Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Patent Ductus Arteriosus


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Keperawatan Anak I yang diampu oleh:
Dosen : Ayu Puspita, Ners.,M.Kep

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Sunardi NIM : 2019.C.11a.1029

Tri Berger NIM : 2019.C.11a.1031

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S-1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Patent Ductus Arteriosus. Dalam
penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan dalam penulis dan dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
            Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga tidak lupa mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak, atas bantuan,dukungan dan doa nya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.Makalah ini
mungkin kurang sempurna, untuk itu penulis mengharap kritik dan saran untuk penyempurnaan
makalah ini.

Palangka Raya, 18 September 2021

Penyusun

2
Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1   Pengertian dari PDA
2.2    Manifestasi Klinik dari PDA
2.3  Klasifikasi PDA
2.4   Gejala PDA
2.5   Etiologi dari PDA
2.6   Patofisiologi PDA
2.7   Komplikasi dari PDA
2.8 Pemeriksaan Diagnostik dari PDA
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.2 Anamnesa
3.3 Pengkajian Fisik
3.4 Analisa Data
3.5 Diagnosa Keperawatan
3.6 Intervensi
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DaftarPustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah duktus arteriosus yang tetap terbuka. Duktus
Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut
menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi
ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus
Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA).
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang
menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang
menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang
bertekanan rendah.
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah
lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi)
ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). Duktus arteriosus adalah suatu pembuluh
darah yang menghubungkan aorta (pembuluh arteri besar yang mengangkut darah ke seluruh
tubuh) dengan arteri pulmonalis (arteri yang membawa darah ke paru-paru), yang merupakan
bagian dari peredaran darah yang normal pada janin.
Duktus arteriosus memungkinkan darah untuk tidak melewati paru-paru. Pada janin,
fungsi ini penting karena janin tidak menghirup udara sehingga darah janin tidak perlu
beredar melewati paru-paru agar mengandung banyak oksigen. Janin menerima oksigen dan
zat makanan dari plasenta (ari-ari). Tetapi pada saat lahir, ketika bayi mulai bernafas, duktus
arteriosus akan menutup karena darah harus mengalir ke paru-paru agar mengandung banyak
oksigen. Pada 95% bayi baru lahir, penutupan duktus terjadi dalam waktu 48-72 jam.

1.2 Rumusan Masalah


1.      Apa pengertian dari PDA?
2.      Bagaimana manifestasi klinik dari PDA?
3.      Bagaimana klasifikasi PDA?
4.      Apa saja gejala PDA?

4
5.      Bagaimana etiologi dari PDA?
6.      Bagaimana patofisiologi PDA?
7.      Apa saja komplikasi dari PDA?
8.      Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari PDA?

1.3 Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari PDA
2.      Untuk mengetahui manifestasi klinik dari PDA
3.      Untuk mengetahui klasifikasi PDA
4.      Untuk mengetahui gejala PDA
5.      Untuk mengetahui etiologi dari PDA
6.      Untuk mengetahui patofisiologi PDA
7.      Untuk mengetahui komplikasi dari PDA
8.      Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari PDA

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian PDA
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut
menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi
ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus
Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA). (Buku ajar kardiologi FKUI,
2001 ; 227)
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang
menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang
menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang
bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah
lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi)
ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang
menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang
menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang
bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235)

2.2 Manifestasi Klinis


Jika duktus tetap terbuka, darah yang seharusnya mengalir ke seluruh tubuh akan
kembali ke paru-paru sehingga memenuhi pembuluh paru-paru. Jumlah darah tambahan yang
sampai ke paru-paru tergantung kepada ukuran PDA. Jika PDA sangat kecil, maka darah
yang melewati PDA hanya sedikit. Pada keadaan ini, anak tidak memiliki gejala sama sekali
dan tampak baik-baik saja. PDA yang kecil dapat diketahui jika pada pemeriksaan
dengan stetoskop terdengar murmur (suatu bunyi jantung ekstra yang terderngar jika darah
menyembur melalui lubang yang sempit). Semakin kecil lubangnya, maka semakin sedikit
darah yang mengalir dan semakin halus bunyi murmur yang terdengar.

6
Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah yang besar akan
membanjiri paru-paru. Anak tampak sakit, dengan gejala berupa:
a.       Tidak mau menyusu
b.      Berat badannya tidak bertambah
c.       Berkeringat
d.      Kesulitan dalam bernafas
e.       Denyut jantung yang cepat.
Timbulnya gejala tersebut menunjukkan telah terjadinya gagal jantung kongestif,
yang seringkali terjadi pada bayi prematur.  Anak dengan PDA yang kecil tidak memiliki
resiko menderita gagal jantung kongestif, tetapi tetap memiliki resiko terjadinya endokarditis.
Endokarditis adalah infeksi pada jantung, katup jantung maupun pembuluh darah jantung.
Infeksi ini bisa berakibat fatal dan dapat menyebabkan kematian, stroke serta kelainan fungsi
jantung.
            Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah
lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda
kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA
kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda
gagal jantung kongestif (CHF)
a.       Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung
b.      Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di
tepi sternum kiri atas)
c.       Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat,
Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mm Hg)
d.      Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik
e.       Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
f.       Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
g.      Apnea
h.      Tachypnea
i.        Nasal flaring
j.        Retraksi dada
k.      Hipoksemia

7
2.3 Klasifikasi PDA
Pembagian atas dasar kelainan fungsi sirkulasi yang terjadi, yaitu:
1.      Penyakit jantung bawaan non-sianotik :
a.       Dengan vaskularisasi paru normal: stenosis aorta, stenosis pulmonal, koarktasio aorta,
kardiomiopati.
b.      Dengan vaskularisasi paru bertambah: defek septum atrium, defek atrioventrikularis,
defek septum ventrikel, duktus arteriosus persisten, anomaly drainase vena pulmonalis
parsial.
2.      Penyakit jantung bawaan sianotik :
a.       Dengan vaskularisasi paru bertambah: transposisi arteri besar tanpa stenosis
pulmonal, double outlet right ventricle tanpa stenosis pulmonal, trunkus arteriosus
persisten, ventrikel tunggal tanpa stenosis pulmonal, anomaly total drainase vena
pulmonalis.
b.      Dengan vaskularisasi paru berkurang: stenosis pulmonal berat pada neonates, tetralogi
Fallot, atresia pulmonal, atresia tricuspid, anomaly Ebstein.

2.4  Gejala dari Patent Duktus Arteriosus


Gejala patent ductus arteriosus dapat bervariasi dengan ukuran dan usia kehamilan
bayi saat lahir. Sebuah PDA kecil bisa terjadi tanpa tanda atau gejala, dan mungkin tidak
terdeteksi selama beberapa waktu, bahkan sampai dewasa. Sebuah PDA besar dapat
menyebabkan tanda-tanda gagal jantung segera setelah lahir.
Dokter mungkin menduga cacat jantung selama pemeriksaan rutin sambil
mendengarkan jantung bayi melalui stetoskop. Sebuah PDA yang besar, ditemukan pada
masa bayi atau masa kanak-kanak, dapat menyebabkan:
1.      Pertumbuhan yang buruk.
2.      Berkeringat saat menangis atau makan.
3.      Bernapas cepat atau sesak napas.
4.      Mudah lelah.
5.      Denyut jantung cepat.
6.      Warna kebiruan atau kehitaman pada kulit.

8
2.5 Etiologi PDA
            Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti,
tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka
kejadian penyakit jantung bawaan :
1.      Faktor Prenatal :
a.       Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
b.      Ibu alkoholisme.
c.       Umur ibu lebih dari 40 tahun.
d.      Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
e.       Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
f.       Bayi yang lahir prematur (kurang dari 37 minggu)
2.      Faktor Genetik :
a.       Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b.      Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
c.       Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
d.      Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
2.6 Patofisiologi PDA
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran darah
pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan (fetus). Hubungan ini (shunt) ini
diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di dalam masa kehamilan
tersebut. Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan aliran darah bersih dari ibu (melalui
vena umbilikalis) kemudian masuk ke dalam atrium kanan dan kemudian dipompa oleh
ventrikel kanan kembali ke aliran sistemik melalui duktus arteriosus. Normalnya duktus
arteriosus berasal dari arteri pulmonalis utama (atau arteri pulmonalis kiri) dan berakhir pada
bagian superior dari aorta desendens, ± 2-10 mm distal dari percabangan arteri subklavia kiri.
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari lapisan otot polos (tunika media) yang
tersusun spiral. Diantara sel-sel otot polos terdapat serat-serat elastin yang membentuk
lapisan yang berfragmen, berbeda dengan aorta yang memiliki lapisan elastin yang tebal dan
tersusun rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos pada duktus arteriosus sensitif terhadap
mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor (pO2).

9
Setelah persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai segera
setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan tekanan, sirkulasi dan
meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan duktus arteriosus dalam waktu 2
minggu. Duktus arteriosus yang persisten (PDA) akan mengakibatkan pirai (shunt) L-R yang
kemudian dapat menyebabkan hipertensi pulmonal dan sianosis.
Besarnya pirai (shunt) ditentukan oleh diameter, panjang PDA serta tahanan vaskuler paru
(PVR)

2.7 Komplikasi PDA


1.      Endokarditis
2.      Obstruksi pembuluh darah pulmonal
3.      CHF
4.      Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur)
5.      Enterokolitis nekrosis
6.      Gangguan paru terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia
bronkkopulmoner)
7.      Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit
8.      Hiperkalemia (penurunan keluaran urin
9.      Aritmia
10.  Gagal tumbuh

2.8 Pemeriksaan Diagnostik


1. Analisis Gas Darah Arteri

a.       Biasanya menunjukkan kejenuhan yang normal karena paru overcirculation


b.      Ductus arteriosus besar dapat menyebabkan hypercarbia dan hypoxemia dari CHF dan
ruang udara penyakit (atelektasis atau intra-alveolar cairan / pulmonary edema)
c.       Dalam kejadian hipertensi arteri pulmonal persisten (terus-menerus sirkulasi janin);
kanan-ke-kiri intracardiac shunting darah, aliran darah paru berkurang dengan
dihasilkannya hypoxemia, sianosis, dan mungkin acidemia hadir.

2. Foto Thorak

10
            Atrium dan ventrikael kiri membesar secara signifikan (kardiomegali), gambaran
vaskuler paru meningkat.
3.  Pemeriksaan dengan Doppler Berwarna
            Untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.
4. EKG
            Sesuai yingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi
ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
5. Kateterisasi Jantung
            Untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan bila
ada defek tambahan lain.
6. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
            Perkembangan lebih lanjut dari penyakit ini tergantung pada volume dan tekanan
hubungan.
a.       Volume (tekanan atau perlawanan)
b.      Volume suara tinggi menghasilkan peningkatan tekanan arteri paru-paru pada akhirnya
menghasilkan perubahan endotel dan otot dalam dinding pembuluh darah.
c.       Perubahan ini mungkin akhirnya menyebabkan penyakit paru obstruktif vaskular
(PVOD), suatu kondisi perlawanan terhadap aliran darah paru yang mungkin tidak dapat
diubah dan akan menghalangi perbaikan definitif.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1  Pengkajian
            Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan
hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal.
4.2 Anamnesa
a.       Identitas ( Data Biografi)
            PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup pada 24 jam
pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara anatomic menutup dalam 4 minggu pertama.
PDA ( Patent Ductus Arteriosus) lebih sering insidens pada bayi perempuan 2 x lebih banyak
dari bayi laki-laki. Sedangkan pada bayi prematur diperkirakan sebesar 15 %. PDA juga bisa
diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita jantung bawaan atau juga bisa
karena kelainan kromosom.
b.      Keluhan Utama
            Pasien dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak napas
c.       Riwayat penyakit sekarang
            Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda respiratory distress, 
dispnea, tacipnea, hipertropi ventrikel kiri, retraksi dada dan hiposekmia
d.      Riwayat penyakit terdahulu
            Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu menderita infeksi dari
rubella.
e.       Riwayat penyakit keluarga
            Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit PDA
karena PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita penyakit
jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom
f.       Riwayat Psikososial
            Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaimana perilaku anak
terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, perkembangan anak, koping yang

12
digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan
penyesuaian keluarga terhadap stress.
3.3 Pengkajian fisik
a.       Pernafasan  B1 (Breath)
     Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan ( marchinery murmur),adanyan   otot bantu
nafas saat inspirasi, retraksi.
b.      Kardiovaskuler B2 ( Blood)
     Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan darah sistolik,
edema tungkai, clubbing finger, sianosis.
c.       Persyarafan B3 ( Brain)
                        Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.
d.      Perkemihan B4 (Bladder)
                        Produksi urin menurun (oliguria).
e.       Pencernaan B5 (Bowel)
                        Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis.
f.       Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
                        Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan.

3.4 Analisa data


Data Etilologi Masalah
Data Subjektif :       Terbukanya ductus Penurunan curah jantung
Pasien gelisah, rewel, dan arteriosus.
menangis       Dialirkannya darah dari
Data Objektif : tekanan tinggi (aorta
      Denyut nadi  naik (> 170 descenden) ke tekanan yang
x/menit) lebih kecil (arteri pulmonalis).
      Tachyepne       Resirkulasi darah beroksigen
      Suara jantung tambahan dari aorta ke arteri pulmonalis.
(Machinery mur-mur
     Beban ventrikel kiri
persisten) meningkat, curah jantung
menurun.

13
Data Subjektif:       Dialirkannya darah dari Gangguan pertukaran gas
Pasien kesulitan bernafas, tekanan tinggi (aorta Perubahan pertumbuhan dan
sesak nafas descenden) ke tekanan yang perkembangan
Data Objektif : lebih rendah (arteri
      RR ( > 30 –40x/menit) pulmonalis)
      BGA tidak normal       Resirkulasi darah beroksigen
      Adanya napas cuping dari aorta ke arteri pulmonalis
hidung       Beban ventrikel kiri
Data Subjektif: meningkat. Pelebaran dan
Pasien rewel tidak mau makan hipertensi vertikel kiri
dan minum      Tekanan vena dan kapiler
Data Objektif: pulmonar naik
      Berat badan turun       Edema paru
      Status gizi buruk       Penurunan difusi oksigen
      Gangguan pertukaran gas
      Curah jantung turun
       Suplai oksigen ke jaringan
berkurang
       Pemecahan glukosa oleh O2
menjadi terganggu
      Pembentukan energi
berkurang
       Lemah, lesu
m)    Anoreksia
      Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan
      Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan
Data Subjektif:       Edema paru Perubahan nutrisi kurang dari
Pasien gelisah dan menangis       Penurunan difusi oksigen kebutuhan tubuh
Data Objektif :       Hipoksia

14
      Antropometri : penurunan
     Pemecahan glukosa oleh O2
berat badan untuk pembuatan energi
      Biokimia : Hb dan albumin menurun
menurun       Lemah, gelisah
      Klinik : perubahan kulit      Anoreksia
mukosa oral (bengkak dan
      Perubahan nutrisi kurang
kemerahan) dari kebutuhan tubuh
     Diet : makan tidak habis,
nafsu makan menurun
Data Subjektif:       Gagal jantung kongestif Resiko infeksi
Demam, rewel       Pasien gelisah, stress
Data Objektif:       Respon imun menurun
      Jumlah limfosit meningkat      Resiko infeksi
      Hipertermi (> 36-370 C),
kulit memerah, frekwensi
nafas meningkat, kulit hangat
bila disentuh, takikardi
Data Subjektif :       PDA (Patent Ductus Kecemasan orang tua
Orang tua cemas, tidak Arteriosus)
tenang, dan emosinya labil       Dampak hospitalisasi pada
Data Objektif: anak
      Menarik diri       Anak menangis dan
      Tidak ikut bersedia dalam ketakutan
melakukan proses
     Kecemasan pada orang tua
keperawatan

3.5  Diagnosa Keperawatan


a)    Penurunan curah jantung berhubungan dengan malforasi jantung
b)   Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal
c)    Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan tidak adekuatnya
suplay oksigen dan zat nutrisi ke jaringan

15
d)   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat
makan dan meningkatnya kebutuhan kalori
e)    Resiko infeksi berhubungan dengan menurunya status kesehatan
f)    Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan orang tua dan
hospitalisasi.

3.6  Intervensi
A.    Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung
Tujuan             : Mempertahankan curah jantung yang adekuat
Kriteria hasil    : Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung
Intervensi Rasional
Mandiri Mandiri
1. Observasi kualitas dan kekuatan 1. Permulaan gangguan pada jantung
denyut jantung, nadi perifer, warna dan akan ada perubahan tanda-tanda vital,
kehangatan kulit semuanya harus cepat dideteksi untuk
2. Tegakkan derajat sianosis penanganan lebih lanjut.
(sirkumoral, membran mukosa, clubbing) 2. Pucat menunjukkan adanya
3. Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, penurunan perfusi sekunder terhadap ketidak
takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, adekuatan curah jantung, vasokonstriksi dan
periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali) anemia.
Kolaborasi 3. Deteksi dini untuk mengetahui
1. Pemberian digoxin sesuai order, adanya gagal jantung kongestif
dengan menggunakan teknik pencegahan Kolaborasi
bahaya toksisitas. 1. Obat ini dapat mencegah semakin
2. Berikan pengobatan untuk memburuknya keadaan klien.
menurunkan afterload 2. Obat anti afterload mencegah
3. Berikan diuretik sesuai indikasi. terjadinya vasokonstriksi
3. Diuretik bertujuan untuk menurunkan
volume plasma dan menurunkan retensi
cairan di jaringan sehingga menurunkan
risiko terjadinya edema paru.

16
B.     Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal
Tujuan             : Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru:
Kriteria hasil    : Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan
resistensi pembuluh paru
Intervensi Rasional
1. Observasi kualitas dan kekuatan 1. Untuk memudahkan pasien dalam
denyut jantung, nadi perifer, warna dan bernapas
kehangatan kulit 2. Agar anak tidak tertular infeksi yang
2. Atur posisi anak dengan posisi akan memperburuk keadaan
fowler 3. Menurunkan kebutuhan oksigen
3. Hindari anak dari orang yang dalam tubuh
terinfeksi 4. Membantu klien untuk memenuhi
4. Berikan istirahat yang cukup oksigenasinya
kolaborasi
5. Berikan oksigen jika ada indikasi
6. Untuk deteksi dini terjadinya
gangguan pernapasan

C.     Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh


dan suplai oksigen ke sel
Tujuan             : Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat
Kriteria hasil    : Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat
Intervensi Rasional
1. Kaji toleransi pasien terhadap 1. Jika tidak sesuai parameter, klien
aktivitas menggunakan parameter berikut : dikaji ulang untuk mendapatkan perawatan
Nadi 20 per menit diatas frekuensi istirahat, lebih lanjut
catat peningkatan TD, Nyeri dada, kelelahan 2. Persiapkan dan dukung klien untuk
berat, berkeringat, pusing dan pingsan melakukan aktivitas jika sudah mampu
2. Kaji kesiapan pasien untuk 3. Agar klien termotivasi untuk
meningkatkan aktivitas melakukan aktivitas sehingga terpacu untuk
3. Dorong memajukan aktivitas sembuh
4. Berikan bantuan sesuai dengan 4. Memudahkan klien ntuk beraktivitas

17
kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi tapi tidak memanjakan
mandi 5. Klien termotivasi untuk sembuh.
5. Dorong pasien untuk partisipasi
dalam memilih periode

D.    Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai


oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
Tujuan             : Memberikan support untuk tumbuh kembang
Kriteria hasil    : Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan
tinggi badan
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat tumbuh kembang anak
2. Berikan stimulasi tumbuh kembang,
kativitas bermain, game, nonton TV, puzzle,
nmenggambar, dan lain-lain sesuai kondisi dan
usia anak.
3. Libatkan keluarga agar tetap
memberikan stimulasi selama dirawat
4. Memantau masa tumbuh kebang anak
5. Agar anak bisa tumbuh dan
berkembang sebagaimana mestinya
6. Anggota keluarga sangat besar
pengaruhnya terhadap proses pertumbuhan
dan juga perkembangan anak-anak

E.     Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan
dan meningkatnya kebutuhan kalor
Tujuan             : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul
kembali dan status nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil    :
a)      Status nutrisi terpenuhi
b)      Nafsu makan klien timbul kembali

18
c)      Berat badan normal
d)     Jumlah Hb dan albumin normal
Intervensi Rasional
1. Mengetahui kekurangan  nutrisi klien
1. Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Mengetahui perkembangan
klien
pemenuhan nutrisi klien
2. Mencatat  intake dan output makanan
3. Ahli gizi adalah spesialisasi dalam
klien
ilmu gizi yang membantu klien memilih
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
makanan sesuai dengan keadaan sakitnya,
membantu memilih makanan yang dapat
usia, tinggi, berat badannya.
memenuhi kebutuhan gizi selama sakit
4. Dengan sedikit tapi sering
4. Manganjurkn  makan sedikit- sedikit
mengurangi penekanan yang berlebihan pada
tapi sering.
lambung.

F.      Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan


Tujuan             : Mencegah resiko infeksi
Kriteria hasil    : Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda vital 1. Jika ada peningkatan tanda-tanda
2. Lakukan perawatan terhadap vital besar kemungkinan adanya gejala infeksi
prosedur inpasif seperti infus, kateter, karena tubuh berusaha intuk melawan
drainase luka, dll. mikroorganisme asing yang masuk maka
3. Jika ditemukan tanda infeksi terjadi peningkatan tanda vital
kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti 2. Untuk mengurangi risiko infeksi
Hb dan leukosit nosokomial
4. Kolaborasi untuk pemberian 3. Penurunan Hb dan peningkatan
antibiotik jumlah leukosit dari normal membuktikan
adanya tanda-tanda infeksi
4. Antibiotik mencegah perkembangan
mikroorganisme patogen

19
G.    Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan orang tua dan hospitalisasi
Tujuan             : Kecemasan menurun
Kriteria hasil    : Orang tua tampak tenang ,orang tua tidak bertanya-tanya
                        lagi, orangtua berpartisipasi dalam proses perawatan.
Intervensi Rasional
      Kaji tingkat pengetahuan orang tua       Pengetahuan orang tua akan mempengaruhi
      Beri penjelasan tentang keadaan bayinya persepsi dan tingkah lakunya pada anak
      Libatkan keluarga dalam perawatan
      Dengan mengetahui kondisi anaknya, akan
bayinya mengurangi kecemasan orang tua
      Berikan support dan reinforcement atas apa
      Akan membuat orang tua nyaman dan lebih
yang dapat dicapai oleh orang tua tenang jika senantiasa dekat dengan anaknya
      Latih orang tua tentang cara-cara perawatan
      Dukungan dan kasih sayang orang tua akan
bayi dirumah sebelum bayi pulang mempercepat kesembuhan anak
      Dengan menambah pengetahuan orang tua
dalam perawatan anaknya akan
mempermudah proses perawatan dan
penyembuhan anak

20
BAB IV
PENUTUP
      4.1 Kesimpulan
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung kongenital (bawaan) dimana
tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang menghubungkan aorta dan
pembuluh darah besar pulmonal. Kondisi ini sering ditemui pada bayi yang lahir prematur
namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada bayi cukup bulan. Duktur arteriosus
umumnya menutup 12-24 jam setelah bayi lahir dan mencapai penutupan sempurna pada usia
3 minggu. Apabila duktus tersebut masih terbuka, penutupan spontan 75% dapat terjadi
sampai bayi berusia 3 bulan. Lebih dari 3 bulan, penutupan spontan sangat jarang terjadi.

Gejala dari PDA tergantung dari besarnya kebocoran, apabila Duktus Arteriosus
(DA) kecil mungkin saja tidak menimbulkan gejala, apabila DA sedang sampai besar dapat
mengalami batuk, sering infeksi saluran pernapasan, dan infeksi paru. Apabila DA besar,
maka gagal jantung serta gagal tumbuh dapat terjadi. Pada PDA manapun juga, penutupan
baik dengan operasi maupun kateterisasi (tanpa operasi) sebaiknya dilakukan
mempertimbangkan risiko terinfeksinya jantung akibat kelainan ini. Apabila tetap tidak
ditangani, dapat terjadi kemungkinan risiko kematian 20% pada usia 20 tahun, 42% pada usia
45 tahun, dan  60% pada usia 60 tahun.

21
4.2 Saran
            Makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat dalam
membuat asuhan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
      Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-     Proses
Penyakit Edisi 6 Volume 1 dan 2. Jakarta: EGC
         Sadler, T.W. 2006. Embriologi Kedokteran Langman Edisi 7. Jakarta : EGC
           Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.    Jakarta:
EGC
      Yuliani,dkk. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : PT Percetakan         Penebar
Swadaya
              Nanda. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi dan    Klasifikasi.
Jakarta: EGC
            Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, ed 2. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik, ed 4. Jakarta:       EGC
Miery.Asuhan keperawatan
Kurniadi, Rizki. Makalah Patent Ductus Arteriosus

22

Anda mungkin juga menyukai