Disusun oleh:
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan paper yang
berjudul Teknik Diagnosis Rontgen Pada Penyu. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada Dosen Mata kuliah Manajemen dan Kesehatan Satwa Akuatik yang
telah membimbing dan menuntun penulis dalam menyelesaikan paper ini dengan
baik.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan karena keterbatasan yang dimiliki oleh penulis. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan adanya kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan paper ini. Paper ini tidak akan
terwujud tanpa adanya bantuan berbagai pihak baik bantuan secara langsung
maupun tidak langsung.
Atas segala bantuan yang diberikan penulis mengucapkan terima kasih dan
penulis memohon maaf atas banyaknya kekurangan yang dimiliki dalam paper ini
sehingga dengan adanya paper ini diharapkan dapat menjadi ilmu bagi yang
membacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................. i
4.1. Simpulan............................................................................................. 11
4.2. Saran ................................................................................................... 11
iii
DAFTAR GAMBAR
gb.1 Foto rontgen pada penyu yang tidak dibersihkan teritipnya sebelum
pengambilan radiografi ......................................................................................... 6
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan teknik diagnosis rontgen pada
penyu?
4. Bagaimana interpretasi atau cara membaca hasil foto rontgen pada
penyu?
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Sinar-x ditemukan oleh ahli fisika Jerman yang bernama Wllhelm Conrad
Roentgen pada 8 November 1895, sehingga sinar-x ini juga disebut Sinar Roentgen.
Perkernbangan Roentgen di lndonesia dimulai oleh Dr. Max Herman Knoch
seorang ahli radiologi berkebangsaan Belanda yang bekerja sebagai dokter tentara
di Jakarta. Pemanfaatan sinar-x ini terus berkembang dari tahun ke tahun dan sudah
banyak dimanfaatkan dalam dunia kedokteran hewan sebagai sarana penunjang
diagnosa.
3
IKaBAPETENIV-99 tentang Ketentuan Keselamatan Kerja dengan Radiasi.
Dengan demikian segala sesuatu berkaitan pemanfaatan radiasi untuk
radiodiagnostlk harus dilakukan dengan arif dan bijaksana yang aman baik bagi
hewan, manusia dan lingkungan.
4
BAB III
5
menghindari pembesaran gambar. Jaga balok dan bidang pasien sejajar
dengan bagian atas meja dan tegak lurus dengan pelat untuk menghindari
distorsi.
gb. 1 Foto rontgen pada penyu yang gb. 2 Proses pembersihan teritip pada penyu
tidak dibersihkan teritipnya sebelum sebelum pengambilan radiografi
pengambilan radiografi
6
2. Lateral. Posisi lateral kanan ini digunakan terutama untuk
mengevaluasi bidang paru kranial dan kaudal. Pastikan penyu
sedekat mungkin dengan plat untuk meminimalkan pembesaran.
Penyu yang lebih besar mungkin perlu dibagi menjadi beberapa plat.
7
3.3. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Diagnosis Rontgen pada Penyu
X ray atau rontgen adalah salah satu dari sejumlah metode
pencitraan (imaging) yang umum dilaksanakan oleh dokter guna memeriksa
bagian dalam tubuh pasien yang sedang ditangani. Hal ini umumnya apabila
pasien terindikasi mengalami penyakit di dalam tubuh.
Sinar X merupakan suatu bentuk radiasi elektromagnetik yang
memiliki panjang gelombang sangat pendek yaitu berkisar antara 0,01
hingga 10 nanometer dan memiliki frekuensi antara 1016 hingga 1021 Hz.
Hal ini yang menyebabkan sinar X mampu menembus tubuh.
Kegunaan rontgen :
1. Untuk memeriksa dan memonitor kondisi tulang, sendi dan gigi
Pemeriksaan area dada (Thorax)
2. Pemeriksaan area perut (Abdomen)
3.3.1. Kelebihan Sinar X
8
5. Menyebabkan gangguan anemia aplastik (kondisi kesehatan dimana
tubuh berhenti dalam memproduksi sel darah yang baru);
6. Infertilitas;
7. Meningkatkan resiko terjangkitnya kanker;
8. Meningkatkan resiko kerusakan genetik; dan
9. Membunuh sel-sel dalam tubuh (baik sel kanker maupun sel sehat).
3.3.3. Meminimalkan Risiko Bahaya Sinar X
1. Pastikan nama yang tertera pada hasil tes rontgen sama dengan
pasien yang periksa.
2. Pastikan sudah mempelajari semua informasi terkait tentang pasien
termasuk riwayat medisnya.
3. Bandingkan hasil tes rontgen dengan hasil yang sebelumnya jika
ada. Perhatikan tanggal tes pada hasil rontgen tersebut.
3.4.2. Menilai Kualitas Film
9
1. Periksalah petunjuk Posisi yang tercetak pada film. "L" berarti kiri,
"R" berarti kanan, "PA" berarti bagian depan, "AP" bagian belakang.
Perhatikan juga posisi tubuh pasien.
2. Atur posisi rontgen bagian belakang dan bagian samping.
3. Memahami posisi rontgen bagian belakang (AP).
4. Tentukan apakah film diambil dari posisi berbaring menyamping.
5. Sejajarkan hasil rontgen kiri dan kanan.
3.4.4. Analisis Gambar
1. Melihat gambaran umum terlebih dahulu. Biasanya dimulai
menggunakan metode ABCDE. A (airway) yaitu memeriksa saluran
napas. B (bones) memeriksa tulang. C (cardiag shillouette). D
(diaphragm) yaitu memeriksa dan segala sesuaitu yang lainnya. Lalu
yang terakhir E (Everythih else).
2. Periksallah apakah ada selang, jalur invus intravena, petunjuk EKG,
klip bedah, alat pacu jantung atau saluran pengeluaran cairan.
3. Periksa saluran napas apakah sudah terlihat jelas atau samar-samar.
4. Periksa tulang-tulang apakah ada tanda-tanda fraktur, luka, atau
cacat.
5. Amati tanda siluet jantung. Lihatlah ukuran bayangan jantung. Siluet
jantung normal menempati kurang dari setengah lebar dada.
6. Cari diafragma yang mendatar atau menonjol. Diafragma mendatar
merupakan indikasi empisema. Diafragma yang menonjol
merupakan indikasi area konsolidasi ruang udara yang
mengakibatkan paru-paru bagian bawah berbeda dalam hal
kepadatan jaringan jika dibandingkan dengan bagian perut.
7. Periksa tepi jantung, harusnya terlihat tajam. Amatilah jika terlihat
bagian yang terang yang mengaburkan garis tepi jantung, di lobus
tengah kanan dan kiri pada lingula pneumonia. Periksa juga jaringan
lunak eksternal untuk jika ada kelainan.
8. Periksa ruang paru-paru, periksa simetri dan temukan keregangan
atau kepadatan yang abnormal. Periksa vaskularisasi dan keberadaan
massa atau modul.
10
BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
Radiografi adalah teknik radiologi yang menerapkan radiasi Sinar-
X. Sinar-X pada teknik radiografi dapat digunakan untuk diagnosis masalah
pada penyu. Sinar X merupakan suatu bentuk radiasi elektromagnetik yang
memiliki panjang gelombang sangat pendek yaitu berkisar antara 0,01
hingga 10 nanometer dan memiliki frekuensi antara 1016 hingga 1021 Hz.
Hal ini yang menyebabkan sinar X mampu menembus tubuh. Salah satu
kelebihan dari sinar X adalah untuk memastikan bagian dalam tubuh penyu
yang mengalami sakit. Salah satu dari kekurangan sinar X adalah Paparan
radiasi dosis tinggi selama jangka waktu tertentu dapat menyebabkan
penyakit radiasi / sindrom radiasi akut (pingsan, kebingungan, mual,
muntah, luka pada kulit dan mulut, serta terjadinya perdarahan).
4.2. Saran
Dalam pelaksanaan pemeriksaan sinar X, agar pembaca harus teliti saat
melihat hasil dari foto sinar X. Kesalahan diagnosis dari hasil foto sinar X
akan dapat berakibat fatal terhadap pasien.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ana Luisa Valente, Rafaela Cuenca, Maria Luz Parga, Santiago Lavín, Jordi
Franch, Ignasi Marco. 2006. Cervical and coelomic radiologic features of the
loggerhead sea turtle, Caretta caretta. Canadian journal of veterinary
12