Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEBUNTINGAN DAN KELAHIRAN TERNAK

Di Susun oleh :

1. Achmad Roichanul Jannah _20210104022


2. Roghib Musthofa Kamal_20210104011
3. Yusuf Safrianto_20210104014

PRODI PETERNAKAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA PURWOKWERTO

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Alloh SWT


yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Reproduksi
Ternak,dengan judul : “ Kebuntingan dan Kelahiran Ternak Ruminansia.”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami juga menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata
sempurna,dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan peternakan.

Purwokerto, 27 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul...........................................................................................................i
Kata Pengantar.........................................................................................................ii
Daftar Isi.................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian kebuntingan ternak............................................................................2
B. Fase – fase yang terjadi pada proses kebuntingan…………………………….2
C. Pengertian Kelahiran Ternak…………………………………………………..5
D. Tanda-tanda Umum Periode Kelahiran………………………………………..6
E. Persiapan Yang Perlu Dilakukan Menjelang Kelahiran……………………….6

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan............................................................................................................8
3.2 Saran...................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kebuntingan berarti suatu keadaan dimana embrio sedang berkembang didalam uterus
ternak betina.Secara visual, periode kebuntingan pada umumnya dihitung mulai dari
perkawinan yang terakhir sampai terjadinya kelahiran anak secara normal.Pengertian lain dari
kebuntingan adalah dimana ternak mengandung janin yang sedang berkembang.Proses
kebuntingan biasanya berlangsung selama 280 – 294 hari.

Setelah terjadinya proses kebuntingan proses yang terjadi pada ternak yaitu proses
kelahiran.Kelahiran pada ternak merupakan hasil dari tingginya produktivitas pada ternak.
Semakin tingginya kelahiran ternak, maka semakin banyak produksi ternak tersebut dan
semakin memberikan keuntungan bagi peternak dan sebaliknya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan kebuntingan pada ternak?
2. Apa saja fase- fase yang terjadi pada ternak dalam proses kebuntingan ?
3. Apa yang di maksud kelahiran pada ternak ?
4. Bagaimana tanda – tanda umumnya ?
5. Bagaimana persiapan yang perlu dilakukan menjelang kelahiran ?
C. TUJUAN

1. Mengetahui pengertian dari kebuntingan dan fase – fase yang terjadi pada saat proses
kebuntingan.
2. Mengetahui pengertian dari kelahiran serta bagaimana tanda – tanda kelahiran pada
umumnya.
3. Mengetahui tentang apa saja yang perlu di siapkan menjelang kelahiran pada ternak.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian kebuntingan ternak


Kebuntingan adalah suatu periode sejak terjadinya fertilisasi sampai terjadinya
kelahiran . Kebuntingan merupakan keadaan dimana anak sedang berkembang dalam uterus
seekor hewan betina. Selama kebuntingan terjadi pertumbuhan dan perkembangan individu
baru yang merupakan hasil dari perbanyakan, pertumbuhan, perubahan susunan serta fungsi
sel. Perubahan tersebut meliputi bertambahnya volume dan sirkulasi darah kelenjer uterus
yang tumbuh membesar dan bekelok–kelok serta infiltrasi sel darah putih yang
mempersiapkan saluran reproduksi betina untuk kebuntingan.
Setiap individu memiliki lama bunting bervariasi, hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu faktor genetik, faktor maternal, fetal dan lingkungan. Contohnya sapi dara pada
umur muda akan mempunyai masa kebuntingan yang lebih pendek dari sapi yang lebih tua.

B. Fase – fase yang terjadi pada proses kebuntingan


Kebuntingan ternak, khususnya pada ternak sapi terdiri dari tiga fase yaitu
perkembangan ovum yang terjadi mulai saat terjadi fertilisasi sampai hari ke 13. Selanjutnya
fase embrio dari hari ke 14 saat mulai terbentuknya germ layer sampai hari ke 45, dan fase
terakhir adalah fetus yang dimulai pada hari ke 46 sampai kelahiran (partus). Selama fase
kebuntingan ini hormon yang memainkan peran yang sangat penting adalah Progesteron yang
disekresikan oleh Corpus luteum di ovarium.
Fase kebuntingan dimulai setelah terjadi fertilisasi dan ovum mengalami pembelahan
meiosis. Pembelahan sel terus terjadi hingga membentuk cluster sel yang solid
atau blastomer yang dikenal sebagai morulla. Lamanya pembentukan morulla ini terjadi
selama 5-6 hari setelah fertilisasi.

2
Pada hari ke- 6 setelah fertilisasi ovum berkembang membentuk rongga yang
mengarah keluar dan menjadi blastocyte. Blastocyst ini merupakan sebuah single layer dari
sel-sel spherical (sel bola tunggal), trophoblast, dengan pusat berlubang, serta kelompok sel
dengan massa sel terdapat pada sisi bagian dalam. Massa sel ini nanti yang akan berkembang
membentuk embrio, sedangkan trophoblast atau trophectoderm berperan sebagai
penyedia nutrient. Pada tahap perkembagan selanjutnya trophoblast ini akan
membentuk chorion.
Pada hari ke 8 zona pellucida mula terfragmentasi dan blastocyst mulai terbentuk
atau yang dikenal dengan “menetas” nya blastocyst dan selanjutnya diikuti oleh
periode elongasi blastocyst. Proses ini dipengaruhi oleh hormon progesteron yang
menstimulasi uterus sehingga zona pellucida dapat dengan mudah mengalami ruptur
sehingga blastocyst dapat dilepaskan.
Pada hari ke 14 perkembangan germ layer sudah mulai terjadi dan merupakan awal
fase embrio. Pada fase awal memasuki fase embrio ini, tiga germ layer mulai berkembang
dan muncul dari massa sel bagian dalam (inner cell) yang selanjutnya dikenal
sebagai ektoderm, mesoderm,  dan endoderm. Ektoderm ini selanjutnya yang berkembang
dan berperan memunculkan struktur ekternal seperti kulit, bulu, kuku, kelenjar susu, dan
sistem syaraf. Lapisan mesoderm akan berkembang menjadi jantung, tulang, dan otot, dan
lapisan endoderm  akan membentuk organ internal lainnya.
Pada hari ke- 16, embrio sudah cukup berkembang dan memberikan sinyal
kehadirannya kepada maternal system sehingga mencegah luteulisis sebagaimana yang
terjadi jika sapi tidak dalam keadaan bunting. Proses luteulisis ini terjadi karena adanya
interaksi antara corpus luteum dengan uterus.Pada hari ke- 45 pembentukan organ-organ
primitif telah selesai dan ini merupakan awal fase fetus (janin).

1. Pembentukan Membran Ekstra-embrionik

Embrio pada dasarnya dapat bertahan sementara waktu di uterus dengan menyerap
nutrient dari jaringannya sendiri dan dari cairan uterus, akan tetapi pada tahapan
perkembangan selanjutnya akan sepenuhnya bergantung dari suplai nutrien dari induknya.
Suplai nutrien dari induk ini terjadi karena embrio menempel pada endometrium sehingga
kebutuhan nutrien embrio dapat dipenuhi. Proses ini disebut implantasi dan diperkirakan
terjadi saat embrio berumur 20 hari.
3
Yolk Sac,  struktur ini berfungsi untuk mentrasfer nutrien dari uterus kepada embrio
yang sedang berkembang. Yolk sac penting namun hanya bersifat sementara dan terbentuk
sebagai penggelembungan dari usus yang sedang berkembang.
Yolk sac ini terpisah dari dinding uterus hanya oleh layer terluar blastocyst  dan
pembuluh darahnya menyerap nutrient. Fungsi yolk sac kelak akan diambil alih
oleh alantois yang nanti akan dibahas dibawah.

Amnion adalah membran yang terbentuk dari layer mesoderm dan sebuah


layer ektoderm. Membran ini akan terus mengalami perkembangan sehingga menutupi
embryo hingga memenuhi area yolk sac secara lengkap. Tahapan
perkembangan amnion biasanya selesai pada hari ke- 18 dan dipenuhi oleh cairan dan
mendukung serta melindungi embio dalam tahap perkembangannya.
Allantois  adalah struktur yang terbentuk dari dinding usus dimana perkembangannya
mengarah keluar yang pada akhirnya kontak dengan layer terluar atau trophectoder  untuk
membentuk chorion atau chorion+allantois. Membran ini biasanye terbentuk pada hari ke 23
dan berangsur-angsur mengelilingi embryo, amnion dan allantoic cavity.
Plasenta  adalah cairan yang terbentuk karena adanya kontak
antara chorion dan endometrium. Pada spesies ruminansia, plasenta dideskripisikan sebagai
‘cotyledonary’ sejak terjadi penempelan (implantasi) pada area
khusus endometrium. Plasenta berfungsi sebagai media pertukaran oksigen, karbondioksida,
serta nutrien dari induk untuk embrio yang sedang berkembang.Setelah perkembangan
embrio mencapai umur 32 hari allantois dan trophectoderm hampir memenuhi tanduk uterus
serta diikuti dengan adanya keterikatan kotiledon yang rapuh.Pada tahap akhir
gestasi, amniotic mengandung rata-rata cairan sebanyak 25 liter dan allantic
cavities sebanyak 15 liter cairan uterus.
2. Perkembangan Fetus

Pertumbuhan fetus bersifat eksponensial selama kebuntingan. Laju pertumbuhan ini


meningkat seiring dengan progres kebuntigan ternak. Pada ternak sapi, rata-rata lamanya
kebuntingan antara 280-285. Variasi lama kebuntingan ini karena perbedaan bangsa sapi
khususnya pengaruh pejantan. Artinya bahwa perbedaan bangsa pejantan dapat berpengaruh
terhadap lamanya kebuntingan pada induk betina yang memiliki bangsa sama.
4
Contohnya adalah ketika bangsa sapi Friesian dikawinkan dengan penjantan dari
bangsa Hereford lamanya kebuntingan adalah 281 hari. Tapi, ketika menggunakan pejantan
dari bangsa sapi Limousin lamanya kebuntingan dapat mencapai 287 hari.
Kebuntingan ternak sebagian besar terjadi pada uterus sebelah kanan dibandingkan
dengan uterus sebelah kiri dengan perbandingan 60:40 demikian pula keberadaan corpus
luteum yang diketahui berperan sebagai penyedia progesteron selama masa kebuntingan
ternak.

3. Implantasi

Implantasi atau proses penempelan embyo ke endometrium dipengaruhi oleh hormon


progesteron serta ada atau tidaknya transmembran glikoprotein yang dikenal sebagai Muc-1
yang bersifat sebagai anti-adhesif faktor. Proses implantasi terjadi ketika konsentrasi Muc-1
menurun dengan cepat dan lama kelamaan hilang sehingga memungkinkan terjadinya
implantasi.
Lamanya poroses implantasi selain karena konsentrasi Muc-1 di uterus juga
diepengaruhi oleh kerja horomon progesteron terhadap endometrium. Konsentrasi
progesteron meningkat dengan cepat seiring dengan terbentuknya corpus luteum.
Setelah 8 sampai 10 hari uterus menerima pengaruh progesteron dalam fase
kebuntingan ini, reseptor progesteron di epitelium uterus mengalami penurunan fungsi
sehingga pengaruh progesteron terhadap jenis sel ini juga menurun.
Sebagaimana diketahui epitelium uterus inilah yang memproduksi Muc-1 atas
pengaruh dari progesteron. Dengan demikian, menurunnya fungsi reseptor progesteron pada
epitelium uterus memungkinkan untuk dimulainya proses implantasi karena tidak
diproduksinya Muc-1.Perkembangan embrio yang normal dapat terjadi karena adanya asupan
nutrien yang cukup serta fungsi-fungsi hormon reproduksi berjalan dengan baik.

C. Pengertian Kelahiran Ternak

Kelahiran (parturition, partus, delivery, mise bas) merupakan akhir dari periode
kebuntingan (Soeparna; Solihati, nurcholidah: 2014). Kelahiran merupakan proses
melahirkan yang dibagi dalam tiga tahap, yang diawali dengan dilatasi/pelebaran serviks
bersamaan dengan kontraksi uterus dan diakhiri dengan pengeluaran fetus serta membran
plasenta. (Yusuf, Muhammad : 2012).
5
D. Tanda-tanda Umum Periode Kelahiran

Tanda-tanda utama menjelang kelahiran berhubungan dengan perubahan ligamentum


pelvis, pembesaran dan adanya oedema vulva dan aktifitas kelenjar mammae. Tanda-tanda
ini sangat berguna sebagai petunjuk, walaupun sangat bervariasi untuk memperediksi secara
tepat tanggal kelahiran (Lestari, 2013).
Periode kelahiran dapat diketahui dari tanda-tanda umum sebagai berikut.
1. Melalui lama kebuntingan dapat diketahui kapan hewan beranak/ partus dengan mengetahui
kapan terjadinya perkawinan berhasil.
2. Pertumbuhan kelenjar ambing, pembesaran ambing yang berisi kolostrum, ambing menjadi
Odemateus, bila ditekan melegok.
3. Vulva basah dan berdilatasi serta meleleh lendir/cairan dari allantois ke vagina.
4.   Hewan gelisah, mengisolasi diri, reaksi sakit di perut (kontraksi uterus), respons melihat
perut dan matanya “Rolling eyes” sebagai manifestasi menahan rasa nyeri.
5.   Daerah perut relaksasi dan daerah flank (legok lapar) melegok. Terjadi rrelaksasi
ligamentum sacro-stiacita atau sacro-iliaca, pangkal ekor dan daerah pelvis melegok
(pengaruh enzim).
6.   Tempeatur rectal (sapi) menurun 0,5°C selama 2 hari menjelang partus (Soeparna; Solihati,
nurcholidah: 2014).
7.   Tanda-tanda utama menjelang kelahiran berhubungan dengan perubahan ligamentum
pelvis, pembesaran dan adanya oedema vulva dan aktifitas kelenjar mammae. Tanda-tanda
ini sangat berguna sebagai petunjuk, walaupun sangat bervariasi untuk memperediksi secara
tepat tanggal kelahiran (Lestari, 2013).

E. Persiapan Yang Perlu Dilakukan Menjelang Kelahiran

Umumnya waktu melahirkan sudah bisa diperhitungkan atau diperkirakan. Selain


itu,sapi yang akan melahirkan akan menunjukan ciri tertentu. Tanda sapi akan melahirkan
diantaranya ekornya naik ( mengarah ke atas ) dan bergoyang – goyang. Tanda lainnya,
induknya buang air sedikit – sedikit serta ambing mulai membesar.
Agar proses kelahiran ternak berjalan lancar serta anak dan induknya selamat dan
sehat, ada beberapa persiapan yang harus dilakukan oleh peternak menjelang ternak
melahirkan. ( Hariyanto,2011):
6
Induk yang akan melahirkan sebaiknya dalam kandang yang higienis dan bersih serta
kondisi lingkungan yang nyaman dan tenang sehingga saat proses kelahiran dapat berjalan
lancar. Kandang yang bersih dan higienis dapat menghindarkan induk dan anakan yang
dilahirkan dari infeksi.
Kandang juga harus terhindar dari suara atau aktivitas yang dapat mengejutkan
indukan. Ukuran kandang sebaiknya mencukupi agar induk dapat bergerak dengan bebas saat
melahirkan.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di pembahasan di atas dapat di Tarik kesimpulan adalah bahwa kebuntingan adalah
suatu periode sejak terjadinya fertilisasi sampai terjadinya kelahiran . Kebuntingan
merupakan keadaan dimana anak sedang berkembang dalam uterus seekor hewan betina.
Selama kebuntingan terjadi pertumbuhan dan perkembangan individu baru yang merupakan
hasil dari perbanyakan, pertumbuhan, perubahan susunan serta fungsi sel.
Dalam proses kebuntingan ternak mengalami tiga fase yaitu perkembangan ovum
yang terjadi mulai saat terjadi fertilisasi sampai hari ke 13. Selanjutnya fase embrio dari hari
ke 14 saat mulai terbentuknya germ layer sampai hari ke 45, dan fase terakhir adalah fetus
yang dimulai pada hari ke 46 sampai kelahiran (partus).
Setelah proses kebuntingan terjadi pada ternak proses selanjutnya yang di alami
ternak yaitu proses melahirkan. Kelahiran merupakan proses melahirkan yang dibagi dalam
tiga tahap, yang diawali dengan dilatasi/pelebaran serviks bersamaan dengan kontraksi uterus
dan diakhiri dengan pengeluaran fetus serta membran plasenta.
Tanda-tanda utama menjelang kelahiran berhubungan dengan perubahan ligamentum
pelvis, pembesaran dan adanya oedema vulva dan aktifitas kelenjar mammae.Dan dalam
proses kelahiran ternak,peternak juga harus memperhatikan induk yang akan melahirkan
sebaiknya dalam kandang yang higienis dan bersih serta kondisi lingkungan yang nyaman
dan tenang sehingga saat proses kelahiran dapat berjalan lancar.
B. Saran
Berdasarkan makalah di atas, penulis memberikan saran yang berhubungan dengan
materi ini :

1. Pembaca mengetahui fase tentang kebuntingan dan tanda – tandanya.


2. Agar pembaca dapat mengetahui tanda – tanda ternak yang akan melahirkan, serta
3. Mengetahui penanganan atau perlakuan yang baik pada saat ternak akan melahirkan.
8
DAFTAR PUSTAKA

- Lestari, Tita Damayanti., Ismudiono. 2013. “Ilmu Reproduksi Ternak”. Surabaya: Airlangga
University Press.
- Soeparna., Solihati, Nurcholidah. 2014. “Ilmu reproduksi Ternak”. IPB Press: Bogor.
- Yusuf, Muhammad. 2012. “Ilmu Reproduksi Ternak”. Uniiversitas hasanudin: Makassar.
- https://wsejati.wordpress.com/2015/04/18/kebuntingan-kelahiran-dan-pertolongan-kelahiran-
pada-ternak/

Anda mungkin juga menyukai