Disusun oleh:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat-Nya sehinggakami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Alat Reproduksi Wnita (Oogenesis)”. Penulisan makalah ini merupakan
salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Anatomi Fisiologi di Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jakarta 3.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
1.3 Tujuan............................................................................................................ 2
2.3 Folikulogenesis.............................................................................................. 6
3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Oogenesis sendiri terjadi dalam tiga tahap mitosis, meiosis I dan meiosis II.
Dari tahapan tersebut melibatkan folikulogenesis. Folikulogenesis dimulai dengan
diambilnya folikel primordial ke dalam suatu kumpulan yang berisi folikel-folikel
yang sedang tumbuh berkembang dan dapat diakhiri baik dengan ovulasi atau mati
menjadi atresia. Pada wanita, folikulogenesis merupakan proses yang sangat
panjang, membutuhkan waktu kira-kira 1 tahun untuk folikel primordial tumbuh
dan berkembang mencapai stadium ovulasi (anwar, 2006).
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan oogenesis.
2. Untuk memahami proses terjadinya oogenesis.
3. Untuk mengetahiu apa yang dimaksud dengan folikulogenesis.
4. Untuk memahami tahap pembentukan folikel dalam folikulogenesis.
5. Untuk mengetahui hormone yang berperan dalam oogenesis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Oogenesis
1
(Mardiastuti, 2022)
2
(Sharewood, 2013)
3
(Harmiatun, 2007)
4
(Sadler, 2013)
3
2.2 Tahapan Oogenesis
1. Mitosis
Ketika bayi perempuan masih berupa janin, proses penggandaan atau
mitosis sudah terjadi. Pada proses ini, sel oogonium atau sel indung telur yang
terbentuk untuk reproduksi melakukan pembelahan diri. Satu sel ini akan
membelah menjadi 2 sel, 2 sel lalu membelah menjadi 4 sel, 4 sel itu kemudian
membelah menjadi 8 sel, dan begitu seterusnya sampai membentuk oosit
primer.
Sebelum lahir, setiap oosit primer dikelilingi oleh satu lapisan sel granulosa.
Bersama-sama, satu oosit dan sel-sel granulosa di sekitarnya membentuk
folikel primer. Oosit yang tidak membentuk folikel kemudian mengalami
kerusakan melalui proses apoptosis (bunuh diri sel) 2
4
Oosit primer ini memiliki 46 kromosom dan bersifat diploid atau
berpasangan. Ketika lahir, seorang bayi perempuan membawa sekitar 1 juta
oosit primer. Oosit primer ini akan mengalami masa istirahat sampai
perempuan mencapai usia pubertas 5
2. Meiosis I
Proses meiosis I terjadi ketika perempuan mencapai usia pubertas. Di fase
ini oosit primer membelah diri menjadi dua sel berbeda ukuran. Kedua sel ini
bersifat haploid atau memiliki kromosom yang tidak berpasangan. Sel yang
ukurannya lebih besar disebut oosit sekunder. Sementara, sel yang lebih kecil
disebut badan kutub primer. Kedua sel ini kemudian dilepaskan dari ovarium
ke tuba falopi untuk melanjutkan proses oogenesis melalui meiosis II jika
terjadi fertilisasi.
3. Meiosis II
Pada proses meiosis II, oosit sekunder mengalami pembelahan lagi. Sama
seperti proses meiosis I, oosit primer membelah menjadi dua sel yang
ukurannya berbeda. Sel yang ukurannya besar disebut ootid, sementara sel
yang ukurannya kecil disebut badan kutub sekunder.
Selain itu, badan kutub primer juga membelah diri menjadi dua badan kutub
sekunder. Jadi, proses meiosis II menghasilkan satu sel ootid dan tiga badan
kutub sekunder. Ovum adalah sel ootid yang berkembang dan matang
untuk sistem reproduksi.
Badan kutub sekunder sendiri akan hancur dan mengalami kematian atau
polosit.
5
(Oktriwina, 2022)
5
2.3 Folikulogenesis
6
(anwar, 2006)
6
meiosis I, satu lapis sel granulosa gepeng atau skuamous, dan lamina basalis.
Dengan adanya lamina basalis, maka akan tercipta suatu lingkungan mikro yang
mendukung pertumbuhan dari sel granulosa dan oosit, yang mana lamina basalis
ini berfungsi agar kontak langsung dengan sel-sel lain tidak terjadi.
Folikel primordial tidak memiliki suplai darah sendiri dan oleh karena itu
hubungan dengan sistem endokrin pun menjadi terbatas. Seluruh folikel primordial
(oosit) dibentuk pada saat masa fetus diantara umur gestasi bulan ke-6 dan ke-9.
Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa semua oosit yang berpartisipasi dalam
siklus reproduksi wanita selama hidupnya telah ada dalam ovarium sejak lahir.
Jumlah folikel primordial atau sel telur dalam ovarium wanita berhubungan dengan
masa reproduksi wanita atau ovary reserve (OR).
Sebagian dari folikel primordial akan diambil dan tumbuh langsung setelah
pembentukannya dalam masa fetus. Proses pengambilan akan terus berlangsung
sampai kumpulan folikel primordial tidak dapat aktif lagi setelah masa menopause.
Pengambilan dari folikel primordial berlangsung dalam kecepatan yang konstan
dalam tiga dekade pertama dalam kehidupan wanita, namun ketika jumlah folikel
primordial dalam ovarium berada dalam jumlah kritis sebanyak ~25,000 pada usia
37.5 ± 1.2 tahun, maka kecepatan hilangnya folikel primordial akan meningkat kira-
kira dua kali lipat. Penurunan kesuburan berlangsung bersamaan dengan semakin
meningkatnya pengambilan folikel primordial dari ovarium (anwar, 2006) .
7
2.3.3 Oosit Primer
Perkembangan folikel primer juga diikuti dengan perubahan yang nyata
pada oosit. Oosit yang tidak membentuk folikel kemudian mengalami kerusakan
melalui proses apoptosis (bunuh diri sel) (Sharewood, 2013). Pada saat periode
preantral, diameter oosit akan meningkat dari ~ 25µm menjadi ~ 120µm.
Pertumbuhan pesat ini terjadi oleh karena adanya reaktivasi dari genom oosit.
Faktor-faktor pertumbuhan yang dihasilkan oleh oosit memiliki peranan yang
penting dalam mengatur folikulogenesis preantral termasuk dalam merangsang
proliferasi sel granulosa dan perkembangan sel theca.
7
(Novianti, 2016)
8
pertamanya. Pembelahan ini menghasilkan dua sel anak, masing-masing menerima
set haploid 23 kromosom ganda, analog dengan pembentukan spermatosit sekunder
(Gambar 20-14). Namun, hampir semua sitoplasma tetap berada di salah satu sel
anak, yang sekarang dinamai oosit sekunder, yang ditakdirkan untuk menjadi
ovum. Kromosom sel anak yang lain bersama dengan sedikit sitoplasmanya
membentuk badan polar pertama. Dengan cara ini, calon ovum kehilangan separuh
kromosomnya untuk membentuk gamet haploid, tetapi mempertahankan
sitoplasma yang kaya nutrien. Badan polar yang kekurangan sitoplasma tersebut
segera mengalami degenerasi.
9
Penjelasan :
Ovum akan berkembang dan tumbuh dalam lapisan sel-sel folikel, yaitu
pertama terbentuk satu lapisan sel folikel yang disebut folikel primer. Folikel
primer akan menambah lapisannya membentuk folikel sekunder. Folikel tampak
terus membesar dan membentuk rongga yang disebut antrum dan membentuk
folikel tersier. Antrum dalam folikel semakin membesar dan folikel pun terus
membesar membentuk folikel de graff. Jika telur siap untuk diovulasikan maka
folikel de graff akan mengeluarkan sel telur yang telah menjadi oosit sekunder
karena telah mengalami pembelahan meiosis I.
10
Berikut beberapa hormone yang berperan dalam oogenesis yang dikutip dalam
liputan6.com :
8
(Tysara, 2022)
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam oogenesis terjadi langkah-langkah yang sama dalam replikasi
kromosom dan pembelahan. Oogenesis memerlukan waktu antara 12 hingga 50
tahun untuk menuntaskannya secara siklis dari awal pubertas hingga menopause.
Seorang wanita lahir dengan jumlah sel germinativum yang terbatas dan umumnya
tidak dapat diperbarui. Setiap oosit primer hanya menghasilkan satu ovum kaya
sitoplasma disertai tiga badan polar hampir tanpa sitoplasma yang ditakdirkan
untuk berdisintegrasi.
3.2 Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami
bagaimana proses terjadinya oogenesis pada organ reproduksi wanita. Dengan
memahami oogenesis dapat disadari bahwa organ reproduksi wanita sudah bekerja
sejak dalam kandungan sang ibu. Semoga dengan paparan dalam makalah ini
pembaca dapat mengerti bagaimana terjadinya oogenesis beserta dengan tahapan
perkembangan folikel yang tentunya berkaitan denga oosit dalam oogenesis, serta
hormone yang mempengaruhi terjadinya oogenesis.
12
DAFTAR PUSTAKA
anwar, R. (2006, April 27). MORFOLOGI DAN FUNGSI OVARIUM. Diambil kembali dari
pustaka.unpad.ac.id: http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2010/05/morfologi_dan_fungsi_ovarium.pdf
Harmiatun, Y. (2007, Juli 07). Oogenesis dan Spermatogenesis Pada Mamalia. Majalah
Kedokteran UKI , Jil. 25 (2), 77 - 85.
doi:https://doi.org/10.33541/mkvol34iss2pp60
Tysara, L. (2022, Juli 25). Pernyataan yang Benar Mengenai Oogenesis Adalah Ini
Pembentukan Sel Telur Wanita. Diambil kembali dari liputan6.com:
https://m.liputan6.com/hot/read/5023108/pernyataan-yang-benar-mengenai-
oogenesis-adalah-ini-pembentukan-sel-telur-wanita?source=amp-baca-juga
iii
iv