Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI

FISIOLOGI MANUSIA

DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH

Nama Anggota Kelompok D6:

1. Siti Anjar Fatimah 110122043


2. Asra Agustina Salsabila 110122064
3. Titin Batmomolin 110122365
4. Eka Yulia Fitriani 110122337
5. Vernon Daren Jade Pattipeilohy 110122243

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 landasan teori

1.2 Tujuan

1.3 sarana
BAB 2 HASIL PENGAMATA
1.1 Aktivitas 1 :Data Pemeriksa Denyut Nadi
1.2 Aktivitas 2 :Data Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah
1.3 Aktivitas 3 :Data Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Denyut Nadi Dan Tekanan Darah
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Aktivitas 1 : Data Pemeriksa Denyut Nadi
3.2 Aktivitas 2 :Data Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah
3.3 Aktivitas 3 :. Data Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Denyut Nadi Dan Tekanan Darah
BAB 4 KESIMPULAN
4.1 Aktivitas 1 : Data Pemeriksa Denyut Nadi,Tekanan Darah Palpasi Dan Tekanan Darah Auskulasi
4.2 Aktivitas 2 :Data Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah
4.3 Aktivitas 3 :. Data Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Denyut Nadi Dan Tekanan Darah
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori

Detak jantung atau juga dikenal dengan denyut nadi adalah tanda penting dalam bidang medis yang
bermanfaat untuk mengevaluasi dengan cepat kesehatan atau mengetahui kebugaran seseorang secara
umum. Pada orang dewasa yang sehat, saat sedang istirahat maka denyut jantung yang normal adalah sekitar
60-100 denyut per menit (bpm). Jika didapatkan denyut jantung yang lebih rendah saat sedang istirahat,
pada umumnya menunjukkan fungsi jantung yang lebih efisien dan lebih baik kebugaran kardiovaskularnya.
Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung seseorang. Pemeriksaan denyut nadi
sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh,
atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari, sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila
pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh (Saladin,
2003). Denyut jantung yang optimal untuk setiap individu berbeda-beda tergantung pada kapan waktu
mengukur detak jantung tersebut (saat istirahat atau setelah berolahraga). Variasi dalam detak jantung sesuai
dengan jumlah oksigen yang diperlukan oleh tubuh saat itu. Denyut jantung seseorang juga dipengaruhi oleh
usia dan aktivitasnya. Olahraga atau aktivitas fisik dapat meningkatkan jumlah denyut jantung, namun jika
jumlahnya terlalu berlebihan atau di luar batas sehat dapat menimbulkan bahaya. Selain itu suhu udara
disekitar, posisi tubuh (berbaring atau berdiri), tingkat emosi, ukuran tubuh serta obat yang sedang
dikonsumsi juga mempengaruhi denyut nadi seseorang

Jantung terdiri atas dua pompa yang terpisah, yaitu jantung kanan yang memompakan darah ke paru, dan
jantung kiri yang memompakan darah ke organ-organ perifer.Selanjutnya, setiap bagian jantung yang
terpisah merupakan dua ruang pompa yang dapat berdenyut, yaitu terdiri atas satu atrium dan satu ventrikel.
Setiap atrium adalah suatu pompa pendahulu yang lemah bagi ventrikel, yang membantu mengalirkan darah
masuk ke dalam ventrikel. Ventrikel lalu menyediakan tenaga pemompa utama yang mendorong darah (1)
ke sirkulasi paru melalui ventrikel kanan atau (2) ke sirkulasi perifer melalui ventrikel kiri. Suatu
mekanisme khusus pada jantung, yang menyebabkan rangkaian kontraksi terus-menerus yang disebut irama
jantung, menjalarkan potensial aksi ke seluruh otot jantung sehingga menimbulkan denyut jantung berirama.
Siklus jantung terdiri atas satu periode relaksasi yang disebut diastolik, yaitu periode pengisian jantung
dengan darah, yang diikuti oleh satu periode kontraksi yang disebut sistolik. Lama berlangsungnya
keseluruhan siklus jantung termasuk sistol dan diastol, berbanding terbalik dengan frekuensi denyut jantung.
Sebagai contoh, bila frekuensi denyut jantung adalah 72 denyut/menit, lama siklus jantung adalah 1/72
denyut/menit–sekitar 0,0139 menit per denyut, atau 0,833 detik per denyut. Ketiga kurva teratas secara
berurutan menunjukkan perubahan peperubahan tekanan didalam aorta, ventrikel kiri, dan atrium kiri. Kurva
keempat melukiskan perubahan volume ventrikel kiri, kurva kelima adalah elektrokardiogram, dan kurva
keenam adalah fonokardiogram, yang merupakan rekaman bunyi yang dihasilkan oleh jantung terutama oleh
katup jantung sewaktu memompakan darah.

3
Pengaruh Frekuensi Denyut Jantung terhadap Lama Siklus Jantung Apabila frekuensi denyut jantung
meningkat, lama berlangsungnya setiap siklus jantung akan turun, termasuk fase kontraksi dan relaksasi.
Lama potensial aksi dan periode kontraksi (sistol) juga turun, namun tidak sebesar persentase fase relaksasi
(diastol). Pada frekuensi denyut jantung normal sebesar 72 denyut/ menit, sistol berlangsung sekitar 0,4
bagian dari seluruh siklus jantung. Pada frekuensi tiga kali frekuensi denyut normal, sistol berlangsung 0,65
bagian dari seluruh siklus jantung. Hal ini berarti bahwa jantung yang berdenyut dengan frekuensi yang
sangat cepat, tidak memiliki waktu relaksasi yang cukup untuk pengisian sempurna ruang jantung, sebelum
kontraksi berikutnya.memberikan dorongan tambahan terhadap aliran darah yang masuk ke dalam ventrikel; dan
merupakan kira-kira 20 persen dari pengisian ventrikel pada setiap siklus jantung.

Tekanan darah hampir selalu dinyatakan dalam milimeter air raksa (mmHg) karena manometer air raksa
telah dipakai sebagai rujukan standar untuk pengukuran tekanan sejak diciptakan pada tahun 1846 oleh
Poiseuille. Sebenarnya, tekanan darah berarti daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas
dinding pembuluh. Bila seseorang mengatakan bahwa tekanan dalam pembuluh adalah 50 mmHg, hal itu
berarti bahwa daya yang dihasilkan cukup untuk mendorong kolom air raksa melawan gravitasi sampai
setinggi 50 mm. Bila tekanan adalah 100 mmHg, kolom air raksa akan didorong setinggi 100 mm.Kadang-
kadang, tekanan dinyatakan dalam sentimeter air (cm H2O). Tekanan sebesar 10 cm H2O berarti bahwa
tekanan cukup untuk menaikkan satu kolom air melawan gravitasi setinggi 10 cm. Satu milimeter tekanan
air raksa sama dengan 1,36 cm tekanan air karena berat jenis air raksa adalah 13,6 kali dari air, dan 1 cm
adalah 10 kali 1 mm, .Kelembaman air raksa di dalam manometer begitu tinggi sehingga tidak dapat naik
atau turun secara cepat. Oleh karena alasan inilah, manometer air raksa, meskipun sangat baik untuk
pengukuran tekanan yang stabil, tidak dapat berespons terhadap perubahan tekanan yang terjadi lebih cepat
dari 2 sampai 3 detik setiap 1 siklus

Distensibilitas Vaskular, Karakteristik sistem vascular yang penting adalah bahwa semua pembuluh darah
bersifat distensible (mudah meregang). sifat distensibilitas arteri memungkinkan arteri tersebut untuk
menyalurkan curah jantung yang bersifat pulsatil dan menimbulkan pulasi tekanan rata-rata. Hal ini akan
menyebabkan aliran darah terus-menerus dan lancar melalui pembuluh darah yang sangat kecil di dalam
jaringan.

Vena adalah yang paling distensibel dari seluruh pembuluh. Bahkan dengan sedikit peningkatan tekanan,
vena sudah dapat menampung 0,5 sampai 1,0 L darah tambahan. Oleh karena itu, vena menyediakan suatu
fungsi penampungan (reservoir) untuk menyimpan sejumlah besar dasar tambahan yang dapat digunakan
setiap saat dibutuhkan di manapun dalam sirkulasi Satuan Distensibilitas Vaskular. Distensibilitas vascular
biasanya dinyatakan sebagai fraksi kenaikan volume pada setiap peningkatan tekanan dalam milimeter air
raksa sesuai dengan rumus. Yaitu, bila 1 mm Hg menyebabkan peningkatan volume suatu pembuluh
sebanyak 1 ml, yang awalnya berisi 10 ml darah, nilai distensibilitasnya akan menjadi 0,1 per mm Hg, atau
10 persen per mm Hg.

4
Cara Palpasi

Setiap kali jantung berdenyut terdapat gelombang darah baru mengisi arteri. Bila tidak ada distensibilitas
sistem arteri, semua darah tersebut akan segera mengalir melalui pembuluh darah perifer hanya selama
periode sistol, dan tidak akan ada darah mengalir selama diastol. Namun pada keadaan normal, komplians
percabangan arteri akan menurunkan pulsasi tekanan sampai hampir tidak berpulsasi pada saat darah
mencapai kapiler; oleh karena itu, aliran darah jaringan berlangsung terutama secara terus-menerus dengan
pulsasi yang sangat kecil.

Sebuah rekaman khas pulsasi tekanan pada bagian proksimal aorta . Pada orang dewasa sehat,tekanan pada
puncak setiap pulsasi, disebut tekanan sistolik,adalah sekitar 120 mmHg. Pada titik terendah setiap
pulsasi,disebut tekanan diastolik, nilainya sekitar 80 mmHg. Perbedaan nilai antara kedua tekanan ini
sekitar 40 mmHg, disebut tekanan nadi.

Metode Minis untuk Mengukur Tekanan Sistolik dan Tekanan Diastolik.

Cara Palpasi

Penggunaan alat perekam tekanan yang mengharuskan jarum masuk ke dalam arteri untuk pengukuran rutin
tekanan darah arteri pada pasien manusia tidak pantas dilakukan, walaupun cara tersebut kadang-kadang
diperlukan pada studi khusus Sebagai gantinya, para klinisi menentukan tekanan sistolik dan diastolik secara
tidak langsung, biasanya dengan menggunakan cara auskultasi.

Cara Auskultasi.

auskultasi untuk menentukan tekanan arteri sistolik dan diastolik. Sebuah stetoskop diletakkan di atas arteri
di bagian lipat siku (antekubiti), dan di sekeliling lengan atas dipasang sebuah manset tekanan darah yang
digembungkan. Selama manset menekan lengan dengan tekanan yang terlalu kecil untuk menyumbat arteri
brakialis, tidak akan terdengar bunyi arteri tersebut melalui stetoskop. Namun bila tekanan dalam manset itu
cukup besar untuk menyumbat arteri selama sebagian siklus tekanan arteri,bunyi akan terdengar pada setiap
pulsasi, Bunyi-bunyi ini disebut bunyi Korotkoff, dinamakan sesuai Nikolai Korotkoff, seorang dokter Rusia
yang mendeskripsi-kannya pada tahun 1905.

Bunyi Korotkoff disebabkan terutama oleh semburan darah melewati pembuluh dengan hambatan parsial
serta oleh getaran dinding pembuluh. Semburan darah ini menimbulkan aliran turbulen di dalam pembuluh
di luar daerah manset, dan keadaan ini akan menimbulkan getaran yang terdengar melalui stetoskop.Dalam
menentukan tekanan darah dengan cara auskultasi, tekanan dalam manset mula-mula dinaikkan sampai di
atas tekanan sistolik arteri. Selama tekanan manset lebih tinggi daripada tekanan sistolik, arteri brakialis
akan tetap kolaps dan tidak akan ada darah mengalir ke dalam arteri yang lebih distal selama siklus
penekanan. Oleh karena itu, tidak akan terdengar bunyi Korotkoff di arteri distal. Namun kemudian tekanan
dalam manset secara bertahap dikurangi. Begitu tekanan dalam manset turun di bawah tekanan sistolik (titik
B, Gambar 15-7), darah mulai mengalir melalui arteri di distal manset selama puncak tekanan sistolik, dan
kita mulai mendengar bunyi berdetak arteri antekubiti yang sinkron dengan denyut jantung.

5
Begitu bunyi ini mulai terdengar, nilai tekanan yang ditunjukkan oleh manometer yang terhubung dengan
manset kira-kira sama dengan tekanan sistolik.

Bila tekanan dalam manset diturunkan lebih lanjut, terjadi perubahan kualitas bunyi Korotkoff, kualitas
detaknya menjadi berkurang dan bunyinya menjadi lebih berirama dan lebih kasar.Kemudian, akhirnya,
sewaktu tekanan manset turun mendekati tekanan diastol, kualitas bunyi tiba-tiba berubah menjadi redup.
Hendaknya disimak tekanan manometer saat bunyi Korotkoff berubah kualitasnya menjadi redup dan
tekanan ini kurang lebih sama dengan tekanan diastolik, meskipun sedikit lebih tinggi dari penetapan
tekanan diastolic langsung menggunakan kateter intra-arterial. Saat tekanan manset turun beberapa mm Hg
lagi, arteri tersebut tidak tersumbat lagi selama diastol, berarti bahwa faktor dasar yang menyebabkan
timbulnya bunyi (yaitu semburan darah melewati arteri yang tertekan) tidak ada lagi. Oleh karena itu, bunyi
tersebut menghilang seluruhnya. Banyak ahli klinik meyakini bahwa tekanan saat bunyi Korotkoff
menghilang sama sekali seyogyanya ditetapkan sebagai tekanan diastol, kecuali pada keadaan di mana
menghilangnya bunyi tidak dapat ditetapkan dengan pasti karena bunyi tersebut tetap terdengar meskipun
manset telah terdeflasi sempurna. Sebagai contoh, pada pasien dengan fistula arterivena untuk hemodialisis
atau dengan insufisiensi aorta, bunyi Korotkoff dapat terdengar setelah deflasi manset sempurna.Cara
auskultasi untuk menentukan tekanan sistolik dan diastolik ini tidak seluruhnya akurat, namun biasanya
hanya berbeda 10 persen dari nilai yang diperoleh dengan pengukuran kateterisasi langsung dari dalam arteri

Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah

Tekanan Darah Faktor gravitasi dapat berpengaruh untuk tekanan di arteri perifer dan kapiler, selain
pengaruhnya pada vena. Contohnya, pada seorang yang berdiri dan mempunyai tekanan arteri rata-rata
100mmHg pada tingkatan setinggi jantung akan mempunyai tekanan arteri di kaki sekitar 190 mmHg. Oleh
karena itu bila seorang menyatakan bahwa tekanan arterinya sebesar 21 100 mmHg, hal ini umumnya berarti
bahwa tekanan tersebut pada tingkatan gravitasi setinggi jantung tetapi tidak berlaku pada pembuluh arteri
di tempat lain

Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah

Secara fisiologis jantung akan memompa darah dari ke dua bilik ke seluruh tubuh dan paru-paru. Jumlah
darah yang dipompa ke seluruh tubuh dan paru-paru tergantung pada jumlah isi sekuncup dan denyut
jantung dalam satu menit. Curah jantung saat istirahat sekali denyut jantung akan memompa darah sekitar
70-80 ml dari ke dua bilik jantung dan frekuensi denyut jantung rata-rata 70 kalisatu menit. Pada orang yang
memiliki aktifitas yang berat, maka sirkulasi oksigen ke dalam darah akan meningkat. Peningkatan
konsumsi oksigen dapat dicapai melalui peningkatan curah jantung. Ada beberapa perubahan pada jumlah
darah yang dikeluarkan oleh jantung yang menyebabkan penurunan denyutjantung pada seseorang yang
memiliki tingkast kebugaran jasmani yang baik, yaitu: 1. Kekuatan dari jantung waktu memompa 2. Jumlah
darah yang dipompa pada sekali denyut 3. Mengurangi frekuensi denyut jantung 4. Meningkatkan ukuran
ventrikel bilik kiri jantung 5. Penambahan penebalan otot jantung.

6
1.2 tujuan

1. mempelajari dan mengetahui pengaruh posisi tubuh terhadap denyut nadi dan
tekanan darah
2. mempelajari dan mengetahui pengaruh Latihan fisk terhadap denyut nadi dan
tekanan darah

1.3 sarana
alat alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
stopwatch, sphygmomanometer ( tensimeter ), stetehoscope, bangku dan metronome.

7
BAB II
HASIL PENGAMATAN

HASIL:
1. Data Pemeriksa Denyut Nadi, Tekanan Darah Palpasi Dan Tekanan Darah
Auskulasi

Nama manusia coba Denyut nadi Tekanan darah Tekanan darah


palpasi auskultasi

Titin 1. 72 1. 130/70 1. 130/72


2. 79 2. 130/80 2. 130/72
3. 80 3. 130/80 3. 230/82

Mean 77 76,6 75,2

2. Data Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah

Posisi Denyut nadi Tekanan sistolik Tekanan diastolic


Tubuh ( auskultasi) (auskultasi)

Berbaring 1. 62 1. 110 1. 80
Terlentang 2. 60 2. 100 2. 80
3. 60 3. 110 3. 70

Mean: 60,6 Mean: 106,6 Mean: 76,6

Duduk 1. 65 1. 80 1. 70
2. 60 2. 60 2. 50
3. 61 3. 100 3. 80

Mean: 62 Mean: 81,6 Mean:66,6

Berdiri 1. 67 1. 140 1. 130

8
2. 61 2. 100 2. 90
3. 60 3. 110 3. 100

Mean: 62,6 Mean:116,6 Mean:106,6

Denyut Nadi
63

62.5

62

61.5
BPM

61

60.5

60

59.5
Berbaring Terlentang Duduk Berdiri
Posisi Tubuh

Tekanan Darah
120

100

80
MMHG

60

40

20

0
Berbaring Terlentang Duduk Berdiri
Posisi Tubuh

Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik

9
3. Data Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Denyut Nadi Dan Tekanan Darah

Tekanan sistolik Tekanan diastolik


(auskultasi) (auskultasi)
Waktu Denyut nadi

1. 68 1. 100 1. 80
2. 60 2. 110 2. 70
Pra latihan
3. 50 3. 100 3. 70

Mean: 59,3 Mean: 103,3 Mean: 73,3

Menit ke-1 75 100 80

Menit ke -3 63 110 70

Menit ke – 5 50 100 60

Menit ke-7 54 70 60

10
Denyut Nadi
80

70

60

50

40
BPM

30

20

10

0
Pra Latihan Menit 1 Menit 3 Menit 5 Menit 7
Waktu

BAB III
PEMBAHASAN

Aktivitas 1 : Data Pemeriksa Denyut Nadi, Tekanan Darah Palpasi Dan Tekanan Darah
Auskulasi
Hasil percobaan kami pada manusia coba dengan posisi berbaring yaitu ;
I. Memeriksa Denyut Nadi
frekuensi denyut nadi yang di hasilkan pada manusia coba adalah normal setelah di lakukan 3
kali percobaan frekuensi nya yaitu antara 72, 79 dan 80 dengan rata rata 77 dengan irama yang
tertaur hal ini disebabkan karena pada percobaan ini manusia coba ada pada posisi berbaring atau
rilex dimana keadaan ini darah akan lebih mudah mengalir dari jantung keseluruh tubuh
II. Pengukuran Darah Secara Palpasi

11
Pada percobaan kali ini mengukur tekanan darah dengan tensimeter tidak mengunakan
stetchoscope, manusia coba pada posisi berbaring/rilex sehinga tekanan darahnya normal
besarnya tekanan sistolik yang didapat setelah 3 kali percobaan yaitu 130/70, 130/80, 130/80,
dengan rata rata 76,6 hasil yang di dapat tepat dimana tekanan darahnya normal namun
pengukuran secara palpasi dirasa kurang teliti karena pengukuran ini hanya dapat mengukur
tekanan sistolik saja tidak dengan tekanan diastolik
III. Pengukuran Darah Secara auskultasi
sama dengan percobaan secara palpasi pada manusia coba namum pada pengukuran secara
auskultasi di sini mengunakan steschoscope, pada pengukuran ini manusia pemeriksa akan
mendengarkan suara suara koroktoff 1-4, saat suara koroktoff 1 itu menunjukan besarnaya
tekanan sistolik secara auskultasi sedangkan pada saat terdengar suara koroktoff 4 dan 5
menunjukan besar tegangan diastolik pada percobaan kami selama 3 kali percobaan yaitu
130/72, 130/72,130/82 dalam keadaan normal dengan rata rata 75,3 dimana 130 secara 3 kali
berturut turut menunjukan tekanan secara sistolik sedangkan 72, 72 dan 80 menunjukan
tekanansecara diastolik. Dibandingkan cara palpasi Cara auskultasi bias dikatakan untuk
menentukan tekanan sistolik dan diastolik lebih akurat namun ini tidak seluruhnya akurat, namun
biasanya hanya berbeda 10 persen dari nilai yang diperoleh dengan pengukuran kateterisasi
langsung dari dalam arteri.

Aktivitas 2 :Data Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah

I. Pada Posisi Berbaring Terlantang


Manusia coba berbaring terlentang selama 2-3 menit dan dilakukan pmeriksaan denyut nadi
arteria radialis sinistra sebanyak tiga kali dan hasil yang didapat 62 BPM denyut permenit, 60
BPM denyut permenit, dan 60 BPM denyut permenit dengan hasil rata-rata yang didapat ialah
60,6 BPM denyut permenit. Dari data tersebut denyut nadi manusia coba normal, dikarenakan
denyut nadi normal orang dewasa adalah 60-100 BPM denyut permenit.
Kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik secara auskultasi sebanyak
tiga kali dengan data yang diperoleh tekanan sistolik 110 mmHg, 100 mmHg, dan 110 mmHg
dan rata-rata yang diperoleh 106,6 mmHg. Tekanan diastolik yang diperoleh 80 mmHg, 80
mmHg, 70 mmHg dan rata-rata yang diperoleh 76,6 mmHg.

12
II. Pada Posisi Duduk
Manusia coba disuruh duduk tenang selama 2-3 menit dan dilakukan pemeriksaan denyut nadi
arteria radialis sinistra sebanyak tiga kali dan hasil yang didapat 65 denyut permenit, 60 denyut
permenit, dan hasil yang didapat 62 denyut permenit. Dari data tersebut denyut nadi manusia
coba normal, dikarenakan denyut nadi normal orang dewasa adalah 60-100 denyut permenit.
Kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolic secara aukultasi sebanyak
tiga kali dengan data yang diperoleh tekanan sistolik 80 mmHg, 60 mmHg, 100 mmHg dan rata-
rata yang diperoleh 81,6 mmHg. Tekananan diastolik yang diperoleh 70 mmHg, 50 mmHg, 80
mmHg. Dan rata-rata yang diperoleh 66,6 mmHg.

III. Pada Posisi Berdiri


Manusia coba disuruh berdiri tenang selama 2-3 menit dan dilakukan pemeriksaan denyut nadi
arteria radialis sinistra sebanyak tiga kali dan hasil yang didapat 67 denyut permenit, 61 denyut
permenit, 60 denyut permenit dan rata-rata yang diperoleh ialah 62,6 denyut permenit. Yang
dimana kondisi denyut nadi pada posisi berdiri denyut nadinya normal yaitu denyut nadi orang
dwasa 60-100 denyut permenit.
Kemudian dilakukan tekanan sistolik dan diastolik secara auskultasi sebanyak tiga kali yang
dimana tekanan sistolik diperoleh 140 mmHg, 100 mmHg, 110 mmHg dan rata-rata yang
diperoleh ialah 116,6 mmHg. Tekanan diastolic yang didapat ialah 130 mmHg, 90 mmHg, 100
mmHg dan rata-ratanya 106,6 mmHg.

Aktivitas 3 :. Data Pengaruh Aktivitas Fisik Terhadap Denyut Nadi Dan Tekanan Darah

Kegiatan fisik sangatlah berpengaruh besar terhadap frekuensi denyut nadi dan tekanan darah
pada seseorang, hal ini di buktikan dengan percobaan yang sudah kelompok kami lakukan mula
mula manusia coba yang berada dalam keadaan rilex ( pra latihan ) di ukur denyut nadi dan
tekanan darahnya , denyut nadi pra latihan sekitar 68 BPM, 60 BPM dan juga 50 BPM dengan
rata rata 59,3,BPM tekanan sistolik nya dalam keadaan normal 100 mmHg, 110 mmHg dan 110
mmHg dengan rata rata 103,6 mmHg dan tekanan diastoliknya 80mmHg , 70 mmHg dan 70
mmHg dengan rata rata 73,3 mmHg pasa keadaan rilex, kemudian manusia coba diperintahkan
untuk melakukan aktivitas olahraga yaitu naik turun tangga dan dilakukan dengan pengawasan
waktu selama 1 menit setelah kegiatan tersebut dilakukan manusia coba di perintahkan untuk
duduk lalu di periksa perubahan pada tekanan darah dan denyut nadi. Pada menit ke 1 di

13
temukan bahwa manusia coba memiliki denyut nadi 75 BPM dengan sistolik 100 mmHg dan
diastolik 80 mmHg. Setelah ditunggu selama 3 menit ditemukan denyut nadi 63 BPM dan
sistolik 110 dan diastolik 70 setelah menit ke 5 di dapatkan tekanan nadi 50 BPM Dan sistolik
100 mmHg dan diastolik 70 mmHg, setelah menit ke 7 denyut nadinya 54 BPM sistoliknya 70
mmHg dan diastoliknya 60 mmHg, dimana pada menit ke 1 setelah melakukan aktivitas olahraga
tekanan darah dalam darah meningkat dilihat dari denyut nadi yang dihasilkan hal ini disebabkan
karena tubuh memerlukan suplei oksigen yang lebih banyak namun stelah dilakukan istirahat
selama beberapa menit tekanan darah semakin turun karena tubuh pada saat istirahat sudah
mendapatkan kembali oksigen yang di butuhkan.

BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum mengenai denyut nadi dan tekanan darah bahwa:

Pada percobaan ini dapat di simpulkan dan di ketahui bagaimana cara agar kita dapat
mengukur denyut nadi dan tekanan darah dengan benar.Denyut nadi sejalan dengan pompaan
jantung untuk mengeluarkan darah. Pada saat jantung memompa darah, jantung memberikan
gelombang pada nadi arteri yang menyebabkan nadi berdenyut.setelah nadi berdenyut maka
darah pun mengalir.Tekanan sistolik dan tekanan diastolik diukur dengan cara mendengar bunyi
yang timbul pada arteri brakhialis yang disebut bunyi Korotkoff . Bunyi Korotkoff yang pertama

14
kali terdengar digunakan untuk menilai tekanan darah sistolik . Ketika tekanan pada manset
terus-terusan diturunkan, maka pada suatu titik bunyi Korotkoff akan menghilang. Saat pertama
kali bunyi Korotkoff menghilang digunakan untuk menilai tekanan darah diastolik .

Dapat disimpulkan bawah posisi tubuh berpengaruh pada denyut nadi dan tekanan darah ,
dimana Tekanan darah pada posisi berdiri dan duduk lebih tinggi daripada posisi berbaring
karena saat berdiri melibatkan gaya gravitasi dan kontraksi otot (kaki bagian bawah, dan yang
berperan dalam sikap berdiri), sedangkan saat posisi berbaring kondisi tubuh lebih rileks.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas fisik berpengaruh pada tekanan darah
dan denyut nadi pada manusia, pada menit ke-1 memiliki denyut nadi dan tekanan darah yang
cukup tinggi. Selanjutnya pada menit ke 3, menit ke 5 dan ke menit ke 7 manusia coba mulai
menujukkan perubahan, proses ini disebut proses relaksasi tubuh

DAFTAR PUSTAKA

Martini FH, 2018, Fundamental of Anatomy & Physiology, 11th edition, The Benyamin Cummings
Publishing Company, Inc, United States of America

Guyton, AC and Hall, Je, 2011, Textbook of Medical Physiology, 12th edition, W.B Saunders Co.,
Philadelphia

Tortora, G.J., Derrickson B., 2014, Principles of Anatomy & Physiologi, 14th edition, John Wiley &
Son, Inc, United States of America

Denita R F , Lutfia Q A dkk, 2018, Makalah Denyut Nadi dan Tekanan Darah, Surabaya : universitas
surabaya

15

Anda mungkin juga menyukai