Anda di halaman 1dari 17

ASKEP CHD PADA ANAK

Dosen Pengampuh :

Rizki Sri Haryanti, S.Kep., Ns., M.Epid.

Disusun Oleh :

Desy Ramadhani
Diah Ayu Oktariyani
Else Favorita A.
Emy Asfara
Ersa Aliefia Ariyanti
Farah Nadhiah
Rizky Amalia
Risalah Briliana
Syafhira Oktariyanti
Tira Caritas

Program Studi DIV Keperawatan


Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Palembang
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah SWT yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, segala puji bagi Allah
SWT karena berkat dan rahmat-Nya lah maka kelompok dapat menyelesaikan makalah ini.

Selama proses penyusunan makalah ini tidak lepas dari peran dan dukungan berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini kelompok ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu
dosen yang telah memberi dukungan kepada kelompok dalam menyelesaikan makalah ini.

Kelompok menyadari bahwa makalah ini banyak terdapat kekurangan, karena itu kami
mengharapkan masukan dan kritikan serta saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, 23 November 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................... 3

B. Tujuan .................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

1. KONSEP DASAR

A. Defenisi ................................................................................................ 4

B. Etiologi ................................................................................................ 4

C. Klasifikasi ........................................................................................... 5

D. Patofisiologi ......................................................................................... 10

E. Manifestasi Klinis................................................................................. 10

F. Komplikasi ........................................................................................... 12

D. Kasus ................................................................................................... 14

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan ........................................................................................... 23

2. Saran ..................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PJB (CHD)
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Insiden penyakit jantung kongenital terjadi pada sekitar 8 dari 1000 kelahiran hidup.
Insiden lebih tinggi pada yang lahir mati (2%), abortus (10-25%) dan bayi prematur (2%
termasuk VSD tapi tidak termasuk PDA). Insiden menyeluruh ini tidak termasuk prolaps katup
mitral pada bayi, preterm dan katub aorta bikuspid (sekitar 0,9% seri dewasa). Pada bayi dengan
defek jantung kongenital pada spektrum keparahan yang lebar sekitar 2-3 dari 1000 bayi
neonatus total akan bergejala penyakit jantung pada usia 1 tahun pertama. Diagnosa ditegakkan
pada umur 1 minggu pada 40-50% penderita dan umur 1 bulan pada 50-60% penderita.
Kebanyakan defek kongenital ditoleransi dengan baik selama kehidupan janin karena sifat
paralel sirkulasi janin bahkan defek jantung berat misalnya hipoplasi ventrikel kiri berat,
biasanya dapat dikompensasi baik oleh sirkulasi janin. Hanya sesudah sirkulasi ibu dihilangkan
jalur janin (duktus arteriosus dan foramen ovale) tertutup atau retriksi dan sistem kardiovaskuler
tidak tergantung dipertahankan sehingga pengaruh hemidinamik sepenuhnya dari kelainan
anatomi menjadi tampak.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

· Membantu dalam pembelajaran bagi mahasiswa

· Memenuhi syarat perkuliahan mata ajar keperawatan anak yang diajukan

· Membantu mahasiswa dalam memahami secara umum konsep dari CHD

2. Tujuan Khusus

· Mengetahui masalah yang mungkin dapat diketahui dan diatasi pada CHD

· Mengetahui dan menambah pengetahuan tentang CHD

· Mengetahui dasar teoritis dari CHD

· Mengetahui proses keperawatan dalam CHD


BAB II

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

CONGENITAL HEART DISEASES (CHD)

1. KONSEP DASAR

A. Definisi

Congenital heart disease (CHD) atau penyakit jantung congenital adalah kelainan jantung yang
sudah ada sejak bayi lahir, jadi kelainan tersebut terjadi sebelum bayi lahir. Tetapi kelaianan
jantung bawaan ini tidak selalu member! gejala segera setelah bayi lahir; tidak jarang kelainan
tersebut baru ditemukan setelah pasien berumur beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun
(Ngastiah).

B. Etiologi

Penyebab penyakit jantung congenital berkaitan dengan kelainan perkembangan embrionik, pada
usia lima sampai delapan minggu, jantung dan pembuluh darah besar dibentuk. Gangguan
perkembangan mungkin disebabkan oleh factor-faktor prenatal seperti infeksi ibu selama
trimester pertama. Agen penyebab lain adalah rubella, influenza atau chicken fox. Factor-faktor
prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan pada insulin serta
factor-faktor genetic juga berpengaruh untuk terjadinya penyakit jantung congenital. Selain
factor orang tua, insiden kelainan jantung juga meningkat pada individu. Fackor-faktor
lingkungan seperti radiasi, gizi ibu yang jelek, kecanduan obat-obatan dan alcohol juga
mempengaruhi perkembangan embrio.

C. Klasifikasi

Terdapat berbagai cara penggolongan penyakit jantung congenital. Penggolongan yang sangat
sederhana adalah penggolongan yang didasarkan pada adanya sianosis serta vaskuiarisasi paru.

1. Penyakit Jantung bawaan (PJB) non sianotik dengan vaskularisasi paru.


Terdapak detek pada septum ventrikel, atrium atau duktus yang tetap terbuka
menyebabkan adanya pirau (kebocoran) darah dari kiri ke kanan karena tekanan jantung dibagian
kiri lebih tinggi daripada dibagian kanan.

a. Ventrikel Septum Defek (VSD)

VSD terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya darah dari
bilik kiri mengalir ke bilik kanan pada saat systole.

Manifestasi Klinik

Pada pemeriksaan selain didapat pertumbuhan terhambat, anak terlihat pucat, banyak keringat
bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik. Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan
dada kiri. Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, seia intrakostal
dan region epigastrium. Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinamik.

Penatalaksanaan

Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk mengatasi gagal jantung.
Biasanya diberikan digoksin dan diuretic, misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan,
yang dilihat dengan membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka operasi dapat
ditunda sampai usia 2-3 tahun. Tindakan bedah sangat menolong karena tanpa tindakan tersebut
harapan hidup berkurang.

b. Atrium Septum Defek (ASD)

Kelainan septum atrium disebabkan dari suatu lubang pada foramen ovale atau pada septum
atrium. Tekanan pada foramen ovale atau septum atrium,tekanan pada sisi kanan jantung
meningkat.

Manifesfasi klinik

Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas. Mungkin
ditemukan adanya murmur jantung. Pada foto rongent ditemukan adanya pembesaran jantung
dan diagnosa dipastikan dengan kateterisasi jantung.

Penatalaksanaan

Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau dipasang suatu graft pembedahan jantung
terbuka, dengan prognosis baik.

c. Persisten Duktus Arteriosus (PDA)


PDA adalah terdapatnya pembuluh darah fetal yang menghubungkan percabangan arteri
pulmonalis sebelah kiri (left pulmonary artery) ke aorta desendens tepat di sebelah distal arteri
subklavikula kiri. PDA terjadi bila duktus tidak menutup bila bayi lahir. Penyebab PDA
bermacam-macam, bisa karena infeksi rubella pada ibu dan prematuritas.

Manifestasi klinik

Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi.
Sejalan dengan pertumbuhan anak, maka anak akan mengalami dispnea, jantung membesar,
hipertropi ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung terhadap penigkatan volume darah, adanya
tanda machinery type .murmur jantung akibat aliran darah turbulen dari aorta melewati duktus
menetap. Tekanan darah sistolik mungkin tinggi karena pembesaran ventrikel kiri.

Penatalaksanaan

Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya diobati dengan aspirin
atau idomethacin yang menyebabkan kontraksi otot lunak pada duktus arteriosus. Ketika anak
berusia 1-5 tahun, cukup kuat untuk dilakukan operasi.

2. PJB non sianotik dengan vaskularisasi paru normal.

a. Stenosis aorta

Pada kelainan ini striktura terjadi diatas atau dibawah katup aorta. Katupnya sendiri mungkin
terkena atau retriksi atau tersumbat secara total aliran darah.

· Manifestasi Klinik

Anak menjadi kelelahan dan pusing sewaktu cardiac output menurun, tanda-tanda ini lebih
nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak terpenuhi, hal ini menjadi serius dapat
rnenyebabkan kematian, ini juga ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada
batas kiri sternum, diagnosa ditegakan berdasarkan gambaran ECG yang menunjukan adanya
hipertropi ventrikel kiri, dan dari kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.

· Penatalaksanaan

Stenosis dihilangkan dengan insisi pada katup yang dilakukan pada saat anak mampu dilakukan
pembedahan toraks.

b. Stenosis pulmonal

Kelainan pada stenosis pulmonik, dijumpai adanya striktura pada katup, normal tetapi puncaknya
menyatu.
· Manifestasi klinik

Tergantung pada kondisis stenosis. Anak dapat mengalami dyspne dan kelelahan, karena aliran
darah ke paru-paru tidak adekuat untuk mencukupi kebutuhan O2 dari cardiac output yang
meingkat. Dalam keadaan stenosis yang berat, darah kembali ke atrium kanan yang dapat
rnenyebabkan kegagalan jantung kongesti. Stenosis ini didiagnosis berdasarkan murmur jantung
sistolik, ECG dan kateterisai jantung.

· Penatalaksanaan

Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukan pada saat anak berusia 2-3
tahun.

c. Koarktasio Aorta

Kelaianan pada koartasi aorta, aorta berkontriksi dengan beberapa cara. Kontriksi mungkin
proksimal atau distal terhadap duktus arteiosus. Kelaianan ini biasanya tidak segera diketahui,
kecuali pada kontriksi berat. Untuk itu penting melakukan skrening anak saat memeriksa
kesehatannya, khususnya bila anak mengikuti kegiatan-kegiatan olah raga.

· Manifestasi klinik

Ditandai dengan adanya kenaikan tekanan darah, searah proksimal pada kelainan dan penurunan
secara distal. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki. Denyut nadi pada lengan
terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan femoral. Kadang-kadang dijumpai adanya murmur
jantung lemah dengan frekuensi tinggi. Diagnosa ditegakkan dengan cartography.

· Penatalaksanaan

Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty, pengangkatan bagian aorta yang
berkontriksi atau anastomi bagian akhir, atau dengan cara memasukkan suatu graf.

3. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang.

Tetralogi Of Fallot (TOF)

Tetralogi of fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri dari 4 kelainan yaitu:

1) stenosis pulmonal,

2) hipertropi ventrikel kanan,

3) kelainan septum ventrikuler,

4) kelainan aorta yang menerima darajh dari ventrikel dan aliran darah kanan ke kiri melalui
kelainan septum ventrikel.
· Manifestasi klinik

Bayi baru lahir dengan TF menampakan gejala yang nayata yaitu adanya cianosis, letargi dan
lemah. Setain itu juga tampak tanda-tanda dyspne yang kemudian disertai jari-jari clubbing, bayi
berukuran kecil dan berat badan kurang. Bersamaan dengan pertambahan usia, bayi diobservasi
secara teratur, serta diusahakan untuk mencegah terjadinya dyspne. Bayi mudah mengalami
infeksi saluran pernafasan atas. Diagnosa berdasarkan pada gejala-gejala klinis, mur-murjaniung,
EKG foto rongent dan kateterisai jantung.

· Penatalaksanaan

Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk mernenuhi peningkatan
kebutuhan oksigen dalam masa pertumbuhan. Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah,
bertujuan untuk koreksi secara permanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara Blalock-
Tausing, dilakukan pada ananostomi ujung ke sisi sub ciavikula kanan atau arteri karotis menuju
arteri pulmonalis kanan. Secara Waterson dikerjakan pada sisi ke sisi anastonosis dari aorta
assenden, menuju arteri pulmonalis kanan, tindakan ini meningkatakan darah yang teroksigenasi
dan membebaskan gejala-gejala penyakit jantung sianosis.

4. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah

Transposisi arteri besar (TAB)/ Transpotition Great artery (TGA)

Apabila pembuluh pembuluh darah besar mengalami transposisi aorta, arteri aorta dan pulmonal
secara anatomis akan terpengaruh. Anak tidak akan hidup kecuali ada suatu duktus ariosus
menetap atau kelainan septum ventrikuler atau atrium, yang menyebabkan bercampurnya darah
arteri-vena. Pada TGA terjadi perubahan tempat kelurnya posisi aorta dan a.pulmonalis yakni
aorta keluar dari ventrikel kanan dan terletak di sebelah anterior a.pulmonalis, sedangkan
a.pulmonalis keluar dari ventrikel kiri terletak posterior terhadap aorta. Akibatnya aorta
menerima darah v. Sistemik dari vena kava, atriumkanan, ventrikel kanan dan darah diteruskan
ke sirkulasi sistemik. Sedang darah dari vena pulmonalis dialirkan ke atrium kiri, ventrikel kiri
dan diteruskan ke a. Pulmonalis dan seterusnya ke paru. Dengan demikian maka kedua sirkulasi
sistemik dan paru tersebut terpisah dan kehidupan hanya dapat berlangsung apabila ada
komunikasi antara 2 sirkulasi ini. Pada neonatus percampuran darah terjadi melalui duktus
arteriosus dan foramen ovale keatrium kanan. Pada umumnya percampuran melalui duktus dan
foramen ovale ini tidak adekuat, dan bila duktus arteriosus menutup maka tidak terdapat
percampuran lagi di tempat tersebut, keadaan ini sangat mengancam jiwa penderita.

· Manifesfasi klinik

Transposisi pembuluh-pembuluh darah ini tergantung pada adanya kelainan atau stenosis.
Stenosis kurang tampak apabila kelainan merupakan PDA atau ASD atau VSD, tetapi kegagalan
jantung akan terjadi.
· Penatalaksanaan

Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah. Pada saat prosedur, suatu kateter
balon dimasukan ketika kateterisasi jantung, untuk memperbesar kelainanseptum intra arterial.
Pada cara Blalock Halen dibuat suatu kelainan septum atrium. Pada Edward vena pulmonale
kanan. Cara Mustard digunakan untuk koreksi yang permanent. Septum dihilangkan dibuatkan
sambungan sehingga darah yang teroksigenisasi dari vena pulmonale kembali ke ventrikel kanan
untuk sirkulasi tubuh dan darah tidak teroksigenisasi kembali dari vena cava ke arteri pulmonale
untuk keperluan sirkulasi paru-paru. Kemudian akibat kelaianan ini telah berkurang secara nyata
dengan adanya koreksi dan paliatif.

D. Pafofisiologi

Kelainan jantung congenital menyebabkan dua perubahan hemodinamik utama. Shunting atau
percampuran darah arteri dari vena serta perubahan aliran darah pulmonal dan tekanan darah.
Nornalnya, tekanan pada jantung kanan lebih besar daripada sirkulasi pulmonal. Shunting terjadi
apabila darah mengalir melalui lubang abnormal pada jantung sehat dari daerah yang bertekanan
lebih tinggi ke daerah yang bertekanan rendah, menyebabkan darah yang teroksigenisasi
mengalir ke dalam sirkulasi sistemik. Aliran darah pulmonal dan tekanan darah meningkat bila
ada keterlambatan penipisan normal serabut otot lunak pada arteriola pulmonal sewaktu lahir.
Penebalan vascular meningkatkan resistensi sirkulasi pulmonal, aliran darah pulmonal dapat
melampaui sirkulasi sis dan aliran darah bergerakdari kanan ke kiri. Perubahan pada aliran darah,
percampuran darah vena dan arteri, serta kenaikan tekanan pulmonal akan meningkatkan kerja
jantung. Menifestasi dari penyakit jantug congenital yaitu adanya gagal jantung, perfusi tidak
adekuat dan kongesti pulmonal.
E. Pemeriksaan Penunjang

· Gambaran ECG yang menunjukan adanya hipertropi ventrikel kiri,kateterisasi jantung


yang menunjukan striktura.

· Diagnosa ditegakkan dengan cartography,

· Cardiac iso enzim (CPK & CKMB) meningkat

· Roentgen thorax untuk melihat atau evaluasi adanya cardiomegali dan infiltrate paru.

F. Komplikasi

Pasien dengan penyakit jantung congenital teramcam mengalami berbagai komplikasi antara
lain:

1. Gagal jantung kongestif

2. Renjatan kardiogenik, Henti Jantung

3. Aritmia

4. Endokarditis bakterialistis
5. Hipertensi

6. Hipertensi pulmonal

7. Tromboemboli dan abses otak

2. PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian

a. Riwayat keperawatan

- Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen penyebab lain adalah
rubella, influenza atau chicken pox.

- Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan pada
insulin.

- Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi ibu, dan tidak
kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.

- Proses kelahiran atau secara alami ataua adanya factor-faktor memperlama proses persalinan,
penggunaan alat seperti vakum untuk membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC.

- Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga lain yang juga mengalami
kelainan jantung, untuk mengkaji adanya factor genetic yang menunjang.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan terhadap pasien
yang menderita penyakit jantung pada umumnya. Secara spesifik data yang dapat ditemukan dari
hasil pengkajian fisik pada penyakit jantung congenital ini adalah:

- Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang. Anak terlihat pucat, banyak keringat
bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.

- Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. .

- Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan region
epigastrium.

- Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.

- Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas.
- Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan
retraksi.

- Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak
terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum,

- Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki. Denyut
nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan temoral.

B. Diagnosa yang Mungkin Muncul

1. Penurunan Cardiac Output b.d penurunan kontraktilftas jantung, perubahan tekanan


jantung.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan menyusu dan makan

3. Nyeri; dada b.d Iskemia miokard. Penigkatan volume cairan tubuh b.d kongestif vena,
penurunan fungsf ginjal

4. Tidak efektif pola nafas b.d peningkatan resistensi vaskuler paru

5. Intoleran aktivitas b.d kelelahan

6. Kurang pengetahuan ibu tentang keadaan anaknya b.d kurangnya inforrnasi

C. Diagnosa keperawatan dan intervensi

Diagnosa 1

Penurunan Cardiac Output b.d penurunan kontraktilftas jantung, perubahan tekanan jantung.

Tujuan : Pasien dapat mentoleransi gejala-gej'ala yang ditimbulkan akibat penurunan curah
jantung, dan setelah dilakukan tindakan keperawatan terjadi peningkatan curah jantung sehingga
kekeadaan normal.

Intervensi

1. Monitor tanda-tanda vital

Rasional : Permulaan terjadinya gangguan pada jantung akan ada perubahan pada tanda-
tanda vital seperti pernafasan menjadi cepat, peningkatan suhu, nadi meningkat, peningkatan
tekanan darah, semuanya cepat dideteksi untuk penangan lebih lanjut.

2. Informasikan dan anjurkan tentang pentingnya istirahat yang adekuat

Rasional : Istirahat yang adekuat dapat meminimalkan kerja dari jantung dan dapat
mempertahankan energi yang ada.
3. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai indikasi.

Rasional : Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokord untuk melawan efek
hipoksia/iskemia.

4. Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis

Rasional : Pucat menunjukan adanya penurunan perfusi sekunder terhadap ketidakadekuatan


curah jantung, vasokonstriksi dan anemi.

5. Kaji perubahan pada sensori, contoh letargi, bingung disorientasi cemas

Rasional : Dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap


penurunan curah jantung.

6. Secara kolaborasi berikan tindakan farmakologis berupa digitalis; digoxin

Rasional : Mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air, dan digoksin meningkatkan kekuatan
kontraksi miokard dan memperlambat frekuensi jantung dengan menurunkan konduksi dan
memperlama periode refraktori pada hubungan AV untuk meningkatkan efisiensi curah jantung

Diagnosa 2

Nyeri dada b.d Iskemia miokard

Tujuan : Menyatakan nyeri hilang

Intervensi:

1. Selidiki adanya keluhan nyeri, yang pada anak bisa ditunjukan dengan rewel atau sering
menangis

Rasional : Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri. Periiaku dan tanda
vital membantu menentukan derajat atau adanya ketidaknyamanan pasien.

2. Evaluasi respon terhadap obat/terapi yang diberikan

Rasional : Penggunaan terapi obat dan dosis, catat nyeri yang tidak hilang atau menurun
dengan penggunaan nitrat.

3. Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktivitas anak sesuai kebutuhan

Rasional : Aktivitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. Contoh kerja tiba-tiba,
stress, makan banyak, terpaj'an dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.

4. Anjurkan ibu untuk setalu memberikan ketenangan pada anak


Rasional : Ketenangan anak akan mengurangi stress yang dapat memperberat nyeri yang
dirasakan.

Diagnosa 3

Intoleran aktivitas b.d kelelahan

Tujuan : Anak dapat melakukan aktivitas yang sesuai tanpa adanya kelemahan.

Intervensi:

1. Kaji perkembangan tanda-tanda penigkatan tanda-tanda vital, seperti adanya sesak

Rasional : Menunjukan gangguan pada jantung yang kemudian akan menggunakan energi
lebih sebagai kompensasi sehingga akhirnya anak menjadi kelelahan.

2. Bantu pasien dalam aktivitas yang tidak dapat dilakukannya

Rasional : Teknik penghematan energi

3. Support dalam nutrisi

Rasional : Nutrisi dapat membantu menigkatan metabolisme juga akan meningkatan


produksi energi.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Kelainan jantung kongenital adalah penyebab tertinggi kedua kamatian bayi, sebagai akibat
perkembangan sistem kardiovaskuler yang tidak normal selama kehidupan janin, berupa obstuksi
atau gangguan pada pola aliran darah. Kelainan di klasifikasikan sebagai sianotik dan asianotik.
Pada kelainan asianotik, darah yang teroksigenasi mengalir dari sisi kiri kekanan jantung,
tetapi tidak bercampur dengan darah yang tidak teroksigenasi dala sirkulasi sistemik, terutama
yang mempengaruhi anak yaitu Ventrikel Septum Defek (VSD), Atrium Septum Defek (ASD),
Persisten Duktus Arteriosus (PDA), Stenosis aorta ,Stenosis pulmonal ,Koarktasio Aorta
,Tetralogi Of Fallot (TOF) ,Transposisi arteri besar (TAB)/ Transpotition Great artery (TGA).

2. Saran

· Berikan penjelasan yang jelas kepada pasien dan tentang penyakitnya.

· Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang maksimal
dan mencegah terjadinya komplikasi.

· Diharapkan kepada pembaca agar dapat memberikan kritik dan sarannya yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah.1997.Perawatan Anak Sakit : Penerbit Buku Kedokteran ECG : Jakarta.

Donna L. Wong.2004.Pedoman klinis keperawatan pediatric : Penerbit buku


kedokteran EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai