FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
2015
Disusun Oleh Kelompok 5 B
1. Dini Gustiarini
2. Anggi Izdihar Mahaswari
3. Hingar Pramesti
4. Elisabeth Gracelia Juliet
5. Muhammad Syauqi Mirza
6. Reynaldi Allen
7. Lavenia Rerung
8. Sri Maharani Ake
FARMAKOLOGI SUSUNAN SARAF OTONOM
LANDASAN TEORI
a. Sistem saraf pusat: terdiri dari otak dan medulla spinalis pada
SSP kumpulan neuron disebut Nukleus.
b. Sistem saraf perifer: terdiri dari banyak jaringan saraf dan saraf
otak yang menghubungkan tubuh ke otak dan medulla spinalis. Sistem
saraf perifer dibagi lagi menjadi sistem saraf otonom dan sistem saraf
somatik.
Sistem saraf tak sadar atau saraf otonom merupakan bagian dari
susunan saraf tepi yang bekerjanya tidak dapat disadari dan bekerja secara
otomatis. Sistem saraf otonom mengendalikan kegiatan organ-organ dalam
seperti otot perut, pembuluh darah, jantung dan alat-alat reproduksi.
Menurut fungsinya sistem saraf otonom dibagi menjadi 2 yaitu saraf
simpatik dan parasimpatik.
1. Letak badan sel Torax 1-12 Saraf cranial III, VII, IX,X
praganglion Lumbal 1-3 Sakral 2,3,4
(thoracolumbal) (craniosakral)
TUJUAN PERCOBAAN
a. Mencit dewasa
b. Alat suntik dan jarum
c. Larutan pilokarpin nitrat 1%
Prosedur percobaan:
Hasil Pengamatan
a. Sebelum penyuntikan pilokarpin
Tingkah laku, pernafasan tampak normal. Tidak terdapat salivasi,
tidak terjadi defekasi.
b. Setelah penyuntikan pilokarpin
a. Mencit dewasa
b. Larutan pilokarpin nitrat 1%
c. Larutan atropin sulfat 0,5%
d. Alat suntik dan jarum
Prosedur percobaan:
Hasil pengamatan
1. Sistem saraf pusat yang terdiri dari otak dan sumsum tulang
belakang.
2. Sistem saraf tepi (perifer) yang terdiri dari sistem saraf otonom
(titik sadar) dan sistem saraf somatik, selanjutnya sistem saraf
otonom dibagi menjadi sistem saraf simpatis dan sistem saraf
parasimpatis.
Kesimpulan
Dalam praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa sistem
saraf otonom adalah sistem saraf yang tidak dapat dikendalikan oleh
kemauan kita melalui otak. Sistem saraf otonom mengendalikan beberapa
organ tubuh, seperti jantung, pembuluh darah, ginjal, pupil mata, lambung
dan usus.
Praktikum III :
Pemilihan kelinci disini sebagai hewan coba karena mata kelinci yang kiri
dan kanan dapat bereaksi sendiri-sendiri tak bergantung satu sama lain.
- Kelinci
- Kotak tempat kelinci
- Pipet tetes
- Penggaris plastik
- Larutan acidum boricum 2% (Asam Borat/Boorwater)
- Larutan epinefrin
- Larutan pilokarpin nitrat
- Larutan atropin sulfat
Prosedur
- Letakkan kelinci didalam kotak tempat kelinci dan cukur bulu mata
kelinci
- Ukur besarnya pupil mata kiri dan kanan
- Perhatikan warna mukosa konjunctiva kelinci
- Perhatikan refleks palpebra dengan menggesek pelan-pelan kornea
kelinci dengan ijuk (bila normal maka kelopak mata akan menutup
setelah digesek)
- Perhatikan reaksinya terhadap cahaya (dengan lampu senter)
- Kemudian teteskan pada mata sebelah kiri dengan 2 tetes pilikarpin
dan mata kanan dengan 2 tetes epinefrin (waktu meneteskan obat,
tekan canthus media mata dan tarik kelopak bawah mata agar tidak
masuk ke hidung)
- Amati perubahan pada mata (pupil mata, mukosa konjungtiva, refleks
palpebra, dan cahaya)
- Setelah terlihat perubahan kemudian teteskan pada mata kiri dengan
2 tetes atropin dan mata kanan dengan pilokarpin
- Amati perubahan yang terjadi
Hasil Pengamatan
MATA KIRI
Obat
Besar Warna Mukosa Refleks Refleks Cahaya
Pupil Konjugtiva Palpebra
Normal 0,6cm Putih Menutup Mengecil
(++)
Pilokarpin 0,4cm Putih Menutup Mengecil
(+)
+Atropin 0,6cm Putih Menutup Membesar
(+)
MATA KANAN
Obat
Besar Pupil Warna Refleks Refleks
Mukosa Palpebra Cahaya
Konjugtiva
Normal 0,6cm Putih Mnutup Mengecil
(+++)
Epinefrin 0,9cm Putih Refleks Membesar
Lambat
(+)
+Pilokarpin 0,6cm Putih Refleks Mengcil
Cepat(++)
Kesimpulan
MATA KANAN
MATA KIRI