Anda di halaman 1dari 42

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PDA

(PATENT DUCTUS ARTERIOSUS)

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak 2

Dosen Pembimbing : Dina Zakiyyatul Fuadah, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

1. Agnes Lodiana Penun 201701007


2. Alfi Choirunnisa 201701010
3. Ina Rizka Suryani 201701062
4. Kinez Yauzi Armendo 201701065
5. Pingkan Nuralbaniah 201701086
6. Salwatilah Badar 201701101
7. Wilda Lintang 201701116

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

2019
KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PDA

(PATENT DUCTUS ARTERIOSUS)

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak 2

Dosen Pembimbing : Dina Zakiyyatul Fuadah, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

1. Agnes Lodiana Penun 201701007


2. Alfi Choirunnisa 201701010
3. Ina Rizka Suryani 201701062
4. Kinez Yauzi Armendo 201701065
5. Pingkan Nuralbaniah 201701086
6. Salwatilah Badar 201701101
7. Wilda Lintang 201701116

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES KARYA HUSADA KEDIRI

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Konsep Dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien PDA
(Patent Ductus Arteriosus)” dengan tepat waktu. Makalah ini berisi tentang
pembahasan mengenai PDA beserta asuhan keperawatan yang dapat diberikan.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Keperawatan Anak II. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada Ibu Dina Zakiyyatul Fuadah, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen
pembimbing makalah ini.

Penulis menyadari, bahwa makalah ini tidak lepas dari kekurangan dalam
penyusunannya. Oleh karena itu, penulis berharap pembaca dapat memberikan saran
maupun kritik yang membangun. Sehingga penulis dapat menjadikannya sebagai
evaluasi untuk pembuatan makalah kedepannya.

Kediri, 15 Mei 2019

Penulis

ii
DAFTAR PUSTAKA

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB I PEBDAHULUAN.................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................2
1.4 Manfaat ......................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................3

2.1 Definisi....................................................................................................3
2.2 Anatomi Kardiovaskuler ........................................................................3
2.3 Etiologi....................................................................................................4
2.4 Manifestasi Klinis...................................................................................4
2.5 Patofisiologi dan WOC...........................................................................5
2.6 Komplikasi .............................................................................................7
2.7 Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................7
2.8 Penatalaksanaan......................................................................................7
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan.................................................................10
BAB III TINJAUAN KASUS..........................................................................21
3.1 Kasus ......................................................................................................21
3.2 Pengkajian...............................................................................................21
3.3 Analisa Data............................................................................................24
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan................................................................29
BAB IV PENUTUP..........................................................................................35
4.1 Kesimpulan..............................................................................................35

iii
4.2 Saran.......................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................36
LAMPIRAN.....................................................................................................37

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kardiovaskular merupakan system yang memiliki khusus dalam proses
embriologi, khususnya dalam penerimaan pengaturan makanan dan oksigen.
Jantung adalah organ berongga berbentuk kerucut tumpul yang memiliki empat
ruang yang terletak antara kedua paru-paru di bagian tengah rongga toraks, dua
pertiga jantung terletak di sebelah kiri garis midsternal. Jantung dilindungi
mediastrinum. Jantung berukuran kurang lebih sebesar kepala tangan pemiliknya
(Ethel, 2003; 228).
Duktus arteriosus paten adalah terbentuknya duktus arteriosus yang secara
fungsional menetap beberapa saat setelah lahir. Penutupan fungsional duktus,
normalnya terjadi segera setelah lahir. Akan tetapi, pada bayi yang lahir
premature, duktus paten biasanya mempunyai susunan anatomi yang normal dan
keterbukaan merupakan akibar dari hipoksia dan imaturitas. Duktus yang tetap
terbuka setelah bayi cukup bulan berusia beberapa minggu jarang menutup secara
spontan (Behrman dkk, 2000).
Patent duktus arteriosus (PDA) adalah cacat jantung koengenital kelima yang
paling sering ditemukan sekitar 8-10% diseluruh kasus cacat jantung koengenital.
Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa dari 1000 kelahiran hidup ditemukan 1
kasus PDA. Perbandingan pada anak perempuan dan laki-laki adalah 2:1, dan
kecenderungan kasus meningkat pada saudara penderita yang juga mengalami
PDA. Sekitar 75% PDA terjadi pada bayi yang lahir dengan berat badan <12000
gram dan sering bersamaan dengan penyakit jantung kongenital lain (Wahab,
2009). Angka kejadian PDA dilaporkan 1 per 2000 kelahiran cukup bulan dan
kejadiannya meningkat menjadi 8 per 1000 kelahiran hidup pada bayi cukup
bulan terutama dengan berat lahir rendah. Oleh sebab itu perlu adanya suatu
tindakan pencegahan dan juga penanggulangan terjadinya kasus PDA ini.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimasud dengan Patent duktus arteriosus?
1.2.2 Bagaimana gambaran dari anatomi kardiovaskuler?
1.2.3 Apa saja etiologi dari Patent duktus arteriosus?
1.2.4 Apa saja manifestasi klinis dari Patent duktus arteriosus?
1.2.5 Bagaimana proses patofisiologi dari Patent duktus arteriosus?
1.2.6 Apa saja komplikasi Patent duktus arteriosus?
1.2.7 Apa saja pemeriksaan diagnostik pada Patent duktus arteriosus?
1.2.8 Apa saja penatalaksanaan Patent duktus arteriosus?
1.2.9 Bagaimana asuhan keperawatan pada Patent duktus arteriosus?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa
keperawatan dan pembaca mengenai “Konsep dan Asuhan Keperawatan
Pada Pasien PDA (Patent Ductus Atriosus)”.
1.3.2 Tujuan Khusus
Dengan membaca makalah ini mahasiswa atau pembaca mampu :
1) Mengetahui bagaimana konsep dasar dari penyakit Patent Ductus
Arteoritus.
2) Mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari penyakit Patent
Ductus Arteoritus dengan tepat.
1.4 Manfaat
1.4.1 Sebagai sarana informasi tentang penyakit PDA (Patent Ductus
Arteoritus).
1.4.2 Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan agar nantinya
dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada penyakit PDA (Patent
Ductus Arteoritus).

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Patent Ductus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus


(arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama
kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta yang bertekanan
tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah (Suriadi & Rita.2006).

2.2 Anatomi Kardiovaskuler

3
2.3 Etiologi

Penyebab PDA tidak diketahui secara pasti. Namun, faktor genetika


mungkin memainkan peran defek pada satu atau lebih gen yang dapat
mengakibatkan gagalnya duktus arteriosus untuk menutup secara normal setelah
lahir.
Faktor risiko mengidap PDA, yaitu :
 Lahir prematur. PDA terjadi lebih sering pada bayi yang lahir terlalu dini
dibandingkan pada bayi yang dilahirkan dalam keadaan cukup bulan.
 Riwayat keluarga dan kondisi genetik lainnya. Riwayat keluarga cacat
jantung dan kondisi genetik lainnya, seperti Sindrom Down
meningkatkan resiko PDA.
 Infeksi Rubella selama kehamilan. Jika mengidap campak Jerman
(Rubella) selama kehamilan, risiko bayi akan cacat jantung meningkat.
Virus Rubella dapat melintasi plasenta dan menyebar ke sistem sirkulasi
bayi, merusak pembuluh darah dan organ, termasuk jantung.
 Lahir di tempat yang tinggi. Bayi yang lahir di atas 10.000 kaki (3.048
meter) memiliki risiko PDA yang lebih besar daripada bayi yang lahir di
tempat yang lebih rendah.
2.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada bayi premature sering disamarkan oleh masalah-


masalah lain yang berhubungan dengan prematuritas (misalnya : sindrom gawat
pernafasan). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4-6 jam
sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin asimtomatik, bayi dengan PDA
yang lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung congestif (CHF).

1. Murmur persisten (sistolik, kemudian kontinu; paling nyata terdengar di tepi


sternum kiri atas).
2. Takikardia (denyut apical lebih dari 170X/menit).
3. Nadi menonjol dan meloncat-loncat.

4
4. Prekordium hiperaktif (akibat peningkatan isi sekuncup vertikel kiri).
5. Takipnea pernafasan lebih dari 70X/menit.
6. Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mmHg).
7. Peningkatan kebutuhan ventilator (yang berhubungan dengan masalah paru).
8. Asidosis metabolik (mungkin tidak ada).

2.5 Patofisiologi / WOC

Paten duktus arteriosus (patent ductus arteriosus, PDA) adalah tetap


terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan mengalirnya darah
secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmonal
(tekanan lebih rendah). Aliran kiri ke kanan ini menyebabkan resirkulasi darah
beroksigen yang jumlahnya semakin banyak dan mengalir ke dalam paru, serta
menambah beban jantung sebelah kiri. Usaha tambahan dari ventrikel kiri untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan ini menyebabkan pelebaran dan hipertensi
atrium kiri yang progresif. Efek jantung kumulatif mengakibatkan peningkatan
tekanan vena dan kapiler pulmonal, yang menyebabkan terjadinya edema paru.
Edema paru ini menimbulkan penurunan difusi oksigen dan hipoksia, dan terjadi
konstriksi arteriol paru yang progresif. Hipertensi pulmonal dan gagal jantung
kanan dapat terjadi jika keadaan ini tidak dikoreksi melalui penanganan medis
atau bedah. Sebagian besar PDA mengalirkan darah dari kiri ke kanan., tetapi
pengaliran duktal dari kanan ke kiri dapat terjadi yang berkaitan dengan penyakit
paru, lesi obstruktif jantung kiri, dan koarktasio aorta. Penutupan PDA terutama
bergantun g pada respons konstriktor dari duktus terhadap tekanan oksigen dalam
darah. Faktor lain yang memengaruhi penutupan duktus adalah kerja
prostaglandin, tahanan vaskular pulmonal dan sistemik, ukuran duktus, dan
keadaan bayi (prematur atau cukup bulan). PDA lebih serin sering terdapat pada
bayi prematur dan kurang dapat ditoleransi dengan baik oleh bayi karena
mekanisme kompensasi jantungnya tidak berkembang baik dan pirau kiri ke
kanan itu cenderung lebih besar.

5
WOC
Gangguan pertukaran
Setelah lahir
gas

Tekanan jantung kiri meningkat


Adanya cacat ductus arteriosus terbuka

Resirkulasi darah yg kaya O2


Aliran darah aorta ke arteri pulmoner meningkat mengalir ke pulmo Kebocoran jantung dari kiri ke kanan

Bertambahnya kecacatan
Pelebaran dan hipertensi pada
Beban jantung kiri meningkat
atrium kiri
Tekanan meningkat
Penurunan
Tekanan vena & kapiler Edema paru Bila tidak dapat curah jantung Dapat terjadi kebocoran
pulmonal meningkat terapi

Difusi Oksigen Aliran ke paru meningkat


Terengah – engah menurun dan Gagal jantung kanan
saat menyusui hipoksia Suplai darah ke tubuh Gangguan Tumbuh
atau hipertensi
kurang Kembang
pulmoner
Ketidakseimbangan Kontriksi
nutrisi arteriol paru Pola nafas tidak efektif Ekstremitas dingin, tampak Intoleransi aktivitas
lemah, anak tdak aktif

6
2.6 Komplikasi

1. Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi premature).


2. Enterokolitis nekrotikan.
3. Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya : sindrom gawat pernafasan
atau dysplasia bronkopulmonal).
4. Pendarahan gastrointestinal (penurunan hitung trombosit).
5. Hiperkalemia (penurunan haluaran urine).
6. Aritmia (keracunan digitalis).
7. Gagal tumbuh kembang
2.7 Pemeriksaan Diagnostik

1. Foto toraks-atrium dan ventrikel kiri menonjol atau-membesar (kardiomegali);


gambaran vaskular paru meningkat.

2. Ekokardiografl-rasio atrium kiri terhadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada
bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi kurang bulan (disebabkan oleh
peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke kanan).

3. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran


darah dan arahnya.

4. Elektrokardiograti (EKG) : bevariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA


kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang besar.

5. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil


ekokardiografi atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek
tambahan lainnya.

2.8 Penatalaksanaan

1. Menghalangi aliran darah dari kiri ke kanan tersebut adalah tujuan dari
penatalaksanaan PDA yang tanpa komplikasi. Bila pirau tersebut ' bersifat
signiflkan secara hemodinamik, pada awalnya dapat dilakukan tindakan-

7
tindakan konservatif. Penatalaksanaan konservatif tersebut terdiri atas
pembatasan cairan dan pemberian obat-obatan. Furosemid (Lasix) diberikan
dengan pembatasan cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek
kelebihan beban kardiovaskular. Pembatasan cairan sendiri kecil
kemungkinannya untuk menyebabkan penutupan PDA dan kombinasi dengan
diuretik dapat mengakibatkan ketidaknormalan elektrolit dan dehidrasi juga
deprivasi kalori, yang mengganggu pertumbuhan.

2. Indometasin (Indocin) dapat juga digunakan jika penatalaksanaan cairan dan


diuretik gagal menurunkan pirau duktus dari kiri ke kanan. In'dometa'sin,
suatu inhibitor prostaglandin, memudahkan terjadinya penutupan duktus.
Indomentasin bekerja lebih baik pada bayi baru lahir yang berusia kurang dari
13 hari dan tidak efektif setelah 4 sampai 6 minggu kehidupan. Efek
sampingnya adalah perubahan sementara pada fungsi ginjal, peningkatan
insidens hilangnya darah Samar melalui saluran cerna, dan menghambat
fungsi trombosit selama 7 sampai 9 hari. Pemberian indometasin profilaktik
segera setelah lahir pada bayi yang sangat prematur juga telah dinyatakan
dapat menurunkan insidens PDA, perdarahan intraventrikular, dan mortalitas.
Namun, ada ketidakpastian tentang indometasin prolilaktik awal yang
digunakan rutin karena efek negatif yang mungkin dari obat terhadap
vasoregulasi dan aliran darah serebral neonatal. Kontraindikasi pemakaian
indometasin adalah :

1. Kadar nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 30 mg/dl

2. Kadar kreatinin lebih dari 1,8 mg/dl.

3. Haluaran urine kurang dari 0,6 ml/kg/jam selama 8 jam terakhir.

4. Hitung trombosit kurang dari 60.000/mm3, karena aktivitas trombosit yang


memanjang.

8
5. Hematest feses lebih dari 3+ (atau sedang sampai banyak) karena telah
dilaporkan adanya perdarahan saluran cerna.

6. Bukti klinis atau sinar-X adanya enterokolitis nekrotikan.

7. Bukti membesarnya perdarahan sistem saraf pusat (SSP).

8. Sepsis, terbukti atau terdapat kecurigaan yang sangat besar Duktus itu akan
terbuka kembali pada 30% pasien yang diobati dengan indometasin tetapi
dapat menutup sebagai respons terhadap pejalanan sekunder pengobatan.

3. Penggunaan digitalis masih kontroversial dan dikontraindikasikan untuk bayi


prematur. Obat jenis ini dapat meningkatkan kekuatan kontraksi jantung,
meningkatkan volume sekuncup dan curah jantung, dan menurunkan tekanan
vena jantung. Digitalis dipakai untuk mengobati gagal jantung kongestif dan
aritmia jantung tertentu.
4. Penatalaksanaan medis juga mencakup pemberian antibiotik profilaksis untuk
mencegah endokarditis bakterial. Pada anak yang lebih besar, tidak ada
pembatasan latihan jika tidak terdapat tanda - tanda hipertensi pulmonal.
5. Penatalaksanaan bedah terdiri atas ligasi PDA. Terdapat dua kategori anak
yang memerlukan pembedahan ini, yaitu :
1. Pertama adalah bayi dengan gagal jantung kongestif, biasanya bayi
prematur yang tidak berespons terhadap terapi indometasin.
2. Anak di atas 6 bulan yang duktusnya tidak menutup secara spontan (dan
yang berisiko mengalami hipertensi pulmonal dan endokarditis subakut)
adalah kelompok kedua. Kedua kelompok ini memerlukan insisi
torakotomi kiri dan tidak perlu pintas (bypass). Bayi umumnya berisiko
lebih tinggi mengalami komplikasi sehingga PDA diikat ganda melalui
prosedur yang cepat secara komparatif. Untuk anak yang lebih besar,
pembedahan sebaiknya dilakukan selama masa prasekolah dan dilakukan
dengan memotong duktus di antara klem dan menjahit rapat ujung-
ujungnya. Suatu prosedur penutupan PDA yang dilakukan selama proses

9
kateterisasi jantung atau endoskopik transtorasik dibantu video dengan
meletakkan “sumbatan” di dalam duktus dapat juga dilakukan pada bayi
yang berusia lebih dari 3 sampai 6 bulan.

Hasil hemodinamik dari ligasi PDA bersifat kuratif murni, berbeda


dengan prosedur paliatif pada pembedahan jantung lainnya. Penutupan akan
menurunkan aliran pulmonal, dan meningkatkan aliran sistemik, yang
menghasilkan hemodinamika normal. Sayangnya, jika sudah ada hipertensi
pulmonal berat sebelum pembedahan, penutupan tidak akan membalikkan proses
ini.

2.9 Konsep Asuhan Keperawatan


2.9.1 Pengkajian

1. Pemeriksaan APGAR SCORE


No. Nilai 0 1 2

1. Apperiens / warna Biru atau Badan pink, Seluruh


kulit pucat tetapi tubuh pink.
ekstremitas
biru.

2. Pulse / Denyut Tidak < 100 kali / >100 kali /


Nadi ada menit. menit.

3. Grimace / respon Tidak Lemah / Menangis


pada rangsangan ada merintih. kuat.

4. Activity / tonus Flaccid / Fleksi lemah Gerakan


otot layuh pada lengan dan aktif.
tungkai.

5. Respiration / Tida ada Lemah tidak Menangis,


usaha nafas teratur. upaya kuat.

Skor yang didapat, dijumlahkan lalu dikategorikan manurut persyaratan


berikut :
AS 0 - 3 = Asfiksia berat.
AS 4 – 6 = Asfiksia ringan.

10
AS 7 – 10 = Normal atau tidak asfiksia.
2. Pemeriksaan Tanda – tanda vital
- Suhu (penggunaan suhu rektal) = 36 - 37℃
- Nadi = 120 – 160 kali / menit
- Pernapasan, lihat pergerakan perut = 40 – 60 kali / menit
- ekanan darah (gunakan mancet bayi jika ada)
3. Pengukuran Antropometri
- Berat Badan = 2500 – 4000 kg
- Panjang Badan = 48 – 52 cm
- Lingkar kepala = 34 – 35 cm
- Lingkar lengan atas = 11 – 13 cm
- Lingkar dada = 32 – 34 cm
2.9.2 Pemeriksaan Fisik Head to toe.
1. Kepala.
Inspeksi : ukuran lingkar kepala, kebersihan rambut, kulit kepala,
kesimetrisan bentuk kepala, adanya lesi atau tidak, warna
rambut, jumlah dan distribusi rambut.
Palpasi : adanya pembengkakan atau penonjolan dan tekstur rambut,
apakah ada nyeri tekan
2. Wajah.
Inspeksi : warna kulit, bentuk, dan kesimetrisan.
Palpasi : nyeri tekan, edema, pipi dan rahang.
3. Mata.
Inspeksi : bentuk, kesimetrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata,
kesimetrisan, bola mata, warna konjungtiva dan sklera
(anemis/ikterik), penggunaan kaca mata / lensa kontak, dan
respon terhadap cahaya.
4. Hidung.
Inspeksi : bentuk, ukuran, kesimetrisan, rongga hidung ( lesi, sekret,
sumbatan, pendarahan).

11
Palpasi : apakah ada nyeri tekan, bengkak.
5. Bibir dan Mulut.
Inspeksi : warna mukosa mulut dan bibir, lesi, stomatitis.
6. Telinga.
Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, posisi telinga, liang
telinga ( tanda-tanda infeksi ).
Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid dan tragus.
7. Leher.
Inspeksi : pembesaran vena jugularis, kesimetrisan.
Palpasi : reflek menelan.
8. Dada.
Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas (frekuensi,
irama, kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan otot-otot
bantu pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/
penonjolan.
Palpasi : simetris atau tidak, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri,
deformitas dada.
Perkusi :-
Auskultasi : suara nafas (adakah suara murmur)
9. Abdomen.
Inspeksi : kuadran dan simetris, warna kulit, lesi, ada tonjolan tidak,
kelainan umbilikus, dan dinding perut.
Auskultasi : suara peristaltik, bising usus
Perkusi :-
Palpasi : massa, karakteristik organ, adanya asites, nyeri, lokasi.
10. Genetalia.
 Wanita
Inspeksi : mukosa kulit, edema, pengeluaran pervagina, letak, ukuran,
konsistensi, massa.
 Laki-laki

12
Inspeksi : integritas kulit, massa pengeluaran, ukuran dan bentuk,
turunnya testis dan adanya tonjolan atau tidak.
11. Anus.
Inspeksi : hemoroid, edema, fistula ani/atresia ani.
12. Ekstermitas atas dan bawah.
Inspeksi : simetris, kekuatan otot dan tonus otot,
Palpasi : denyuntan nadi.

2.9.3 Diagnosa keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Batasan Faktor yang


Karakteristik berhubungan
1. Penurunan curah jantung. - Takikardi. - Perubahan irama
Definisi : - Dispnea. jantung.
Ketidakadekuatan darah - Murmur jantung. - Perubahan frekuensi
yang dipompa oleh - Perubahan warna jantung.
jantung untuk memenuhi kulit. - Perubahan afterload.
kebutuhan metabolik - Penurunan nadi - Perubahan volume
tubuh. perifer. sekuncup.
2. Gangguan pertukaran -Dispnea. -Ketidakseimbangan
gas. -Hipoksemia. ventilasi perfusi.
Definisi : -Hipoksia. -Perubahan membran
Kelebihan atau defisit -Nafas cuping hidung alveolar kapiler.
oksigen dan atau -Pola pernafasan
eliminasi karbon abnormal (kecepatan,
dioksida pada membran irama, kedalaman).
alveolar – kapiler. -Samnolen.
-Takikardia.
-Warna kulit
abnormal.
3. Pola nafas tidak efektif. -Bradipnea. -Imaturitas neurologis.

13
Definisi : -Dispnea. -Hiperventilasi.
Inspirasi dan atau -Penggunaan otot -Keletihan otot
ekspirasi yang tidak bantu nafas. pernafasn.
memberi ventilasi -Penurunan kapasitas
adekuat. vital.
-Penurunan kapasitas
ekspirasi dan
inspirasi.
-Pernafasan birir dan
cuping hidung.
-Pola nafas abnormal.
- Takipnea.
- Perubahan ekskursi
dada.
4. Ketidakseimbangan - BB 20% dibawah - Faktor biologis.
nutrisi : kurang dari rentang ideal. - ketidamampuan
kebutuhan tubuh. - Membran mukosa makan.
Definisi : pucat. - Kurang asupan
Asupan nutrisi tidak - Tonus otot menurun. makanan / nutrisi.
cukup untuk memenuhi - Kelemahan otot - Ketidakmampuan
kebutuhan metabolik. mengunyah (pada mencerna
bayi menghisap). makanan.
- Ketidakmampuan
memakan makanan
(paada BBL, tidak
mampu menetek).
5. Gangguan tumbuh - Sindrom gagal - Inkonsistensi
kembang. tumbuh. respon.
Definisi : - Kelainan jantung - Terpisah dari orang
Kondisi individu bawaan. tua atau orang

14
mengalami gangguan - Defisiensi hormon terdekat.
kemampuan bertumbuh pertumbuhan. - Defisiensi stimulus.
dan berkembang sesuai - Penyakit kronis.
dengan kelompok usia. - Pertumbuhan fisik
terganggu.
6. Intoleransi aktivitas. - Dispnea. - Imobilitas.
Definisi : - Respon frekuensi - Ketidakseimbangan
Ketidakcukupan energi jantung abnormal. antara suplai dan
psikologis atau fisiologis - Respon tekanan kebutuhan oksigen.
untuk mempertahankan darah abnormal.
atau menyelesaikan - Perubahan EKG.
aktivitas kehidupan
sehari – hari yang harus
atau yang ingin
dilakukan.

2.9.4 Rencana keperawatan

No Diagnosis
Tujuan Intervensi Rasional
. Keperawatan

1. Penurunan curah Tujuan jangka 1.Auskultasi nadi 1.Biasanya


jantung pendek:Curah apikal;kaji terjadi
jantung frekuensi,irama takikardi(meski
meningkat jantung pun pada saat
5X24 jam istirahat)
2.Catat bunyi
untuk mengkom
Tujuan jangka jatung
pensasi
panjang:Curah
3.Palpasi nadi penurunan
jantung normal
perifer kontraktilitas
setelah operasi
ventrikuler.
4.Pantau tekanan

15
darah 2.S1 dan S2
mungkin lemah
5.Kaji kulit
karena
terhadap pucat dan
menurunnya
sianosis
kerja pompa.
Irama gallop
umum(S3 dan
S4) dihasilkan
sebagai aliran
darah kedalam
serambi yang
distensi.
Murmur dapat
menunjukkan
inkompensasi/st
enosiskasus.

3.Penurunan
curah jantung
dapat
menunjukkan
menurunnya
nadi
radikal,popliteal
, dorsial pedis,
dan postibial.
Nadi mungkin
cepat hilang
atau
tidak teratur

16
untuk dipalpasi.

4.Pada GJK
dini, sedang
atau kronis TD
dapat
meningkatkan
sehubungan
dengan SVR

5.Pucat
menunjukkan
menurunnya
perfusi
perifer sekunder
terhadap
tidak adekuat
nya curah
jantung,vasokon
triksi dan
anemia.
Sianosis dapat
terjad isebagai
refraktori GJK.

2. Ketidakefektifan Tujuan jangka Mandiri 1.Menyatakan


pola napas pendek:RR adanya kongesti
1.Auskultasi bunyi
normal(20- paru/pengumpul
napas.
40x/menit) an sekret
2.Anjurkan pasien menunjukkan
Tujuan jangka
batuk efektif, napas kebutuhan
panjang:Nafas
dalam untuk intervensi

17
teratur, lanjut.
anak dapat
2.Membersihka
menyusui
n jalan napas
tanpa
dan
terrengah-
memudahkan
engah.
aliran oksigen.

3. Ketidakefektifan Tujuan jangka Mandiri: 1.Terdapat


pola makan bayi pendek:Dalam kesulitan
1.Kaji dan cacat
2X24jam untuk minum
toleransi dan
asupan ASI karena
respon bayi
makanan sesak napas.
terhadap pemberian
dalam tubuh
ASI 2.Pertahanan
akan seimbang
tubuh yang
(idem sama 2.Beri nutrisi
optimal
no.2) optimal untuk
meningkatkan
mendukung
Tujuan jangka kemampuan
pertahanan tubuh
panjang:Tubuh bernapas.
alami
tetap
3.ASI yang
mendapatkan 3.Menenpatkan
diberikan dapat
asupan pasien pada posisi
diminum
makanan yang yang nyaman
dengan mudah
seimbang ketika minum ASI
dan tidak
4.Pengurangan menganggupern
kecemasan apasan.

1.Meningkatkan
pemenuhan
Kolaborasi:
sesuai dengan
1.Dengan nutrisien

18
tentang pemenuhan kebutuhan klien
diet klien
2.Memenuhi
2.Pemberian asupan vitamin
yang kurang
multivitamin
sekunder dari
penurunan
asupan nutrisi
secara umum
dan
memperbaiki
daya tahan
tubuh

4. Risiko Tujuan jangka 1. Beri diet tinggi 1. Dengan


keterlambatan pendek : Pasien nutrisi yang mencapai
perkembangan mengikuti seimbang untuk pertumbuha
kurva mencapai n dan suplai
pertumbuhan pertumbuhan nutrisi yang
berat yang adekuat. adekuat
badan,dan dapat
tinggi. membuat
2. Berilah BB anak
Tujuan jangka
suplemen besi naik dan
panjang :
untuk mengatasi menjadi
Pasien
anemia dengan normal.
mempunyai
instruksi 2. Suplemen
kesempatan
dibutuhkan
untuk
agar anak
berpartisipasi
dapat
dalam aktivitas
melakukan
yang sesuai

19
dengan aktifitas dan
usianya. tidak merasa
lemas.

5. Ganguan Tujuan jangka 1. Kaji kebutuhan 1. Kebutuhan


pertukaran gas pendek : oksigenisasi O2 yang
Pertukaran gas dengan metode sesuai
kembali yang tepat. sangan
normal. membantu
menormalka
n pertukaran
gas di paru-
2. Kaji bunyi
paru.
tambahan otot
2. Dengan
nafas
mengkaji
tambahan,irama
fungsi
dan
pernapasan
pengembangan
ini dapat
paru.
mengetahui
apakah
pertukaran
gas dalam
paru sudah
efektif/belu
m.

20
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus
An.A, usia 1 hari, dirawat di Ruang Perawatan Anak RSHS dengan
keadaan sebagai berikut : Saat ini berat badan anak 2300 gram dan panjang
badan 50 cm ,tampak anak tidak aktif, ekstremitas dingin, HR = 120x/m,
respirasi 44 x/menit dangkal, tampak retraksi interkostal, bentuk dada kiri
menonjol (asimetris), terdapat distensi V. Jugularis, pada auskultasi tedengar
bunyi jantung I normal, dan bunyi jantung II tertutup oleh suara bising kontinyu,
pada apeks terdengar murmur mid-diastolik dg derajat 2/6, terdengar irama
Gallop, suara paru rales, pada palpasi dada teraba getaran bising pada
parasternal kiri atas, tekanan darah 90/40 mmHg, palpasi abdomen pada kuadran
kanan atas teraba hepar 4 cm. Berdasarkan riwayat kesehatan dari ibunya saat
menyusu anak terengah-engah, mengisap hanya sebentar-sebentar, tampak
kelelahan dan berkeringat.
Pada pemeriksaan selanjutnya : pada EKG tampak hipertropi ventrikel
kiri dan pembesaran atrium kiri, pada thoraxphoto tampak kardiomegali,
corakan vaskuler paru bertambah. Diagnosa medis mengarah pada Patent Ductus
Arteriosus dengan dekompensasi jantung kiri dan kanan. Anak mendapatkan
terapi digoxin, furosemid, diet 120 kcal/kg BB dg rendah natrium, intake cairan
disesuaikan dengan diuresis, dan saat ini ia harus memperbaiki kondisinya untuk
menjalani operasi jantung.
3.2 Pengkajian
A. Biodata Klien
 Nama: An. A
 Usia: 1 hari
 Alamat: -
 Jenis Kelamin: Laki-laki
 Pendidikan:-

21
 agama:-
 Suku Bangsa:-
 Tanggal Masuk dirawat:-
 Diagnosis medis: Patent ductus Arteriosus dengan dekompensasi jantung kiri
dan kanan
B. Identitas penanggung jawab
 Nama:-
 Tempat, tanggal lahir:-
 Pekerjaan:-
 Alamat:-
 Hubungan dengan klien:-
C. Keluhan Utama: Sesak nafas
D. Riwayat Kesehatan sekarang:
P: Ductus arteriorus tidak menutup
Q: -
R: Jantung
S: -
T: -
E. Riwayat kesehatan masa lalu: Berdasarkan riwayat kesehatan pada ibunya, an. A
tampak terengah-engah saat menyusu, menghisap hanya sebentar-sebentar, tampak
kelelahan dan berkeringat.
F. Riwayat kesehatan keluarga: punya kelainan jantung bawaan
G. Psikososial: -
H. Spiritual: -
I. Pola aktivitas:
No Jenis aktivitas Sebelum sakit Selama sakit
1 - - Anak menjadi tidak aktif
J. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
a. Kesadaran: Compos mentis

22
b. Orientasi: -
c. BB: 2300 gram
d. TB: 50 cm
Tanda-tanda vital
a. Temperatur: -
b. Denyut nadi: 120 x/menit
c. Respirasi: 44 x/menit
d. Tekanan Darah: 90/40 x/menit
Pemeriksaan Dada
a. Inspeksi: Tampak anak tidak aktif, tampak retraksi interkostal, bentuk dada
kiri menonjol/asimetris, terdapat distensi vena jugularis.
b. Palpasi: eksteremitas dingin, palpasi dada teraba getaran bising pada
parasternal kiri atas, palpasi abdomen pada kuadran kanan atas teraba hepar
4 cm.
c. Perkusi: -
b. Auskultasi: S1 normal, S2 tertutup suara bising kontinyu. Pada aveks
terdengar murmur mid-diastolik dengan derajat 2/6 terdengar irama gallop,
ada suara paru rales.
K. Data Penunjang
EKG : tampak hipertropi ventrikel kiri dan pembesaran atrium
sinistra
Toraks Photo : Tampak cardiomegali, corakan vaskuler paru bertambah.
Therapy : Digoksin, furosemid, diet 120 kcal/kg BB dengan rendah
natrium, intake cairan disesuaikan dengan diuresis, perbaikan
kondisi untuk operasi jantung.

3.3 Analisa Data

23
No Data Etiologi Masalah

1 DS: -Mengisap sebentar Sesak napas Ketidakseimbangan


-bentar saat menyusu nutrisi : kurang dari
Ketidakseimbangan
kebutuhan tubuh.
suplai O2

DO:- BB 2300 gram

- PB 50 cm Terengah-engah saat
menyusu

Asupan ASI

Gizi menurun

Nutrisi kurang dari


kebutuhan

2 DO: HR 120 x/menit Setelah lahir Pola nafas tidak


efektif
RR 44 x/menit

Ada irama gallop, suara paru Adanya cacat duktus


rales, tampak retraksi arteriorus terbuka
interkostal

DS: Tampak saat menyusu


Aliran darah lansung
anak terengah-engah,
dari aorta ke arteri
mengisap hanya sebentar-
pulmoner
sebentar, tampak kelelahan,
berkeringat.

24
Resirkulasi darah
beroksigenasi tinggi
meningkat mengalir ke
paru

Beban jantung kiri


meningkat

Ventrikel kiri berespons


memenuhi kebutuhan

Pelebaran dan hipertensi


pada atrium kiri

Edema paru

Difusi oksigen menurun


dan hipoksia

Kontriksi arteriol paru

25
Pola nafas tidak efektif

3 DO: Ekstremitas dingin, TD Resirkulasi darah yang Penurunan curah


90/40 mmHg, distensi vena mengandung O2 yang jantung
jugularis, bentuk dada kiri masuk ke paru
menonjol (asimetris),
Hipertropi ventrikel kiri dan
pembesaran atrium kiri, Irama Darah ke sirkulasi
gallop, HR 120x/menit sistemik menurun

Stimuli Ekstremitas

Saraf dingin

Simpatis

HR menurun

Penurunan

Curah jantung

4 DO: Tampak anak tidak aktif, Setelah lahir Intoleransi aktivitas


ekstremitas dingin

DS: Tampak saat menyusu


Adanya cacat duktus
anak terengah-engah,
arteriosus terbuka
mengisap hanya sebentar-
sebentar, tampak kelelahan,

26
berkeringat. Tekanan jantung kiri
meningkat

Kebocoran jantung dari


kiri ke kanan

Makin besar cacat

Tekanan meningkat

Dapat terjadi
kebocoran(pirau) kanan
ke kiri

Darah berkurang
ketubuh

Ektremitas dingin

Intoleransi aktivitas

5 DO: BB 2300 gram Setelah lahir Gangguan


pertumbuhan dan
Anak tidak aktif

27
Adanya cacat duktus perkembangan
arteriosus terbuka

Tekanan jantung kiri


meningkat

Kebocoran jantung dari


kiri ke kanan

Makin besar cacat

Tekanan meningkat

Dapat terjadi
kebocoran(pirau) kanan
ke kiri

Darah berkurang
ketubuh

Gangguan pertumbuhan
dan perkembangan

28
3.4 NOC NIC

No Diagnosis
Tujuan Intervensi Rasional
. Keperawatan

1. Penurunan curah Tujuan jangka 1.Auskultasi nadi 1.Biasanya


jantung pendek:Curah apikal;kaji terjadi takikardi
jantung frekuensi,irama (meskipun pada
meningkat jantung saat istirahat)
5X24 jam untuk mengkom
2.Catat bunyi
pensasi
Tujuan jangka jatung
penurunan
panjang:Curah
3.Palpasi nadi kontraktilitas
jantung normal
perifer ventrikuler.
setelah operasi
4.Pantau tekanan 2.S1 dan S2
darah mungkin lemah
karena
5.Kaji kulit
menurunnya
terhadap pucat dan
kerja pompa.
sianosis
Irama gallop
umum(S3 dan
S4) dihasilkan
sebagai aliran
darah kedalam
serambi yang
distensi.
Murmur dapat
menunjukkan
inkompensasi/st
enosiskasus.

29
3.Penurunan
curah jantung
dapat
menunjukkan
menurunnya
nadi
radikal,popliteal
, dorsial pedis,
dan postibial.
Nadi mungkin
cepat hilang
atau
tidak teratur
untuk dipalpasi.

4.Pada GJK
dini, sedang
atau kronis TD
dapat
meningkatkan
sehubungan
dengan SVR

5.Pucat
menunjukkan
menurunnya
perfusi
perifer sekunder
terhadap
tidak adekuatny
a curah

30
jantung,vasokon
triksi dan
anemia.
Sianosis dapat
terjad isebagai
refraktori GJK.

2. Ketidakefektifan Tujuan jangka Mandiri 1.Menyatakan


pola napas pendek:RR adanya kongesti
1.Auskultasi bunyi
normal(20- paru/pengumpul
napas.
40x/menit) an sekret
2.Anjurkan pasien menunjukkan
Tujuan jangka
batuk efektif, napas kebutuhan
panjang:Nafas
dalam untuk intervensi
teratur,
lanjut.
anak dapat
menyusui 2.Membersihka
tanpa n jalan napas
terrengah- dan
engah. memudahkan
aliran oksigen.

3. Ketidakseimbangan Tujuan jangka Mandiri: 1.Terdapat


nutrisi : kurang dari pendek:Dalam kesulitan
1.Kaji dan cacat
kebutuhan tubuh. 2X24jam untuk minum
toleransi dan
asupan ASI karena
respon bayi
makanan sesak napas.
terhadap pemberian
dalam tubuh
ASI 2.Pertahanan
akan seimbang
tubuh yang
(idem sama 2.Beri nutrisi
optimal
no.2) optimal untuk
meningkatkan
mendukung
kemampuan

31
Tujuan jangka pertahanan tubuh bernapas.
panjang:Tubuh alami
3.ASI yang
tetap
3.Menenpatkan diberikan dapat
mendapatkan
pasien pada posisi diminum
asupan
yang nyaman dengan mudah
makanan yang
ketika minum ASI dan tidak
seimbang
menganggupern
4.Pengurangan
apasan.
kecemasan
1.Meningkatkan
pemenuhan
Kolaborasi: sesuai dengan
kebutuhan klien
1.Dengan nutrisien
tentang pemenuhan 2.Memenuhi
diet klien asupan vitamin
yang kurang
2.Pemberian
sekunder dari
multivitamin penurunan
asupan nutrisi
secara umum
dan
memperbaiki
daya tahan
tubuh

4. Risiko Tujuan jangka 3. Beri diet tinggi 3. Dengan


keterlambatan pendek : Pasien nutrisi yang mencapai
perkembangan mengikuti seimbang untuk pertumbuha
kurva mencapai n dan suplai
pertumbuhan pertumbuhan nutrisi yang

32
berat yang adekuat. adekuat
badan,dan dapat
tinggi. membuat
4. Berilah BB anak
Tujuan jangka
suplemen besi naik dan
panjang :
untuk mengatasi menjadi
Pasien
anemia dengan normal.
mempunyai
instruksi 4. Suplemen
kesempatan
dibutuhkan
untuk
agar anak
berpartisipasi
dapat
dalam aktivitas
melakukan
yang sesuai
aktifitas dan
dengan
tidak merasa
usianya.
lemas.

5. Ganguan Tujuan jangka 3. Kaji kebutuhan 3. Kebutuhan


pertukaran gas pendek : oksigenisasi O2 yang
Pertukaran gas dengan metode sesuai
kembali yang tepat. sangan
normal. membantu
menormalka
n pertukaran
gas di paru-
4. Kaji bunyi
paru.
tambahan otot
4. Dengan
nafas
mengkaji
tambahan,irama
fungsi
dan
pernapasan
pengembangan
ini dapat
paru.
mengetahui

33
apakah
pertukaran
gas dalam
paru sudah
efektif/belu
m.

34
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung kongenital


(bawaan) dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang
menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal. Kondisi ini sering
ditemui pada bayi yang lahir prematur namun tidak menutup kemungkinan
terjadi pada bayi cukup bulan. Duktur arteriosus umumnya menutup 12-24 jam
setelah bayi lahir dan mencapai penutupan sempurna pada usia 3 minggu.
Apabila duktus tersebut masih terbuka, penutupan spontan 75% dapat terjadi
sampai bayi berusia 3 bulan. Lebih dari 3 bulan, penutupan spontan sangat jarang
terjadi.

Gejala dari PDA tergantung dari besarnya kebocoran, apabila Duktus


Arteriosus (DA) kecil mungkin saja tidak menimbulkan gejala, apabila DA
sedang sampai besar dapat mengalami batuk, sering infeksi saluran pernapasan,
dan infeksi paru. Apabila DA besar, maka gagal jantung serta gagal tumbuh
dapat terjadi. Pada PDA manapun juga, penutupan baik dengan operasi maupun
kateterisasi (tanpa operasi) sebaiknya dilakukan mempertimbangkan risiko
terinfeksinya jantung akibat kelainan ini. Apabila tetap tidak ditangani, dapat
terjadi kemungkinan risiko kematian 20% pada usia 20 tahun, 42% pada usia 45
tahun, dan 60% pada usia 60 tahun.

4.3 Saran
Diharapkan bagi para petugas kesehatan untuk menerapkan intervensi dari
diagnose yang muncul sehingga dpat meningkatkan pelayanan kesehatan
sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan klien.

35
DAFTAR PUSTAKA

Lynn Betz,Cecely & A. Sowden, Linda. 2009. Keperawatan Pediatric, Ed.5. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran ECG.

Suriadi & Yulianni,Rita. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak, Ed.2. Jakarta : PT.
Percetakan Penebar Swadaya.

Heather,T. Herdman.2015.Diagnosis Keperawatan Edisi 10.Jakarta:Buku Kedokteran


EGC
Moorhead,Sue. 2013. Nursing Outcames Classification Edisi Kelima. Indonesia :
Elsevier Global Right
Bulecher,M. Gloria. 2013. Nursing Intervenstion Classification Edisi Keenam.
Indonesia : Elsevier Global Right

36
Lampiran.

1. NAMA : Agnes Lodiana Penun


NIM : 201701007
TUGAS : Membuat BAB IV (kesimpulan dan saran).
2. NAMA : Alfi Choirunnisa
NIM : 201701010
TUGAS : Konsep dan Asuhan Keperawatan.
3. NAMA : Ina Rizka Suryani
NIM : 201701062
TUGAS : Mencari referensi diperpus, membuat kata pengantar,
editing dan membuat PPT, membantu memperbaiki
pengkajian pada konsep.
4. NAMA : Kinez Yauzi Armendo
NIM : 201701065
TUGAS : Mencari buku referensi di perpustakaan, menyusun
patofisiologi, woc, pemeriksaan diagnostik dan
penatalaksanaan.sss
5. NAMA : Pingkan Nuralbaniah
NIM : 201701086
TUGAS : Membuat Konsep dan Asuhan Keperawatan.
6. NAMA : Salwatilah Badar
NIM : 201701101
TUGAS : Membuat definisi, etiologi, manifestasi klinis,
komplikasi.
7. NAMA : Wilda Lintang
NIM : 201701116
TUGAS : Membuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan,
manfaat.

37

Anda mungkin juga menyukai