Oleh
USULAN PENELITIAN
Untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Spesialis Urologi
Pembimbing :
Dr. dr. Safendra Siregar, Sp.U(K)
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker testis adalah keganasan umum pada pria muda dengan insiden
neoplasma dewasa dan 5% tumor urologis, dengan 3 hingga 10 kasus baru per
100.000 pria/tahun.1,2 Namun, angka kematian akibat kanker testis secara global
tinggi.2
Meskipun gejala testis umum terjadi, kanker testis relatif jarang terjadi.
tinggi (>50%) disebabkan oleh kanker. Gejala kanker yang paling umum adalah
benjolan atau pembengkakan yang tidak nyeri (>85%). Sekitar 10% pria datang
dengan nyeri akut, dan 20% hingga 30% mengalami perasaan berat menyeret atau
sakit umum. Gejala-gejala ini dapat menyebabkan kanker pada awalnya salah
didiagnosis sebagai epididimitis atau torsi testis akut.3 Oleh karena itu,
kriptorkismus (cacat lahir di mana salah satu atau kedua testis tidak ada di dalam
2
skrotum) — meningkatkan risiko kanker testis hampir lima kali lipat. Hipospadia
(kelainan kongenital di mana lubang uretra tidak berada di kepala penis) dan
(testicular germ cell tumours) menjadi TGCT yang berhubungan dengan GCNIS
(germ cell neoplasia in situ) dan TGCT yang tidak berhubungan dengan GCNIS.
TGCT yang berhubungan dengan GCNIS merupakan TGCT tipe 2 yang secara
dapat berfokus pada isu klinis yang penting. Misalnya, sangat penting untuk
pasien bisa ditangani sebagai pasien non-seminoma. Akan tetapi, temuan ini
menjadi kurang penting pada pasien dengan kada alfa fetoprotein yang tinggi
karena pasien tetap akan ditangani sebagai pasien nonseminoma walaupun hasil
tingkat klinis II (melibatkan nodus limfa), dan tingkat klinis III (metastasis ke
pasien dengan TGCT terdiagnosa pada tingkat klinis I dimana kanker masih
terbatas di testis. Penanganan untuk tingkat ini adalah dengan orkidektomi testis
3
mempertahankan fungsi sel Leydig. Pasien dengan tingkat klinis II dan III
Orkidektomi pada kondisi ini bisa ditunda hingga ada stabilisasi klinis.1
sehingga penanganannya pun juga berbeda. Lesi seminoma merespon dengan baik
terhadap kemoterapi dan tidak perlu reseksi karena tumor residual yang besar pun
akan mengalami nekrosis pada 95% pasien. Sedangkan reseksi tumor residual
perlu dilakukan pada pasien nonseminoma ketika lesi abnormal >1cm terlihat
memiliki kanker vital, 40% memiliki teratoma, dan 50% hanya memiliki jaringan
mengetahui gambaran pasien kanker testis dan juga pemberian terapi kanker testis
4
2. Bagaimana gambaran pemberian terapi kanker testis di RS Hasan
gambaran histopatologis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai landasan teori tentang kanker
testis di RS Hasan Sadikin Bandung. Serta dapat dijadikan sebagai bahan dan
dalam aspek faktor risiko, proses perjalanan penyakit, terapi, dan lainnya di
kemudian hari.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Testis
turunnya testis dari intra abdomen hingga mencapai rongga skrotum. Gonad akan
Pada minggu ke 7-8 kehamilan embrio yang secara genetis laki-laki membawa
kromosom seks XY, korda seks primitif terus mengalami proliferasi dan penetrasi
kedalam medula untuk membentuk testis yang dipengaruhi oleh gen SRY pada
kromosom Y. Pada bagian hilum dari kelenjar korda terurai menjadi jalinan
untaian sel-sel kecil yang membentuk rete testis dan terus berkembang
membentuk lapisan-lapisan pada testis berupa lapisan jaringan ikat padat, tunika
albuginea.1
testis dekat dengan bakal kanal inguinal. pada pertengahan bulan ke 3, peritoneum
6
mengalami evaginasi kedalam penebalan skrotum membentuk prosesus vaginalis
yang akan menjadi lapisan terdalam dekat testis, fasia transversa peritoneum
membentuk fasia spermatika eksterna. Testis turun melalui cincin inguinal dan
Testis adalah organ berbentuk ovoid dengan volume 15-25 mL, panjang
4.5-5.1 cm. Tunika albuginea memiliki sel otot polos yang kebanyakan diisi oleh
testis. Testis digantung oleh funikulus spermatikus dan terbungkus oleh beberapa
lapisan terdiri atas tunika vaginalis, tunika albuginea, dan tunica vasculosa. Otot
ateri sentrifugal. Jaringan interstitialnya tersusun atas sel leydig, sel mast,
adalah saluran panjang, berbelok-belok yang berakhir di rete testis. Panjang 600
hingga 1200 tubulus di testis manusia diperkirakan mencapai 250 meter. 1,2
7
2.1.3 Vaskularisasi dan Limfatik Testis
pembuluh darah utama yang memberikan suplai darah pada testis. Arteri
testikularis berasal dari aorta tepat di bawah arteri renalis dan berjalan melalui
bercabang menjadi arteri internal dan arteri testikularis inferior dan menjadi arteri
vena spermatika. Vena spermatika kanan memasuki vena kava tepat dibawah dari
kiri. Pembuluh limfatik testis bermuara pada kelenjar getah bening lumbar yang
otonomik utamanya dari saraf intermesenterik dan pleksus renalis. Saraf ini
terbatas pada pembuluh darah kecil untuk sel Leydig yang dapat mengatur
kapsular arteri berdasarkan kebutuhan metabolik lokal dan diatur oleh peptida
8
mikrovaskulatur testis.1,2
kompartemen secara morfologis dan fungsional yang dapat dibedakan satu sama
lain, yang terdiri dari tubulus seminiferus (tubulus seminiferus) dan kompartemen
endokrin). 4,5
sel: spermatogonia dan sel sertoli. Sel sertoli berfungsi untuk meregulasi
memproduksi hormon inhibin dan aktivin hingga faktor pertumbuhan, enzim, dan
spermatosit primer di bagian basal dari sel sertoli. 4,5 Spermatosit bergerak ke
lumen tubulus dan saat mencapai ujung lumen dari sel sertoli akan terjadi
9
Sperma akan dikeluarkan ke lumen tubulus seminiferus bersamaan dengan sekresi
cairan sehingga sperma lebih mudah bergerak keluar testis. Seluruh proses ini
10
Zhao LC, Lautz TB, Meeks JJ, Maizels M. Pediatric Testicular Torsion
Epidemiology Using a National Database: Incidence, Risk of Orchiectomy
and Possible Measures Toward Improving the Quality of Care. J Urol.
2011;186(5):2009–13.
2. Sharp VJ, Kieran K, Arlen AM. Testicular torsion: Diagnosis, evaluation,
and management. Am Fam Physician. 2013;88(12):835–40.
3. Ludvigson AE, Beaule LT. Urologic Emergencies. Surg Clin North Am.
2016;96(3):407–24.
4. Fehér ÁM, Bajory Z. A review of main controversial aspects of acute
testicular torsion. J Acute Dis. 2016 Jan;5(1):1–8.
5. Illouz Y-G, Sterodimas A. Adipose Stem Cells and Regenerative Medicine.
Springer; 2011.
Kanker testis adalah keganasan umum pada pria muda dengan insiden
neoplasma dewasa dan 5% tumor urologis, dengan 3 hingga 10 kasus baru per
100.000 pria/tahun.1,2
Insiden kanker testis bervariasi dari <1 individu yang terkena per 100.000
laki-laki di sebagian besar Afrika dan Asia hingga 9,9 individu yang terkena per
100.000 laki-laki di Norwegia, 9,4 individu yang terkena per 100.000 laki-laki di
Denmark dan 9,2 individu yang terkena per 100.000 laki-laki di Swiss. Insiden
kanker testis meningkat di seluruh dunia, tetapi alasan peningkatan ini belum
11
terjadi pada orang kulit putih (6,9 orang yang terkena per 100.000 laki-laki)
daripada di Afrika Amerika (1,2 orang yang terkena per 100.000 laki-laki)
(LIANG CHENG)
Prevalensi penyakit kanker prostat di Indonesia adalah 0,2 per 1.000 pria
yaitu masing-masing sebesar 0,5 per 1.000 pria, sedangkan Jawa Timur (5.668
Faktor risiko yang paling konsisten terkait dengan kanker testis adalah
Kriptorkismus (cacat lahir di mana salah satu atau kedua testis tidak ada di
dalam skrotum) — meningkatkan risiko kanker testis hampir lima kali lipat.
penis) dan jumlah sperma yang rendah juga dapat menjadi faktor risiko.
Riwayat keluarga—risiko relatif meningkat 6-10 kali lipat pada saudara laki-
12
laki atau anak laki-laki dari pria yang terkena dampak
virus (HIV)
Trauma testis
menunjukkan bahwa pria kulit putih generasi kedua yang pindah dari daerah
kanker testis yang sama dengan pria dari lokal kedua. Ini berarti bahwa anak
laki-laki dari mereka yang pindah (yaitu, generasi kedua) telah terpapar
lebih tinggi daripada ayah mereka dan risiko yang sama dengan pria lain yang
CHENG)
(i12p) – adalah patognomonik dari semua jenis tumor sel germinal dewasa
(GCT), serta GCNIS. Perubahan p53 telah diamati pada sekitar 66% kasus
13
2.2.3 Gejala
yang tidak nyeri (>85%). Sekitar 10% pria datang dengan nyeri akut, dan 20%
hingga 30% mengalami perasaan berat menyeret atau sakit umum. Gejala-gejala
epididimitis atau torsi testis akut.3 Oleh karena itu, berdasarkan pedoman AUA,
jika ditemukan massa padat di testis yang teridentifikasi saat pemeriksaan fisik
atau pencitraan harus ditangani sebagai neoplasma ganas hingga diagnosis lain
ditegakkan.4
Klasifikasi TNM
pT - Primary Tumour
pTX Tumor primer tidak dapat teridentifikasi
pT0 Tidak ada bukti tumor primer
pTis Neoplasia sel germinal intratubular (karsinoma in situ)
pT1 Tumor terbatas pada testis dan epididimis tanpa invasi
vaskular/limfatik; tumor dapat menyerang tunika
albuginea tetapi tidak tunika vaginalis.
pT2 Tumor terbatas pada testis dan epididimis dengan invasi
vaskular/limfatik; tumor dapat menyerang tunika
albuginea tetapi tidak tunika vaginalis.
pT3 Tumor menginvasi korda spermatika dengan atau tanpa
invasi vaskular/limfatik.
pT4 Tumor menginvasi korda skrotum dengan atau tanpa
invasi vaskular/limfatik.
N- Nodus Limfatikus Regional
NX Kelenjar getah bening regional tidak dapat dinilai
N0 Tidak ada metastasis kelenjar getah bening regional
14
N1 Metastasis dengan massa kelenjar getah bening 2 cm atau
kurang dalam dimensi terbesar atau beberapa kelenjar
getah bening, tidak lebih dari 2 cm dalam dimensi terbesar
N2 Metastasis dengan massa kelenjar getah bening lebih dari
2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm dalam dimensi terbesar;
atau lebih dari 5 simpul positif, tidak lebih dari 5 cm; atau
bukti perluasan tumor ke ekstranodal
M - Distant Metastasis
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Metastasis jauh
M1a Kelenjar getah bening non-regional atau metastasis ke
paru-paru
M1b Metastasis jauh selain kelenjar getah bening non-regional
dan paru-paru
Massa intratesticular yang keras adalah diagnosis kanker testis kecuali jika
Epididimo-orkitis
hematom
Hernia inguinalis
Hidrokel
Varikokel
Limfoma (temuan paling umum pada lesi testis bilateral pada pria yang lebih
tua)
15
prostat)
Gumma sifilis
Tuberkuloma
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
histopatologi pada pasien kanker testis. Seluruh pasien yang telah memenuhi
kanker testis yang datang ke Departemen Ilmu Bedah Urologi di RSHS Bandung.
inklusi dan eksklusi penelitian. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh
merupakan data sekunder berupa rekam medis pasien dan tidak dilakukan
kemoradiasi;
17
3.1.3 Kriteria Eksklusi
lain.
data rekam medis bertujuan untuk melihat gambaran histopatologi dan terapi pada
testis
Cara ukur: Melihat data rekam medis berdasarkan kode diagnosis 10th
Revision of the International Code of Diseases (ICD-10)
dalam section C62 – malignant neoplasm of the testis
Skala ukur: Kategorik nominal
18
2. Stadium Kanker Testis untuk menjelaskan ekstensi dan progresivitas penyakit
19
3.5 Rancangan Analisis
Data yang diperoleh dari penelitian akan dicatat dan hasilnya disajikan
statistik deskriptif yang mencakup proporsi serta nilai median. Pengujian hipotesis
dokumen rekam medis. Penelitian ini memperlihatkan empat aspek etik penelitian
yaitu :
20
1. Respect For Person (menghormati harkat dan martabat manusia)
2. Beneficience (bermanfaat)
4. Justice (adil)
hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan individu, serta peneliti
memperlakukan subjek secara adil tanpa melihat faktor sosial dan ekonomi.
21
Jenis kelamin :
Laki-laki
Perempuan
Stadium klinis :
I
II
III
IVA
IVB
DAFTAR PUSTAKA
22