Anda di halaman 1dari 21

MK.

Keperawatan Gerontik

LAPORAN MAKALAH KELOMPOK 3


Issue, Strategi & Kegiatan Untuk Promosi Kesehatan Dan Kesejahteraan Lansia Serta
Dukungan Terhadap Orang Yang terlibat Merawat Lansia
“PALLIATIVE CARE TERHADAP KESEHATAN LANSIA”
KEPERAWATAN GERONTIK

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Raju Nitrigo, S.Kep, M.Epid

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :


M. ABD Maulana 19031004
Pipit Yuliani 19031011
Chevindy Putri Virgita 19031028
T. Aulya Azzahara 19031039
Sasra Efriani 19031040

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah terkait “Issue, Strategi & Kegiatan
Untuk Promosi Kesehatan Dan Kesejahteraan Lansia Serta Dukungan Terhadap Orang Yang
terlibat Merawat Lansia (Palliative Care Terhadap Kesehatan Lansia)” ini dengan baik.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan dalam mata kuliah Keperawatan Gerontik. Selain itu, kami juga berharap makalah
ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita semua.

Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. Semoga apa yang dituangkan dalam makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
kami dan umumnya teman-teman yang membaca. Dengan ini, kami memohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata, kalimat maupun bahasa yang kurang berkenan dan kami mohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan. Untuk itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 16 Oktober 2022

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 1


DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 4
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 5
1.2.1 Tujuan Umum ........................................................................................................... 5
1.2.2 Tujuan Khusus .......................................................................................................... 5
1.3 Manfaat Penulisan ............................................................................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................................. 8
2.1 Konsep Lansia .................................................................................................................... 8
2.1.1 Definsi Lansia .............................................................................................................. 8
2.1.2 Klasifikasi Lansia ........................................................................................................ 8
2.1.3 Karakteristik Lansia................................................................................................... 9
2.2. Konsep Palliative Care Pada Lanjut Usia ...................................................................... 9
2.2.1 Definisi Palliative Care ............................................................................................... 9
2.2.2 Prinsip Palliative Care ................................................................................................ 9
2.2.3 Permasalahan Palliative Care Pada Lanjut Usia ................................................... 10
2.2.4 Masalah Kesehatan Lansia ...................................................................................... 11
2.2.5 Prinsip Pelayanan Kesehatan Lansia ...................................................................... 11
2.2.6 Program Penting Pelayanan Paliatif ....................................................................... 12
2.2.7 Peran Dan Fungsi Perawat ..................................................................................... 12
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................................... 13
3.1 Strategi Paliatif Care Pada Lansia ................................................................................. 13
3.2 Kegiatan Dalam Perawatan Palliative Care Pada Lanjut Usia ................................... 13
3.2.1 Pendekatan Perawatan Palliative Care Pada Lansia ............................................ 13
3.2.2 Jenis Pendekatan Perawatan Palliative Pada Lansia ............................................ 14
3.2.3 Prinsip Pelayanan Palliative Care Pada Kesehatan Lansia .................................. 14
3.2.4 Penerapan Komunikasi Terapeutik Pada Paliative Care ..................................... 15

2
3.2.5 Tempt Tempat Pelayanan Paliatif........................................................................... 16
3.3 Promosi Kesehatan Pada Lansia Dalam Paliative Care .............................................. 17
3.3.1 Strategi Promosi Kesehatan .................................................................................... 17
3.3.2 Dukungan Terhadap Orang Yang Merawat Lansia ............................................. 17
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 19
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 19
4.2 Saran ................................................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 20

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasien paliatif adalah pasien/orang yang sedang menderita penyakit yang tingkat
nyerinya sudah mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan medis tidak memungkinkan lagi
untuk disembuhkan. Oleh karena itu, perawatan paliatif adalah untuk meredakan gejala
penyakit, tetapi tidak lagi berfungsi untuk menyembuhkan. Jadi fungsi perawatan paliatif
adalah mengontrol nyeri yang dirasakan dan keluhan lainnya serta meminimalkan masalah
emosional, sosial, dan spiritual yang dihadapi pasien (Tejawinata: 2000).
Penjelasan ini menunjukkan bahwa pasien poli perawatan paliatif adalah orang yang
didiagnosis dengan penyakit berat yang tidak dapat disembuhkan dimana prognosisnya adalah
kematian. Kematian memang merupakan salah satu perjalanan dalam rentang kehidupan
manusia yang pasti akan terjadi. Namun, proses menuju kematian setiap individu tidak akan
sama. Pasien paliatif tampaknya harus menghadapi proses kematian dengan penderitaan yang
sangat berat karena harus menderita rasa sakit yang sangat parah. Semakin lama rentang sakit
mereka sebelum kematian, semakin berat beban psikologis yang mereka hadapi dalam proses
kematian. Penuaan tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi berkembang dari masa bayi, masa
kanak-kanak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Seseorang dengan usia kronologis 70 tahun
mungkin memiliki usia fisiologis yang sama dengan orang berusia 50 tahun. Atau sebaliknya,
seseorang yang berusia 50 tahun mungkin memiliki banyak penyakit kronis sehingga usia
fisiologisnya adalah 90 tahun. Penuaan bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan tahap lanjut
dari suatu proses kehidupan dengan berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh. Namun harus diakui ada berbagai penyakit yang sering
terjadi
Lanjut usia (Lansia) adalah individu yang sudah berusia 60 tahun keatas (Kementerian
Kesehatan RI, 2016). Penduduk lansia merupakan bagian dari masyarakat yang tidak bisa
dipisahkan dalam kehidupan. Meskipun lansia sering dianggap kelompok yang lemah, tapi
lansia memiliki peran yang berarti bagi masyarakat karena lansia memiliki penalaran moral
yang bagus untuk generasi yang lebih muda. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan
proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif (Rosidah et al., 2016).
Proses menua adalah sebuah proses alami yang akan dilalui oleh setiap makhluk hidup. Usia
Harapan Hidup (UHH) saat ini semakin meningkat, hal tersebut merupakan gambaran hasil
dari pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia. Peningkatan UHH diperkirakan akan

4
terus bertambah dan mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk lansia secara signifikan di
masa yang akan datang (Kementerian Kesehatan RI, 2016b).
Pada tahun 2017, jumlah lansia di seluruh dunia sebanyak 962 juta jiwa, angka ini lebih
banyak dua kali lipat jika dibandingkan pada tahun 1980 yang pada saat itu berjumlah 382 juta
jiwa. Jumlah lansia diperkirakan akan meningkat hingga 2,1 miliar pada tahun 2050. Populasi
lansia di negara berkembang tumbuh lebih cepat dari pada negara maju. Pada tahun 1980,
sebanyak 56% lansia berada di negara berkembang. Pada tahun 2017, lebih dari dua per tiga
lansia di dunia tinggal di negara berkembang. Jumlah lansia di negara berkembang antara tahun
2017 dan 2050 diperkirakan akan mengalami peningkatan hingga 1.7 miliar (Beeby et al.,
2017).
Pasien paliatif adalah pasien/orang yang sedang menderita penyakit yang tingkat nyerinya
sudah mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan medis tidak memungkinkan lagi untuk
disembuhkan. Oleh karena itu, perawatan paliatif adalah untuk meredakan gejala penyakit,
tetapi tidak lagi berfungsi untuk menyembuhkan. Jadi fungsi perawatan paliatif adalah
mengontrol nyeri yang dirasakan dan keluhan lainnya serta meminimalkan masalah emosional,
sosial, dan spiritual yang dihadapi pasien (Tejawinata: 2000). Penjelasan ini menunjukkan
bahwa pasien poli perawatan paliatif adalah orang yang didiagnosis dengan penyakit berat yang
tidak dapat disembuhkan dimana prognosisnya adalah kematian. Kematian memang
merupakan salah satu perjalanan dalam rentang kehidupan manusia yang pasti akan terjadi.
Namun, proses menuju kematian setiap individu tidak akan sama. Pasien paliatif tampaknya
harus menghadapi proses kematian dengan penderitaan yang sangat berat karena harus
menderita rasa sakit yang sangat parah. Semakin lama rentang sakit mereka sebelum kematian,
semakin berat beban psikologis yang mereka hadapi dalam proses kematian.
Penuaan tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi berkembang dari masa bayi, masa kanak-
kanak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Seseorang dengan usia kronologis 70 tahun mungkin
memiliki usia fisiologis yang sama dengan orang berusia 50 tahun. Atau sebaliknya, seseorang
yang berusia 50 tahun mungkin memiliki banyak penyakit kronis sehingga usia fisiologisnya
adalah 90 tahun. Penuaan bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan dengan berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam dan luar tubuh. Namun harus diakui ada berbagai penyakit yang sering terjadi.
Besarnya jumlah lansia di Indonesia bisa berdampak positif maupun negatif, hal ini akan
berdampak positif bila lansia di Indonesia sehat, aktif dan produktif. Namun, jumlah lansia
akan menjadi beban jika lansia mengalami kemunduran kesehatan, hal ini disebabkan

5
peningkatan biaya pelayanan kesehatan, penurunan penghasilan, peningkatan disabilitas, serta
tidak ada dukungan sosial dan lingkungan yang tidak ramah terhadap lansia (Badan Pusat
Statistik, 2015).
Lansia merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah, baik secara ekonomi, sosial,
kesehatan, dan psikologis. Makin bertambah usia, makin besar kemungkinan seseorang
mengalami permasalahan fisik, jiwa, spiritual, ekonomi dan sosial. Lansia identik dengan
berbagai penurunan status kesehatan terutama masalah fisik. Seiring bertambahnya usia, lansia
akan mengalami penurunan status kesehatan yang akan diiringi dengan timbulnya berbagai
penyakit, penurunan fungsi tubuh, hingga gangguan keseimbangan dan risiko jatuh (Kiik et al.,
2018).
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Keperawatan
Komunitas yaitu “Issue, Strategi & Kegiatan Untuk Promosi Kesehatan Dan Kesejahteraan
Lansia Serta Dukungan Terhadap Orang Yang terlibat Merawat Lansia (Palliative Care
Terhadap Kesehatan Lansia)”. Selain itu, dapat memberi pengetahuan kepada mahasiswa
mengenai bagaimana tindakan yang diberikan untuk pasien dengan masalah tersebut.
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Definisi Lansia
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Klasifikasi Lansia
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Karakteristik Lansia
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Definisi Paliatif Care
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Prinsip Palitif Care
6. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Permasalahan Paliatif Care Pada
Lansia
7. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Masalah Kesehatan Lansia
8. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Prinsip Pelayanan Kesehatan Lansia
9. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Peran dan Fungsi Perawat

1.3 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat dari pembuatan makalah adalah :
Makalah ini sekiranya dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan mengenai Issue,
Strategi & Kegiatan Untuk Promosi Kesehatan Dan Kesejahteraan Lansia Serta Dukungan
6
Terhadap Orang Yang terlibat Merawat Lansia (Palliative Care Terhadap Kesehatan Lansia)
dan menambah wawasan mahasiswa/i keperawatan secara lebih dalam mengenai Permasalahan
Penyakit Pada Lansia beserta Perawatan Plliative yang diterimanya

7
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Lansia


2.1.1 Definisi Lansia
Lansia Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah
keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi stres fisiologis ( Effendi , 2009 ). Lansia adalah seseorang yang telah berusia
> 60 tahun dan tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari - hari ( Ratnawati , 2017 ). Kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia
adalah seseorang yang telah berusia > 60 tahun, mengalami penurunan kemampuan beradaptasi
, dan tidak berdaya untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari seorang diri.
Lansia digolongkan menjadi dua yakni lansia potensial dan lansia tidak potensial. Lansia
potensial adalah orang yang masih mampu melakukan aktivitas dengan baik dan melakukan
kegiatan yang dapat menghasilkan baik barang maupun jasa. Lansia yang tidak potensial adalah
orang yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung kepada bantuan orang
lain, seperti lansia penghuni panti werda ( Priyoto , 2015 ). Bagi orang yang sehat dan aktif,
usia 65 tahun belum dianggap tua dan menganggap usia 75 tahun sebagai permulaan lanjut
usia. Secara umum seseorang dikatakan lanjut usia jika sudah berusia diatas 60 tahun, tetapi
definisi ini sangat bervariasi tergantung dari aspek sosial budaya, fisiologis, dan kronologis (
Fatimah, 2010 ).
2.1.2 Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho ( 2012 ) :
1. Young old (usia 60-69 tahun)
2. Middle age old (usia 70-79 tahun)
3. Old - old (usia 80-89 tahun)
4. Very old - old (usia 90 tahun ke atas)
Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro dalam Muhith dan Siyoto (2016).
Pengelompokan lansia yakni Lansia (geriatric age): lebih dari 65/70 tahun. Geriatric age dibagi
menjadi 3, yaitu :
1. Young old ( usia 70-75 tahun )
2. Old ( usia 75-80 tahun )
3. Very old - old ( lebih dari 80 tahun)

8
2.1.3 Karakteristik Lansia
Karakteristik menurut Budi Anna Keliat (1999) dalam Maryam, dkk (2008) sebagai
berikut :
1. Seseorang dengan usia 60 tahun keatas (pada Pasal 1 ayat 2, 3, 4 UU No.13 tentang
Kesehatan).
2. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan
biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
2.2 Konsep Paliative Care Terhadap Kesehatan Lansia
2.2.1 Definisi Paliative Care
Menurut WHO palliative care merupakan pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan masalah yang
mengancam jiwa, melalui pencegahan dan menghentikan penderitaan dengan identifikasi dan
penilaian dini, penangnanan nyeri dan masalah lainnya, seperti fisik, psikologis, sosial dan
spiritual (WHO, 2017). Palliatif care berarti mengoptimalkan perawatan pasien dan keluarga
untuk meningkatkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan mengobati
penderitaan. Palliative care meliputi seluruh rangkaian penyakit melibatkan penanganan fisik,
kebutuhan intelektual, emosional, sosial dan spiritual untuk memfasilitasi otonomi pasien, dan
pilihan dalam kehidupan (Ferrell, 2015). Berdasarkan penjelasan diatas Palliative care
merupakan sebuah pendekatan yang dapat meningkatkan kualitas hidup orang-orang dengan
penyakit yang mengancam jiwa dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah tersebut, baik
dari aspek fisik, psikologis, sosial maupun spiritual
2.2.2 Prinsip Paliative Care
Palliative care secara umum merupakan sebuah hal penting dan bagian yang tidak
terpisahkan dari praktek klinis dengan mengikuti prinsip:
1. Fokus perawatan terhadap kualitas hidup, termasuk kontrol gejala yang tepat
2. Pendekatan personal, termasuk pengalaman masa lalu dan kondisi sekarang
3. Peduli terhadap sesorang dengan penyakit lanjut termasuk keluarga atau orang
terdekatnya
4. Peduli terhadap autonomy pasien dan pilihan untuk mendapat rencana perawatan lanjut,
eksplorasi harapan dan keinginan pasien
5. Menerapkan komunikasi terbuka terhadap pasien atau keluarga kepada profesional
kesehatan (Cohen and Deliens, 2012)

9
2.2.3 Permasalahan Palliative Care Pada Lanjut Usia
1. Fenomena Bio-psico-sosio-spiritual dan Penyakit Lansia
a. Penurunan fisik
• Sel
• St. respirasi
• St. Persyarafan
• St. Pendengaran
• St. Penglihatan
• St. Kardiovaskuler
• St. pengaturan suhu tubuh
• St. Pencernaan
• St. Genitourinaria
• St. Muskuloskeletal
• St. Endokrin
• St. Kulit
b. Perubahan mental dan psikologis Pasien terminal dan orang terdekat biasanya
mengalami banyak respon emosi, perasaan marah dan putus asa. Faktor – faktor
yang mempengaruhi:
• Perubahan fisik khususnya organ perasa
• Kesehatan umum
• Tingkat pendidikan
• Keturunan
• Lingkungan
c. Perubahan-perubahan Psikososial
• Pensiun
Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila ia pensiun akan
mengalami kehilangan antara lain :
a) Kehilangan finansial
b) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan dengan posisi yang
tinggi lengkap dengan fasilitasnya).
c) Kehilangan teman/relasi atau kenalan
d) Kehilangan pekerjaan/kegiatan
10
e) Merasakan atau sadar akan kematian
f) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
bergerak lebih sempit.
g) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan, meningkatnya
biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya
pengobatan
h) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
2.2.4 Masalah Kesehatan Lansia
1. Masalah Kehidupan Seksual
Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang adalah mitos
atau kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada kenyataannya hubungan seksual pada suami
istri yang sudah menikah
2. Perubahan Perilaku Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku
diantaranya: daya ingat menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecendrungan
penurunan merawat diri.
3. Pembatasan Fisik Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran
terutama dibidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada
peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya ganggun di dalam
hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunan yang
memerlukan bantuan orang lain
4. Palliative Care Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut
ditunjukan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena poli
fermasi dapat menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping
obat.
5. Pengunaan Obat Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan
merupakan persoalan yang sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit.
Persoalan utama dan terapi obat pada lansia adalah terjadinya perubahan fisiologi pada
lansia akibat efek obat yang luas, termasuk efek samping obat tersebut. (Watson, 1992)
2.2.5 Prinsip Pelayanan Kesehatan Lansia
1. kecukupan gizi
2. Pertahankan fungsi pernafasan
3. Pertahankan aliran darah
4. Pertahankan kulit

11
5. Pertahankan fungsi pencernaan
6. Pertahankan fungsiPertahankan lingkungan aman
7. Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas
8. Pertahankan saluran perkemihaan
9. Meningkatkan fungsi psikososial
10. Pertahankan komunikasi.
2.2.6 Program Penting Pelayanan Paliatif
1. Penatalaksanaan sesuai panduan dan protokol tertulis
2. Merawat pasien dalam setting rumah sekaligus RS
3. Dukungan komunikasi tenaga kesehatan yang memuaskan
4. Peran serta keluarga sangat luas dan menyeluruh
5. Family counseling / Family conference
2.2.7 Peran dan Fungsi Perawat
Peran dan Fungsi Perawat Dalam menjalankan peran dan fungsi perawat dalam palliative
care, perawat harus menghargai hak-hak pasien dalam menentukan pilihan, memberikan
kenyamanan pasien dan pasien merasa bermartabat yang sudah tercermin didalam rencana
asuhan keperawatan. Perawat memiliki tanggung jawab mendasar untuk mengontrol gejala
dengan mengurangi penderitaan dan support yang efektif sesuai kebutuhan pasien. Peran
perawat sebagai pemberi layanan palliative care harus didasarkan pada kompetensi perawat
yang sesuai kode etik keperawatan (Combs, et al.,2014). Hal-hal yang berkaitan dengan pasien
harus dikomunikasikan oleh perawat kepada pasien dan keluarga yang merupakan standar
asuhan keperawatan yang profesional. Menurut American Nurse Associatiuon Scope And
Standart Practice dalam (Margaret, 2013) perawat yang terintegrasi harus mampu
berkomuniasi dengan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya mengenai perawatan
pasien dan ikut berperan serta dalam penyediaan perawatan tersebut dengan berkolaborasi
dalam membuat rencana yang berfokus pada hasil dan keputusan yang berhubungan dengan
perawatan dan pelayanan, mengindikasikan komunikasi dengan pasien, keluarga dan yang
lainnya.

12
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Strategi Palliative Care Pada Lanjut Usia


WHO menyusun sebuah model Pengembangan perawatan paliatif yang menekankan pada
pembuatan kebijakan, pendidikan dan pelatihan, ketersediaan obat, dan implementasi terhadap
perawatan paliatif di dunia. Perawatan paliatif berprinsip :
• Dimulai dari tahap diagnosis, dan berkembang sesuai kebutuhan sejalan dengan
semakin parahnya penyakit.
• Memberikan manajemen nyeri dan gejala lainnya.
• Menegaskan bahwa proses kehidupan dan sekarat dalam kematian adalah proses yang
normal.
• Bukan menandakan untuk mempercepat ataupun menunda kematian.
• Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dalam pelayanan pasien.
• Menawarkan sistem pendukung dalam membantu pasien hidup seaktif mungkin
menuju kematiannya.
• Menawarakn sistem pendukung untuk membantu keluarga pasien mengatasi kesedihan
akibat penyakit pasien.
• Menawarkan bantuan pemecahan masalah menggunakan sistem konseling pendekatan
tim untuk keluarga pasieng dalam masa berkabung.
• Meningkatkan kualitas hidup dan memberi masukan positif dalam perjalanan penyakit.
3.2 Kegiatan dalam Perawatan Palliative Care Pada Lanjut Usia
3.2.1 Pendekatan perawatan palliative pada lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia ( 1982), pendekatan yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Menikmati hasil pembangunan (berbagi manfaat pembangunan sosial)
2. Masing - masing lansia memiliki keunikan (individualitas orang lanjut usia)
3. Lansia berusaha mandiri dalam berbagai hal (nondependence)
4. Lansia turut memilih kebijakan (choice)
5. Memberikan perawatan di rumah (home care)
6. Pelayanan harus dicapai dengan mudah (aksesibilitas)
7. Mendorong akrab antar kelompok / antar generasi (engagement the aging)
8. Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia (mobilitas)
9. Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya (produktivitas)
13
10. Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (perawatan mandiri dan
perawatan keluarga)
3.2.2 Jenis Pendekatan Perawatan Palliative Pada Lansia
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lim upaya kesehatan, yaitu Promotif,
prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta pemulihan.
1. Promotif
Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan
dukungan klien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap praktek kesehatan yang
positif menjadi norma-norma sosial. Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia sebagai
berikut:
a) Meningkatkan keamanan di tempat kerja
b) Mengurangi cidera
c) Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk
d) Meningkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat obatan
e) Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut
2. Preventif
Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier. Contoh pencegahan primer
program imunisasi, konseling, dukungan nutrisi, exercise, keamanan di dalam dan
sekitar rumah, menejemen stres, menggunakan medikasi yang tepat. Melakukakn
pencegahan sekuder meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala.
Jenis pelayanan pencegahan sekunder: kontrol hipertensi, deteksi dan pengobatan
kanker, skrining: pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi, mulut.Melakukan
pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan cacat. Jenis pelayanan
mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilisasi rehabilitasi, medukung usaha
untuk mempertahankankemampuan anggota badan yang masih berfungsi.
3.2.3 Prinsip Pelayanan Palliative Care pada Kesehatan Lansia
a) Pertahankan lingkungan aman
b) Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas c)
c) Pertahankan kecukupan gizi
d) Pertahankan fungsi pernafasan
e) Pertahankan aliran darah
f) Pertahankan kulit
g) Pertahankan fungsi pencernaan

14
h) Pertahankan fungsi saluran perkemihaan
i) Meningkatkan fungsi psikososial
j) Pertahankan komunikasi.
3.2.4 Penerapan Komunikasi Terapeutik Pada Palliative Care
Teknik komunikasi pada pasien lansia dengan Palliative Care, adalah sebagai berikut:
1. Tahap Denial (pasien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya terjadi dan
menunjukkan reaksi menolak ). Pada tahap ini kita dapat mempergunakan teknik
komunikasi :
A. Listening
− Dengarkan apa yang diungkapkan pasien, pertahankan kontak mata dan
observasi komunikasi non verbal.
− Beri keamanan emosional yaitu dengan memberikan
− Sentuhan dan ciptakan suasana tenang.
B. Diam
− Duduk bersama pasien dan mengkomunikasikan minat perawat pada pasien
secara non verbal.
− Menganjurkan pasien untuk tetap dalam pertahanan dengan tidak
menghindar dari situasi sesungguhnya.
C. Pembukaan luas
− Mengkomunikasikan topik/ pikiran yang sedang dipikirkan pasien.
− Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara
mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat
mengekspresikan perasaan perasaannya.
2. Tahap Angger (Kemarahan terjadi karena kondisi pasien mengancam kehidupannya
dengan segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya). Pada
tahap ini kita dapat mempergunakan tehnik komunikasi listening.
a) Membiarkan pasien untuk mengekspresikan keinginan, menggambarkan apa
yang akan dan sedang terjadi pada mereka.
b) Beri perhatian dan lingkungan yang nyaman dan cegah injuri
c) Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya yang
marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa marah merupakan hal
yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian.

15
d) Tahap Bargaining (kemarahan baisanya mereda dan pasien dapat menimbulkan
kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.
e) Fokus Bantu pasien mengembangkan topik atau hal yang penting Ajarkan
pasien agar dapat membuat keputusan dalam hidupnya yang bermakna.
f) Berbagi persepsi Menyampaikan pengertian perawat kemampuan untuk
mengembangkan kerancuan. dan memiliki Dengarkan pasien pada saat
bercerita tentang hidupnya.
3. Tahap Depresi (pasien cenderung untuk tidak banyak bicara dan mungkin banyak
menangis.)
a) Perlakukan pasien dengan sabar, penuh perhatian dan tetap realitas.
b) Kaji pikiran dan perasaan serta persepsi pasien jika ada asal pengertian harusnya
diklarifikasi.
c) Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang
dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal
yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non
verbal dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
4. Tahap Acceptance (terjadi proses penerimaan secara sadar oleh pasien dan keluarga
tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian.)
a) Menginformasikan
b) Membantu dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang aspek yang sesuai
dengan kesejahteraan atau kemandirian pasien.
c) Pembukaan yang luas
d) Komunikasikan kepada pasien tentang apa yang dipikirkannya dan harapan-
harapannya
3.2.5 Tempat-tempat Pelayanan Paliatif
Berdasarkan Permenkes Nomor 812/ Menkes/ SK/VII/2007 dijelaskan tempat untuk
layanan paliatif meliputi:
a) Rumah Sakit : untuk pasien yang harus mendapatkan perawatan yang memerlukan
pengawawasan ketat, tindakan khusus atau perawalatan khusus.
b) Puskesmas : untuk pasien yang memerlukan perawatan rawat jalan
c) Rumah singgah / panti (hospice) : untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan
ketat, tindakan khusus atau peralatan khsus tetapi belum dapat dirawat dirumah karena
memerlukan pengawasan.

16
d) Rumah pasien : untuk pasien yang tidak memerlukan pengawasan ketat tindakan
khsusus atau peralatan khusus atau keterampilan perawatan yang tidak mungkin
dilakukan oleh keluarga (PERMENKES, 2007).
3.3 Promosi Kesehatan Pada Lansia dalam Palliative Care
Kesehatan adalah sebuah konsep positif yang menitikberatkan sumber daya pada pribadi
dan masyarakat sebagaimana halnya pada kapasitas fisik. Untuk itu, promosi kesehatan tidak
hanya merupakan tanggung jawab dari sektor kesehatan, akan tetapi jauh melampaui gaya
hidup secara sehat untuk kesejahteraan (WHO, 1986).
3.3.1 Strategi promosi kesehatan
a) Advokasi (advocacy) kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat dengan
membuat keputusan (Decision makers) dan penentu kebijakan (Policy makers) dalam
bidang kesehatan maupun sektor lain diluar kesehatan yang mempunyai pengaruh
terhadap masyarakat
b) Kemitraan suatu kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Pemberdayaan
c) Masyarakat (Empowerment) pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai
kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat
orang lain melakukan apa yang kita inginkan
Kegiatan Promosi Kesehatan Menurut Piagam Ottawa, kegiatan-kegiatan promosi
kesehatan berarti:
a) Membangun kebijakan publik berwawasan kesehatan (build healthy public policy)
b) Menciptakan lingkungan yang mendukung (create supportive environments)
c) Memerkuat kegiatan-kegiatan komunitas (strengthen community actions)
d) Mengembangkan keterampilan individu (develop personal skills)
e) Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services) f. Bergerak ke masa depan
(moving into the future)
3.3.2 Dukungan Terhadap Orang Yang Terlibat Merawat Lansia
‣ Dukungan keluarga
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
‣ Keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan, yaitu:
a) Dukungan informasional

17
Keluarga berfungsi sebagai pemberi informasi tentang suatu pengetahuan
terhadap anggota keluarga.
b) Dukungan penilaian
Dapat berwujud pemberian penghargaan atau pemberian penilaian yang
mendukung perilaku
c) Dukungan instrumental
Merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya dapat
berwujud barang, pelayanan dukungan, keuangan, dan menyediakan peralatan
yang yang dibutuhkan
d) Dukungan emosional
Merupakan dukungan yang diwujudkan dalam bentuk kelekatan, kepedulian,
dan ungkapan simpati sehingga timbul keyakinan bahwa individu yang
bersangkutan diperhatikan

18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pasien paliatif adalah pasien/orang yang sedang menderita penyakit yang tingkat nyerinya
sudah mencapai stadium lanjut sehingga pengobatan medis tidak memungkinkan lagi untuk
disembuhkan.
Lanjut usia (Lansia) adalah individu yang sudah berusia 60 tahun keatas (Kementerian
Kesehatan RI, 2016). Penduduk lansia merupakan bagian dari masyarakat yang tidak bisa
dipisahkan dalam kehidupan. Meskipun lansia sering dianggap kelompok yang lemah, tapi
lansia memiliki peran yang berarti bagi masyarakat karena lansia memiliki penalaran moral
yang bagus untuk generasi yang lebih muda.
Besarnya jumlah lansia di Indonesia bisa berdampak positif maupun negatif, hal ini akan
berdampak positif bila lansia di Indonesia sehat, aktif dan produktif. Namun, jumlah lansia
akan menjadi beban jika lansia mengalami kemunduran kesehatan, hal ini disebabkan
peningkatan biaya pelayanan kesehatan, penurunan penghasilan, peningkatan disabilitas, serta
tidak ada dukungan sosial dan lingkungan yang tidak ramah terhadap lansia (Badan Pusat
Statistik, 2015).
4.2 Saran
Laporan ini berisi tentang Perawatan Paliatif untuk Lansia. Diharapkan perawat dapat
mengetahui lebih dalam tentang Palliative Care pada lansia dan cara penanganan pasien lansia,
tidak hanya tindakan medis tetapi perawatan psikologis pasien, Meningkatkan kualitas hidup
pasien) dan keluarga serta dapat melakukan komunikasi terapeutik.

19
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, M. L. (2013). Nurse to nurse : Perawatan Paliatif. (D. Daniaty, Penerj.) Jakarta:

Salemba Medika.

Azizah, L. M. rifatul. (2011a). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu

Nuhonni dkk (2010) : Bunga Rampai Perawatan paliatif , Badan Penerbit FKUI Jakarta

Departemen Kesehatan RI . (2004). Pedoman Perawatan Kesehatan di Rumah . Jakarta ;

Depkes. S. Tamher &Noorkasiani . 2009. Kesehatan Lansia Dengan Pendekatan Asuhan

Keperawatan . Jakarta: Salemba Medika.

Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta : PT . Gramedia Widiasarana Indonesia

Nugroho, Wahjudi SKM. (1995). Perawatan Lanjut Usia . Jakarta : EGCSahar juniati (2001)

Koordinat gerontik , kordinator 2000 2000, Ilmu 2000 UI , Jakarta

20

Anda mungkin juga menyukai