melalui saluran cerna, dan menghambat fungsi trombosit
selama 7-9 hari. kontraindikaso pemakaian indometacin adalah :
 Nitrogen urea darah > 30 mg/dl
 Kadar kreatinin >1.8 mg/dl
 Keluaran urine < 0.6 ml/kg/jam selama 8 jam terakhir
 Jumlah trombosit < 60000/mm3 karena aktivitas trombosit yang memanjang
 Hemates feses >+3, dan lain-lain.
2. Nonfarmakologi
 Restriksi cairan dan diet rendah natrium untuk mengurangi beban jantung
 Bedah, yaitu dengan pemotongan atau pengikatan duktus
 Kateterisasi jantung.

2.8 Pencegahan

Pencegahan terhadap paparan factor resiko sejak bayi dlaam kandungan oleh ibu.
Pencegahan factor ini sangan memegang peranan penting untuk mengurang kelahiran bayi yang
mengidap penyakit jantung bawaan ini. Selain itu intake nutrisi yang adekuat selama masa
kehamilan harus diperhitungkan agar kesehatan ibu hamil terjaga dengan makana-makanan
bergizi,rutin periksa ke dokter dan perbanyak istirahat.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


A. Asuhan Keperawatan

3.1. Pengkajian

A. Biodata Klien

a. Nama: -

b. Usia: -

c. Alamat: -

d. Jenis Kelamin: Laki-laki

e. Pendidikan:-

f. agama:-

g. Suku Bangsa:-

h. Tanggal Masuk dirawat:-

i. Diagnosis medis: Patent ductus Arteriosus dengan dekompensasi jantung kiri dan kanan

B. Identitas penanggung jawab

a. Nama:

b. Tempat, tanggal lahir:

c. Pekerjaan:

d. Alamat:

e. Hubungan dengan klien:

C. Keluhan Utama: Sesak nafas

D. Riwayat Kesehatan sekarang: P: Ductus arteriorus tidak menutup

Q: -
R: Jantung

S: -

T: Usia 2 bulan

E. Riwayat kesehatan masa lalu: Berdasarkan riwayat kesehatan pada ibunya, perkembangan
adhika pada bulan-bulan pertama normal-normal saja, bahkan panjang badan sudah mencapai 4,
kg. Tapi sejak sekitar 2 bulan, tampak saat menyusu anak terengah-engah, menghisap hanya
sebentar-sebentar, tampak kelelahan dan berkeringat, juga sering mengalami ISPA.

F. Riwayat kesehatan keluarga: punya kelainan jantung bawaan

G. Psikososial: -

H. Spiritual: -

I. Pola aktivitas:

No Jenis aktivitas Sebelum sakit Selama sakit

1 Kegiatan Anak menjadi tidak aktif


bermain

J. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum

a. Kesadaran: Compos mentis

b. Orientasi:

c. BB: 7500 gram


d. TB: 72 cm

2. Tanda-tanda vital

a. Temperatur: -

b. Denyut nadi: 120 x/menit

c. Respirasi: 44 x/menit

d. Tekanan Darah: 90/40 x/menit

3. Pemeriksaan Dada

a. Inspeksi: Tampak anak tidak aktif, tampak retraksi interkostal, bentuk dada kiri
menonjol/asimetris, terdapat distensi vena jugularis.

b. Palpasi: eksteremitas dingin, palpasi dada teraba getaran bising pada parasternal kiri
atas, palpasi abdomen pada kuadran kanan atas teraba hepar 4 cm.

c. Perkusi: -

d. Auskultasi: S1 normal, S2 tertutup suara bising kontinyu. Pada aveks terdengar murmur
mid-diastolik dengan derajat 2/6 terdengar irama gallop, ada suara paru rales.

K. Data Penunjang

•EKG: tampak hipertropi ventrikel kiri dan pembesaran atrium sinistra

•Toraks Photo: Tmapak cardiomegali, corakan vaskuler paru bertambah.

•Therapy: digoksin, furosemid, diet 120 kcal/kg BB dengan rendah natrium, intake cairan
disesuaikan dengan diuresis, perbaikan kondisi untuk operasi jantung.

3.2. Diagnosa keperawatan


1. Penurunan curah jantung b.d tubuh yang tidak cukup mendapatkan darah yang teroksigenasi

2. Pola nafas yang tidak efektif b.d.adanya kelebihan cairan dalam paru

3.3. Intervensi keperawatan

Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi

keperawatan NOC NIC

Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan Aktivitas-aktivitas:


b.d tubuh yang tidak cukup selama 2X24 jam diharapkan
 Secara rutin mengecek
mendapatkan darah yang gangguan sensori persepsi
pasien baik secara fisik
teroksigenasi dapat diatasi.
dan psikologis sesuai
Dengan Kriteria hasil :
dengan kebijakan tiap
 Tekanan darah sistol penyedia layanan

 Denyut jantung apikal  Pastikan tingkat aktivitas


pasien yang tdak
 Indeks jantung
membahayakan curah
 Fraksi ejeksi jantung atau
memprovokasi serangan
 Denyut nadi perifer
jantung

 Ukuran jantung
 Intruksikan pada klien

 Urin output tentang pentingnya untuk


segera melaporkan bila
 Keseimbangan intake merasakan nyeri dada
dan output dalam 24
jam.  monitor EKG adalah
perubahan sekmen ST,
 Tekanan vena sentral sebagaimana mestinya

 Distensi vena leher  Montir ttv secara rutin


 Disritmia  Dokumentasi disritmia
jantung
 Suara jantung abnormal
 Catat tanda dan gejala
 Angina
penurunan curah jantung
 Edema paru
 Monitor status
 Edema perifer pernapasan terkait
dengan adanya gejala
 Diaforesis
gagal jantung

 Mual  monitor keseimbangan

 Kelelahan cairan .

 Asites

 Pucat

 Wajah kemerahan

 Intoleransi aktivitas

 Hepatomegali

 Dyspnea pada saat


istirahat

 Sianosis

Pola nafas yang tidak Setelah dilakukan tindakan Aktivitas-Aktivitas:


efektif b.d.adanya kelebihan selama 2X24 jam diharapkan
a. Buka jalan nafas dengan Teknik
cairan dalam paru gangguan sensori persepsi
chin lift atau jaw thrust,
dapat diatasi.
sebagaimana mestinya
Dengan Kriteria hasil :
a. Frekuensi Pernapasan b. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
b. Irama pernapasan
c. Lakukan fisioterapi dada
c. Kedalaman inspirasi sebagaimana mestinya

d. Suara auskultasi nafas d. Buang sekret dengan


memotivasi pasien untuk
e. Kepatenan jalan nafas
melakukan batuk atau menyedot
f. Volume tidal lendir

g. Kapasitas vital e. Gunakan teknik yang


menyenangkan untuk memotivasi
h. Sianosis
bernapas dalam kepada anak-anak

i. Restraksi dinding dada d. Auskultasi suara nafas catat


area ventilasi nya menurun atau
j. Demam
tidak ada dan adanya suara
K. Batuk tambahan

l. Pernapasan cuping hidung f. Lakukan penyedotan melalui


endotrakea atau nasotrakea
m. Mendengkur
sebagaimana mestinya

n. Mendesah
g. Monitor status pernapasan dan

o. Gangguan ekspirasi oksigenasi sebagaimana mestinya

h. Posisikan untuk meringankan


p. Suara nafas tambahan
sesak nafas
q. Akumulasi sputum
i. Kelola nebulizer aerosol
r. Pernapasan bibir dengan sebagaimana mestinya
mulut mengerucut
j. Regulasi asupan cairan utk
mengoptimalkan keseimbangan
cairan
3.4. Peran Perawat

 Care Provider
Perawat memberikan asuhan keperawatan pada pasien saat dia berada di rumah sakit maupun
sudah pulang sampai benar – benar pulih.
 Educator
Perawat memberikan penjelasan tentang penyakit yang diderita pasien serta memberikan
pendidikan kesehatan seperti cara perawatan pasien dirumah.
 Advocator
Perawat sebagai pembela pasien dan keluarga jika pasien harus di operasi tapi pasien dan
keluarga belum siap, maka perawat harus membela pasien dan jangan dilakukan operasi dahulu
kecuali dalam keadaan darurat.
 Collaborator
Perawat bekerjasama kepada tim kesehatan lainnya agar keadaan pasien bisa pulih kembali
(sembuh).
 Counselor
Mengidentifikasi perubahan pola interaksi.

3.5. Pendidikan Kesehatan

 Beritahu ibu untuk memberikan makan dan susu sedikit tapi sering untuk menghemat
energy agar anak tidak kelelahan.
 membantu keluarga dalam memahami, menerima, dan mengatasi emosi karena memiliki
anak dengan kondisi kronik tersebut.
 jauhkan anak pada tempat-tempat yang bisa menimbulkan infeksi.
 beritahukan ibu untuk membawa anak ke lingkungan yang bersuhu netral, dan
pertahankan suhu konstan agar konsumsi oksigen minimal.
 beritahu ibu untuk mempertahankan ketenangan lingkungan dengan cepat berespon bila
anak / bayi menangis.
 beritahukan ibu untuk meninggikan bagian kepala tempat tidur atau letakkan bayi pada
kursi bayi untuk mencegah aliran balik vena sistemik.

BAB IV

Penutup

4.1. Kesimpulan

Paten ductus anterious merupakan saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin
yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Menutupnya ductus arterious
pada minggu pertama kehidupan yang menyebabkan darah dari aorta yang bertekanan tinggi
ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah.
Penyebab penyakit bawaan jantung belum dapat diketahui secara pasti, tapi ada beberapa
faktor yang mempengaruhi yaitu faktor prenatal dan faktor genetik.

Pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah lain dengan premature
(misalnya sindrome gawat nafas) pemberian endome-thac in (inhibitor prostaglandin) untuk
mempermudah penutupan ductus.

4.2. Saran

Kami selaku penulis menyatakan kepada para pembaca baik individu serta teman-teman
agar kiranya agar dapat memperhatikan mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan tinggi
ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. Terimakasih semoga bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat,Azis A.A. 2008. “ Pengantar Ilmu Keperawatan Anak”. Jakarta: Salemba Medika.

Yuliani, Rita, dan Suriadi. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : PT Percetakan
Penebar Swadaya
Snowden, Linda A dan Cecily L Bertz. 2002. Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.

staff.ui.ac.id/internal/139903001/material/FISIOLOGIKARDIOVASKULAR.ppt

Subiston,David C. 1994. “ Buku Ajakar Bedah Bag.2”. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai