Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

SIKLUS ESTRUS PADA MENCIT


2022

Nama Anggota Kelompok D6:

1. Siti Anjar Fatimah 110122043


2. Asra Agustini Salsabila 110122064
3. Vernon Daren Jade P. 110122243
4. Eka Yulia Fitriani 110122337
5. Titin Batmomolin 110122365

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................................i


BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................2
1.1 DASAR TEORI.............................................................................................................2
1.2 TUJUAN........................................................................................................................19
BAB II HASIL PRAKTIKUM............................................................................................20
2.1 GAMBAR PROESTRUS..............................................................................................20
2.2 GAMBAR ESTRUS......................................................................................................20
2.3 GAMBAR DIESTRUS..................................................................................................20
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................................21
3.1 PERBEDAAN ANTARA SIKLUS ESTRUS DAN MENSTRUAL...........................21
3.2 FASE-FASE PADA MENCIT.....................................................................................21
3.2.1 FASE PROESTRUS....................................................................................................21
3.2.2 FASE ESTRUS............................................................................................................21
3.2.4 FASE METESTRUS....................................................................................................22
3.2.3 FASE DIESTRUS........................................................................................................22
3.3 FASE-FASE MENSTRUSI PADA MANUSIA..........................................................23
3.3.1 FASE FOLIKULER.....................................................................................................23
3.3.2 FASE OVULASI.........................................................................................................23
3.3.3 FASE LUTEAL...........................................................................................................23
3.3.4 FASE MENSTRUASI................................................................................................24
BAB IV KESIMPULAN.....................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................26

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 DASAR TEORI


A.SIKLUS ESTRUS DAN SIKLUS MENSTRUASI
Siklus reproduksi pada makhluk hidup ada dua macam, siklus estrus dan siklus menstruasi.
Siklus estrus terjadi pada mamalia non primata sedangkan siklus menstruasi terjadi pada hewan
primata dan pada manusia
Perbedaan antara siklus estreus dan siklus menstruasi adalah:
1. Perubahan perilaku, pada siklus estrus terlihat adanya perubahan perilaku pada setiap
tahapannya namun pada siklus menstruasi perubahan perilaku tidak terlalu terlihat.
2. .External Bleeding, atau disebut juga dengan pendarahan keluar. Pada siklus menstruasi
pendarahan keluar terjadi akibat adanya arteri spiral yang mengalami konstriksi bersamaan
dengan luruhnya endometrium bagian (pars) fungsionalis. Pars basalis tidak meluruh dan
permukaannya yang berbatasan pars fungsionalis akan diperbaiki pada fase reparasi, sehingga
pars fungsionalis beserta arteri spiral akan utuh kembali. Pada fase estrus tidak terjadi
pendarahan keluar karena tidak adanya arteri spiral jadi yang terjadi adalah adanya perobakan
endometrium dan sel-sel yang sudah tidak dibutuhkan akan dimakan oleh sel-sel darah putih
pada tubuhnya sendiri. Peluruhan sel endometrium ini disebabkan karena adanya pengurangan
jumlah hormon progesteron yang dihasilkan oleh korpus leteum.
3. Waktu kawin, Pada hewan yang mengalami siklus estrue perkawinan hanya terjadi pada fase
estrus saja sedangkan pada primata dan manusia yang mengalami siklus menstruasi perkawinan
dapat terjadi kapan saja (Juli,2009).
4. pengaruh musim dan iklim yang lebih kuat pengaruhnya terhadap siklus estrus. Siklus estrus
juga merupakan satu-satunya fase yang menyebabkan mamalia betia non primata dapat
dikawinkan, Selain hal diatas,terdapat satu perbedaan lagi yaitu siklus estrus berlang sungseumur
hidup organisme sementara siklus menstruasi dibatasi oleh fase menopause.
Pendarahan keluar atau dapat pula disebut dengan external bleeding dapat terjadi pada hewan
non primata, namun volume darah yang dikeluarkan hanya sedikit tidak sebanyak pada primata
dan manusia. Namun darah yang keluar ini seringkali disalahartikan sebagai menstruasi padahal
faktor-faktor yang mempengaruhi hal ini berbeda dengan yang terjadi pada mamalia oleh karena
itu pendarahan pada hewan mamlia ini disebut pula pseudomenstruasi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi adalah titer estrogen yang bersifat anabolik bukan dikarenakan adanya penurunan
jumlah progesteron. Sejalan dengan pertumbuhan folikel yang sangat cepat, terjadi pengeluaran
sel-sel darah yang menembus dinding pembuluh darah atau disebut juga diapedesis, sedangkan
pada siklus menstruasi pendarahan keluar dikarenakan adanya peluruhan dari dinding
endometrium.

2
Siklus estrus dapat di bagi 4 fase yaitu : proestrus, estrus, diestrus, metestrus
B.Fungsi reproduksi perempuan dapat dibagi menjadi dua tahapan utama: (1) persiapan
tubuh perempuan untuk konsepsi dan kehamilan, dan (2) masa kehamilan. kali ini kami akan
membahas mengenai persiapan tubuh perempuan untuk kehamilan dan Bab 82 memaparkan
fisiologi kehamilan dan kelahiran anak.
Anatomi Fisiologi Organ-Organ Seks Perempuan
memperlihatkan organ-organ utama traktus reproduksi perempuan, meliputi ovarium, tuba
fallopi (juga dinamakan tuba uterina), uterus, dan vagina. Reproduksi dimulai dengan
perkembangan ovum di dalam ovarium. Pada pertengahan setiap siklus seksual bulanan, satu
ovum dikeluarkan dari folikel ovarium ke dalam rongga abdomen di dekat ujung-ujung
berfimbria yang terbuka pada kedua tuba fallopi. Ovum ini kemudian bergerak melewati salah
satu tuba fallopi menuju uterus; jika ovum tersebut sudah dibuahi oleh sperma, akan tertanam
dalam uterus, tempat ovum tersebut berkembang menjadi fetus, plasenta, dan membran fetus dan
akhir nya menjadi bayi. Selama masa kehidupan fetus, permukaan luar ovarium ditutupi oleh
epitel germinativum, yang secara embriologis berasal dari epitel krista germinativum. Ketika
janin perempuan berkembang, ova primordial akan berdiferensiasi dari epitel germinativum dan
bermigrasi ke dalam substansi korteks ovarium. Masing-masing ovum kemudian mengumpulkan
di sekitarnya suatu lapisan terdiri atas sel-sel berbentuk kumparan dari stroma ovarium (jaringan
penyokong ovarium) dan menyebabkan sel-sel tersebut memiliki ciri-ciri epiteloid; epitel khusus
tersebut kemudian dinamakan sel granulosa. Ovum yang dikelilingi oleh selapis sel granulosa itu
disebut folikel primordial. Pada tahap ini ovum masih belum matang, membutuhkan dua
pembagian sel lagi sebelum dapat dibuahi oleh sperma. Pada tahap ini, ovum itu disebut oosit
primer. Selama tahun- tahun reproduksi manusia dewasa, antara usia sekitar 13 sampai 46 tahun,
400 sampai 500 folikel primordial cukup berkembang untuk melepaskan ova-satu buah setiap
bulan; sisanya berdegenerasi (menjadi atretik). Pada akhir kemampuan reproduksi (saat
menopause), hanya tersisa sedikit folikel primordial di dalam ovarium, dan bahkan
folikeltersebut kemudian segera berdegenerasi.
Organ Reproduksi Bagian Dalam (Genetalia Interna)
a. Ovarium (indung telur)
Perempuan memiliki satu pasang ovarium, terletak di dinding perut bagian belakang(peritoneum)
dengan alat penggantung mesovarium.Pada manusia ukuran ovarium tidak sebanding dengan
ukuran tubuh, mempunyai struktur padat (compacta), berbentuk pipih bila dalam keadaan
istirahat (tidak masa subur) dan berbentuk bulat dengan permukaan tidak rata seperti bisul bila
masa subur. Ovarium berfungsi sebagai produksi sel telur (ovum) dan sekresi hormon yaitu
hormone estrogen dan progesteron. Proses pembentukan sel telur di dalam ovarium disebut
oogenesis, yang terdiri dari 3 tahap, yaitu proliferasi, tumbuh dan masak (Yatim, 2001). Tahap
proliferasi; pada tahap ini calon sel telur membagi diri secara mitosis. Hasil proliferasi berupa
oogoniadengan kromosom diploid (2n). Proses proliferasi terjadi pada prenatal (sebelum
kelahiran) sampai beberapa saat setelah fetus dilahirkan. Sejak fetus dilahirkan sampai
menginjak dewasa oogonia yang telah dihasilkan seolah-olah istirahat.Tahap tumbuh; tahap ini

3
baru dimulai setelah individu menginjak

4
usia dewasa. tahap tumbuh ditandai dengan isi sitoplasma dari calon sel telur (ovum) bertambah
banyak, membran sel (zona pelusida) berkembang dan terjadi proliferasi sel-sel folikel yang
mengelilingi calon sel telur.Sel-sel folikel berfungsi sebagai pelindung dan pemberi makan calon
sel telur. Hasil pada tahap tumbuh ini berupa oosit primer dengan kromosom diploid (2n).tahap
menjadi masak; pada tahap ini terjadi pembelahan miosis dari oosit primer yang mengalami
perubahan menjadi sel telur dengan Jumlah kromosom setengah dari jumlah kromosom oosit
primer (haploid). Proses tersebut melalui tahapan-tahapan yaitu pembelahan oosit primer
menjadi oosit skunder dengan kromosom haploid (n), terjadi pembagian sitoplasma yang tidak
merata, sel anak yang satu (oosit skunder) mendapat lebih banyak sitoplasma, sedangkan sel
anak yang lain jumlah sitoplasmanya sedikit disebut benda kutub (polosit I). Pada pembelahan
berikutnya, oosit skunder menghasilkan dua sel anak yang pembagian jumlah sitoplasmanya juga
tidak merata. sel yang banyak mengandung sitoplasma disebut ootid(n), sedangkan sel anak yang
sitoplasmanya sedikit disebut benda kutub II (polosit II). Kemudian dari ootid mengalami
perubahan menjadi sel telur atau ovum dengan jumlah kromosom haploid (n)(Yatim, 2001 dan
Junquiera, 2007). Perkembangan sel telur tersebut terjadi di dalam kortek ovarium. Sel telur
dikelilingi oleh sel-sel folikel yang merupakan hasil diferensiasi dari epithelium germinativum
(dinding ovarium). Sel telur yang masih muda dikelilingi oleh satu lapis sel-selfolikel disebut
folikel primer. Sel telur yang dikelilingi oleh 2 sampai 5 lapis sel-sel folikel disebut folikel
sekunder,yang akan berubah menjadi folikel tertier dan ditandai dengan adanya rongga diantara
sel-sel folikel yang disebutantrum folliculi. Rongga tersebut berisi cairan folikel (liquor folliculi)
yang mengandung hormon estrogen. Folikel tertier akan berkembang menjadi folikel de Graaf
ditandai dengan rongga folikel yang semakin membesar mendesak sel telur ke tepi. Pada tingkat
ini sel telur sudah matang dan siap mengalami ovulasi (lepasnya sel telur dari ovarium). Pada
tingkat folikel de Graaf ini sel telur dikelilingi oleh lapisan bening yang disebut zona
pellusida,sedangkan lapisan sel-sel folikel yang berdekatan dengan zona pellusida disebut
corona radiata.Selain itu juga terdapat bangunan sel-sel folikel yang membentuk tangkai sel
telur disebut cumulus oophorus (Yatim, 2001 dan Junquiera, 2007).
Ovulasi adalah proses keluarnya sel telur dari ovarium, yang terjadi pada saat telur berada pada
fase folikel de Graaf.Ada dua aspek penyebab ovulasi yaitu tekanan turgor dan pengaruh hormon.
Ovarium yang mengandung folikel sudah matang (folikel de Graaf), terjadi penonjolan seperti
abses. Di permukaan penonjolan terjadi penipisan lapisan, dan adanya cairan folikel yang
semakin banyak menyebabkan tekanan hidrostatik, sehingga tekanan turgor naik. Menjelang
ovulasi cumulus oophorus disintegrasi, sehingga sel telur bebas dalam liquor folliculi. Tegangan
memuncak diikuti oleh pecahnya selaput tipis, kemudian sel telur keluar bersama liquor folliculi.
Hormon hipofis yang mengotrol proses ovulasi adalah LH (luteinizing hormone). Sedangkan
hormon estrogen menyebabkan kontraksi theca externa, membantu pecahnya folikel, sehingga
sel telur keluar (Yatim, 2001 dan Junquiera, 2007).

5
b. Tuba fallopii (saluran telur)
Tuba fallopii merupakan saluran yang menghubungkan ovarium dengan rahim (uterus), terdapat
satu pasang di dalam tubuh perempuan dengan alat penggantung mesosalpinx.Bentuk berkelok-
kelok yang disebut juga tuba uterina. Ujung kranial (bagian kepala) terbuka dengan lubang yang
disebut osteum tuba abdominale, dan pada bibirnya terdapat juluran seperti jarijari dikenal
sebagaifimbriaeyang berfungsi untuk membantu masuknya telur dari indung telur ke dalam
saluran telur. Kearah kaudal (bagian ekor) dari mulut saluran telur menyempit sehingga
berbentuk seperti corong yang disebutinfundibulum.bagian-bagian lain dari saluran telur
adalahampula yang meliputi kira-kira setengah dari panjang saluran telur, dan isthmus
merupakan bagian menyempit yang berhubungan dengan rahim.Fungsi saluran telur adalah
memindahkan sel telur dan spermatozoa ke tempat pembuahan, sebagai tempat pembuahan,
pengaktifan (kapasitasi) spermatozoa, dan tempat pembelahan zigot (Ganonget al, 2015).
c. Uterus (rahim)
Rahim adalah suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).
Tipe rahim pada manusia adalah tunggal (simpleks).Pada wanita yang belum pernah melahirkan,
ukuran rahim biasanya memiliki panjang sekitar 7 cm dan lebar 4–5 cm. Rahim bagian bawah
menyempit disebut serviks uteri (leher rahim), sedangkan bagian tengah yang berukuran lebar
disebut corpus uteri (badan rahim). Dindingnya dibedakan menjadi 3 lapian yaitu perimetrium
(lapisan paling luar) disusun oleh jaringan ikat, miometrium (lapisan bagian tengah) disusun oleh
otot polos yang mempunyai kemampuan untuk kontraksi dan relaksasi,endometrium(lapisan
bagian dalam) disusun oleh sel epitel berbentuk kubus atau silindris, lapisan kelenjar dan
jaringan ikat.Lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh
sesuai siklus menstruasi (siklus haid) akibat pengaruh hormon-hormon ovarium (Yatim, 1996).
Selama kehamilan rahim berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus,
yaitusebagai tempat berkembangnya janin selama kehamilan dan memberikan makanan ke janin
melalui plasenta yang melekat pada dinding rahim.Leher Rahim (serviks uterus)merupakan
bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan menembus dinding dalam vagina)
dan pars supravaginalis.kelenjar mukosa leher rahim menghasilkan lendir getah serviks yang
mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air.
Ketebalan mukosa dan viskositas lendir leher rahim dipengaruhi siklus haid(Ganongetal, 2015)
d. Vagina
Vagina adalah rongga muskulomembranosa berbentuk tabung yang menghubungkan uterus
dengan bagian luar tubuh perempuan. Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri dan
bagian bawah dari sinus urogenitalis. Vagina merupakan alat reproduksi yang berada paling luar,
sebagaimana penis pada pria, vagina dapat menghasilkan berbagai macam sekresi. Sekresi dari
vulva, cairan endometrial, oviductal, serviks uterus dan lain-lain.Sekresi pada dinding vagina itu
sendiri adalah sesuatu yang dapat meningkatkan gairah seksual pada perempuan (Yatim, 1996).
Vagina memiliki dinding yang elastisdilapisi epitel skuamosa berlapis yang berubah mengikuti
siklus haid. Fungsi vagina untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada saat haid (Ganonget al,
2015)

6
Organ Reproduksi Bagian Luar (Genetalia Eksterna)
Merupakan organ reproduksi yang tampak dari luar,terdiri dari:
1. Mons veneris

Mons veneris atau mons pubis adalah bagian yang sedikit menonjol dan menutupi tulang
kemaluan (simfisis pubis). Bagian ini disusun oleh jaringan lemak dengan sedikit jaringan
ikat.ketika dewasa bagian mons veneris akan ditutupi oleh rambut –rambut kemaluan dan
membentuk pola seperti segitiga terbalik.
Fungsi mons veneris; melindungi tulang dan jaringan yang ada di bagian bawah kemaluan
melindungi kemaluan pada saat melakukun hubungan seksual membantu merangsang dan
menambah daya seksualitas pada pasangan. menghasilkan bau yang dapat merangsang seksual
2. Labia mayora atau bibir besar kemaluan

Merupakan bagian paling luar dari kemaluan wanita.Seperti namanya, bagian ini berbentuk
seperti bibir, merupakan bagian lanjutan dari mons veneris yang berbentuk lonjong, menuju ke
bawah dan bersatu membentuk perineum. bagian luar dari Labia Mayor disusun oleh jaringan
lemak, kelenjar keringat, dan saat dewasa biasanya ditutupi oleh rambut –rambut kemaluan yang
merupakan rambut dari mons veneris. Sedangkan selaput lemak yang tidak berambut, memiliki
ujung – ujung saraf yang sensitif saat melakukan hubungan seksual
3. Labia minora

Labia Minora merupakan organ berbentuk lipatan yang tersembunyi di balik Labia Mayora.
Organ ini tersusun atas jaringan lemak, dan memiliki banyak pembuluh darah sehingga dapat
membesar saat gairah seks bertambah. Bibir Kecil Kemaluan ini mengelilingi Orifisium Vagina
(lubang Kemaluan)
4. Vestibulum

Vestibulum adalah daerah dengan batas atas klitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia
minora, dan berasal dari sinus urogenital.Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae
externum, introitus vaginae, ductus glandulae bartholinii kanankiri dan duktus skene kanan-kiri
5. Klitoris

Klitoris adalah area erotis utama pada wanita yang akan membesar dan mengeras ketika
mendapatkan rangsangan seksual. Klitoris terdiri dari kelenjar clitoridis yang terletak
di bagian superior vulva, dan korpus clitoridis tertanam di dalam dinding anterior vagina. Pada
klitoris terdapat reseptor androgen, banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf,
sehingga sangat sensitif terhadap rangsangan seksual. Bagian ini homolog embriologik dengan
penis pada pria (Ganong, 2015).Klitoris berfungsi untuk mengeluarkan cairan jika ada
rangsangan seksual yang berguna untuk melumasi vagina selama hubungan seksual.

7
6. Hymen

Hymen dikenal dengan sebutan selaput dara, merupakan sebuah lipatan yang berada di depan
introitus (mulut) vagina. Bentuk yang paling umum dari hymen adalah bulat seperti cincin yang
mengitari sisi vagina bagian dalam. Bentuk lain yang cukup sering adalah bulan sabit dan sekat
di tengah. Konsistensinya juga bervariasi, ada yang lunak dan ada pula yang kaku. Selaput dara
ini hanya dapat dilalui oleh jari kelingking, bila selaput dara ini masih utuh dan belum terluka.
Hubungan seksual memberikan robekan khas pada selaput dara, di sisi jam 10 atau jam 2, namun
robekan ini tidak selalu menimbulkan pendarahan, karena pembuluh darah di selaput hymen
sedikitdan halus. Beberapa wanita memiliki hymen yang sangat elastis, sehingga tidak
mengalami robekan saat hubungan seksual yang pertama
C.Sistem hormon pada perempuan
Sistem hormon perempuan, seperti pada laki-laki, terdiri atas tiga hierarki hormon sebagai
berikut.
1. Hormon yang dikeluarkan hipotalamus, hormon pelepasgonadotropin (GnRH).
2. Hormon eks hipofisis anterior, hormon perangsang folikel (FSH) dan hormon luteinisasi
(LH), keduanya disekresi sebagai respons terhadap pelepasan GnRH dari hipotalamus.
3. Hormon-hormon ovarium, estroen Ādan progesteron, yang disekresi oleh ovarium
sebagai respons terhadap kedua hormon seks perempuan dari kelenjar hipofisis anterior.
Berbagai macam hormon ini disekresi dengan kecepatan yang sangat berbeda pada berbagai
bagian yang berbeda dari siklus seks bulanan perempuan tersebut. menunjukkan perkiraan
perubahan konsentrasi hormon-hormon gonadotropik hipofisis anterior FSH dan LH (dua kurva
bawah), serta hormon-hormon ovarium, estradiol (estrogen) dan progesteron (dua kurva
atas).Jumlah GnRH yang dilepaskan dari hipotalamus meningkat dan menurun tidak begitu cepat
selama siklus seksual bulanan. GnRH disekresi dalam semburan-semburan pendek rata-rata
sekali setiap 90 menit, seperti yang terjadi pada laki-laki
Siklus Ovarium Bulanan; Fungsi Hormon-Hormon Gonadotropik
Tahun-tahun reproduksi normal perempuan ditandai dengan perubahan ritmis bulanan pada
kecepatan sekresi hormonhormon perempuan serta perubahan fisik yang sesuai pada ovarium
dan organ-organ seks lainnya. Pola ritmis ini disebut siklus seksual bulanan perempuan (atau
siklus menstruasi, walaupun kurang tepat). Durasi siklus rata-rata 28 hari. Pada sebagian
perempuan, siklus dapat berlangsung sesingkat 20 hari atau selama 45 hari, walaupun panjang
siklus yang abnormal kerap kali berkaitan dengan penurunan kesuburan. Terdapat dua akibat
yang bermakna dari siklus seks perempuan. Pertama, hanya satu ovum yang biasanya dilepaskan
dari ovarium setiap bulan, sehingga biasanya hanya ada satu janin yang mulai berkembang pada
satu waktu. Kedua, endometrium uterus dipersiapkan terlebih dulu untuk implantasi ovum
yangtelah dibuahi pada saat tertentu dalam bulan tersebut

8
Hormon-Hormon Gonadotropik dan Pengaruhnya pada Ovarium
Perubahan ovarium yang terjadi selama siklus seks bergantung seluruhnya pada hormon-hormon
gonadotropik, FSH dan LH, yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. Tanpa hormone
hormon tersebut ovarium tetap tidak aktif, yaitu pada masa kanak-kanak, ketika hampir tidak ada
hormon-hormon gonadotropik hipofisis yang disekresi. Pada usia 9 sampai 12 tahun, hipofisis
secara progresif mulai menyekresi lebih banyak FSH dan LH, yang menyebabkan dimulainya
siklus seks bulanan normal yang terjadi antara usia 11 dan 15 tahun. Periode perubahan ini
disebut pubertas, dan saat terjadinya siklus menstruasi pertama disebut menarke. FSH maupun
LH merupakan glikoprotein kecil dengan berat molekul sekitar 30.000. Dalam setiap bulan siklus
seks perempuan, terjadi peningkatan dan penurunan siklus FSH maupun LH, Variasi siklus ini
menyebabkan terjadinya perubahan siklus ovarium, yang akan dijelaskan di bagian berikutnya.
Baik FSH maupun LH merangsang sel target ovarium dengan cara berikatan dengan. reseptor
FSH dan LH yang sangat spesifik di membran sel target ovarium. Selanjutnya,reseptor yang
diaktifkan tersebut meningkatkan kecepatan sekresi sel dan biasanya sekaligus meningkatkan
pertumbuhan dan proliferasi sel. Hampir semua efek perangsangan ini dihasilkandari aktivasi
sistem caraka kedua siklus adenosin monofosfat dalam sitoplasma sel, yang menyebabkan
pembentukan protein kinase dan berbagai fosforilasi enzim-enzim kunci yang merangsang
sintesis hormon seks, seperti yang telah dijelaskan
D.Pertumbuhan Folikel—Fase "Folikular" Siklus Ovarium
memperlihatkan tahap-tahap progresif pertumbuhan folikel di ovarium. Ketika seorang anak
perempuan dilahirkan, tiap ovum diselubungi oleh selapis sel granulosa; ovum, dengan selubung
sel granulosa tersebut, disebut folikel primordial,sepanjang masa kanak-kanak, sel-sel granulosa
diyakini berfungsi memberi makanan untuk ovum dan untuk menyekresi suatu factor
penghambat pematangan oosit, yang membuat ovum tetap tertahan dalam keadaan primordial,
dalam tahap profase pembelahan meiosis. Kemudian, sesudah pubertas, ketika FSH dan LH dari
kelenjar hipofisis anterior mulai disekresi dalam jumlah yang cukup, seluruh ovarium, bersama
dengan sebagian folikel di dalamnya, mulai tumbuh. Tahap pertama pertumbuhan folikel berupa
pembesaran sedang dari ovum, yang diameternya meningkat menjadi dua sampai tiga kali lipat.
Kemudian diikuti dengan pertumbuhan lapisan sel-sel granulosa tambahan di sebagian folikel;
folikelfolikel ini dikenal sebagai folikel primer.
Perkembangan Folikel Antral dan Vesikular. Selama beberapa hari pertama setiap siklus seks
bulanan perempuan, konsentrasi FSH maupun LH yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior
meningkat sedikit menjadi sedang, dengan peningkatan FSH yang sedikit lebih besar daripada
LH dan lebih awal beberapa hari dari LH. Hormon-hormon ini, khususnya FSH, mempercepat
pertumbuhan 6 sampai 12 folikel primer setiap bulan. Efek awalnya adalah proliferasi sel-sel
granulosa yang berlangsung cepat, sehingga meningkatkan lebih banyak lagi lapisan sel-sel
tersebut. Selain itu, sel-sel berbentuk kumparan yang berasal dari interstisium ovarium
berkumpul menjadi beberapa lapisan di luar sel granulosa, membentuk massa sel kedua yang
disebut teka. Teka terbagi menjadi dua lapisan. Di dalam teka interna, sel-selnya mempunyai
karakteristik epitelium yang mirip dengan sel-sel granulosa dan menjadi mampu untuk
menyekresi hormon steroid seks tambahan (estrogen dan progesteron). Lapisan luar, teka
eksterna, berkembang menjadi kapsul jaringan ikat yang sangat vaskular yang menjadi kapsul
9
folikel yang sedang tumbuh. Sesudah tahap proliferasi aal Āpertumbuhan, yang berlangsung
selama beberapa hari, massa sel granulosa menyekresi cairan folikular yang mengandung
estrogen dalam konsentrasi
tinggi, salah satu hormon seks perempuan yang penting (akan dibahas kemudian). engumpulan Ā
cairan ini menyebabkan munculnya antrum di dalam massa sel granulosa,pertumbuhan Ā aal Ā
folikel primer sampai tahap antral dirangsang oleh FSH saja. emudian Ā terjadi pertumbuhan
yang sangat cepat, folikel yang lebih besar lagi yang disebut folikel vesikular. ercepatan
Āpertumbuhan ini terjadi sebagai berikut Ā () Ā strogen Ā disekresi ke dalam folikel dan
menyebabkan sel-sel granulosa membentuk sejumlah reseptor FSH yang semakin banyak Ā
keadaan ini menyebabkan efek umpan balik positif karena estrogen membuat sel-sel granulosa
makin sensitif terhadap FSH. () Ā FSH dari hipofisis dan estrogen bergabung untuk memacu
reseptor L Ā pada sel-sel granulosa, sehingga terjadi rangsangan L Ā di samping rangsangan
FSH dan menyebabkan peningkatan sekresifolikular yang lebih cepat lagi. () Ā strogen Ā folikel
yang meningkat ditambah dengan L Ā kelenjar hipofisis anterior yang meningkat tersebut
bekerjasama menyebabkan proliferasi sel- sel teka folikular disamping meningkatkan sekresinya.
Sejak folikel antral mulai tumbuh, pertumbuhannya terjadi sangat. cepat. Diameter ovum juga
membesar tiga sampai empat kali lipat lagi, menghasilkan peningkatan diameter ovum total
menjadi 10 kali lipat, atau peningkatan massa sebesar 1.000 kali lipat. Selama folikel membesar,
ovum tetap tertanam di dalam massa sel granulosa yang terletak pada sebuah kutub folikel.
Hanya Satu Folikel yang Matang Penuh Setiap Bulan, dan Sisanya Mengalami Atresia.
Setelah pertumbuhan selama satu minggu atau lebih tetapi sebelum terjadi ovulasi salah satu
folikel mulai tumbuh melebihi yang lain; sisa 5 sampai 11 folikel yang sedang tumbuh
berinvolusi (suatu proses yang disebut atresia), dan folikel-folikel tersebut dikatakan menjadi
atretik. Penyebab atresia masih belum diketahui, tetapi didalilkan sebagai berikut: Jumlah besar
estrogen yang berasal dari folikel yang tumbuh paling cepat tersebut bekerja pada hipotalamus
untuk menekan peningkatan lebih jauh sekresi FSH oleh kelenjar hipofisis anterior, sehingga
menghambat pertumbuhan lebih jauh folikel-folikel yang kurang berkembang. Oleh karena itu,
folikel yang paling besar tumbuh terus karena efek-efek umpan balik positif intrinsiknya,
sementara semua folikel yang lain berhenti tumbuh dan benar-benar berinvolusi. Proses atresia
tersebut penting, karena biasanya peristiwa tersebut memungkinkan hanya satu folikel tumbuh
sampai cukup besar untuk berovulasi setiap bulan; hal ini mencegah lebih dari satu anak yang
berkembang dalam setiap kehamilan. Folikel tunggal tersebut mencapai diameter 1 sampai 1,5
cm pada saat ovulasi dan disebut folikel matang.
E.Ovulasi
Ovulasi pada perempuan dengan siklus seks perempuan normal 28 hari terjadi pada 14 hari
sesudah menstruasi dimulai. Tidak lama sebelum ovulasi, dinding luar folikel yang menonjol
membengkak dengan cepat, dan daerah kecil pada bagian tengah kapsul folikular, yang disebut
stigma, menonjol seperti puting. Kira-kira 30 menit kemudian, cairan mulai merembes dari
folikel melalui stigma, dan sekitar 2 menit kemudian, stigma akan robek cukup besar menyebab
kan cairan yang lebih kental, yang menempati bgn tengah folikel, mengalami evaginasi keluar.
cairan kental ini membawa bersamanya ovum yang diselubungi oleh massa terdiri dari beberapa
sel granulosa kecil,disebut korona radiata.
10
Lonjakan LH Penting dalam Ovulasi. LH diperlukan untuk pertumbuhan akhir folikel dan
ovulasi. Tanpa hormone ini, walaupun FSH tersedia dalam jumlah besar, folikel tidak akan
berkembang ke tahap ovulasi.Sekitar 2 hari sebelum ovulasi (karena alasan yang masih belum
dimengerti seluruhnya, kecepatan sekresi LH oleh kelenjar hipofisis anterior meningkat dengan
pesat, menjadi 6 sampai 10 kali lipat dan mencapai puncaknya sekitar 16 jam sebelum ovulasi.
FSH juga meningkat kira-kira dua sampai tiga kali lipat pada saat bersamaan,dan FSH dan LH
akan bekerja secara sinergistik menyebabkan pembengkakan folikel yang berlangsung cepat
selama beberapa hari sebelum ovulasi. LH juga mempunyai efek khusus terhadap sel granulosa
dan sel teka, yaitu mengubah kedua jenis sel tersebut terutama menjadi sel penyekresi
progesteron. Oleh karena itu, kecepatan sekresi estrogen mulai menurun kira-kira 1 hari sebelum
ovulasi, sementara progesteron yang meningkat mulai disekresi Dalam lingkungan inilah terjadi
ovulasi, yaitu (1) pertumbuhan folikel yang berlangsung cepat, (2) berkurangnya sekresi estrogen
sesudah fase sekresi estrogen berlebihan yang berlangsung lama, dan (3) dimulainya sekresi
progesteron. Tanpa adanya lonjakan hormon LH praovulasi, ovulasi tidak akan berlangsung.
Permulaan Ovulasi. skema permulaan ovulasi, menunjukkan peran jumlah besar LH yang
disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH tersebut menyebabkan sekresi cepat hormon-
hormon steroid folikular yang mengandung progesteron. Dalam waktu beberapa jam akan
berlangsung dua peristiwa, keduanya dibutuhkan untuk ovulasi: (1) Teka eksterna (kapsul
folikel) mulai melepaskan enzim proteolitik dani lisosom, yang mengakibatkan pelarutan dinding
kapsul folikular dengan alcibat melemahnya dinding, menyebabkan pembengkakan lebih jauh
seluruh folikel dan degenerasi stigma. (2) Secara bersamaan terjadi pertumbuhan cepat pembuluh
darah baru ke dalam dinding folikel, dan pada saat yang sama, prostaglandin (hormon setempat
yang menyebabkan vasodilatasi) disekresi ke dalam jaringan folikular. Kedua efek ini akan
mengakibatkan transudasi plasma ke dalam folikel, yang menambah pembengkakan folikel.
Akhirnya, gabungan pembengkakan folikel dan degenerasi stigma yang terjadi bersamaan
mengakibatkan pecahnya folikel disertai pengeluaran ovum.
F.Korpus Luteum—Fase "Luteal" Siklus Ovarium
Beberapa jam pertama sesudah ovum dikeluarkan dani folikel,sel-sel granulosa dan teka interna
yang tersisa berubah dengan cepat menjadi sel lutein. Diameter sel-sel ini membesar dua kali
atau lebih dan terisi dengan inklusi lipid yang memberi tampilan kekuningan. Proses ini disebut
luteinisasi, dan seluruh massa sel bersama-sama disebut korpus luteum, Suplai vaskular yang
berkembang dengan baik juga tumbuh ke dalam korpus luteum. Sel-sel granulosa dalam korpus
luteum membentuk retikulum endoplasma halus intrasel yang luas, yang menghasilkan sejumlah
besar hormon seks perempuan progesteron dan estrogen (lebih banyak progesteron daripada
estrogen selama fase luteal). Sel-sel teka terutama lebih membentuk hormon androgen,
androstenedion dan testosteron daripada hormon seks perempuan. Akan tetapi, sebagian besar
hormon-hormon tersebutjuga akan dikonversi oleh enzim aromatase di sel-sel granulosa menjadi
hormone-hormon estrogen, yaitu hormon-hormon perempuan. Korpus luteum normalnya tumbuh
menjadi berdiameter kira-kira 1,5 cm, yang dicapai dalam waktu 7 sampai 8 hari setelah ovulasi.
Kemudian korpus luteum mulai berinvolusi dan akhirnya kehilangan fungsi sekresi juga sifat
warna kekuningan lipidnya dalam waktu kira-kira 12 hari setelah ovulasi,

11
menjadi korpus albikans; selama beberapa minggu berikutnya, korpus albikans akan digantikan
oleh jaringan ikat dan dalam beberapa bulan akan diserap
Fungsi Luteinisasi LH. Perubahan sel granulosa dan sel teka menjadi sel lutein sangat
bergantung terutama pada LH yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. Pada kenyataannya,
fungsi inilah yang menyebabkan LH mendapat julukan "luteinisasi," untuk "kekuningan."
Luteinisasi juga bergantung pada pelepasan ovum dani folikel. Suatu hormon setempat yang
masih belum diketahui karakternya di cairan folikel, yang disebut faktor penghambat-luteinisasi,
tampaknya berfungsi menahan proses luteinisasi sampai sesudah ovulasi
Sekresi Korpus Luteum: Fungsi Tambahan LH. Korpus luteum adalah organ yang sangat
sekretorik, yang menyekresi sejumlah besar progesteron dan estrogen. Segera setelah LH
(terutama yang disekresi pada lonjakan ovulasi) bekerja pada sel granulosa dan sel teka untuk
menyebabkan luteinisasi, maka selsel lutein yang baru terbentuk tampaknya diprogram untuk
mengikuti tahapan yang sudah diatur yaitu (1) proliferasi, (2)pembesaran, dan (3) sekresi, diikuti
oleh (4) degenerasi. Semua itu terjadi dalam waktu 12 hari. Kita akan melihat pada pembahasan
mengenai kehamilan di Bab 82 bahwa hormon lain yang bersifat hampir sama dengan LH, yaitu
gonadotropin korionik, yang disekresi oleh plasenta, dapat bekerja pada korpus luteum untuk
memperpanjang kelangsungan hidupnya biasanya dipertahankan untuk sekurang-kurangnya 2
sampai 4 bulan pertama kehamilan.
Involusi Korpus Luteum dan Timbulnya Siklus Ovarium Berikutnya. Estrogen khususnya
dan progesteron dalam jumlah lebih sedikit, yang disekresi oleh korpus luteum selama tahap
luteal siklus ovarium, mempunyai efek umpan balik yang kuat terhadap kelenjar hipofisis
anterior untuk mempertahankan kecepatan sekresi FSH maupun LH yang rendah. Selain itu, sel
lutein menyekresi sejumlah kecil hormone inhibin, yang sama dengan inhibin yang disekresi oleh
sel Sertoli dari testes laki-laki. Hormon ini menghambat sekresi kelenjarhipofisis anterior,
khususnya sekresi FSH. Terjadi konsentrasi FSH dan LH dalam darah yang rendah, dan
hilangnya hormon- hormon ini akhirnya menyebabkan korpus luteum berdegenerasi secara
menyeluruh, suatu proses yang disebut involusi korpus luteum.Involusi terakhir biasanya terjadi
pada akhir hampir tepat 12 hari masa hidup korpus luteum, yaitu sekitar hari ke-26 siklus seks
perempuan normal, 2 hari sebelum menstruasi dimulai. Pada saat in penghentian tiba-tiba sekresi
estrogen, progesteron, dan inhibin dari korpus luteum menghilangkan hambatan umpan balik
kelenjar hipofisis anterior, memungkinkan kelenjar meningkatkan sekresi FSH dan LH kembali.
FSH dan LH merangsang pertumbuhan folikel baru, memulai sildus ovarium yang baru.
Penghentian sementara sekresi progesteron dan estrogen ini juga menyebabkan menstruasi oleh
uterus, seperti yang akan dijelaskan kemudian
G.Fungsi Hormon-Hormon Ovarium-Estradiol dan Progesteron
Kedua jenis hormon seks ovarium adalah estrogen dan progestin. Sejauh ini yang paling penting
dari estrogen adalah hormon estradiol dan yang paling penting dari progestin adalah progesteron.
Estrogen terutama meningkatkan proliferasi dan pertumbuhan sel-sel khusus di dalam tubuh
yang berperan dalam perkembangan sebagian besar karakteristik seks sekunder perempuan.
Progestin berfungsi terutama untuk mempersiapkan uterus pada kehamilan dan payudara
untuk laktasi.
12
Sifat Kimia Hormon-Hormon Seks Estrogen. Pada perempuan normal yang tidak hamil,
estrogen disekresi dalam jumlah berarti hanya oleh ovarium, walaupun juga disekresi dalam
jumlah kecil oleh korteks adrenal. Selama kehamilan, estrogen dalam jumlah yang
sangat besar juga disekresi oleh plasenta, Hanya tiga jenis estrogen yang ada dalam jumlah
bermakna di dalam plasma perempuan: β-estradiol, estron, dan estriol Estrogen utama yang
disekresi oleh ovarium adalah βestradiol. Estron juga disekresi dalam jumlah kecil tetapi
sebagian besar estron dibentuk di jaringan perifer dari androgen yang disekresi oleh korteks
adrenal dan oleh sel teka ovarium. Estriol adalah estrogen yang lemah; merupakan produk
oksidasi yang berasal baik dari estradiol maupun estron, dengan pengubahan yang terjadi
terutama di hati. Potensi estrogenik β-estradiol adalah 12 kali lebih besar dari estron dan 80 kali
lebih besar dari estriol. Dengan mengingat potensi relatif in tampak bahwa efek estrogenic total
P-estradiol biasanya beberapa kali lipat dari kedua hormone yang lain bersama-sama. Oleh
karena itu, β- estradiol dianggap sebagai estrogen utama, walaupun efek estrogenic estron juga
tidak dapat diabaikan.
H.Progestin.
Sejauh ini yang paling penting dari progestin adalah progesteron. Akan tetapi, sejumlah kecil
progestin lain, yaitu I7-a-hidroksiprogesteron, disekresi bersama dengan progesteron dan
mempunyai efek yang pada dasarnya sama. namun, untuk praktisnya, biasanya progesteron
dianggap sebagai satu-satunya progestin yang penting. Pada perempuan normal yang tidak
hamil, progesterone disekresi dalam jumlah cukup banyak hanya dalam paruh akhir dari setiap
siklus ovarium, saat hormon ini disekresi oleh korpus luteum. Seperti yang akan kita lihat di Bab
82, sejumlah besar progesteron juga disekresi oleh plasenta selama kehamilan, khususnya
sesudah bulan keempat kehamilan.
Sintesis Estrogen dan Progestin. Perhatikan rumus kimia estrogen dan progesteron pada
Gambar 81-6, bahwa keduanya adalah steroid. Keduanya disintesis di ovarium terutama dari
kolesterol yang berasal dari darah, tetapi juga dalam jumlah kecil, diperoleh dari asetil koenzim
A, yang molekul multipelnya dapat berkombinasi membentuk inti steroid yang cocok. Selama
sintesis, terutama progesteron dan hormon-hormon androgen (testosteron dan androstenedion)
akan disintesis lebih dahulu; baru kemudian, selama fase folikular siklus ovarium, sebelum
kedua hormon awal ini keluar dari ovarium, hampir semua androgen dan sebagian besar
progesteron diubah menjadi hormon-hormon estrogen oleh enzim aromatase di selsel granulosa.
Oleh karena sel-sel teka tidak memiliki aromatase, sel-sel tersebut tidak dapat mengubah
androgen menjadi estrogen. Namun, hormon-hormon androgen berdifusi ke luar sel-sel teka,
masuk ke dalam sel-sel granulosa yang berdekatan, tempat hormon-hormon tesebut diubah
menjadi hormon-hormon estrogen oleh aromatase, yang aktivitasnya dirangsang oleh FSH
(Gambar 81-7). Selama fase luteal pada siklus, terlalu banyak progesterone yang dibentuk untuk
dapat diubah seluruhnya, yang menyebabkan sekresi progesteron yang banyak ke dalam sirkulasi
darah pada saat itu. Selain itu, sekitar seperlimabelas jumlah testosteron disekresi ke dalam
plasma perempuan oleh ovarium seperti halnya yang disekresi ke dalam plasma laki-laki oleh
testes.

13
Estrogen dan Progesteron Diangkut di Dalam Darah
Berikatan dengan Protein Plasma. Estrogen maupun progesteron keduanya diangkut dalam darah
berikatan terutama dengan albumin plasma dan dengan globulin khusus pengikat estrogen dan
progesteron. Ikatan antara hormon-hormon ini dan protein plasma umumnya kurang erat
sehingga dengan cepat hormon ini dilepaskan ke jaringan dalam waktu
sekitar 30 menit. Fungsi Hati pada Degradasi Estrogen. Hati mengonjugasi estrogen untuk
membentuk glukuronida dan sulfat, dan sekitar seperlima dari produk konjugasi ini diekskresi ke
dalam empedu; sebagian besar sisanya diekskresi ke dalam urine. Hati juga mengubah estrogen
poten, estradiol, dan estron menjadi estriol estrogen yang sama sekali tidak poten. Oleh karena
itu, berkurangnya fungsi hati sesungguhnya meningkatkan aktivitas estrogen dalam tubuh, yang
kadangkadang menimbulkan hiperestrinisme. Nasib Progesteron. Dalam waktu beberapa menit
sesudah sekresi, hampir semua progesteron didegradasi menjadi steroid lain yang tidak
mempunyai efek progestasional. Serupa dengan estrogen, hati sangat penting untuk degradasi
metabolik ini. Produk akhir yang utama dari degradasi progesteron adalah pregnandiol. Sekitar
10 persen progesteron ashi diekskresi dalam urine dalam bentuk in Oleh karena itu, dapat
diperkirakan kecepatan pembentukan progesteron dalam tubuh dari kecepatan ekskresi ini.
Fungsi Estrogen—Efeknya pada Karakteristik Seks Perempuan Primer dan Sekunder
Fungsi primer estrogen adalah untuk menimbulkan proliferasi sel dan pertumbuhan jaringan
organ-organ seks serta berbagai jaringan lain yang berkaitan dengan reproduksi
Efek Estrogen pada Uterus dan Organa Genitalia Eksterna Perempuan.
Selama masa kanak-kanak, estrogen disekresi hanya dalam jumlah kecil, tetapi pada saat
pubertas, jumlah yang disekresi pada perempuan di bawah pengaruh hormon-hormon
gonadotropin hipofisis meningkat sampai 20 kali lipat atau lebih. Pada saat ini, organ-organ
seks perempuan berubah dari organ anak menjadi organ yang dimiliki seorang perempuan
dewasa. Ovarium, tuba fallopi, uterus, dan vagina, semuanya bertambah besar beberapa kali.
Selain itu, genitalia eksterna membesar, dengan deposisi lemak pada mons pubis dan labia
mayora disertai pembesaran labia minora.Selain itu, estrogen mengubah epitel
vagina dani tipe kuboid menjadi bertingkat, yang jauh lebih tahan terhadap trauma dan
infeksi daripada epitel sel kuboid sebelum pubertas. Lnfeksi vagina pada anak sering dapat
disembuhkan dengan pemberian estrogen hanya karena estrogen dapat meningkatkan ketahanan
epitel vagina. Selama beberapa tahun pertama sesudah pubertas, ukuran uterus meningkat
menjadi dua sampai tiga kali lipat, tetapi yang lebih penting daripada bertambahnya ukuran
uterus adalah perubahan yang berlangsung pada endometrium uterus di bawah pengaruh
estrogen. Estrogen menyebabkan terjadinya proliferasi yang nyata pada stroma endometrium
dan sangat meningkatkan perkembangan kelenjar endometrium, yang nantinya akan membantu
memberi nutrisi bagi ovum yang berimplantasi. Efek ini akan dibahas kemudian di bab yang
berkaitan dengan siklus endometrium.

14
Efek Estrogen pada Tuba Fallopi.
Pengaruh estrogen pada mukosa yang melapisi tuba fallopi, sama seperti efeknya terhadap
endometrium uterus. Estrogen menyebabkan jaringan kelenjar lapisan tersebut berproliferasi,
dan yang penting, estrogen menyebabkan jumlah sel-sel epitel bersilia yang melapisi tuba fallopi
bertambah banyak. Aktivitas silia juga sangat meningkat. Silia tersebut selalu bergerak ke arah
uterus yang membantu mendorong ovum yang telah dibuahi ke arah uterus.
Efek Estrogen pada Payudara.
Payudara primordial, baik pada perempuan maupun laki-laki pada dasarnya sama.Nyatanya, di
bawah pengaruh hormon-hormon yang tepat, payudara laki-laki selama 2 dekade pertama kehidu
pan dapat berkembang sehingga cukup untuk memproduksi susu seperti halnya pada payudara
perem puan. Estrogen menyebabkan (1) perkembangan jaringan stroma payudara, (2) partum
buhan sistem duktus yang luas, dan (3) deposit lemak di payudara. Lobulus dan alveoli payudara
berkembang sedikit di bawah pengaruh estrogen saja, tetapi progesteron dan prolactin lah yang
menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan fungsi yang nyata struktur-struktur tersebut. Ringkas
nya, estrogen memulai pertumbuhan payudara dan alat-alat pembentuk air susu payudara.
estrogen juga berperan pada pertumbuhan karakteristik dan penampilan luar payudara perem
puan dewasa. akan tetapi, estrogen tidak menyelesaikan tugasnya dalam mengubah payudara
menjadi organ yang memproduksi susu.
Efek Estrogen pada Tulang Rangka
Estrogen menghambat aktivitas osteoklastik di tulang sehingga merangsang pertumbuhan tulang.
Seperti telah dibahas dalamBab 79, paling tidak sebagian dari efek ini disebabkan oleh rangsang
osteoprotegerin, yang juga dinamakan factor penghambat genesis, suatu sitokin yang
menghambat resorpsi tulang. Pada masa pubertas, ketika perempuan masuk ke masa reproduksi,
laju pertumbuhan tinggi badannya menjadi cepat selama beberapa tahun. Akan tetapi, estrogen
mempunyai efek poten lain terhadap pertumbuhan tulang rangka. Estrogen menyebabkan
terjadinya penggabungan epifisis dengan batang tulang panjang. Efek estrogen ini pada
perempuan jauh lebih kuat dibandingkan dengan efek serupa dari testosteron pada laki-laki.
Akibatnya, pertumbuhan perempuan biasanya terhenti beberapa tahun lebih cepat daripada
pertumbuhan laki- laki. Eunuch (kasim—pent.) perempuan, yang sama sekali tidak memproduksi
estrogen biasanya tumbuh beberapa inci lebih tinggi daripada perempuan dewasa normal,
karena epifisisnya tidak menyatu pada waktu yang normal.
Osteoporosis Tulang Akibat Kekurangan Estrogen Pada Lansia. Sesudah menopause,
hampir tidak ada estrogen yang disekresi oleh ovarium. Kekurangan estrogen ini dapat
menyebabkan (1) meningkatnya aktivitas osteoklastik pada tulang, (2) berkurangnya matriks
tulang, dan (3) berkurangnya deposit kalsium dan fosfat tulang. Pada sebagian perempuan, efek
ini sangat hebat, sehingga menyebabkan osteoporosis, yang meledibahas pada Bab 79. Oleh
karena osteoporosis dapat sangat mahkan tulang dan menyebabkan fraktur tulang, khususnya
fraktur vertebra, maka banyak perempuan pascamenopause mendapat perawatan profilaksis
dengan penggantian estrogen untuk mencegah efek osteoporosis.

15
Estrogen Sedikit Meningkatkan Penyimpanan Protein. Estrogen menyebabkan sedikit
peningkatan total protein tubuh yang terbukti dari adanya keseimbangan nitrogen yang sedikit
positif apabila diberikan estrogen. Keadaan ini terutama dihasilkan dari efek pemacu
pertumbuhan dari estrogen pada organorgan seks, tulang, dan beberapa jaringan tubuh lain.
Peningkatan deposisi
protein oleh testosteron lebih bersifat umum dan jauh lebih kuat daripada yang disebabkan oleh
estrogen.
Estrogen Meningkatkan Metabolisme Tubuh dan Penyimpanan Lemak.
Estrogen sedikit meningkatkan laju metabolisme seluruh tubuh, tetapi hanya kira-kira sepertiga
dari efek peningkatan yang disebabkan oleh hormon seks lakilaki, yaitu testosteron. Estrogen
juga menyebabkan peningkatan jumlah simpanan lemak dalam jaringan subkutan. Akibatnya,
persentase lemak tubuh pada perempuan jauh lebih besar dibandingkan pada tubuh laki-laki,
yang mengandung lebih banyak protein. Selain simpanan lemak pada payudara dan jaringan
subkutan, estrogen menyebabkan simpanan lemak pada bokong dan paha, yang merupakan
karakteristik sosok feminin.
Efek Estrogen pada Kulit.
Estrogen menyebabkan kulit berkembang membentuk tekstur yang halus dan biasanya lembut,
namun demikian, kulit perempuan lebih tebal daripada kulit seorang anak atau kulit perempuan
yang dikastrasi. Estrogen juga menyebabkan kulit menjadi lebih vaskular; efek ini sering kali
berkaitan dengan meningkatnya kehangatan kulit dan juga menyebabkan lebih banyak
perdarahan pada permukaan yang terluka dibandingkan yang terjadi pada laki-laki.
Estrogen Berpengaruh Sedikit pada Distribusi Rambut.
Estrogen tidak terlalu memengaruhi penyebaran rambut. Akan tetapi, rambut memang tumbuh di
daerah pubis dan aksila sesudah pubertas. Androgen yang dibentuk dalam jumlah yang
meningkat oleh kelenjar adrenal perempuan setelah pubertas adalah hormon yang terutama
berperan.
Efek Estrogen pada Keseimbangan Elektrolit.
Kemiripan sifat kimia hormon-hormon estrogenik dengan hormon-hormon adrenokorteks telah
dijelaskan. Estrogen, seperti aldosteron dan beberapa hormon adrenokorteks lain, dapat
menyebabkan terjadinya retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal. Efek estrogen ini normalnya
ringan dan jarang bermakna, kecuali pada masa kehamilan, pembentukan estrogen dalam jumlah
besar oleh plasenta dapat menyebabkan retensi cairan tubuh,
Fungsi-Fungsi Progesteron Progesteron Merangsang Berbagai Perubahan Sekretorik di Uterus.
Sejauh ini fungsi progesteron yang paling penting adalah untuk meningkatkan perubahan
sekretorik pada endometrium uterus selama paruh terakhir siklus seks bulanan perempuan,
sehingga menyiapkan uterus untuk menerima ovum yang sudah dibuahi. Fungsi ini akan
dibicarakan kemudian dalam kaitannya dengan siklus endometrium uterus. Selain efek terhadap
endometrium tersebut, progesterone juga menurunkan frekuensi dan intensitas kontraksi uterus,
sehingga membantu mencegah terlepasnya ovum yang sudah berimplantasi.
16
Efek Progesteron pada Tuba Fallopi.
Progesteron juga meningkatkan sekresi pada mukosa yang melapisi tuba fallopi.
Sekresi ini dibutuhkan untuk nutrisi ovum yang telah dibuahi, dan sedang membelah, saat ovum
bergerak dalam tuba fallopi sebelum berimplantasi
Progesteron Merangsang Perkembangan Payudara.
Progesteron meningkatkan perkembangan lobulus dan alveoli payudara, mengakibatkan sel-sel
alveolar berproliferasi, membesar, dan menjadi bersifat sekretorik. Akan tetapi, progesterone
tidak menyebabkan alveoli menyekresi air susu; seperti yang dibahas di Bab 82, air susu
disekresi hanya sesudah payudara yang sudah siap dirangsang lebih lanjut oleh prolaktin
kelenjar hipofisis anterior. Progesteron juga menyebabkan payudara membengkak. Sebagian dari
pembengkakan ini terjadi karena perkembangan sekretorik di lobulus dan alveoli, tetapi sebagian
juga dihasilkan oleh peningkatan cairan di dalam jaringan.
I.Siklus Bulanan Endometrium dan Menstruasi
Produksi siklus bulanan berulang dari estrogen dan progesterone oleh ovarium berkaitan dengan
siklus endometrium pada pelapisan uterus yang bekerja melalui tahapan berikut ini: (1)
proliferasi endometrium uterus; (2) perubahan sekretoris pada endometrium, dan (3) deskuamasi
endometrium, yang dikenal sebagai menstruasi. Berbagai tahapan siklus endometrium
diperlihatkan pada Gambar 81-8
Fase Proliferasi (Fase Estrogen) Slick's Endometrium, Terjadi Sebelum Ovulasi. Pada awal
setiap siklus seks bulanan, sebagian besar endometrium telah terdeskuamasi akibat menstruasi.
Sesudah menstruasi, hanya selapis tipis stroma endometrium yang tertinggal, dan sel-sel epitel
yang tertinggal adalah yang terletak di bagian lebih dalam yang tersisa dari kelenjar dan kripta
endometrium. Di bawah pengaruh estrogen, yang disekresi dalam jumlah yang meningkat oleh
ovarium selama bagian pertama siklus ovarium bulanan, sel-sel stroma dan sel epitel
berproliferasi dengan cepat. Permukaan endometrium akan mengalami epitelisasi kembali dalam
waktu 4 sampai 7 hari sesudah terjadinya menstruasi.Kemudian, selama satu setengah minggu
berikutnya, yaitu sebelum terjadi ovulasi, ketebalan endometrium sangat meningkat karena
jumlah sel stroma bertambah banyak dan karena pertumbuhan kelenjar endometrium serta
pembuluh darah baru yang progresif ke dalam endometrium. Pada saat ovulasi, endometrium
mempunyai ketebalan 3 sampai 5 mm. Kelenjar endometrium, khususnya di daerah serviks,
menyekresi mukus yang encer mirip benang. Benang mucus menyusun din di sepanjang kanalis
servikalis, membentuk saluran yang membantu mengarahkan sperma ke arah yang tepat dari
vagina menuju ke dalam uterus.
Fase Sekretorik (Fase Progestasional) Siklus Endometrium, Terjadi Setelah Ovulasi. Pada
sebagian besar paruh akhir siklus bulanan, setelah ovulasi terjadi,progesteron dan estrogen
bersama-sama disekresi dalam jumlah besar oleh korpus luteum. Estrogen menyebabkan sedikit
proliferasi sel tambahan pada endometrium pada fase siklus ini, sedangkan progesterone
menyebabkan pembengkakan yang nyata dan perkembangan sekretorik dari endometrium.
Kelenjar semakin berkelok-kelok; kelebihan substansi sekresinya bertumpuk di dalam sel epitel
17
kelenjar.Selain itu, sitoplasma sel-sel stroma meningkat, simpanan lipid dan glikogen sangat
meningkat dalam sel stroma, dan suplai darah ke dalam endometrium meningkat lebih jauh
sebanding dengan perkembangan aktivitas sekresi, dengan pembuluh darah yang menjadi sangat
berkelok-kelok. Pada puncak fase sekretorik, sekitar 1 minggu setelah ovulasi,ketebalan
endometrium sudah mencapai 5 sampai 6 mm.Maksud keseluruhan semua perubahan
endometrium ini adalah untuk menghasilkan endometrium yang sangat sekretorik, yang
mengandung sejumlah besar cadangan nutrien untuk menyiapkan kondisi yang cocok untuk
implantasi ovum yang sudah dibuahi selama paruh akhir siklus bulanan. Sejak sebuah ovum
yang sudah dibuahi memasuki kavum uteri dari tuba fallopi (yang terjadi 3 sampai 4 hari setelah
ovulasi) sampai saat ovum berimplantasi (7 sampai 9 hari setelah ovulasi), sekret uterus,yang
disebut "susu uterus," menyediakan nutrisi bagi pembelahan awal ovum. Kemudian, segera
setelah ovum berimplantasi di dalam endometrium, sel-sel trofoblas pada permukaan ovum yang
berimplantasi (pada tahap blastokis) mulai mencerna endometrium dan mengabsorbsi zat-zat
simpanan endometrium, dengan demikian menyediakan sejumlah besar nutrisi untuk embrio
yang berimplantasi.
J.Menstruasi. Jika ovum tidak dibuahi, kira-kira 2 hari sebelum akhir siklus bulanan, korpus
luteum di ovarium tiba-tiba berinvolusi, dan hormon-hormon ovarium (estrogen dan progesteron)
menurun sampai kadar sekresi yang rendah,Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen
dan progesteron, terutama progesteron, pada akhir siklus ovarium bulanan. Efek pertama adalah
penurunan rangsang terhadap sel-sel endometrium oleh kedua hormon in diikuti dengan cepat
oleh involusi endometrium menjadi kira-kira 65 persen dari ketebalan semula. Kemudian, selama
24 jam sebelum terjadinya menstruasi, pembuluh darah yang berkelok-kelok, yang mengarah ke
lapisan mukosa endometrium, menjadi vasospastik, mungkin disebabkan oleh efek involusi,
seperti pelepasan bahan vasokonstriktor kemungkinan salah satu tipe vasokonstriktor
prostaglandin yang terdapat dalam jumlah sangat banyak.Vasospasme, penurunan zat nutrisi
endometrium, dan hilangnya rangsang hormonal memulai proses nekrosis pada endometrium,
khususnya pada pembuluh darah. Akibatnya,darah mula-mula merembes ke lapisan vaskular
endometrium,dan daerah perdarahan bertambah besar dengan cepat dalam waktu 24 sampai 36
jam. Berangsur-angsur, lapisan luar endomerium yang nekrotik terlepas dari uterus pada daerah
perdarahan tersebut, sampai kira-kira 48 jam setelah terjadinya menstruasi, semua lapisan
superfisial endometrium sudah terdeskuamasi. Massa jaringan deskuamasi dan darah di dalam
kavum uteri, ditambah efek kontraktil prostaglandin atau zatzat lain dalam deskuamat yang
membusuk, seluruhnya bersama-sama merangsang kontraksi uterus yang menyebabkan
dikeluarkannya isi uterus. Selama menstruasi normal, kira-kira 40 ml darah dan tambahan 35 ml
cairan serosa hilang. Cairan menstruasi ini normalnya tidak membeku, karena fibrinolisin
dilepaskan bersama dengan bahan nekrotik endometrium. Bila terjadi perdarahan yang
berlebihan dari permukaan uterus, jumlah fibrinolisin mungkin tidak cukup untuk mencegah
pembekuan. Adanya bekuan darah pada menstruasi sering merupakan bukti klinis adanya
keadaan patologis uterus. dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah dimulainya menstruasi,
pengeluaran darah akan berhenti, karena pada saat ini endometrium sudah mengalami epitelisasi
kembali.
Leukore selama Menstruasi. Selama menstruasi, sangat banyak leukosit dilepaskan bersama
dengan bahan nekrotik dan darah. Ada kemungkinan bahwa beberapa zat yang dilepaskan akibat
18
nekrosis endometrium merupakan penyebab pengeluaran leukosit. Akibat pengeluaran leukosit
ini dan kemungkinan faktor lain, uterus menjadi sangat resistan terhadap infeksi selama
menstruasi, walaupun permukaan endometrium telanjang. Ini merupakan perlindungan
yang sangat bernilai.

19
Pengaturan Ritme Bulanan Perempuan Hubungan antara Hormon Ovarium dan
Hipotalamus Hipofisis
Setelah menyampaikan berbagai perubahan siklik utama yang terjadi selama siklus seks bulanan
perempuan, kita dapat mencoba menjelaskan mengenai mekanisme ritmik dasar yang
menyebabkan terjadinya variasi siklik tersebut.
Hipotalamus Menyekresi GnRH, yang Menyebabkan Kelenjar Hipofisis Anterior
Menyekresi LH dan FSH
Seperti sudah disebutkan sekresi sebagian besar hormon hipofisis anterior diatur oleh "hormon-
hormon pelepas" yang dibentuk di hipotalamus dan dibawa ke kelenjar hipofisis anterior melalui
sistem portal hipotalamushipofisis. Dalam hal gonadotropin, ada satu hormon pelepas yang
penting, yaitu GnRH. Hormon ini sudah dimurnikan dan telah terbukti merupakan suatu
dekapeptida dengan rumus sebagai berikut.
Glu - His - Trp - Ser - Tyr - Gly - Leu - Arg - Pro - Gly - NH
Sekresi GnRH yang Intermiten dan Pulsatil oleh Hipotalamus Merangsang Pelepasan LH
yang Pulsatil dari Kelenjar Hipofisis Anterior.
Hipotalamus tidak menyekresi GnRH secara terus-menerus melainkan menyekresi GnRH secara
pulsatil selama 5 sampai 25 menit yang terjadi setiap 1 sampai 2 jam. sinyal pulsasi listrik di
hipotalamus yang menyebabkan pengeluaran GnRH secara pulsatil oleh hipotalamus.Hal yang
menarik adalah bahwa saat GnRH diinfuskan secara terus-menerus supaya GnRH terdapat
sepanjang waktu, jadi tidak secara pulsatil, maka kemampuannya dalam menyebabkan pelepasan
LH dan FSH oleh kelenjar hipofisis anterior hilang. Oleh karena itu, untuk alasan yang tidak
diketahui, sifat pulsatil pelepasan GnRH penting untuk fungsi GnRH
Pusat Hipotalamus untuk Pelepasan GnRH.
Aktivitas saraf yang menyebabkan pelepasan GnRH dengan cara pulsatile terutama terjadi di
hipotalamus mediobasal, khususnya di nukleus arkuatus daerah ini. Oleh karena itu, diyakini
bahwa nukleus arkuatus mengatur sebagian besar aktivitas seks perempuan, walaupun saraf-saraf
yang terletak di daerah preoptik hipotalamus anterior juga menyekresi GnRH dalam
jumlah yang sedang. Banyak pusat saraf dalam sistem "limbik" otak (sistem untuk pengaturan
psikis) menghantarkan sinyal ke dalam nukleus arkuatus untuk memodifikasi intensitas
pelepasan GnRH maupun frekuensi pulsasi, sehingga memberikan penjelasan parsial mengenai
mengapa faktor-faktor psikis sering memodifikasi fungsi seks perempuan Efek Umpan Batik
Negatif Estrogen dan Progesteron untuk Menurunkan Sekresi LH dan FSH Estrogen dalam
jumlah kecil mempunyai efek yang kuat untuk menghambat produksi LH maupun FSH. Selain
itu, bila terdapat progesteron, efek penghambatan estrogen menjadi berlipat-ganda, walaupun
progesteron sendiri hanya mempunyai efek yang kecil (Gambar 81-10). Efek umpan balik ini
kelihatannya terutama bekerja langsung pada kelenjar hipofisis anterior namun efek tersebut juga
bekerja lebih sedikit pada hipotalamus untuk menurunkan sekresi GnRH, terutama dengan
mengubah frekuensi pulsasi GnRH.

20
Inhibin dari Korpus Luteum Menghambat Sekresi FSH dan LH.
Selain efek umpan balik estrogen dan progesteron,hormon-hormon lain tampaknya ikut
berperan, khususnya inhibin, yang disekresi bersama dengan hormon seks steroid oleh sel-sel
granulosa dan korpus luteum ovarium dengan cara yang sama seperti sel-sel Sertoli menyekresi
inhibin pada testes laki-laki What Gambar 81-10). Hormon tersebut mempunyai efek yang sama
pada perempuan seperti halnya pada laki-laki menghambat sekresi FSH, dan sedikit menghambat
LH lewat kelenjar hipofisis anterior. Oleh karena itu, diyakini bahwa hormon inhibin mungkin
cukup penting dalam menyebabkan berkurangnya sekresi FSH dan LH pada akhir siklus seks
perempuan bulanan. Efek Umpan-Balik Positif Estrogen Sebelum Ovulasi—Lonjakan LH
Praovulasi Dengan alasan yang masih belum diketahui seluruhnya, kelenjar hipofisis anterior
menyekresi jumlah LH yang sangat meningkat selama 1 sampai 2 hari sejak 24 sampai 48 jam
sebelum ovulasi. Efek ini diperlihatkan pada. ini juga memperlihatkan sebuah lonjakan FSH
praovulasi yang jauh lebih kecil Eksperimen telah menunjukkan bahwa pemberian infus estrogen
pada perempuan di atas kecepatan kritis selama 2 sampai 3 hari selama bagian terakhir paruh
pertama siklus ovarium akan menyebabkan makin cepatnya pertumbuhan folikel ovarium,
demikian juga semakin cepatnya sekresi estrogen dari ovarium. Selama periode ini, balk sekresi
FSH maupun LH oleh kelenjar hipofisis anterior mula-mula sedikit tertekan. Kemudian sekresi
LH mendadak meningkat menjadi enam kali lipat sampai delapan kali lipat, dan sekresi FSH
meningkat kira-kira dua kali lipat. Peningkatan sekresi LH yang sangat besar ini menyebabkan
terjadinya ovulasi. Penyebab lonjakan yang mendadak sekresi LH masih belum diketahui. Akan
tetapi, beberapa penjelasan yang mungkin adalah sebagai berikut: (1) Diperkirakan bahwa
estrogen involusi, seperti pelepasan bahan vasokonstriktor kemungkinan salah satu tipe
vasokonstriktor prostaglandin yang terdapat dalam jumlah sangat banyak.

1.2 TUJUAN
Mengamati dan mempelajari siklus estrus mencit melalui hapusan vagina mencit yang dilihat
pada mikroskop.

21
BAB II
HASIL PRAKTIKUM
Pada hasil praktikum kali ini, kelompok kami menemukan 3 fase dari 4 fase pada mencit ;
GAMBAR 2.1 PROESTRUS
GAMBAR 2.2 ESTRUS
GAMBAR 2.3 DIESTRUS

Table hasil praktikum mikroskop pada pada gambar.

gambar Sel fase

1 Kuning: sel laukosit proestrus


Merah :sel epitel berinti

2 Merah : sel epitel bertanduk estrus

3 Kuning:sel laukosit diestrus


Merah : sel epitel berinti

22
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. PERBEDAAN ANTARA SIKLUS ESTRUS DAN MENSTRUASI

Dua jenis siklus yang berbeda ditemukan pada mamalia betina. Manusia dan banyak
primata lain mengalami siklus menstruasi (menstrual cycle),sementara mamalia lain non primata
mengalami siklus estrus (estrous cycle) saat ovulasi terjadi, setelah endometrium mulai menebal
dan teraliri banyak darah karena menyiapkan uterus untuk kemungkinan implantasi embrio, pada
fase ini dapat di lihat perbedaan antara kedua siklus. Pada siklus menstruasi, endometrium akan
meluruh dari uterus melalui serviks dan vagina dalam pendarahan yang disebut sebagai
menstruasi. Sedangkan pada siklus estrus, endometrium diserap kembali oleh uterus dan tidak
terjadi pendarahan yang banyak,banyak perbedaan juga pada kedua siklus ini kususnya pada fase
fase yang terjadi dan juga faktor-faktor lain, pembahasan ini kita akan membahas tentang fase
fase yang terjadi pada siklus estrus dan juga siklus menstrual.
3.2. FASE - FASE PADA MENCIT

3.2.1.FASE PROESTRUS
Fase proestrus merupakan fase persiapan dari siklus birahi, setiap jenis hewan betina yang berada
dalam fase ini mulai menampakan gejala birahi walaupun belum mau menerima pejantan untuk
kopulasi, fase ini ditandai dengan adanya jumlah sel epitel berinti yang lebih banyak dari jumlah
leukosi, Folikel de graaf akan tumbuh di bawah pengaruh hormon FSH (Follicle Stimulating
Hormone). hal tersebut mengakibatkan sekresi esterogen dalam darah meningkat kira kira pada
hari ke 18 sampai hari ke 20 pada siklus estrus sehingga akan menimbulkan perubahan-
perubahan fisiologis dan syaraf kelakuan birahi pada hewan. Perubahan fisiologis tersebut
meliputi pertumbuhan folikel, peningkatan dan pertumbuhan endometrium, uterus, serviks serta
vaskularisasi dan keratinisasi epithel vagina pada beberapa spesies, Pada fase ini serviks
mengalami relaksasi secara bertahap dan makin banyak mensekresikan mukus yang tebal dan
berlendir, mukus tersebut disekresikan oleh selsel goblet pada serviks, anterior vagina serta
kelenjar kelenjar uterus, cairan lumen yang terdapat di organ-organ reproduksi berhubungan
dengan aktivitas pertahanan antibacteri, korpus luteum pada zaman terdahulu mengalami
vakuolisasi, degenerasi dan pengecilan secara cepat.
3.2.2.FASE ESTRUS
Pada saat fase estrus kadar estrogen menjadi sangat tinggi dan menyebabkan perubahan fisik dan
tingkah laku, yang menandakan hewan tersebut siap dikawini. Kadar estrogen yang tinggi ini
menyebabkan kadar LH meningkat sehingga memicu terjadinya pemecahan folikel sehingga sel
telur keluar (ovulasi). Fase estrus yang ditandai oleh keinginan birahi dan penerimaan pejantan
oleh hewan betina, di tandai dengan adanya jumlah sel epitel bertanduk dalam jumlah besar dan
tidak terdapat lagi sel epitel berinti, durasi estrus berkisar antara 12-14 jam pada mencit. Pada
fase ini folikel de graaf membesar dan menjadi matang.

23
Di sini Tuba fallopi akan menegang, epitel menjadi matang dan silia aktif serta terjadi kontraksi
tuba fallopii dan ujung tuba yang berfimbria merapat ke folikel degraaf. Lendir serviks dan
vagina bertambah serta terjadi banyak mitosis di dalam mukosa vagina dan sel-sel baru yang
menumpuk, sementara lapisan permukaan menjadi squamosa dan bertanduk (berkornifikasi),
Sel-sel bertanduk ini terkelupas ke dalam vagina, Oleh karena itu pada apusan vagina akan
ditemukan sel epithel bertanduk dalam jumlah yang dominan, tahap estrus pada mencit terjadi
dua tahap yaitu tahap estrus awal diamana folikel suda matang, tidak terdapat sel- sel epitel
berinti dan ukuran estrus pada tahap ini adalah ukuran uterus maksimal. Akhir fase estrus
ditandai dengan terlepasnya epitel cornified, beberapa sel mungkin bertahan, terutama pada
daerah yang berdekatan dengan lubang vagina.

3.2.3.FASE MATESTRUS
Fase ini merupakan fase lanjutan dari fase estrus dimana sekresi estrogen menurun dan
progesterone mulai meningkat, progesterone mengahambat sekresi FSH sehinga menghambat
pembentukan folikel degraaf dan mencegah terjadinya estrus, sehinga uterus mulai kembali
tenang, pada saat inilah uterus mempersiapkan diri untuk kehamilan, fase ini di tandai dengan
jumlah epitel yang menurun dan leukosit yang meningkat jumlahnya, selama metestrus uterus
mengadakan persiapan-persiapan untuk menerima dan memberi makan embrio. Apabila tidak
terjadi fertilisasi, uterus dan saluran reproduksi akan beregresi ke keadaan yang kurang aktif
yang sama sebelum proestrus, disebut diestrus.
3.2.4.FASE DIESTRUS
Siklus diestrus terjadi dimana hewan betina tidak hamil karena sel telur yang berada di dalam
uterus tidak di buahi oleh spermatozoa, tahap ini merupakan tahap terpanjang pada siklus estrus
dengan durasi rata-rata 48-72 jam pada mencit, Fase ini terjadi selama 60 jam dimana pada tahap
ini terbentuk folikel – folokel primer yang belum tumbuh dan beberapa mengalami pertumbuhan
awal. Jumlah sel epitel vagina berada pada level terendah. banyak terjadi infiltrasi leukosit
sehinggan hapusan vagina menunjukkan sedikit lender dengan banyak leukosit. Pada akhir
diestrus, infiltrasi leukosit menurun dan mulai terjadi proliferasi sel epitel. di dalam ovarium,
korpus luteum yang terbentuk setelah ovulasi mencapai pertumbuhan maksimal. Fase ini disebut
juga fase istirahat karena mencit betina sama sekali tidak tertarik pada mencit jantan.

24
3.3 . FASE - FASE MENSTRUASI PADA WANITA :
3.3.1. FASE FOLIKULER
Hari ke 1-13, fase folikuler terjadi sampai sebelum fase ovulasi, di fase ini hipotalamus
mengeluarkan hormone gonadotropin (GnRH) ke pembuluh darah yang mengelilingi kelenjar
hipofifis. hormone ini akan merangsang hipofisis untuk melepaskan FSH (Follicle Stimulating
Hormone) atau hormone pemicu pertumbuhan folikel di mana akan di hasilkan 3-30 folikel,
folikel akan melanjutkan perkembangannya karena pengaruh FSH dalam ovarium. Setelah itu
terbentuk folikel yang sudah masak (folikel de Graaf) dan menghasilkan hormone estrogen yang
berfungsi menumbuhkan endometrium dinding rahim dan memicu sekresi lendir. dalam fase ini
endometrium tumbuh menjadi tebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula
pertumbuhan sekitar.
3.3.2. FASE OVULASI
Hari ke 13-14, folikel telur akan terus meningkatkan produksi kadar estrogen yang menghambat
pengeluaran FSH, kemudian kelenjar hipofisis mengeluarkan LH (lutenizing hormon) , Fase ini
dimulai ketika kadar LH meningkat, LH bertugas untuk pelepasan sel telur melalui ujung saluran
tuba fallopi atau ke saluran tuba fallopi oleh sillia fimbriae hingga pada rongga rahim/ uterus. Sel
telur biasanya dilepaskan dalam waktu 16-32 jam setelah terjadi peningkatan kadar LH dan
bertahan di tuba fallopi selama 24 jam. folikel yang matang akan menonjol dari permukaan
ovarium, akhirnya pecah dan melepaskan sel telur, bekas pelepasan sel telur menjadi
kekuningan (korpus letteum). pada saat ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri tumpul
pada perut bagian bawah, nyeri ini biasa disebut mittelschmerz, yang berlangsung selama
beberapa menit sampai beberapa jam.
3.3.3.FASE LUTEAL
Hari ke 15-28 aetelah ovulasi, setelah melepaskan telurnya, folikel yang pecah kembali menutup
dan membentuk korpus luteum, sel sel korpus letteum akan menghasilkan sejumlah besar
progesteron yang berfungsi untuk penebalan dinding rahim ( endomentrium) endometrium
menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. umumnya pada fase pasca ovulasi wanita akan
lebih sensitif. sebab pada fase ini hormone reproduksi (FSH, LH, estrogen dan progesteron)
mengalami peningkatan, progesteron juga menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat selama
fase luteal dan tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai, peningkatan suhu ini bisa
digunakan untuk memperkirakan terjadinya ovulasi atau persiapan jika terjadi pembuahan oleh
sel sperma. Setelah 14 hari, korpus Luteum yang mensekresi estrogen dan progesterone
menyusut/hancur. seiring penyusutan kadar estrogen dan progesterone yang cepat, arteri spiral
menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis
dan siklus yang baru akan dimulai, kecuali jika terjadi pembuahan. Jika telur dibuahi, korpus
luteum mulai menghasilkan HCG (human chorionic gonadotropin). hormon ini memelihara
korpus luteum yang menghasilkan progesteron sampai janin bisa menghasilkan hormonnya
sendiri. tes kehamilan didasarkan kepada adanya peningkatan kadar HCG, namun jika tidak
terjadi pembuahan sel telur tersebut akan melebur bersamaan dengan endometrium yang di sebut
dengan fase menstruasi

25
3.3.4.FASE MENSTRUASI
Hari ke 1- 7, Sel telur yang sudah bersarang di rongga rahim menunggu sel sperma untuk di
buahi, hal ini yang di sebut puncak masa subur yang di tandai dengan kenaikan suhu badan , jika
sel telur tidak di buahi oleh sel sperma maka akan terjadi penurunan kadar hormone progesterone
dan estrogen yang memicu lapisan dinding rahim yang sebelumnya menebal menjadi luruh, efek
pertama adalah penurunan rangsang terhadap sel-sel endometrium oleh kedua hormon in diikuti
dengan cepat oleh involusi endometrium menjadi kira-kira 65 persen dari ketebalan semula.
Kemudian, selama 24 jam sebelum terjadinya menstruasi, pembuluh darah yang berkelok- kelok,
yang mengarah ke lapisan mukosa endometrium, menjadi vasospastik, mungkin disebabkan oleh
efek involusi, seperti pelepasan bahan vasokonstriktor kemungkinan salah satu tipe
vasokonstriktor prostaglandin yang terdapat dalam jumlah sangat banyak.Vasospasme,
penurunan
zat nutrisi endometrium, dan hilangnya rangsang hormonal memulai proses nekrosis pada
endometrium, khususnya pada pembuluh darah. Akibatnya,darah mula-mula merembes ke
lapisan vaskular endometrium,dan daerah perdarahan bertambah besar dengan cepat dalam
waktu 24 sampai 36 jam. Berangsur-angsur, lapisan luar endomerium yang nekrotik terlepas dari
uterus pada daerah perdarahan tersebut, sampai kira-kira 48 jam setelah terjadinya menstruasi,
semua lapisan superfisial endometrium sudah terdeskuamasi. Massa jaringan deskuamasi dan
darah di dalam kavum uteri, ditambah efek kontraktil prostaglandin atau zat zat lain dalam
deskuamat yang membusuk, seluruhnya bersama-sama merangsang kontraksi uterus yang
menyebabkan dikeluarkannya isi uterus Leukore selama Menstruasi. Selama menstruasi normal,
kira-kira 40 ml darah dan tambahan 35 ml cairan serosa hilang. Cairan menstruasi ini normalnya
tidak membeku, karena fibrinolisin dilepaskan bersama dengan bahan nekrotik endometrium.
Bila terjadi perdarahan yang berlebihan dari permukaan uterus, jumlah fibrinolisin mungkin
tidak cukup untuk mencegah pembekuan. Adanya bekuan darah pada menstruasi sering
merupakan bukti klinis adanya keadaan patologis uterus. dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah
dimulainya menstruasi, pengeluaran darah akan berhenti, karena pada saat ini endometrium
sudah mengalami epitelisasi kembali. Selama menstruasi, sangat banyak leukosit dilepaskan
bersama dengan bahan nekrotik dan darah. Ada kemungkinan bahwa beberapa zat yang
dilepaskan akibat nekrosis endometrium merupakan penyebab pengeluaran leukosit. Akibat
pengeluaran leukosit ini dan kemungkinan faktor lain, uterus menjadi sangat resistan terhadap
infeksi selama menstruasi, walaupun permukaan endometrium telanjang. Ini merupak
perlindungan yangsangat bernilai.

26
BAB III
KESIMPULAN

Pada hewan mamalia betina memiliki 2 siklus seksual yang berbeda, pada mamalia non primata
di kenal dengan siklus estrus sedangkan pada mamalia primata disebut siklus menstruasi, 2 siklus
ini sebenarnaya sama saja karena merupakan siklus seksual pada betina namun siklus ini berbeda
oleh luruhnya endometrium, pada non promata tidak memiliki arteri spiral sehinga akan terjadi
perombakan sel endomentrium dan sel sel yang sudah tidak digunakan akan di mkan oleh sel sel
darah putih padatubuh hewan tersebut sehinga pada hewan non primate tidak akan mengelurkan
darah / atau menstrual, sedangkan pada mamalia primate (manusia) mengalami menstruasi
karena terdapat arteri spiral yang membuat dinding endometrium itu luruh dan mengeluarkan
darah, fase fase nya juga di bagi dalam beberapa tahap yang berbeda, pada mamalia non primata
siklus ini terjadi seumur hidup dan hanya ketika siklus ini terjadi lah baru mamalia tersebut bisa
mengalami perkawinan dan juga pada siklus ini juga terjadi karena beberapa factor, berbeda
dengan mamalia primate yang fasenya tidak terjadi seumur hidup di mana pada masa
monopoause sudah tidak mengalami siklus ini lagi, siklus ini juga terjadi berulang ulang setiap
bulanya, dan pada mamalia primata tidak perlu menunggu siklus ini agar bisa berkawin.

27
DAFTAR PUSTAKA

Martini FH, 2018.Fundamental of Anatomy & Physiology, 11th edition. The Benyamin
Cummings Publishing Company, Inc, United States of America.
Guyton, AC and Hall, Je.2011. Textbook of Medical Physiology, 12th edition, W.B Saunders
Co, Philadelphia.
Tortora, G.J, Derrickson B, 2014, Principles of Anatomy & Physiologi, 14th edition, John Wiley
& Son, Inc, United States of America.
Fiani,R. (2014). Perkembangan hewan-siklus estrus mencit. Journal siklus estrus pada
mencit(mus muculus),1-4.
Sinaga,Ernawati.dkk.2017.Manajemen kesehatan menstruasi. Universitas nasional: global on
Bobak, I.M. 2004. Keperawatan Maternitas. Alih Bahasa Maria A. Wijaya Rini.Edisi 4.Jakarta :
EGC.
Clayton, S.G. 2008.Menstruation. Encyclopædia Britannica, Inc.
Ganong. Kim E. Barrett, Susan M. Barman. 2015. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi 24).
Scott Boitano:Heddwen L.Brooks.
Junquiera, C. L, dan Carneiro, J. 2007. Histologi Dasar Edisi Ke- 10. Jakarta, EGC:Proverawati
A, & Misaroh S. 2009. Menarche: Menstruasi pertama penuh makna. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Solomon E.P, Berg L.R, Martin D.W. 2002. Biology.6th ed, USA.
Suzanne, C. S. 2001. Keperawatan medikal bedah, edisi 8. Jakarta :EGC
Yatim, W. 2001. Reproduksi dan Embryologi. Bandung: Tarsito.
(Astwood 1939; long and Evans 1922; Mandl 1951; Allen 1922; Grasso, Rozhavskaya dan
Riechert 1998)
Sulastri sri, dkk. (2014). Jurnal Biologi ; Panjang siklus estrus mencit (mus musculus L) yang
diberi pemanis buatan aspartam secara oral. jurnal kesehatan dari Indonesia vol 18 no 2.diakses
pada 12 desember 2022. dari Universitas Udayana.
Ahda yuni, dkk. (2017). Jurnal biologi; pengaruh ekstrak sambiloto. Jurnal kesehatan dari
Indonesia eksakta; vol 18 no 2, diakses pada 12 desember 2022. dari Universitas Negri Padang.

28
29
30
31
32
33
34
35

Anda mungkin juga menyukai