Anda di halaman 1dari 9

KONSERVASI PADA TINGKAT

KOMUNITAS DAN EKOSISTEM


Nama : Sri Yuning Salihi (432420022)
Kelas : B Biologi
Dinamika Populasi
Pengertian Dinamika Populasi

- Populasi merupakan kelompok individu dari spesies atau jenis yang sama pada suatu tempat dan
waktu tertentu. Dalam penyebarannya individu-individu itu dapat berada dalam kelompok-
kelompok, dan kelompok-kelompok itu terpisah antara satu dengan yang lain. Pemisahan kelompok-
kelompok itu dapat dibatasi oleh kondisi geografis atau kondisi cuaca yang menyebabkan individu
antar kelompok tidak dapat saling berhubungan untuk melakukan tukar menukar informasi genetik.
- Dinamika adalah suatu kumpulan dari dua atau lebih individu dimana perubahan individu satu dapat
mempengaruhi individu lain. Sedangkan populasi adalah kumpulan individu sejenis yang hidup
pada suatu daerah dari waktu tertentu. Contoh populasi dari komunitas sungai dapat berupa populasi
rumput, populasi ikan, populasi kepiting, populasikerang, populasi sumpil dan lain.-lain.
- Jadi dapat disimpulkan bahwa Dinamika Populasi adalah perubahan populasi dari waktu ke waktu.
Sifat-sifat Karakteristik (Khusus) Populasi

Ada dua ciri dasar populasi, yaitu ciri biologis yang merupakan ciri-ciri
yang dipunyai oleh individu-individu pembangun populasi itu, serta ciri-ciri
statistik yang merupakan ciri uniknya sebagai himpunan atau kelompok
individu-individu yang berinteraksi satu dengan lainnya.
a. Ciri-ciri Biologi
 Mempunyai struktur dan organisasi tertentu, yang sifatnya ada yang b. Ciri-ciri Statistik
konstan dan ada pula yang berfluktuasi dengan berjalannya waktu  Kerapatan (kepadatan) atau
(umur). ukuran besar populasi berikut
 Ontogenetik, mempunyai sejarah kehidupan (lahir, tumbuh, parameter-parameter utama yang
berdiferensiasi, menjadi tua = senessens dan mati). mempengaruhi seperti natalitas,
 Dapat dikenai dampak lingkungan dan memberikan respons moralitas, migrasi, imigrasi dan
terhadap perubahan lingkungan. emigrasi.
 Mempunyai hereditas.  Sebaran (tagihan, struktur) umur.
 Terintegrasi oleh faktor-faktor hereditas oleh faktor-faktor herediter  Komposisi genetik (“gene pool”
(genetik) dan ekologi (termasuk dalam hal ini adalah kemampuan = genangan gen).
beradaptasi, ketegaran reproduktif dan persistensi). Persistensi  Disperse (sebaran individu intra
dalam hal ini adalah adanya kemungkinan untuk meninggalkan populasi).
keturunan dalam waktu yang lama.
Kerapatan Populasi dan Cara Pengukurannya

- Pengaruh populasi terhadap komunitas dan ekosistem tidak hanya tergantung kepada jenis apa
dari organism yang terlibat tetapi tergantung kepada jumlahnya untuk membedakan kerapatan kasar
dari kerapatan ekologi (kerapatan spesifik). Kerapatan kasar adalah kerapatan yang didasarkan atas
kesatuan ruang total, sedangkan kerapatan ekologi adalah kerapatan yang didasarkan atas ruang
yang benar-benar (sesungguhnya) ditempati (mikrohabitat).
- Kerapatan populasi suatu hewan dapat dinyatakan dalam bentuk kerapatan mutlak (absolut) dan
kerapatan nisbi (relatif). Pada penafsiran kearapatan mutlak diperoleh jumlah hewan per satuan
area, sedangkan pada penafsiran kerapatan nisbi yaitu hal yang tidak diperoleh, melainkan hanya
akan menghasilkan suatu indeks kelimpahan (lebih banyak atau sedikit, lebih berlimpah atau
kurang berimpah). Pengukuran kerapatan populasi kebanyakan dilakukan dengan sensus atau
metode menggunakan sample (sampling).
Pembinaan Populasi Dan Satwa
1. Pengelolaan Populasi Satwa Burung

- Untuk mengelola kawasan yang dilindungi, pengelola perlu mengukur kebutuhan ekologi dari spesies,
memantau ukuran dan struktur umur populasi, kesehatan dan fluktuasi populasi. Dalam situasi di alam,
populasi spesies menurun, jatuh dan mungkin mengalami kepunahan lokal.
- Berbagai upaya dalam pembinaan populasi satwa burung disusun kebijakan dan strategi konservasi
dengan kerjasama berbagai instansi dari LSM serta organisasi/badan dunia yang interes terhadap
flora-fauna. Sedangkan populasi satwa burung di kawasan pasca bencana alam gunung meletus
ditempuh berupa inventarisasi, pengamanan, penyadaran masyarakat, recovery habitat dan
introduksi.
- Pengelolaan satwa liar di kawasan pasca bencana alam gunung meletus dapat ditingkatkan secara
intensif, sehingga dapat dihasilkan daya dukung yang optimal. Untuk menetapkan daya dukung
habitat dibutuhkan informasi mengenai biologi dan ekologi satwa liar. Prioritas utama adalah
mengetahui terlebih dahulu mengenai populasi, pergerakan, pertumbuhan dan potensi habitat.
Pembinaan Habitat

Dalam pembinaan habitat satwa liar ada tiga komponen utama yang satu sama lain saling berkaitan, yaitu :
komponen biotik (meliputi : vegetasi, satwa liar dan organisme mikro), komponen fisik (meliputi : air, tanah, iklim,
topografi, dll) dan komponen kimia (meliputi seluruh unsure kimia yang terkandung dalam komponen biotik maupun
komponen fisik).
- Pengelolaan Pakan
Berdasarkan jenis pakan dan kebiasaan makannya, maka satwa dapat dibedakan sebagai satwa pemakan buah dan
biji (frugivor), pemakan rumput, daun, pucuk (herbivora), pemakan serangga (insectivor), pemakan daging
(karnivora) dan pemakan segalanya (omnivora).
- Pengelolaan Air
Untuk memenuhi kebutuhan satwa akan air untuk minum, berkubang, dll. Selain memanfaatkan air bebas dari
alam (sungai, air hujan, embun dan sumber-sumber lain) diperlukan sarana tambahan misalnya, pembuatan tempat
minum, pembuatana kubangan dan kontrol terhadap kualitas air.P
-. Pengelolaan Pelindung (cover)
Kebutuhan perlindungan dari terik matahari, hujan dan pemangsa sangat dibutuhkan satwa. Untuk itu diperlukan
pengetahuan tentang pola penggunaan ruang setiap spesies satwa. Pengelolaan cover berkaitan dengan pengaturan
vegetasi.
Pemantauan Populasi dan Habitat
Pemantauan biasanya bertujuan untuk mengetahui kecenderungan jumlah populasi spesies flora dan fauna setelah
bencana gunung meletus, pengukuran keberhasilan reproduksi dan penilaian kualitas atau kondisi spesies dan habitat.
Populasi satwa didalam habitatnya dapat mengalami fluktuasi. Kegiatan pembinaan populasi satwa merupakan upaya
pengelolaan untuk menjamin kemantapan jumlah populasi dan jenis satwa di habitat alamnya. Parameter pemantauan
yang diukur dalam pembinaan populasi adalah jumlah individu setiap jenis dan jumlah individu seluruh jenis. Selain
itu parameter tambahan yang perlu diukur adalan frekuensi penemuan satwa dan jarak pandang rata-rata.
Hasil-hasil pemantauan akan berguna dalam banyak kepentingan manajemen kawasan pasca bencana alam gunung
meletus secara keseluruhan antara lain : memutuskan apakah tindakan pengelolaan habitat cukup efektif dan berguna,
perbaikan dalam implementasi pengelolaan habitat, memahami dinamika ekologis habitat dan mengetahui apakah
pengelolaan habitat mempunyai dampak positif terhadap pertumbuhan populasi satwa.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai