Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Golongan darah dibedakan atas jenis aglutinogen di dalam eritrosit, serta

aglutinin di dalam plasma darah. Penggolongan darah sangat penting

dalam hal transfusi darah. Hal ini dikarenakan, apabila aglutinogen

bertemu dengan aglutinin tertentu, dapat mengakibatkan aglutinasi yang

berakibat kematian. Sehingga, perlu dilakukan praktikum pengujian darah.

Selain itu, pembelajara Biologi mengenai sistem peredaran darah manusia

lebih mudah dikuasai.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan ulasan pada latar belakang, maka kami merumuskan masalah:

1. Bagaimana teknik pengujian golongan darah?

C.     TUJUAN

Berdasarkan permasalahan, maka tujuan percobaan ini yaitu :

1. Mengetahui prosedur praktikum pengujian golongan darah


2. Melakukan praktikum yang sejalan dengan kurikulum yang berlaku
3. Memenuhi tugas bahasa inggris

1
D. MANFAAT

Berdasarkan tujuan, maka manfaat percobaan ini yaitu :

Manfaat bagi diri sendiri :

1. Dapat mengetahui bagaimana melaksanakan praktikum pengujian


golongan darah

Manfaat bagi Sekolah :

1. Dapat membantu mempermudah pembelajaran serta sebagai pelengkap


materi.
2. Memudahkan guru untuk melakukan pembelajaran karena siswa
melakukan percobaan

Manfaat bagi Pendidikan Nasional :

1. Sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri


sendiri dalam proses pembelajaran, pada khususnya.
2. Meningkatkan kualitas pendidikan, pada umumnya, dengan adanya
pembuatan makalah tersebut.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Golongan Darah Sistem ABO

Karl Landsteiner, seorang ilmuwan asal Austria yang menemukan 3 dari 4


golongan darah dalam sistem AB0 pada tahun 1900 dengan cara memeriksa
golongan darah beberapa teman sekerjanya. Percobaan sederhana ini pun
dilakukan dengan mereaksikan sel darah merah dengan serum dari para donor.
Hasilnya adalah dua macam reaksi (menjadi dasar antigen A dan B, dikenal
dengan golongan darah A dan B) dan satu macam tanpa reaksi (tidak memiliki
antigen, dikenal dengan golongan darah 0). Kesimpulannya ada dua macam
antigen A dan B di sel darah merah yang disebut golongan A dan B, atau sama
sekali tidak ada reaksi yang disebut golongan 0. Kemudian Alfred Von Decastello
dan Adriano Sturli yang masih kolega dari Landsteiner menemukan golongan
darah AB pada tahun 1901. Pada golongan darah AB, kedua antigen A dan B
ditemukan secara bersamaan pada sel darah merah sedangkan pada serum tidak
ditemukan antibodi. Dalam sistem AB0, golongan darah dibagi menjadi 4
golongan, yaitu A, B, O, dan AB. Penyebaran golongan darah A, B, 0 dan AB
bervariasi di dunia tergantung populasi atau ras. Salah satu pembelajaran
menunjukkan distribusi golongan darah terhadap populasi yang berbeda-beda.

B. Golongan Darah Sistem Rhesus

Golongan darah sistem Rhesus didasarkan atas ada tidaknya aglutinogen


Rhesus (Rh) yang disebut juga faktor Rhesus. Pada tahun 1940, Landsteiner
menemukan bahwa golongan darah A dapat dibedakan pada kera jenis Macaca
mulata. Berdasarkan penyelidikannya membedakan golongan darah A menjadi 2
macam yaitu :

3
1. Golongan darah A yang berfaktor rhesus positif (Rh+)

2. Golongan darah A yang tidak berfaktor rhesus ( Rh-)

Golongan darah yang lain juga dibedakan menjadi Rh+ dan Rh-. Gologan
darah Rh+ yaitu golongan darah yang mempunyai antigen Rhesus. Golongan
darah Rh- yaitu golongan darah yang tidak mempunyai antigen Rhesus. Rh+
bersifat dominan, oleh karena itu Rh+ tidak boleh mendonorkan darahnya ke tipe
Rh- karena akan terjadi aglutinasi. Akan tetapi orang bergolongan darah Rh-
boleh menyumbangkan darah ke orang bergolongan darah Rh+. Faktor Rh tidak
begitu pengaruh dalam transfuse darah, tetapi pada kasus tertentu dapat
menyebabkan kematian bayi dalam kandungan (Eritroblastosis fetalis). Kondisi
ini berkembang pada bayi yang belum lahir ketika ibu dan bayi memiliki jenis
darah yang berbeda, biasanya terjadi jika seorang ibu Rh- kawin dengan lelaki
Rh+ maka anak dalam kandungannya akan memiliki Rh+. Saat dalam kandungan,
sel darah merah Rh+ anaknya dapat keluar menembus plasenta ke sistem sirkulasi
ibunya, yaitu saat plasenta rusak sebelum atau sesudah bayi dilahirkan. Hal ini
menyebabkan si ibu memproduksi antibodi anti-Rh. Jika ibu hamil lagi dan anak
memiliki faktor Rh+, maka antibodi anti-Rh ibu akan masuk lewat plasenta dan
merusak sel darah merah anak. Akibatnya, terjadi kerusakan sel darah merah pada
anak kedua yang dapat menyebabkan kematian.

C. Transfusi Darah

Pada transfusi darah, orang yang mendapat darah disebut resipien dan
pemberi darah disebut donor. Sel darah yan diberikn kepada resipien adalah
senyawa protein. Jika tidak sesuai, berarti sel darah tersebut bersifat sebagai
antigen sehingga sel darah akan digumpalkan atau mengalami aglutinasi.
Golongan darah 0 dapat memberikan darahnya kke semuagolongan darah
sehingga disebut donor universal. Hal ini terjadi karena sel-sel golongan darah 0
tidak mengandung kedua aglutinogen sehingga sejumlah kecil dari darah ini dapat

4
ditransfusikan ke hamper setiap resipien tanpa terjadi reaksi aglutinasi dengan
cepat. Golongan darah AB disebut resipien universal karena dapat menerima
darah dari semua golongan darah. Akan tetapi, transfuse darah sebaiknya
dilakukan antar golongan darah yang sama. Pada setiap transfuse, darah yang
dipakai rata-rata antara 300-1000 cc. darah yang diambil tersebt dimasukkan ke
dalam botol steril terlebih dahulu. Kemudian darah diberi larutan natrium sitrat
2,5 % untuk mencegah penggumpalan. Lalu darah disimpan di tempat bersuhu di
bawah 0ºC.

5
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Percobaan

Dalam melakukan percobaan, dibutuhkan :

a. Alat dan bahan :

1. Jarum steril

2. Kapas

3. Alkohol 70%

4. Object glass

5. Serum anti A (alfa), anti b (beta), anti ab (alfa-beta) serta anti d

(rhesus)

6. Tusuk gigi

b. Langkah percobaan :

1. Siapkan object glass steril bagi menjadi 3 bagian, untuk ditetesi


serum anti A, anti B, anti AB dan Rhesus
2. Sterilkan salah satu ujung jari dengan kapas yang telah dibasahi
dengan alkohol 70%

6
3. Tusukkan jarum dengan hati-hati dan mantap ke ujung jari yang
telah steril, lalu tekanlah ujung jari hingga darah keluar
4. Teteskan darah pada object glass pada tempat yang telah dibagi
5. Balut jari menggunakan kapas yang mengandung alkohol
6. Teteskan serum anti A sebanyak 1 tetes pada sampel darah
pertama, lalu aduklah dengan gerakan memutar menggunakan
tusuk gigi.
7. Lakukan langkah nomor 5 untuk serum anti B, serum anti AB, dan
serum anti Rhesus
8. Amati perubahanpada object glass.

C. Data
Setelah kami melakukan percobaan, kami akan memperoleh data-
data seperti yang terdapat pada tabel berikut :

No. Nama Gambar anti-A anti-B anti-AB anti-D

1.

2.

3.

4.

5.

6.
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Data

7
No
Nama Gambar anti-A anti-B anti-AB anti-D
.
1. Adhyanasari Tidak menggumpal menggumpal Meng-
F. menggumpal gumpal

2. Alfi Tidak menggumpal menggumpal Meng-


Rohmatul menggumpal gumpal
M.

8
3. Hainun Nisa menggumpal Tidak menggumpal Meng-
H. menggumpal gumpal

4. Hizkia Tidak Tidak Tidak Meng-


Rodando G. menggumpal menggumpal menggumpal gumpal

5. Nisrina Tidak menggumpal menggumpal Meng-


Alya K.T. menggumpal gumpal

9
6. Risky Tidak Tidak Tidak Meng-
Aditya W. menggumpal menggumpal menggumpal gumpal

B. Pembahasan

Berdasarkan data di atas, sampel darah Adhyanasari Fitryawati


menggumpal ketika ditetesi serum beta dan serum alfa-beta, sedangkan tidak
terjadi penggumpalan apabila ditetesi serum anti alfa. Hal ini menunjukkan bahwa
eritrosit Adhyanasari mengandung antigen B dan aglutinnin α atau anti-A pada
bagian plasma darahnya, sehingga terjadi penggumpalan ketika ditetesi serum
beta dan alfa-beta. Sehingga, golongan darah Adhyanasari yaitu B. Adapun pada
serum rhesus terjadi penggumpalan, sehingga darah Adhyanasari termasuk
golongan rhesus positif. Golongan darah Adhyanasari dapat dituliskan B+.

Berdasarkan data di atas, sampel darah Alfi Rohmatul Maghfiroh


menggumpal ketika ditetesi serum beta dan serum alfa-beta, sedangkan tidak
terjadi penggumpalan apabila ditetesi serum anti alfa. Hal ini menunjukkan bahwa
eritrosit Alfi mengandung antigen B dan aglutinnin α atau anti-A pada bagian
plasma darahnya, sehingga terjadi penggumpalan ketika ditetesi serum beta dan
alfa-beta. Sehingga, golongan darah Alfi yaitu B. Adapun pada serum rhesus
terjadi penggumpalan, sehingga darah Alfi termasuk golongan rhesus positif.
Golongan darah Alfi dapat dituliskan B+.

10
Berdasarkan data di atas, sampel darah Hainun Nisa Halida menggumpal
ketika ditetesi serum alfa dan serum alfa-beta, sedangkan tidak terjadi
penggumpalan apabila ditetesi serum beta. Hal ini menunjukkan bahwa eritrosit
Hainun mengandung antigen A dan agglutinin β atau anti-B pada bagian plasma
darahnya, sehingga terjadi penggumpalan ketika ditetesi serum alfa dan alfa-beta.
Sehingga, golongan darah Hainun yaitu A. Adapun pada serum rhesus terjadi
penggumpalan, sehingga darah Hainun termasuk golongan rhesus positif.
Golongan darah Hainun dapat dituliskan A+.

Berdasarkan data di atas, sampel darah Hizkia Rodando Gratia tidak


menggumpal ketika ditetesi serum alfa, serum beta dan serum alfa-beta. Hal ini
menunjukkan bahwa eritrosit Hizkia tidak mempunyai antigen A juga B, namun
pada plasma darahnya, diketemukan aglutinnin α juga agglutinin β, sehingga tidak
terjadi penggumpalan ketika ditetesi serum alfa, serum beta dan alfa-beta.
Sehingga, golongan darah Hizkia yaitu O. Adapun pada serum rhesus terjadi
penggumpalan, sehingga darah Hizkia termasuk golongan rhesus positif.
Golongan darah Hizkia dapat dituliskan O+.

11
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari analisis serta pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa


golongan darah A memiliki eritrosit dengan antigen A dengan agglutinin β
atau anti-B pada bagian plasma darahnya, sedangkan golongan darah B
memiliki eritrosit dengan antigen B dan aglutinnin α atau anti-A pada
bagian plasma darahnya. Selanjutnya, Golongan darah O tidak mempunyai
antigen A juga B dalam sel darah merah namun pada plasma darahnya
diketemukan aglutinnin α juga agglutinin β. Adapun rhesus sebagian besar
positif dengan indikasi penggumpalan pada sampel darah.

B. Saran
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan, saran kami :
1. Tenangkan diri sebelum menusuk kulit dengan jarum agar darah
mudah dikeluarkan .
2. Tusuk kulit dengan jarum secara pasti, agar darah mampu dikeluarkan.
3. Apabila darah yang keluar sedikit, tusuk kulit di bagian jari lain
menggunakan jarum steril baru.

Saran bagi sekolah :

1. Kepada pihak sekolah dimohon menyediakan bahan yang digunakan,


agar pengujian valid.

12
2. Kepada guru dimohon untuk memberikan tugas para siswa untuk
membuat makalah, sebagai bekal pembelajaran ketika menempuh
pendidikan di perguruan tinggi.

Saran bagi Pendidikan Nasional :


1. Kepada Kementerian Pendidikan, penerapan kurikulum yang sedang
diterapkan dijalankan dengan sungguh-sungguh, sehingga pendidik
dan peserta didik dapat belajar dengan efektif dan efisien.
2. Kepada Kementerian Pendidikan supaya terus meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia, terutama dalam hal ilmu sains.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Na’in. 2014. Golongan Darah.


https://nainanggraeni.wordpress.com/ipa-2/sistem-peredaran-
darah/golongan-darah/. (diunduh 1 Desember 2015)

14

Anda mungkin juga menyukai