Disusun Oleh :
Nurlatifah (01701009)
Reka Sandra Pertama (017012)
Dosen Pengampu :
Ns.Rahma Devita, M. Kep, Sp, Ank
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga
terlimpahkan pada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafaatnya di akhirat nanti.
Kelompok mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehatnya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kelompok mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan ANAK III, dengan Judul “
Patent Ductus Arteriosus”.
Kelompok tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, kelompok mengharapkan
kritik serta saran dari pembeca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat kesalahan pada makalah ini kelompok mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Kelompok juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen
Keperawatan ANAK III yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian lah
semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima Kasih
Kelompok 1
Daftar Isi
Kata Pengantar........................................................................................................1
Daftar Isi...................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.........................................................................................................3
Rumusan Masalah..................................................................................................4
Tujuan ......................................................................................................................4
3.1 Pengkajian.........................................................................................................13
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan......................................................................................................19
4.2 Saran.................................................................................................................19
Daftar Pustaka.......................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut
menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum
arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten
(Persistent Ductus Arteriosus : PDA).
Kegagalan penutupan ductus anterior (arteri yg menghubngkn aorta & arteri pulmonalis)
dalam minggu I kelahiran selanjutnya terjadi patensy / persisten pada pembuluh darah yang
terkena aliran darah dari tekanan > tinggi pada aorta ke tekanan yg > rendah di arteri pulmonal
menyebabkan Left to Right Shunt.
Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila
tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi, apabila penyakit jantung bawaan
ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukan bahwa pasien tersebut mampu melalui
seleksi alam. Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti
tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian
penyakit jantung bawaan.
Adapun gejala PDA pada bayi kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung.
Machinery mur-mur persusten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di tepi
stemum kiri atas).
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum :
Agar penulis mampu mempelajari Asuhan Keperawatan pada pasien dengan PDA secara
komprehensif, sehingga mampu mencapai hasil yang terbaik dalam mengatasi masalah
keperawatan pada pasien dengan PDA.
2. Tujuan Khusus.
Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan PDA . Mampu menyusun analisa data pada
pasien dengan PDA pada anak.
c. Mampu menyusun diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan PDA pada anak.
f. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien gagal jantung pada pasien PDA.
h. Agar mahasiswa lebih mengetahui bagaimana konsep medis maupun asuhan keperawatan dari
Patent Ductus Arterious (PDA) .
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Duktus arteriosus paten adalah terbukanya duktus arteriosus yang secara fungsional
menetap beberapa saat setelah lahir. Penutupan fungsional duktus, normalnya terjadi segera
setelah lahir. Akan tetapi, pada bayi yang lahir premature, duktus paten biasanya mempunyai
susunan anatomi yang normal dan keterbukaan merupakan akibat dari hipoksia dan imaturitas.
Duktus yang tetap terbuka setelah bayi cukup bulan berusia beberapa minggu jarang menutup
secara spontan.
Duktus arteriosus adalah saluran yang berasal dari duktus aorta ke VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut
menutup secara fungsional 10 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligament
arteriosum pada usia 2-3 minggu. Bila tidak menutup disebut PDA.
2.2 Etiologi
Penyebab PDA secara pasti belum diketahui, akan tetapi factor keturunan, infeksi dan
maternal rubella. Memegang peran penting dalam terjadinya PDA.
a. Faktor prenatal
b. Faktor genetik
Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
Ayah / ibu menderita penyakit jantung bawaan
Kelainan kromosom, misalnya syndrome down
Lahir dengan kelainan bawaan yang lain
2.3 Patofisiolog
2.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah lain
yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan
beban ventrikel tidak terlihat selama 4 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin
asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung
kongestif (CHF), diantaranya :
Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung.
Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengardi tepi
sternum kiri atas).
Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat.
Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mmHg).
Apnea.
Tachypnea.
Nasal flaring.
Retraksi dada.
Hipoksemia.
Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah yang besar akan
membanjiri paru-paru. Anak tampak sakit, dengan gejala berupa:
3. berkeringat
2.5 Komplikasi
5. Gagal ginjal
6. Obstruksi pembuluh darah pulmonal
7. Hepatomegali (pembesaran hati)
Jarang terjadi pada bayi prematur
8. Enterokolitis nekrosis
Kelainan pada saluran pencernaan berupa bercak pada mukosa atau submokosa yang sering
terjadi pada bayi pematur.
9. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas)
10. Perdarahan gastrointestinal, penurunan jumlah trombosit
11. Hiperkalemia(penurunan keluaran urin)
12. CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Risiko CHF
akan meningkat pada orang lanjut usia(lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat
penuaan. CHF ini dapat menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti:
hipertensi, penyakit katub jantung, kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi
kondisi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada miokard infark.
13. Gagal tumbuh
3. Ekhokardiografi
Rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan atau
lebih dari 1,0 pada bayi pratern(disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri
sebagai akibat dari paru kiri ke kanan)
4. Pemeriksaan Ekho 2D dan Doppler berwarna
Untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya
Dapat divisualisasi adanya PDA dan besarnya shunt
Bila terdapat kecurigaan PVOD dibutuhkan pemeriksaan angiografi
5. EKG (Elektrokardiografi)
Sesuai tingkat keparahan:
PDA kecil tidak ada abnormalitas
PDA lebih besar,hipertrofi ventrikel kiri
6. Kateterisasi jantung
Hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang
meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.
2.7 Penatalaksanaan
A. Farmakologi
1. Pemberian obat-obatan :
Furosemid, yaitu obat diuretic yang paling sering digunakan pada penderita gagal
jantung. Cara kerjanya yaitu dengan menghambat kembali natrium dan klorida pada
tubulus distal dan lengkung henle di ginjal. Obat ini diberikan secara intravena atau
intramuscular dengan dosis awal 1-2 mg/kg. biasanya setelah diberikan obat ini akan
menyebabkan dieresis cepat dan perbaikan segera status klinis, terutama jika ada gejala
kongestif paru. Efek sampingnya adalah tubuh mungkin akan kekurangan kalium
sehingga penambahan kalium klorida dibutuhkan dan dapat meyebabkan kontraksi
diruangan cairan ekstraseluler.
Digoksin. Digunakan untuk meningkatkan gaya dan kecepatan kontraksi miokardium dan
mengendalikan aritmia jantung dengan membatasi hantaran pulsa melalui nodus AV
selama fibrilasi dan flutter atrium. Efek sampingnya jika kelebihan dosis yaitu kontraksi
ventrikel premature, disosiasi atrium-venrikel disertai blok jantung total, takikarsi atrium
paroksimal, fibrilasi ventrikel, rasa lelah, disorientasi, gangguan penglihatan, dan kejang.
2.8 Pencegahan
Pencegahan terhadap paparan factor resiko sejak bayi dlaam kandungan oleh ibu.
Pencegahan factor ini sangan memegang peranan penting untuk mengurang kelahiran bayi yang
mengidap penyakit jantung bawaan ini. Selain itu intake nutrisi yang adekuat selama masa
kehamilan harus diperhitungkan agar kesehatan ibu hamil terjaga dengan makana-makanan
bergizi,rutin periksa ke dokter dan perbanyak istirahat.
BAB III
3.1. Pengkajian
A. Biodata Klien
a. Nama: -
b. Usia: -
c. Alamat: -
e. Pendidikan:-
f. agama:-
g. Suku Bangsa:-
i. Diagnosis medis: Patent ductus Arteriosus dengan dekompensasi jantung kiri dan kanan
a. Nama:
c. Pekerjaan:
d. Alamat:
Q: -
R: Jantung
S: -
T: Usia 2 bulan
E. Riwayat kesehatan masa lalu: Berdasarkan riwayat kesehatan pada ibunya, perkembangan
adhika pada bulan-bulan pertama normal-normal saja, bahkan panjang badan sudah mencapai 4,
kg. Tapi sejak sekitar 2 bulan, tampak saat menyusu anak terengah-engah, menghisap hanya
sebentar-sebentar, tampak kelelahan dan berkeringat, juga sering mengalami ISPA.
G. Psikososial: -
H. Spiritual: -
I. Pola aktivitas:
J. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
b. Orientasi:
2. Tanda-tanda vital
a. Temperatur: -
c. Respirasi: 44 x/menit
3. Pemeriksaan Dada
a. Inspeksi: Tampak anak tidak aktif, tampak retraksi interkostal, bentuk dada kiri
menonjol/asimetris, terdapat distensi vena jugularis.
b. Palpasi: eksteremitas dingin, palpasi dada teraba getaran bising pada parasternal kiri
atas, palpasi abdomen pada kuadran kanan atas teraba hepar 4 cm.
c. Perkusi: -
d. Auskultasi: S1 normal, S2 tertutup suara bising kontinyu. Pada aveks terdengar murmur
mid-diastolik dengan derajat 2/6 terdengar irama gallop, ada suara paru rales.
K. Data Penunjang
•Therapy: digoksin, furosemid, diet 120 kcal/kg BB dengan rendah natrium, intake cairan
disesuaikan dengan diuresis, perbaikan kondisi untuk operasi jantung.
2. Pola nafas yang tidak efektif b.d.adanya kelebihan cairan dalam paru
Ukuran jantung
Intruksikan pada klien
Kelelahan cairan .
Asites
Pucat
Wajah kemerahan
Intoleransi aktivitas
Hepatomegali
Sianosis
n. Mendesah
g. Monitor status pernapasan dan
Care Provider
Perawat memberikan asuhan keperawatan pada pasien saat dia berada di rumah sakit maupun
sudah pulang sampai benar benar pulih.
Educator
Perawat memberikan penjelasan tentang penyakit yang diderita pasien serta memberikan
pendidikan kesehatan seperti cara perawatan pasien dirumah.
Advocator
Perawat sebagai pembela pasien dan keluarga jika pasien harus di operasi tapi pasien dan
keluarga belum siap, maka perawat harus membela pasien dan jangan dilakukan operasi dahulu
kecuali dalam keadaan darurat.
Collaborator
Perawat bekerjasama kepada tim kesehatan lainnya agar keadaan pasien bisa pulih kembali
(sembuh).
Counselor
Mengidentifikasi perubahan pola interaksi.
Beritahu ibu untuk memberikan makan dan susu sedikit tapi sering untuk menghemat
energy agar anak tidak kelelahan.
membantu keluarga dalam memahami, menerima, dan mengatasi emosi karena memiliki
anak dengan kondisi kronik tersebut.
jauhkan anak pada tempat-tempat yang bisa menimbulkan infeksi.
beritahukan ibu untuk membawa anak ke lingkungan yang bersuhu netral, dan
pertahankan suhu konstan agar konsumsi oksigen minimal.
beritahu ibu untuk mempertahankan ketenangan lingkungan dengan cepat berespon bila
anak / bayi menangis.
beritahukan ibu untuk meninggikan bagian kepala tempat tidur atau letakkan bayi pada
kursi bayi untuk mencegah aliran balik vena sistemik.
BAB IV
Penutup
4.1. Kesimpulan
Paten ductus anterious merupakan saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin
yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Menutupnya ductus arterious
pada minggu pertama kehidupan yang menyebabkan darah dari aorta yang bertekanan tinggi
ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah.
Penyebab penyakit bawaan jantung belum dapat diketahui secara pasti, tapi ada beberapa
faktor yang mempengaruhi yaitu faktor prenatal dan faktor genetik.
Pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah lain dengan premature
(misalnya sindrome gawat nafas) pemberian endome-thac in (inhibitor prostaglandin) untuk
mempermudah penutupan ductus.
4.2. Saran
Kami selaku penulis menyatakan kepada para pembaca baik individu serta teman-teman
agar kiranya agar dapat memperhatikan mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan tinggi
ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. Terimakasih semoga bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,Azis A.A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Yuliani, Rita, dan Suriadi. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : PT Percetakan
Penebar Swadaya
Snowden, Linda A dan Cecily L Bertz. 2002. Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.
staff.ui.ac.id/internal/139903001/material/FISIOLOGIKARDIOVASKULAR.ppt