Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

KEPERAWATAN ANAK II

PERAWATAN INKUBATOR

DISUSUN OLEH

NAMA : Anasthasia Florentina Siboro

NIM : 1810913220014

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2020
TUGAS INDIVIDU

1. Sebutkan 3 kondisi medis bayi yang tergolong risiko tinggi dan berikan
penjelasan masing-masing!
2. Berikan alasan perlunya pencegahan terjadinya hipotermi pada bayi sehat
dan sakit!
3. Seorang bayi lahir melalui persalinan normal dengan usia gestasi 33
minggu, BBL 2100 gram, asfiksia sedang. Anda diminta oleh perawat ruang
bersalin untuk memindahkan bayi ke ruang perinatology, apa inkubator
yang perlu anda siapkan dan bayi harus dirawat di ruang tingkat berapa?
4. Jelaskan tentang skin to skin contact, kangaroo mother care!
5. Jelaskan persiapan yang perlu dilakukan sebelum menggunakan inkubator!

JAWAB

1. Kondisi medis bayi yang tergolong risiko tinggi, yaitu:


- BBLR

WHO (World Health Organization) mendefinisikan BBLR sebagai bayi


yang lahir dengan berat ≤ 2500 gr. WHO mengelompokkan BBLR menjadi
3 macam, yaitu BBLR (1500–2499 gram), BBLSR (1000- 1499 gram),
BBLER (< 1000 gram). WHO juga mengatakan bahwa sebesar 60–80% dari
Angka Kematian Bayi (AKB) yang terjadi, disebabkan karena BBLR.
BBLR memiliki risiko lebih besar untuk mengalami morbiditas dan
mortalitas daripada bayi lahir yang memiliki berat badan normal. Masa
kehamilan yang kurang dari 37 minggu dapat menyebabkan terjadinya
komplikasi pada bayi karena pertumbuhan organ-organ yang berada dalam
tubuhnya kurang sempurna. Bayi dengan BBLR memiliki risiko lebih tinggi
mengalami kematian, keterlambatan petumbuhan dan perkembangan
selama masa kanak-kanak dibandingkan dengan bayi yang tidak BBLR.
- Asfiksia

Asfiksia merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas secara


spontan dan teratur segera setelah lahir keadaan tersebut dapat disertai
dengan adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis. Penyebab
secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan O₂ dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau
segera setelah lahir. Klasifikasi asfiksia menurut Sukarni & Sudarti (2013)
adalah :

1. Virgorous baby (Asfiksia ringan), Apgar skor 7-9, dalam hal ini bayi
dianggap sehat, tidak memerlukan tindakan istimewa.

2. Mild- moderate asphyksia (asfiksia sedang), APGAR score 4-6

3. Severe asphyksia (asfiksia berat) APGAR score 0-3

- Perdarahan

Perdarahan intrakranial didefinisikan sebagai akumulasi darah patologis


yang terjadi di otak dan diklasifikasi berdasarkan lokasi perdarahan yaitu
perdarahan epidural, subdural, subaraknoid, intraventrikular dan
intraserebral (intraparenkim). Perdarahan intrakranial dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang terbagi menjadi dua; faktor maternal dan perinatal.
Faktor maternal berupa penggunaan obat-obatan seperti aspirin selama
kehamilan, hipertensi kehamilan dan gangguan autoimun, sedangkan faktor
perinatal berupa trauma lahir, nilai Apgar yang rendah, bayi yang diberi ASI
dan tidak diberi vitamin K, persalinan spontan, persalinan lama, dan
persalinan dengan forseps. Perdarahan intrakranial pada bayi merupakan
jenis perdarahan yang sering dihubungkan dengan Hemorrhagic Disease of
Newborn (HDN) atau Penyakit Perdarahan Akibat Defisiensi Vitamin K
(PDVK) terutama pada onset lambat, yaitu yang muncul pada bayi berusia
lebih dari 7 hari. Bayi baru lahir hanya mempunyai kemampuan aktivitas
koagulasi 20-50% dibanding orang dewasa. Kurangnya pemberian vitamin
K saat lahir, pemberian ASI eksklusif, diare kronik dan penggunaan
antibiotik jangka panjang membuat bayi lebih rentan terhadap PDVK.
Gejala klinis perdarahan intrakranial pada PDVK yang tersering adalah
kejang, pucat, muntah dan ubun-ubun membonjol.

2. Hipotermia adalah suhu tubuh di bawah 36,5̊C. Hipotermia dapat


menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh darah, yang
mengakibatkan terjadinya metabolik anaerobik, meningkatkan kebutuhan
oksigen, mengakibatkan hipoksemia dan berlanjut dengan kematian. Bayi
tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai sehingga bayi
cepat mengalami kedinginan, bila tidak segera ditangani bayi akan
kehilangan panas. Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermia)
berisiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal. Bayi yang rentan
mengalami hipotermia adalah bayi prematur atau bayi berat badan rendah.
Bayi prematur cenderung memiliki suhu yang abnormal disebabkan oleh
produksi panas yang buruk dan peningkatan kehilangan panas. Kegagalan
untuk menghasilkan panas yang adekuat disebabkan tidak adanya jaringan
adiposa coklat (yang mempunyai aktivitas metabolik yang tinggi),
pernafasan yang lemah dengan pembakaran oksigen yang buruk, dan
masukan makanan yang rendah. Risiko tinggi hipotermi berhubungan
dengan imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan
oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan. Pada bayi dalam keadaan
sehat, jika penanganannya kurang baik dapat menyebabkan kelainan-
kelainan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian.
Sebagai contoh bayi yang mengalami hipotermi akan menyebabkan
hipoglikemia dan akhirnya dapat terjadi kerusakan otak
3. Berdasarkan kasus bayi akan dipindahkan ke ruang perinatology, sehingga
jenis incubator yang sesuai yaitu Transport Incubator yang tertutup.
Inkubator tertutup dapat mengatur kestabilan suhu secara otomatis,
menyediakan udara bersih karena terdapat filter udara pada alat dan
digunakan saat keadaan darurat untuk keperluan pernafasan, sesuai dengan
kasus bayi mengalami gangguan pernafasan yaitu afiksia sedang. Bayi
harus dirawat di ruang tingkat II A, karena usia kehamilannya > 32 minggu
dan memiliki berat lahir ≥ 1500gr serta memiliki afiksia sedang.
4. a. Skin to skin contact adalah praktik di mana usai dilahirkan, bayi
dikeringkan dan diletakkan langsung di dada ibu mereka setelah lahir.
Terdapat manfaat dari teknik ini baik dari fisiologis maupun dari perilaku
bayi dengan berat badan lahir rendah. Metode skin to skin dapat
memperbaiki status metabolisme bayi, regulasi termal, pola nafas dan
saturasi oksigen, mengurangi apnea dan bradikardi, meningkatkan angka
berat badan dan produksi ASI, memperpendek hari rawat, dan berfungsi
sebagai analgesik selama prosedur medis yang menyebabkan nyeri. Skin to
skin contact meningkatkan suhu tubuh ke arah normal pada bayi berat lahir
rendah serta meningkatkan denyut jantung dan kenaikan oksigen.
b. Kangaroo Mother Care (KMC) merupakan salah satu perawatan yang
efektif bagi bayi prematur. Kangaroo Mother Care meliputi perawatan
kontak langsung antara kulit ibu dengan kulit bayi dengan meletakkan bayi
di dada ibu, memiliki kelebihan dapat memenuhi kebutuhan sentuhan pada
bayi sebagai stimulus untuk perkembangannya. Kangaroo Mother Care
bagi bayi bermanfaat untuk optimalisasi tanda vital bayi, mendukung
ASI eksklusif, penambahan berat badan, perkembangan bayi lebih cepat,
dan pengurangan lama rawat di rumah sakit. Durasi Kangaroo Mother
Care selama 2 jam memberikan pengaruh lebih baik pada suhu, denyut
jantung, laju pernapasan, dan saturasi oksigen bayi daripada durasi 1
jam, sedangkan pada tekanan darah tidak memberikan perubahan
5. Persiapan yang perlu dilakukan sebelum menggunakan incubator :
 Membersihkan inkubator setiap hari dengan memberikan desinfektan
sebelum saat akan digunakan
 Kain yang bersih harus selalu digunakan sebagai penutup matras
setiap kali inkubator akan digunakan
 Inkubator harus terhubung dengan catu daya
 Untuk menyalakan inkubator, cukup dengan menekan atau memutar
tombol on or off
 Tidak lupa untuk melakukan pengecekan thermometer
 Melakukan pemanasan secukupnya
 Melakukan tindakan
 Hubungkan sensor temperatur udara pada konektornya
 Posisikan matras dengan baik
 Pasang semua aksesoris
 Siapkan peralatan oksigen
 Cek kondisi kanopi inkubator
 Isi tanki air secukupnya.
Referensi

Sarnah, Firdayanti, Rahma., Andi Sitti. 2020. Manajemen Asuhan Kebidanan pada
Bayi Ny “H” dengan Hipotermi di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar.
Jurnal Midwifery. Vol 2 No 1.

Ekawati Heny. 2015. Pengaruh IMD terhadap Perubahan Suhu Tubuh Bayi Baru
Larir di Klinik Bersalin Mitra Husada Desa Pangean Kecamatan Madura
Kabupaten Lamongan. Jurnal Keperawatan. Vol. 7, No. 1.

Purwaningsih, Heni. Widuri. 2019. Pengaruh skin to skin contact (PMK) terhadap
penurunan suhu tubuh pada bayi demam. Jurnal Perawat Indonesia, Volume
3 No 1, Hal 79 - 84

Zahra, Sabrina Aulia. dkk. Pengaruh Durasi Kangaroo Mother Care Terhadap
Perubahan Tanda Vital Bayi. Jurnal Kedokteran Diponogoro. Vol 7 : No 2
(1182-1191)

Kementerian Kesehatan. 2011. Standar Pelayanan Keperawatan Neonatus di


Rumah Sakit. Jakarta.

Kementerian Kesehatan. 2011. Pedoman peralatan medik bagi pelayanan bayi baru
lahir, bayi dan balita pengoperasian dan pemeliharaan. Jakarta.

Lestari, Dewi. 2013. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny. S Umur 2
Jam dengan BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Ajibarang. Universitas
Muhamadiyah Purwekerto.

Nule, Maternus. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Bayi Ny. E. N Dengan Asfiksia
Sedang Di Ruangan Nicu Rsud. Prof Dr. W. Z Johanes Kupang. Politeknik
Kesehatan Kemenkes Kupang.

Hanifa, Rizka., Syarif, Iskandar., Jurnalis, Yusri Dianne. 2017. Gambaran


Perdarahan Intrakranial pada Perdarahan akibat Defisiensi Vitamin K
(PDVK) di RSUP Dr. M. Djamil. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol 6(2).

Anda mungkin juga menyukai