Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
1. Nurin Awalia Setyani (P27820320082)
2. Olvi Putri Kharisma .D (P27820320083)
3. Rengganis Intan .P.A (P27820320084)
TK 2 REG B
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN SUTOPO
TAHUN AJARAN 2021/2022
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
Jl. Parang Kusumo No.2, Kemayoran, Kec. Krembangan, Kota SBY, Jawa Timur 60176
Telepon: (031) 3550163
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Salam serta salawat tak lupa pula
kita haturkan kepada junjungan alam nabi besar muhammad SAW, seorang nabi yang telah
membawa kita dari jaman kegelapan menuju jaman yang terang benerang seperti yang kita
rasakan sepertti saat-saat sekarang ini.
Makalah ini menjelaskan “Asuhan Keperawatan Anak dengan Diagnosis Medis
Congenital Heart Disease (CHD)” makalah ini kami buat untuk mendalami ilmu kami
mengenai keperawatan anak.
Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, hal ini
disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki, namun
demikian banyak pula pihak yang telah membantu kami dengan menyediakan sumber informasi,
memberikan masukan pemikiran, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikan dan kesempurnaan makalah ini diwaktu yang akan datang, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami dan orang banyak supaya mengetahui apa-apa yang ada dalam pelajaran
Keeperawatan Anak.
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan................................................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIAGNOSA MEDIS CHD
3.1 Pengkajian.........................................................................................................................................................
3.3 Intervensi...........................................................................................................................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan........................................................................................................................................................
4.2 Saran..................................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit jantung bawaan atau congenital heart disease adalah suatu kelainan formasi dari
jantung atau pembuluh besar dekat jantung. "congenital" hanya berbicara tentang waktu tapi
bukan penyebabnya, yang artinya adalah "lahir dengan" atau "hadir pada kelahiran".
Nama alternatif lainnya untuk penyakit jantung bawaan termasuk: congenital heart
defect, congenital heart malfomation, congenital cardiovascular disease, congenital
cardiovascular defect, dan congenital cardiovascular malformation.
Penyakit jantung congenital adalah bentuk yang paling sering dijumpai pada kerusakan
utama pada kelahiran bayi-bayi, mempengaruhi hampir 1% dari bayi-bayi baru lahir (8 dari
1000). Penyakit jantung congenital dapat mempunyai beragam penyebab. Penyebab-
penyebabnya termasuk faktor lingkungan (seperti bahan-bahan kimia, obat-obatan dan
infeksi-infeksi), penyakit-penyakit tertentu ibu, abnormalitas chromosome, penyakit-penyakit
keturunan (genetic) dan faktor-faktor yang tidak diketahui (Idiopathic).
Exposure terhadap obat-obatan tertentu selama kehamilan dapat juga menyebabkan PJB.
Satu contoh adalah retinoic acid (nama merek Accutane) yang digunakan untuk
jerawat(acne). Contoh-contoh lain adalah obat-obat anticonvulsant, terutama hydantoins
(seperti Dilantin) dan valproate.
1
berada pada special dietnya selama kehamilan, bertendensi juga mempunyai bayi dengan
PJB.
4. Apa saja Tanda dan Gejala yang ditimbulkan dari Penyakit Congenital Heart Disease ?
6. Apa saja Komplikasi yang dapat ditimbuklkan seseorang yang terkena penyakit Congenital
Heart Disease?
7. Apa saja Penatalaksanaan Medis yang dapat ditegakkan pada seseorang yang terkena penyakit
Congenital Heart Disease?
8. Apa saja Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada seseorang yang terkena penyakit
Congenital Heart Disease?
1.3 Tujuan
3. Mengetahui Tanda dan Gejala yang ditimbulkan dari Penyakit Congenital Heart Disease.
2
4. Mengetahui Tanda dan Gejala yang ditimbulakn pada seseorang yang terkena penyakit
Congenital Heart Disease.
6. Mengetahui Komplikasi yang dapat timbul dari penyakit Congenital Heart Disease.
7. Mengetahui apa saja Penatalaksanaan Medis yang dapat dilakukan pada penyakit Congenital
Heart Disease.
8. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang yang dapat dilakukan pada penyakit Congenital Heart
Disease.
9. Mengetahui Deteksi Dini yang dapat dilakukan pada seseorang yang dicurigai terkena
penyakit Congenital Heart Disease.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Penyakit jantung bawaan (congenital heart disease, CHD) merupakan kelainan baik pada
struktur maupun fungsi jantung yang didapat sejak masih berada dalam kandungan. Kelainan
ini dapat terjadi pada dinding jantung, katup jantung, maupun pembuluh darah yang ada di
dekat jantung. Akibatnya, dapat terjadi gangguan aliran darah di dalam tubuh pasien;
misalnya terjadi sumbatan aliran darah, atau darah mengalir ke jalur yang tidak
semestinya.1,2 CHD merupakan kelainan bawaan yang paling sering ditemukan. Angka
kejadian PJB di seluruh dunia diperkirakan mencapai 1,2 juta kasus dari 135 juta kelahiran
hidup setiap tahunnya. Dari jumlah tersebut, sekitar 300.000 kasus dikategorikan PJB berat
yang membutuhkan operasi kompleks agar dapat bertahan hidup. Sementara di Indonesia,
angka kejadian PJB diperkirakan mencapai 43.200 kasus dari 4,8 juta kelahiran hidup (9 :
1000 kelahiran hidup) setiap tahunnya.
Penyakit jantung bawaan (PJB) atau dikenal dengan nama Penyakit Jantung Kongenital
adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang
dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur
jantung pada fase awal perkembangan janin (Mulyadi, 2006).
Penyakit Jantung Kongenital (Congenital Heart Disease, CHD) adalah kelainan pada
struktur jantung yang terdapat sejak lahir. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan pada
perkembangan jantung yang terjadi saat usia gestasi 3-8 minggu (Roebiono, 2008).
Congenital Heart Desease atau biasa disebut penyakit jantung bawaan bisa ditimbulkan
oleh beberapa faktor. Salah satunya disebabkan oleh faktor genetik dan maternal dimana saat
ini sebagai faktor-faktor yang paling berperan. Selain itu infeksi virus, paparan radisasi,
4
alkohol dan obat-obatan yang diminum pada ibu hamil juga diduga sebagai penyebab
penyakit jantung bawaan (Rilantono,2013)
Pada sebagian besar kasus, penyebab dari CHD ini tidak diketahui (Sastroasmoro, 1994).
Beberapa faktor yang diyakini dapat menyebabkan CHD ini secara garis besar dapat kita
klasifikasikan menjadi dua golongan besar, yaitu genetik dan lingkungan. Selain itu, penyakit
jantung bawaan juga dapat disebabkan oleh faktor prenatal. Berikut ini beberapa penyebab
terjadinya penyakit jantung bawaan karena faktor prenatal, genetic dan lingkungan.
1. Faktor Prenatal :
b. Ibu alkoholisme.
2. Faktor Genetic
Hal yang penting kita perhatikan adalah adanya riwayat keluarga yang menderita
penyakit jantung, seperti :
Hal lain yang juga berhubungan adalah adanya kenyataan bahwa sekitar 10% penderita PJB
mempunyai penyimpangan pada kromosom, misalnya pada Sindroma Down (Mulyadi,
2006).
3. Faktor Lingkungan
5
b. Rubella, infeksi virus ini pada kehamilan trimester pertama, akan menyebabkan penyakit
jantung bawaan.
c. Diabetes, bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang menderita diabetes tidak terkontrol
mempunyai risiko sekitar 3-5% untuk mengalami penyakit jantung bawaan
d. Alkohol, seorang ibu yang alkoholik mempunyai insiden sekitar 25-30% untuk
mendapatkan bayi dengan penyakit jantung bawaan
e. Ekstasi dan obat-obat lain, seperti diazepam, corticosteroid, phenothiazin, dan kokain akan
meningkatkan insiden penyakit jantung bawaan (Dyah Primasari, 2012).
Congenital Heart Disease Penyakit jantung bawaan dapat dibagi atas dua golongan besar
yaitu :
Penyakit Jantung Bawaan Asianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang
dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di sekat jantung sehingga
terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah satu katup jantung dan penyempitan alur
keluar ventrikel atau pembuluh darah besar tanpa adanya lubang di sekat jantung. Masing-
masing mempunyai spektrum presentasi klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat
tergantung pada jenis dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru (Roebiono,2003).
Defek Septum Atrium Adalah Defek pada sekat yang memisahkan atrium kiri dan
kanan. Pada DSA, presentasi klinisnya agak berbeda karena defek berada di septum
atrium dan aliran dari kiri ke kanan yang terjadi selain menyebabkan aliran ke paru
yang berlebihan juga menyebabkan beban volume pada jantung kanan.
Ventricular Septal Defect-VSD Adalah Kelainan jantung berupa lubang pada sekat
antar bilik jantung, menyebabkan kebocoran aliran darah pada bilik kiri dan kanan
6
jantung. Hal ini mengakibatkan sebagian darah kaya oksigen kembali ke paru-paru,
sehingga menghalangi darah rendah oksigen memasuki paru-paru . DSV merupakan
malformasi jantung yang paling sering, meliputi 25% PJB. Gejala utama dari kelainan
ini adalah gangguan pertumbuhan, sulit ketika menyusu, nafas pendek dan mudah
lelah.
Patent Ductus Arteriousus (PDA) atau duktus arteriosus persisten adalah duktus
arteriosus yang tetap membuka setelah bayi lahir. Kelainan ini banyak terjadi pada
bayi-bayi yang lahir premature . Duktus Arteriosus Persisten (DAP) disebabkan oleh
duktus arteriosus yang tetap terbuka setelah bayi lahir. Jika duktus tetap terbuka
setelah penurunan resistensi vaskular paru, maka darah aorta dapat bercampur ke darah
arteri pulmonalis.
d. Stenosis Pulmoner
7
Pada PJB sianotik didapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung sedemikian rupa
sehingga sebagian atau seluruh darah balik vena sistemik yang mengandung darah rendah
oksigen kembali beredar ke sirkulasi sistemik. Adapun MacamMacam Penyakit
JantungBawaan Sianotik Yaitu :
a. Tetralogi Fallot
Merupakan PJB sianotik yang paling banyak ditemukan, kurang lebih 10% dari seluruh
PJB. Salah satu manifestasi yang penting pada Tetralogi Fallot adalah terjadinya serangan
sianotik (cyanotic spells) yang ditandai oleh timbulnya sesak napas mendadak, nafas cepat
dan dalam, sianosis bertambah, lemas, bahkan dapat disertai dengan kejang.
Gejala yang muncul pada pasien dengan CHD dan kapan gejala tersebut muncul
sangatlah bervariasi, tergantung dari jenis CHD yang diderita. Gejala dapat muncul sesaat
setelah lahir, pada masa bayi, atau bahkan pada saat dewasa.
Beberapa gejala yang dapat terlihat pada pasien dengan CHD antara lain gangguan dalam
menyusu, berkeringat saat menyusu, kebiruan terutama di lidah dan selaput lendir mulut,
gangguan pertumbuhan, gangguan aktivitas (misal pasien tampak tidak se-aktif teman-teman
sebayanya), dan sesak napas. Pasien yang sudah lebih besar dapat mengeluhkan adanya nyeri
dada saat beraktivitas.
Pada bayi dengan penyakit jantung bawaan umumnya mengalami gangguan saat
menyusu. Bayi tidak dapat meminum ASI dalam jumlah banyak dan waktu yang lama
(tersendat-sendat atau berhenti sejenak). Bayi banyak berkeringat terutama di bagian dahi
saat meminum ASI, kadang dapat disertai nafas yang terengah-engah atau bahkan muncul
warna kebiruan di mulut, dan ujung-ujung kaki serta tangan. Bayi sering mengalami infeksi
8
saluran nafas berulang dan berat badan bayi kurang dari rata-rata, tidak bertambah atau hanya
bertambah sedikit setiap bulannya.
Pada anak balita, gangguan pertumbuhan dan perkembangan terlihat lebih nyata. Anak
dengan PJB umumnya mudah merasa kelelahan saat beraktivitas. Pada anak yang lebih tua,
dapat mengalami sesak nafas saat tidur berbaring disertai bengkak pada wajah, perut, atau
anggota gerak. Seringkali anak juga merasa berdebar-debar, disertai nyeri dada atau bahkan
pingsan.
Hati-hati pada anak dengan PJB sianotik dapat mengalami spell apabila anak sedang
menyusu atau menangis dalam jangka waktu lama yaitu suatu episode yang ditandai oleh
nafas yang terlihat lebih cepat dan dalam, merintih, muncul warna kebiruan atau terlihat
semakin biru, dapat disertai penurunan kesadaran ataupun kejang, bahkan dapat berakhir
pada kematian. Anak yang lebih besar umumnya akan berjongkok agar merasa lebih baik
saat episode spell terjadi.
Congenital Heart Desease atau biasa disebut dengan Penyakit Jantung Bawaan
dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor genetik dan maternal. Pada kelainan struktur jantung
digolongkan menjadi penyakit jantung bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan
sianotik. Penyakit jantung bawaan asianotik kondisi ini disebabkan oleh lesi yang
memungkinkan darah shuntdari kiri ke sisi kanan sirkulasi atau yang menghalangi aliran
darah dengan penyempitan katup serta pencampuran darah dari arteri (Padila, 2013).
Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan atrium kiri kiri lebih
besar ketimbang atrium kanan, sehingga darah akan mengalir dari atrium kiri ke kanan.
Darah yang mengalir dari atrium kiri ke kanan menim- bulkan volume atrium kanan
meningkat menyebabkan hiper-ventilasi
- Endokarditis
9
- Obstruksi pembuluh darah pulmonal
- CHF
- Hepatomegali
- Enterokolitis nekrosis
- Hiperkalemia
- Aritmia
- Gagal tumbuh
Penatalaksanaan Konservatif
- Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan
mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular
2. Pembedahan :
- Obat vasodilator, obat antagonis kalsium untuk membantu pada pasien dengan
resistensi kapiler paru yang sangat tinggi dan tidak dapat dioperasi.
10
- Pemotongan atau pengikatan duktus tanpa pembedahan dilakukan dengan cara
penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung.
- Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan
arahnya.
- Ekokardiografi, bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada
abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar. sangat menentukan
dalam diagnosis anatomik.
Penyakit jantung bawaan merupakan kelainan bawaan yang sering ditemukan, yaitu
berkisar 10% dari seluruh kelainan bawaan dan PJB sering menjadi penyebab utama
kematian pada masa neonatus. Perkembangan di bidang diagnostik, tatalaksana
medikamentosa dan tehnik intervensi non bedah maupun bedah jantung dalam 40 tahun
terakhir memberikan harapan hidup sangat besar pada neonatus dengan PJB yang kritis.
Bahkan dengan perkembangan ekokardiografi fetal, telah dapat dideteksi defek anatomi
jantung, disritmia serta disfungsi miokard pada masa janin.
Usaha pencegahan terhadap timbulnya gangguan organogenesis jantung pada masa janin,
sampai saat ini masih belum memuaskan, walaupun sudah dapat diidentifikasi adanya
multifaktor yang saling berinteraksi yaitu faktor genetik dan lingkungan.
Walaupun cara diagnostik canggih dan akurat telah berkembang dengan pesat, namun hal
ini tidak bisa dilakukan oleh setiap dokter terutama di daerah dengan sarana diagnostik yang
11
belum memadai. Hal ini tidak menjadi alasan bahwa seorang dokter tidak mampu membuat
diagnosis dini dan sekaligus terapi awal, yang dilanjutkan dengan rujukan untuk terapi
definitif yaitu bedah korektif di pusat pelayanan jantung. Oleh karena itu, perlu dipahami
perubahan-perubahan sirkulasi fetal ke neonatal dan berbagai penyimpangannya dalam
periode minimal 1 bulan pertama. Keberhasilan deteksi dini merupakan awal keberhasilan
tatalaksana lanjutan PJB kritis pada neonatus.
Gejala sianosis sentral pada penyakit jantung bawaan biru (Cardiac cyanosis) sering
belum terdeteksi pada saat neonatus keluar rumah sakit. Terdapat beberapa keadaan yang
juga memberikan gejala hampir sama yaitu :
Penyakit parenkhim paru selalu disertai distres nafas yang segera memerlukan ventilator
dan ditemukan kelainan pada pemeriksaan foto polos dada
Sirkulasi fetal yang persisten akibat faktor intrauterin sehingga dinding arteria pulmonalis
tetap menebal dan tekanannya tetap tinggi yang sering ditandai distres nafas yang ringan
atau sedang, riwayat asfiksia, sindroma aspirasi mekonium dan prematuritas serta riwayat
ibu mengkonsumsi steroid pada bulan terakhir kehamilan.
4. Kelainan hematologi
Tetap terbukanya duktus pada beberapa jam atau hari setelah lahir akan mempertahankan
pasokan darah ke sistem sirkulasi paru tetap normal (ductus dependent pulmonary
circulation). Kondisi ini meniadakan gejala sianosis sentral (masking effect) sehingga tidak
ada persangkaan adanya PJB biru pada neonatus yang sedang kita hadapi. Peningkatan
kebutuhan oksigen oleh tangisan atau aktivitas minum serta peningkatan saturasi oksigen
kearah nilai normal mengakibatkan rangsangan penutupan duktus. Pada saat ini baru timbul
gejala sianosis sentral walaupun kadang masih bersifat transient, yaitu terutama pada saat
menangis atau aktivitas minum. Penutupan duktus masih terjadi secara anatomis tetapi
12
secara fungsionil masih terbuka. Pada kondisi seperti ini pemeriksaan saturasi oksigen
secara serial dengan cara pulse oxymetri memang diperlukan.
Gejala penurunan perfusi perifer akibat terganggunya aliran darah ke perifer karena tidak
terbentuknya struktur jantung kiri, obstruksi di tingkat aorta atau disfungsi miokard akibat
sepsis, hipoglikemia, hipokalsemia, asidosis metabolik, anemia dan polisitemia. Dalam
beberapa jam pertama setelah lahir, oleh pengaruh duktus yang masih terbuka akan
meniadakan gejala (masking effect) penurunan perfusi perifer (ductus dependent systemic
circulation). Penutupan duktus akan menimbulkan penurunan aliran darah ke sistem arteri
perifer, hal ini mengakibatkan penurunan fungsi perifer yang ditandai dengan tidak mau
minum, pucat, dan berkeringat.
Gejala takipnea yaitu frekuensi pernapasan yang sangat cepat yang tidak selalu
sehubungan dengan kesulitan bemapas, adalah tanda penting PJB yang sering dilupakan.
Pengamatan frekuensi pernapasan seharusnya merupakan salah satu bagian penting pada
pemeriksaan neonatus. Neonatus normal bernafas lebih cepat daripada bayi, namun tidak
lebih dari 60 kali per menit untuk periode waktu yang lama. Frekuensi pernapasan lebih dari
45 kali/menit pada bayi fullterm dan 60 kali/menit pada bayi prematur setelah beberapa jam
pertama kelahiran diduga ada kelainan disebabkan oleh berbagai hal, termasuk problem
sederhana – misalnya 'overheating' frekuensi biasanya abnormal dan memerlukan
pemeriksaan.
13
Pada neonatus dengan PJB non sianotik (terdapat pirau kiri ke kanan) baru terjadi
beberapa hari atau minggu kehidupan, yaitu setelah terjadi penurunan tahanan pembuluh
darah paru dan penurunan hemoglobin kearah normal. Oleh karena itu, takipnea yang timbul
segera setelah lahir tanpa disertai gejala sianosis sentral dan penurunan perfusi perifer
menunjukkan suatu kelainan paru, bukan PJB. Takipnea adalah tanda yang biasa ditemukan
pada bayi dengan shunt kiri-kanan (misal Ventricular Septal Defect atau Patent Ductus
Arteriosus), obstruksi vena Pulmonalis (anomali total aliran vena pulmonalis) dan kelainan
lainnya dengan akibat gagal jantung misalnya pada dugaan secara diagnosa klinik,adanya
Aorta koarktasi dimana pulsasi nadi femoralis melemah/tidak teraba.
BAB III
3.1. Pengkajian
3.1.1. Biodata
Meliputi identitas klien dan penanggung jawab yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan penderita, suku, alamat.
Klien atau keluarga klien biasanya mengeluh klien mengalami serangan sianotik
mendadak ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan dalam, lemas, kejang, sinkop bahkan
sampai koma.
Klien tampak biru (sianosis) setelah tumbuh, sianosis ini menyeluruh atau pada membran
mukosa bibir, lidah, konjungtiva. Sianosis juga timbul pada saat menangis, makan dan
pada saat klien tegang. Dyspnea biasanya menyertai aktifitas makan, menangis atau
tegang/stress. Klien akan sering squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah
14
berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan
kembali. Pertumbuhan dan perkembangan tidak sesuai dengan usia. Digital clubbing.
Dari lahir telah ditemukan adanya kelainan jantung. Kaji riwayat terjadinya infeksi pada
ibu selama trimester pertama, riwayat prenatal seperti ibu yang menderita DM dengan
ketergantungan pada insulin, kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik termasuk
menjaga gizi ibu, tidak mengonsumsi obat-obatan dan merokok, dan proses kelahiran
secara alami atau adanya faktor-faktor yang memperlama proses persalinan serta
penggunaan alat.
Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti penyakit SLE, diabetes melitus,
hipertensi, penyakit jantung kongenital pada keluarga baik dengan abnormalitas
kromosom misalnya sindrom down maupun tidak, atau kelainan bawaan. Riwayat selama
periode antenatal (kehamilan) ibu, seperti sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,
minum obat-obatan tanpa resep dokter, jamu tradisional yang diminum serta kebiasaan
merokok dan minum alkohol selama hamil. Adanya kemungkinan menderita penyakit
infeksi seperti penyakit rubella (campak jerman) pada ibu.
a. Pola respirasi
Kaji adanya dyspnea, napas cepat dan dalam, klien sering berjongkok dalam beberapa
waktu sebelum ia berjalan kembali.
b. Pola nutrisi
Kaji adanya anoreksia, gangguan pada pertambahan tinggi badan pada anak dikarenakan
keadaan gizi kurang dari kebutuhan normal, berat badan menurun, pertumbuhan dan
perkembangan tidak sesuai dengan usia klien.
c. Pola eliminasi
15
d. Pola aktivitas
Kaji adanya kelelahan dan dyspnea karena hal ini sering terjadi bila klien melakukan
aktivitas fisik.
Kaji adanya gangguan istirahat tidur seperti keluhan insomnia, hal ini dikarenakan adanya
dyspnea paroxysmal.
Kaji kemampuan klien dalam pemenuhan kebutuhan personal hygiene berkaitan dengan
kelemahan yang dialami.
Kaji pengetahuan klien dan keluarga mengenai teknik mempertahankan temperatur tubuh
dan mengatasi masalah demam yang mungkin terjadi.
Kaji kemampuan klien dalam bersosialisasi dan kaji perubahan yang terjadi akibat
perasaan rendah diri akibat diasingkan oleh lingkungan sekitar.
j. Kebutuhan bekerja
Kaji perubahan yang dialami klien dalam hal bekerja berupa keterbatasan dalam
beraktivitas akibat kelemahan dan dyspnea.
k. Kebutuhan bermain/rekreasi
Kaji adanya perubahan dalam bermain/berekreasi dan bagaimana cara klien dan
keluarga memodifikasi lingkungan menjadi nyaman.
l. Kebutuhan berpakaian
16
Kaji adanya perubahan cara berpakaian klien dan bagaimana cara klien berpakaian untuk
mengatasi sianosis dan dyspnea yang terjadi.
m. Kebutuhan belajar
Kaji pengetahuan klien dan keluarga mengenai penyakit yang diderita oleh klien.
n. Kebutuhan spiritual
Kaji adanya perubahan dalam beribadah dan bagaimana pandangan klien terthadap
penyakit yang dialami dan bagaimana cara klien menyikapinya.
1. Inspeksi:
a. Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianosis, bayi tampak biru setelah
tumbuh. Sianosis ini menyeluruh atau pada membran mukosa bibir, lidah dan konjungtiva.
d. Anak akan sering squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan
beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.
e. Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak menonjol
akibat pelebaran ventrikel kanan.
2. Palpasi:
Pertumbuhan otot-otot dari jaringan subkutan terlihat kendur dan lunak, hypertropi otot.
3. Perkusi:
17
Jantung biasanya dalam ukuran normal, apeks jantung jelas terlihat, suatu getaran sistolis
dapat dirasakan di sepanjang tepi kiri tulang dada, pada celah parasternal 3 dan
4. Auskultasi:
a. Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di daerah pulmonal yang semakin
melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi.
Intervensi keprawatan yang dapat digunakan pada diagnosa medis Congenital Heart
Disesase yakni :
Observasi
- Identifikasi Tanda dan Gejala primer penurunan curah jantung
- Identifikasi tanda dan Gejala Sekunder Penuruna Curah Jantung
- Monitor Berat Badan setiap hari pada waktu yang sama
- Monitor Aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
Terapeutik
18
- Berikan Diit Jantung yang sesuai
- Berikan Oksigen untuk mempertahankan saturasi Oksigen >94%
Edukasi
- Ajarkan Pasien dan Keluarga mengukur Berat Badan Harian
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiaritmia
B. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Sekresi yang Tertahan dapat
menggunakan Standar Intervensi Keperawatan Latihan Batuk Efektif ataupun
Manajemen Jalan Napas :
Observasi
- Identifikasi Kemampuan Batuk
- Monitor Adanya Retensi Sputum
- Monitor tanda dan Gejala infeksi saluran napas
- Monitor input dan output cairan
Terapeutik
- Atur Posisi Semi Fowler atau Fowler
- Pasang Perlak dan Bengkok
- Buang Sekret pada Tempat Sputum
Edukasi
- Jelaskan Tujuan dan Prosedur Batuk Efektif
- Anjurkan Tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik,, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan dari mulur dengan bibir dibulatkan selama 8
detik
- Anjurkan Batuk dengan Kuat Langsung setelah Tarik Napas yang Ketiga
Kolaborasi
19
Manajemen Jalan Napas (SIKI:1.01011)
Observasi
- Monitor Pola Napas (frekuensi, kedalaman dan usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan ( mis gurgling, mengi, wheezing, ronchi )
- Monitor Sputum ( jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
- Posisikan semi-fowler atay fowler
- Lakukan fisioterapi dada
- Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
- Berikan Oksigen (bila perlu)
Edukasi
- Ajarkan Batuk Efektif
- Anjurkan Asupan cairan 2000ml/hari jka tidak kontraindikasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Observasi
Terapeutik
Edukasi
20
- Anjurkan Posisi Duduk, jika mampu
- Ajarkan Diet yang Diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan (jika perlu)
D. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai darah dan
kebutuhan oksigen dapat menggunakan Standar Intervensi Keperawatan Manajemen
Energi (SLKI 1.05178)
Observasi
-Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
-Monitor kelelahan fisik dan emosional
Terapeutik
-Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
Edukasi
-Anjurkan tirah baring
-Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
Kolaborasi
-Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
Observasi
Terapeutik
21
- Hentikan pemberian makan melalusi slang Nasogastrik Jika Asupan Oral dapat
Ditoleransi
Edukasi
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan (jika perlu)
3.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tahapan terakhir dari proses keperawatan untuk mengukur
respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan.
O : (Objektif) Data berdasarkan hasil pengukuran atau hasil observasi langsung kepada
pasien
A : (Assegment) Masalah keperawatan yang masih terjadi atau baru saja terjadi akibat
perubahan status kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanya dalam data
subjektif dan objektif
22
P : (Planning) Perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi, atau menambah rencana tindakan keperawatan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Congenital Heart Disease atau biasa disebut dengan Penyakit jantung bawaan (PJB)
adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang
dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan atau kegagalan perkembangan struktur
jantung pada fase awal perkembangan janin. Ada 2 golongan besar PJB, yaitu non sianotik
(tidak biru) dan sianotik (biru) yang masing-masing memberikan gejala dan memerlukan
penatalaksanaan yang berbeda.
Adapun jenis kelainan pada penyakit jantung bawaan sangat bervariasi, ada yang hanya
menyebabkan gangguan ringan pada fungsi jantung tetapi ada juga kelainan yang cukup fatal
hingga mengganggu fungsi kerja jantung dalam mendistribusikan darah ke seluruh tubuh.
Pada umumnya kelainan Jantung bawaan dapat dideteksi sejak lahir, namun tak jarang
gejalanya baru muncul setelah bayi berumur beberapa minggu atau beberapa bulan.
Gejala umum dari penyakit jantung bawaan adalah sesak nafas dan bibir terlihat kebiru-
biruan. Kelainan yang termasuk dalam penyakit Jantung bawaan banyak sekali jenis nya,
23
mencakup gangguan pada bilik dan atau serambi jantung serta gangguan pada pembuluh
darah jantung. Apapun jenis kelainan pada penyakit jantung bawaan, semuanya
mengakibatkan ketidaklancaran sirkulasi darah, karena Jantung sebagai salah satu organ vital
dalam tubuh memiliki tugas memompa dan mengalirkan darah keseluruh bagian tubuh.
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Disease.http://www.inaheart.org/education_for_patient/2019/7/10/penyakit_jantung_bawaa
n (diakses, 19 Januari 2022)
Ananda Putra, R. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Congestive Heart
Disease (CHD) Di Bangsal Jantung RSUP Dr.Djamil Padang. Retrieved From
Http://Pustaka.Poltekkespdg.Ac.Id/Index.Php?P=Show Detail&Id= 5245&Keywords=
(diakses 19 Januari 2022)
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI. Jakarta Selatan.
24
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.
Jakarta Selatan.
I. IDENTITAS
1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : An.K Nama : Ny.D
Umur : 2 Tahun Umur : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Belum Sekolah Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
25
II. KELUHAN UTAMA
1. Keluhan Utama Saat MRS
Badan Biru
26
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Penyakit yang pernah/masih diderita keluarga
Ibu pasien memiliki riwayat penyakit DM
b. Pengkajian keluarga
1) Pengetahuan keluarga: Ibu Pasien menyadari Sakit yang dialami klien karena system
imun yang lemah dan keadaan jantung yang mengalami
kelainan
2) Psikologi keluarga: Ibu pasien terlihat cemas terhadap anaknya
27
4) Lingkar dada : 42cm
5) Panjang badan : 35cm
6) Lingkar lengan atas : LLA 9cm (kurang dari 3 SD)
b. Perkembangan
1) Usia anak (0 - <6 Tahun)
Motorik halus : baik
Motorik kasar : baik
Kemampuan berbahasa: baik tetapi masih sulit dipahami
Perkembangan social : baik
2) Usia anak sekolah (>6 Tahun)
Psikososial :
Psiko seksual :
Kognitif :
Psikomoral :
28
7. Riwayat Hospitalisasi
a. Pengalaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
1) Ibu membawa anaknya ke RS karena: Badan tampak biru dan sesa napas
2) Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : iya bahwasannya anak
tersebut mengalami penyakit CHD
3) Perasaan orang tua saat ini : sangat cemas
4) Orang tua selalu berkunjung ke RS : ya
5) Yang akan tinggal dengan anak : ayah ibu berserta satu kakak perempuan
b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
8. Riwayat Sosial
a. Kultural / budaya : Keluarga Pasien masih menerapkan budaya terdahulu seperti tidak
memakan telur saat hamil takutnya nanti plasenta akan susah untuk
keluar
b. Pola interaksi : Pasien jarang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya
dikarenakan tetannga sekitar banyak yang terkena virus covid – 19
dan ibu pasien takut anaknya terkena penyakit covid-19
c. Lingkungan Rumah : Pasien tinggal di lingkungan perumahan yang bersih dan asri
9. Riwayat Spiritual
a. Anak: Ketika di rumah sakit anak selalu berdoa dengan menirukan ibunya
b. Orang tua: Ibu pasien mengajarkan anaknya ketika sakit untuk terus berdoa kepada
Tuhan agar cepat sembuh dan keluar dari rumah sakit
29
ADL Di Rumah Di Rumah Sakit
Pola Eliminasi : BAB 1x sehari Dengan BAB 1x seharu, konsitensi lunak,
konsistensi lunak,warna kuning warna kuning dan tidak ada
a. BAB
dan tidak ada kesulitan kesulitan
BAK sering, konsistensi cair di
BAK sering, konsistensi cair,
check setiap 3 jam sekali , warna
b. BAK warna kuning jernih, tidak ada kuning jernih, tidak ada kesulitan
kesulitan
Pola Isitirahat Tidur Pasien mengalami sesak ketika Pasien tampak lebih tenang dan
malam hari, rewel dan menangis dapat tidur dengan nyeyak
Pola Latihan – Aktivitas Pasien sudah bisa merangkak Pasien sudah bisa merangkak dan
dan berjalan secara perlahan, berjalan secara perlahan, bermain
bermain dengan riang dan dengan riang dan berbicara belum
berbicara belum lancar lancar
Pola Kebersihan Diri Ibu pasien selalu memandikan Ibu pasien membantu pasien
(Personal Hygiene) pasien setiap 2x sehari pagi dan dengan menggendong ketika akan
sore, Pasien sudah bisa buang air ke kamar mandi, memandikan 2x
kecil dan besar sendiri ke kamar sehari diatas tempat tidur
mandi
30
B. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
- Nadi : 108x/menit
- RR : 45x/menit
- TD : 86/50mmHg
- Suhu : 37.5̊C
C. Pemeriksaan Wajah
1. Mata : Simetris, tidak anemis, sclera putih, pupil isokor dan rangsangan terhadap
cahaya (+).
2. Hidung : Simetris, tidak ada sinusitis, tidak ada perdarahan, oksigen via nasal canule 3
1pm dan NGT.
3. Mulut dan genggorokan : Mukosa bibir kering, warna kemerahan, perdarahan tidak ada,
hipersalivasi.
4. Telinga : Simetris dextra sinistra, tidak ada nyeri tekan.
F. Pemeriksaan Jantung
1) Inpeksi dan palpasi
Area aorta pulmonal : tidak ada pulsasi
Area tricuspid ventrikel kanan : tidak ada pulsasi
Letak ictus cordis : ICS 5 Midclavicula sinistra, teraba
2) Perkusi
Batas jantung : ICS II Sternalis kiri-kanan
ICS IV Sternalis kiri
ICS IV md klavikula kiri
ICS III Sternalis kiri
Suara : Dullnes
3) Aukultasi
Bunyi jantung I : s1 tunggal
Bunyi jantung II : s2 normal
Bunyi jantung III : murmur (+) gr 3/6 di ICS 3-6 PSL (S)
31
a) Mamae dan Axila : tidak ada benjolan maupun massa, tidak ada nyeri
G. Pemeriksaan Thoraks/dada
1) Inspeksi
Bentuk thorax : Normal chest, terdapat retraksi intercosta
2) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan.
Vocal fremitus : Tidak dilakukan karena anak tidak kooperatif.
3) Perkusi
Normal
4) Auskultasi
Suara tambahan : suara ronchi, terdengar seperti suara ngorok
H. Pemeriksaan Abdomen
1) Inspeksi : tidak ada lesi, tidak ada scar, tidak ada masa, tidak distensi, tidak asites
2) Aukultas : terdapat bising usus
3) Palpasi : tidak ada scibala, tidak ada pembesarah hati dan limpa
4) Perkusi : bunyi timpani
J. Pemeriksaan Kulit/Integument
warna pucat, suhu hangat, turgor baik, CRT kurang dari 2 detik, tidak ada edema,
kemerahan, memar, pruritus, dan pteki
K. Pemeriksaan Ekstremitas/Muskuloskeletal
1) Atas : tidak ada lesi, scar, kontraktur, deformitas, edema, nyeri, dan clubbing finger,
akral hangat, CRT kurang dari2 detik, terpasang infus pada tangan kiri
2) Bawah : tidak ada lesi, scar, kontraktur, deformitas, edema, nyeri, dan pteki, akral
hangat, CTR kurang dari 2 detik
3) Kekuatan Otot : Sulit dievaluasi, GCS = 4,5,6
32
3) Reflekfisiologis : biceps +5 5+
Triceps +5 5+
Kernig +5 5+
Achiles +5 +5
ANALISA DATA
33
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Ibu pasien mengatakan 2 hari Perubahan After Load Penurunan Curah
yang lalu anaknya sangat rewel Jantung (D.0008)
gelisah dan menangis, dan tadi
pagi mengalami sesak napas serta
bibirnya tampak berawarna biru
DO :
- Pasien tampak sesak (dypnea)
- Bibir,Lidah dan kuku
mengalami sianosis
- Terdapat Suara Jantung
tambahan (Murmur)
- Nadi : 108x/menit
- RR : 45x/menit
- TD : 86/50mmHg
- Suhu : 37.5̊C
2. DS : Ibu Pasien mengatakan anak Sekresi Yang Tertahan Bersihan Jalan
sesak dari tadi pagi Napas Tidak Efektif
DO : (D.0001)
- Terdapat suara tambahan
wheezing
- RR : 45x/menit
- Pasien sering batuk dengan
mengeluarkan sputum berlebih
- Bibir, Lidah dan kuku
mengalami sianosis
- Pasien tampak gelisah
3. DS : Ibu Pasien mengatakan bayi Ketidakmampuan Menelan Defisit Nutrisi
sulit menyusu dan rewel terdapat Makanan (D.0019)
faktor seesak setelah diberi susu
DO :
BB 5.5kg
LK 37cm (-3 s/d -2 SD)
LLA 9cm (kurang dari 3 SD)
Terdapat Bising Usus
Membran mukosa kering
34
NO. TANGGAL DIAGNOSA TTD
1. 19 Januari Penurunan curah jantung b.d perubahan after load d.d ibu px
2022 mengatakan anaknya sesak nafas serta bibirnya tampak
berwarna biru.
2. 19 Januari Bersih jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan d.d
2022 ibu px mengatakan anak sesak dari tadi pagi dan tampak
gelisah.
3. 19 Januari Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan d.d ibu
2022 px mengatakan bayi sulit menyusu dan rewel,terdapat bising
usus.
35
HARI/ NO. TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL T
TGL DX KRITERIA HASIL T
D
Rabu (D.0 Setelah dilakukan Perawatan Jantung 1. Untuk mengetahui
19 008) tindakan keperawat ( 1.02075) tanda/gejala skunder
Januari 2x24jam Observasi: penurunan curah
2022 diharapkan Curah 1. Identifikasi tanda\ jantung
Jantung Meningkat gejala skunder 2. Untuk mengetahui
dengan kriteria penurunan curah tekanan darah
hasil (SLKI: jantung 3. Untuk mengetahui
L.02008) : 2. Monitor tekanan saturasi oksigen
1. Kekuatan nadi darah 4. Agar pasien lebih
perifer 3. Monitor saturasi relaks
meningkat oksigen 5. Untuk
2. Dispenea Terapeutik: mempertahankan
menurun 4. Posisikan pasien saturasi oksigen
3. Sianosis semiflower atau 6. Agar membantu pasien
menurun flower dengan kaki dalam melakukan
4. Murmur jantung kebawa atau posisi aktifitas secara
menurun nyaman bertahap
5. Tekanan darah 5. Berikan oksigen 7. Untuk memberikan
membaik untuk antiaritmia
mempertahankan
saturasi oksigen
>94%
Edukasi
6. Anjurkan aktifitas
fisik secara bertahap
Kolaborasi:
7. Pemberian
antiaritmia
Rabu (D.0 Setelah dilakukan Menejemen jalan nafas 1. Untuk mengetahui
19 001) tindakan (1.01011) pola nafas
Januari keperawatan Observasi: 2. Untuk mengetahui
2022 2x24jam 1. Monitor pola nafas bunyi nafas
diharapkan 2. Monitor bunyi nafas 3. Untuk memonitor
Bersihan jalan 3. Monitor sputum sputum
Napas Meningkat Terapeutik: 4. Agar membantu
dengan kriteria 4. Berikan oksigen sirkulasi pernafasan
hasil (SLKI : Edukasi: pasien
36
L.01001) : 5. Anjurkan asupan 5. Agar asupan cairan
1. Produksi sputum cairan terpenuhi
menurun Kolaborasi: 6. Untuk memberikan
2. Wheezing 6. Kolaborsi bronkodilator,ekspekt
menurun pemberian oran,mukolitik
3. Gelisah menurun bronkodilator,ekspe
ktoran,mukolitik
Rabu (D.0 Setelah dilakukan Menejemen Nutrisi 1. Untuk mengetahui
19 019) tindakan keperawat Observasi: status nutrisi
Januari 2x24 jam diharap 1. Identifikasi status 2. Untuk mengetahui
2022 Status Nutrisi nutrisi asupan makanan
Membaik dengan 2. Monitor asupan 3. Untuk mencegah
kriteria hasil (SLKI makanan konstipasi
L.06053) : Terapeutik 4. Agar nafsu makan
1. Porsi 3. Berikan makanan meningkat
makanan yang tinggi serat untuk 5. Untuk mengatur pola
dihabiskan mncegah konstipasi makan
meningkat 4. Berikan suplemen 6. Untuk menentukan
2. Bising usus makanan jumlah kalori dan
membaik Edukasi jenis nutrien ang
3. Membran mukosa 5. Ajarkan diet yang dibutuhkan.
membaik diprogramkan
Kolaborasi:
6. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan.
Implementasi Keperawatan
37
Hari No. Tindakan Keperawatan Evaluasi Proses T
/tgl Dx T
D
Rabu 19 (D.0 1. Mengidentifikasi tanda\gejala S:
Januari 008) skunder penurunan curah jantung - Ibu pasien mengatakan
2022 2. Memonitor tekanan darah anaknya sudah tidak sesak
3. Memonitor saturasi oksigen napas.
4. Memposisikan pasien semiflower O:
atau flower dengan kaki kebawa - Pasien tidak tampak sesak
atau posisi nyaman (dispenea)
5. Memberikan oksigen untuk - Pasien masih tampak
mempertahankan saturasi oksigen pucat (sianosis)
>94% - Masih terdapat suara
6. Menganjurkan aktifitas fisik secara jantung tambahan
bertahap - N : 108x/menit
7. Memberikan antiaritmia - RR : 45x/menit
- TD : 90/55mmHg
- Suhu : 37oC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi 2,3,5,6,7
dilanjutkan
38
Rabu 19 (D.0 1. Mengidentifikasi status nutrisi S:
Januari 019) 2. Memonitor asupan makanan - Ibu pasien mengatakan
2022 3. Memberikan makanan tinggi serat anaknya sudah mau
untuk mencegah konstipasi meminum susu
4. Memberikan suplemen makanan O:
5. Mengajarkan diet yang - Masih terdapat bising
diprogramkan usus
6. Mengkolaborasi dengan ahli gizi - Membran mukosa masih
untuk menentukan jumlah kalori kering
dan jenis nutrien yang dibutuhkan. A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi 2,4,5,6
dilanjutkan
Kamis (D.0 1. Mengidentifikasi tanda\gejala S:
20 008) skunder penurunan curah jantung - Ibu pasien mengatakan
Januari 2. Memonitor tekanan darah anaknya sudah tidak sesak
2022 3. Memonitor saturasi oksigen napas.
4. Memposisikan pasien semiflower O:
atau flower dengan kaki kebawa - Pasien tidak tampak sesak
atau posisi nyaman (dispenea)
5. Memberikan oksigen untuk - Pasien tidak tampak pucat
mempertahankan saturasi oksigen (sianosis)
>94% - Masih terdapat suara
6. Menganjurkan aktifitas fisik secara jantung tambahan
bertahap - N : 108x/menit
7. Memberikan antiaritmia - RR : 45x/menit
- TD : 102/55mmHg
- Suhu : 37oC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi 3,5,6,7
dilanjutkan
39
tambahan wheezing
- Pasien sudah tidak
tampak gelisah
- N : 108x/menit
- RR : 45x/menit
- TD : 102/55mmHg
- Suhu : 37oC
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi 2,5,6 dilanjutkan
Kamis (D.0 1. Mengidentifikasi status nutrisi S:
20 019) 2. Memonitor asupan makanan - Ibu pasien mengatakan
Januari 3. Memberikan makanan tinggi serat anaknya sudah mau
2022 untuk mncegah konstipasi meminum susu
4. Memberikan suplemen makanan O:
5. Mengajarkan diet yang - Masih terdapat bising
diprogramkan usus
6. Mengkolaborasi dengan ahli gizi - Membran mukosa sudah
untuk menentukan jumlah kalori tidak kering
dan jenis nutrien yang dibutuhkan. A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi 2,4,,6 dilanjutkan
Evaluasi Keperawatan
No. Hari/tgl No. Dx Evaluasi TTD
40
1. Kamis (D.0008) S:
20 - Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak
Januari sesak napas.
2022 O:
- Pasien tidak tampak sesak (dispenea)
- Pasien tidak tampak pucat (sianosis)
- Tidak terdapat suara jantung tambahan
- N : 108x/menit
- RR : 45x/menit
- TD : 102/55mmHg
- Suhu : 37oC
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2. Kamis (D.0001) S:
20 - Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak
Januari sesak napas.
2022 O:
- Pasien sudah tidak mengeluarkan sputum
berlebih
- Tidak terdapat suara tambahan wheezing
- Pasien sudah tidak tampak gelisah
- N : 108x/menit
- RR : 45x/menit
- TD : 102/55mmHg
- Suhu : 37oC
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
3. Kamis (D.0019) S:
20 - Ibu pasien mengatakan anaknya sudah mau
Januari meminum susu
2022 O:
- Tidak terdapat bising usus
- Membran mukosa sudah tidak kering
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
41