Anda di halaman 1dari 3

PERSILANGAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID

1 (satu), Berlian Nursyanti Mahardhika, 1653024001.


Pendidikan Biologi, Fakultas dan Ilmu Keguruan, Universitas Lampung

A. Tujuan
1. Untuk mendapatkan gambaran tentang kemungkinan gen-gen yang dibawa oleh gamet-gamet bertemu secara
acak.
2. Untuk menentukan rasio fenotif dari persilangan dihibrid dominan dan resesif.
B. Cara Kerja
1. Monohibrid Dominan dan Intermediet

Model-model gen

- Diambil 50 model gen merah (M), dan 50


model gen putih (m)
- Dimasukkan masing-masing 25 model gen
M kekantung kanan dan sisanya kekantung
Kiri. Begitu pula dengan model gen m
- Dikocok sampai merata isi kantung tersebut
- Diambil 1 model gen dari tiap kantung dan
dipasangkan
- Dimasukkan hasil pengamatan tersebut
kedalam tebel

Hasil pengamatan

2. Dihibrid Dominan
Model-model gen

- Diambil 32 gen M untuk gen bunga warna merah dengan model gen warna merah.
- Diambil 32 gen m untuk gen bunga warna putih dengan model gen berwarna putih.
- Diambil 32 gen H untuk gen biji bulat dengan model gen warna hijau.
- Diambil 32 gen h untuk gen biji kisut dengan model gen warna kuning.
- Dipasangkan 16 gen M dengan 16 gen H, dibagi menjadi 2, 8 di kotak A dan 8 di kotak B.
- Dipasangkan 16 gen M dengan 16 gen h, dibagi menjadi 2, 8 di kotak A dan 8 di kotak B.
- Dipasangkan 16 gen m dengan 16 gen H, dibagi menjadi 2, 8 di kotak A dan 8 di kotak B.
- Dipasangkan 16 gen m dengan 16 gen h, dibagi menjadi 2, 8 di kotak A dan 8 di kotak B.
- Dikocok sampai merata isi kedua kotak A dan B.
- Dengan tanpa melihat diambil 1 model gen dari tiap-tiap kotak, kemudian dipasangkanlah.
- Ditentukan sifat fenotipenya untuk genotipe M-H- (merah bulat), M-hh (merah kisut), mmH- (putih bulat),
mmhh (putih kisut).
- Dilakukan pengulangan selama 2 kali sampai gen-gen dikotak A dan B habis.
Hasil Pengamatan

C. Hasil Pengamatan
1. Tabel 1.1 Persilangan Monohibrid Dominan (genotif)
Hasil
Percobaan Perbandingan
Genotip Pengamatan
I II Jumlah
MM 14 12 26 1 1
Mm 22 26 48 1,84 2
mm 14 12 26 1 1
2. Tabel 1.2 Persilangan Monohibrid Resesif (intermediet)
Hasil
Percobaan Perbandingan
Genotip Pengamatan
I II Jumlah
MM 15 13 28 1 1
Mm 20 24 44 1,57 2
Mm 15 13 28 1 1
3. Tabel 1.3 Persilangan Dihibrid Domain
Hasil
Percobaan Perbandingan
Genotip Pengamatan
I II Jumlah
M-H- 18 19 37 9,25 9
M-hh 7 5 12 3 3
mmH- 5 6 11 2,75 3
mmhh 2 2 4 1 1

D. Pembahasan
Penyebaran gen dapat terjadi jika ada persilangan atau perkawinan antar individu dalam suatu populasi. Berdasarkan
jumlah sifat yang disilangkan, terdapat dua macam persilangan yaitu persilangan monohibrid dan persilangan
dihibrid. Persilangan monohibrid merupakan persilangan dengan satu sifat beda sedangkan persilangan dihibrid
merupakan persilangan dengan dua sifat beda, Persilangan dihibrid ini lebih rumit dibandingkan dengan persilangan
monohibrid karena pada persilangan dihibrid melibatkan dua lokus. Okasha (2012) menyatakan bahwa konsep
penting dalam genetika populasi yang melibatkan dua lokus adalah adanya keterkaitan antar keduanya.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada perselingan monohibrid dan dihibrid menunjukkan bahwa hasil
pengamatan sesuai dengan teori. Hasil persilangan monohibrid dominan dengan gen M (merah) dan m (putih)
diperoleh rasio genotifnya, yakni MM : Mm : mm dengan perbandingan genotif 1 : 2 : 1 dan adapun ratio fenotifnya
merah : putih dengan perbandingan 3 : 1, karena gen M dominan terhadap gen m. Hal ini sesuai dengan teori jika
dominansi nampak sepenuhnya maka persilangan monohibrid menghasilkan keturunan yang menghasilkan
perbandingan fenotif 3:1, dan perbandingan genotipenya adalah 1 : 2 : 1 (Suryo, hal 10, 2013) dan Pada semidominansi
(artinya dominansi tidak nampak penuh, sehingga ada sifat intermediet) maka hasil perkawinan monohibrid akan
menghasilkan keturunan dengan perbandingan 1 : 2 : 1 (suryo, hal 24, 2013).

Sedangkan, berdasarkan percobaan persilangan dihibrid dominan dengan gen M adalah gen bunga merah, gen m
adalah gen bunga putih, gen H adalah gen biji bulat, dan gen h adalah gen biji kisut diperoleh rasio fenotif nya M-
H-:M-hh:mmH-:mmhh adalah 9:3:3:1 karena gen M dominan terhadap gen m, dan gen H dominan terhadap gen h,
maka fenotif yang muncul adalah 9 merah bulat, 3 merah kisut, 3 putih bulat, dan 1 putih kisut. Hal ini sesuai dengan
teori yakni apabila dominansi nampak penuh, maka perkawinan dihibrid menghasilkan keturunan dengan
perbandingan fenotipe 9 : 3 : 3 :1. (suryo, hal 24, 2013)

E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum persilangan monohibrid dan dihibrid dapat disimpulkan bahwa hasil praktikum yang
dilakukan telah sesuai dengan teori yang ada, yakni dengan rasio fenotif monohibrid dominan adalah 3 : 1 (merah :
putih), sedangkan rasio fenotif monohibrid intermediet adalah 1 : 2 :1 (merah : merah muda : putih). Adapun
persilangan dihibrid dominan memiliki rasio fenotif 9 : 3 : 3 : 1(merah bulat : merah kisut : putih bulat : putih kisut).

F. Referensi

Campbell, N.A. et al. 2008. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Suryo. 2013. Genetika untuk Strata 1. UGM Press. Yogyakarta.

Syamsuri, Istamar, dkk. 2004. Biologi. Erlangga. Jakarta


Wijayanto, DA.,Hidayat, R, Dkk. 2013. Penerapan Model Diferensi dalam Penentuan Probabilitas Genotip Keturunan
dengan Dua Sifat Beda. Jember: Jurnal Ilmu Dasar. Vol.14,No.2:79.

Anda mungkin juga menyukai