Anda di halaman 1dari 18

TUTORIAL ONLINE

MATAKULIAH EMBRIOLOGI TUMBUHAN (BIOL4312)


Tutor : Whika Febria Dewatisari

Materi Inisiasi I :

STRUKTUR BUNGA DAN PERKEMBANGAN ALAT REPRODUKSI JANTAN

Saudara mahasiswa, selamat bergabung dalam tutorial online mata kuliah


Embriologi Tumbuhan (BIOL4312). Pada minggu pertama ini Anda akan mempelajari
materi inisiasi I yang membahas tentang struktur bunga dan perkembangan alat
reproduksi jantan. Materi ini dibagi menjadi dua sub pokok bahasan, yaitu struktur bunga
dan bagian-bagiannya serta perkembangan alat reproduksi jantan yang mencakup
mikrosporangium, mikrosporogenesis, dan mikrogametogenesis

Struktur bunga

Gambar : Diagram struktur bunga dan bagian-bagiannya

Bagian-bagian bunga sempurna. :


1. Bunga sempurna,
2. Kepala putik (stigma),
3. Tangkai putik (stilus),
4. Tangkai sari (filament, bagian dari benang sari),
5. Sumbu bunga (axis),
6. artikulasi,
7. Tangkai bunga (pedicel),
8.Kelenjar nektar,
9. Benang sari (stamen),
10. Bakal buah (ovum),
11. Bakal biji (ovulum),
12. Connective
13. Serbuk sari (pollen),
14. Kepala sari (anther),
15. Perhiasan bunga (periantheum),
16. Mahkota bunga corolla),
17. Kelopak bunga (calyx)

Bunga terdiri dari kumpulan bagian fertil dan steril yang terdapat pada dasar
bunga (reseptakulum). Fungsi biologi bunga adalah sebagai wadah menyatunya gamet
jantan (mikrospora) dan betina (makrospora) untuk menghasilkan biji. Proses dimulai
dengan penyerbukan, yang diikuti dengan pembuahan, dan berlanjut dengan
pembentukan biji.

Bunga disebut bunga sempurna bila memiliki alat reproduksi jantan (benang
sari) dan alat betina (putik) secara bersama-sama dalam satu organ. Bunga yang
demikian disebut bunga banci atau hermafrodit. Suatu bunga dikatakan bunga lengkap
apabila memiliki semua bagian utama bunga.

Organ reproduksi betina adalah daun buah atau carpellum yang pada pangkalnya
terdapat bakal buah (ovarium) dengan satu atau sejumlah bakal biji (ovulum) yang
membawa gamet betina di dalam kantung embrio. Pada ujung putik terdapat kepala
putik atau stigma untuk menerima serbuk sari atau pollen. Tangkai putik atau stylus
berperan sebagai jalan bagi pollen menuju bakal bakal buah.

Walaupun struktur bunga yang dideskripsikan di atas dikatakan sebagai struktur


tumbuhan yang "umum", spesies tumbuhan menunjukkan modifikasi yang sangat
bervariasi. Modifikasi ini digunakan botanis untuk membuat hubungan antara tumbuhan
yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh, dua subkelas dari tanaman berbunga
dibedakan dari jumlah organ bunganya: tumbuhan dikotil umumnya mempunyai 4 atau 5
organ (atau kelipatan 4 atau 5) sedangkan tumbuhan monokotil memiliki tiga organ atau
kelipatannya.
Perkembangan Alat Reproduksi Jantan

Benang sari atau stamen ialah organ reproduksi jantan pada bunga. Setiap
benang sari umumnya terdiri dari tangkai sari atau filamen dan, pada ujung tangkai sari,
kepala sari atau anter. Anter biasanya terdiri dari empat kotak sari, disebut
mikrosporangia. Perkembangan mikrosporangia dan spora haploid yang terkandung di
dalamnya yaitu serbuk sari

Mikrosporangium dan Mikrosporogenesis

Mikrosporangium merupakan tempat berlangsungnya proses perkembangan


gametofit jantan. Pada tumbuhan Angiospermae umumnya mempunyai empat
mikrosporangia (tetrasporangiat). Pada waktu kepala sari masih muda tersusun oleh
jaringan parenkimatis yang homogen. Pada keempat sisi akan terbetuk jaringan
arkesporium, yang mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda dengan sel-sel di
sekitarnya. Jaringan arkesporium membelah menghasilkan sel sporogen di bagian dalam,
yang nantinya akan menjadi sel induk mikrospora. Di bagian luar menghasilkan sel
parietal yang nantinya membentuk 2 - 5 lapisan, merupakan dinding kepala sari. Dinding
kepala sari dari arah luar ke dalam tersusun atas epidermis, endotesium, lapisan tengah,
dan tapetum. Mikrospora (serbuk sari) yang merupakan hasil pembelahan meiosis dari sel
induk mikrospora, akan mengalami perkembangan lebih lanjut. Inti mikrospora,
menghasilkan dua inti yang berbeda ukuran, yaitu inti vegetatif dan inti generatif. Inti
generatif akan membelah lagi dan menghasilkan dua sel sperma. Pembelahan inti
generatif dapat terjadi di dalam serbuk sari atau di dalam buluh serbuk sari.

a. mikrosporogenesis
Pada kepala sari terdapat mikrosporosit yang bersifat haploid. Mikrosporosit
akan mengalami pembelahan meiosis I sehingga menghasilkan dua sel anak yang
bersifat haploid. Pada proses meiosis II dihasilkan empat sel anak (mikrospora) yang
bersifat haploid dan mengelompok menjadi satu. Inti setiap mikrospora mengalami
pembelahan sehingga masing-masing mikrosopra menghasilkan dua inti haploid. Satu inti
disebut inti generatif. inti vegetatif memiliki ukuran besar dibandingkan inti generatif.
selanjutnya inti generatif mengalami pembelahan mitosis sehingga terbentuk dua inti
sperma(inti sperma I dan inti sperma II). Inti vegetatif tidak mengalami pembelahan. Jadi
satu serbuk sari yang masak memiliki satu vegetatif dan dua inti sperma yang masing-
masing bersifat haploid.
Setelah kepala sari masak, serbuk sari (pollen) akan keluar melalui lubang yang
disebut stomium. Serbuk sari yang baru terbentuk biasanya memiliki sitoplasma yang
padat dengan inti di bagian tengahnya. Serbuk sari memiliki dua lapisan dalam (intin )
dan lapisan luar (eksin)

Gambar 2. Bagian-bagian dari anter


Ket : 1. connective 4. tapetum
2. epidermis 5. pollen
3. endotesium
Gambar 3. Proses Mikrosporogenesis

b. Mikrogametogenesis

Di dalam sporangium, terdapat banyak sel induk mikrospora. Sel induk tersebut
akan berkembang menjadi serbuk sari. Langkah pertama dalam pembentukan serbuk sari
adalah mikrosporogenesis. Proses ini dimulai dengan pembelahan meiosis sel induk
mikrospora. sel diploid tersebut melalui dengan pembelahan meiosis kan menghasilkan
empat mikrosopa haploid yang masih berdekatan satu sama lain. empat sel mikrospora
hasil meiosis akhirnya saling memisah. Langkah kedua adalah mikrogametogenesis,
proses pematangan mikrospora menjadi serbuk sari fungsional. Proses pematangan
melibatkan pembelahan mitosis sel mikrospora dan terjadi dalam dua tahap. Tahap
pertama menjadi pembelahan inti dan sitoplasma sel mikrospora membentuk sel tabung
(sel vegetatif) dan sel generatif. Sel generatif berada dalam sel tabung. Dua sel yang
berada dalam satu dinding sel ini merupakan serbuk sari matang.
Tahap kedua jika serbuk sari menempel pada putik saat polinasi sel tabung akan
membentuk jalan tabung bagi sel generatif. saat jalan tabung terus memanjang ke bawah,
sel tabung membelah secara mitosis menjadi dua sel generatif haploid. Kedua sel ini
nantinya berperan dalam pembuahan ganda.

Perkembangan Dinding Polen


Pada akhir meosis
kepala sari bunga memiliki tipe perkembangan yang menghasilkan empat lapisan
dinding sel pada kepala sarinya. Lapisan dinding tersebut terdiri dari epidermis yang
persisten, endotesium yang tidak mengalami penebalan fibrous, lapisan tengah yang
terdegradasi dan tapetum amuboid multinukleat. Tetrad mikrospora yang terbentuk
bertipe tetrahedral dan isobilateral, sedangkkan tipe pembentukan mikrosporanya
suksesif. Serbuk sari muda terbentuk segera setelah masing-masing mikrospora terlepas
dari struktur tetrad. Serbuk sari yang terbentuk memiliki spina pada eksinnya, dan berinti
satu.

Morfologi gametofit jantan

Gametofit jantan masak terdiri atas tiga sel yang dihasilkan dari dua kali
pembelahan mitosis yang terjadi di dalam butir serbuk sari. Pada pembelahan mitosis
pertama, nulkeus butir serbuk sari (mikrospora) muda mengambil tempat di dekat
dinding. Pembelahan pertama menghasilkan dua sel, yaitu sel vegetatif dan sel generatif.
Sel generatif muda mempunyai sebuah kalosa dan dinding selulosa. Selanjutnya, sel
generatif terpisah dari dinding butir serbuk sari dan kehilangan dinding kalosa atau
dinding selulosa. Selanjutnya sel generatif terpisah dari dinding butir serbuk sari dan
kehilangan didnding kalosanya, dikelilingi oleh sitoplasma sel vegetatif, kemudian
menjadi oval atau berbentuk lensa. Pada tahap ini, butir serbuk sari gugur dari antera dan
sel generatif membelah hanya setelah pematakan buluh serbuk sari yang berkembang.
Lamela bagian dalam dinding buluh serbuk sari terdiri atas kalosa dan selulosa.
Protoplas hanya terdapat pada bagian distal pembuluh dan terpisah dari bagian proksimal
oleh pembentukan sumbat kalosa yang dibentuk dari waktu ke waktu oleh protoplas.
Daerah pertama membesar dan berisi sejumlah gelembung Golgi besar dan kecil, dan
hanya mempunyai dinding pektoselulosa. Pada daerah di bawah ujung terdapat dua
lapisan dinding : bagian luar berupa pektoselulosa dan bagian dalam kalosa tipis.
Sitoplasma kaya akan organel. Badan golgi sangat aktif menghasilakan gelembung besar
dan kecil. Gelembung kecil mengandung polisakarida, sedangkan gelembung besar berisi
perkusor sakarida. Daerah inti berisi inti vegetatif dan inti generatif. Bermacam organel
dan vakuola kecil terdapat dalam daerah ini. Dalam daerah pembentukan sumbat kalosa
banyak banyak terdapat vakuola besar, dan dinding kalosa sangat tebal. Dalam daerah ini,
sitoplasma sangat padat elektron, ada mitokondria, RE kasar, sejumlah ribosom, beberapa
vakuola dan badan lemak. Organel yang lain tidak ada. Dalam sitoplasma terdapat
sejumlah struktur sferis yang berisi kalosa dan menghasilkan sumbat kalosa.

Gambar 1. Gambar pollen Lilium


Gambar 1. Irisan melintang anther

Palinologi

Palinologi merupakan Ilmu yang mempelajari tentang serbuk sari (pollen) dan spora,
baik yang masih hidup maupun yang sudah menjadi fosil. Kajian palinologi meliputi:
sifat, morfologi, dan cirinya. Palinologi merupakan disiplin yang penting untuk
kepentingan dasar dan terpakai.
Analisis serbuk sari (pollen analysis) merupakan metode yang paling penting dalam
rekonstruksi flora, vegetasi, dan lingkungan masa lampau, karena:
a. Sifat serbuk sari yang sangat awet atau tahan terhadap kerusakan akibat proses
diagenesis.
b. Serbuk sari dihasilkan dalam jumlah yang sangat banyak.
c. Serbuk sari dapat tersebar secara lebih luas dan merata dibandingkan dengan
makrofosil.
d. Serbuk sari dapat diperoleh dari sedimen dalam jumlah yang sangat banyak
sehingga memungkinkan untuk diuji secara kuantitatif / statistik.

Kaitan palinologi dengan bidang ilmu lainnya

Keterkaitan antara Palinologi dengan Biokimia dapat dipelajari melalui kajian


melisopalinologi. Dalam bidang Kedokteran, dikenal adanya hayfever, yang memerlukan
kajian imunologi yang berkaitan dengan reaksi alergi yang ditimbulkan oleh serbuk sari.
Dalam bidang pertanian, khususnya pemuliaan tanaman dapat dilakukan pembentukan
tanaman diploid homozigot melalui teknik kultur jaringan tumbuhan.

Pollen memiliki sel vegetatif, dua gamet jantan dan mengandung butiran-butiran
pati. Dinding tebalnya terbentuk dari dua lapisan, eksin dan intin, yang cukup keras.
Karena adanya perbedaan perkembangan bunga pada spikelet jantan yang terletak di atas
dan bawah dan ketidaksinkronan matangnya spike, maka pollen pecah secara kontinu dari
tiap tassel dalam tempo seminggu atau lebih.
Gambar 2: Perkembangan pollen dari sel induk pollen sampai menjadi butir pollen
(serbuk sari); A. stamen (benang sari); B. irisan melintang anther; C.
Perkembangan sel tetrad dari sen induk pollen melalui pembelahan meiosis; D. 4
mikrospora; E. butir pollen; F. Perkecambahan pollen. (sumber: Taji, Kumar &
Lakshmanan, 2002: 46).
Struktur dinding Pollen (serbuk sari)

Dinding pollen Angiospermae terdiri dari dua lapisan: eksin (lapisan luar) dan in
tin (lapisan dalam). Eksin tersusun atas sporopolenin, sedangkan intin tersusun atas
selulosa. Lebih lanjut eksin terbagi atas dua lapisan, yaitu seksin dan neksin. Seksin
merupakan lapisan yang memiliki ornamenetasi, sedangkan neksin tidak. Struktur
dinding pollen, khususnya bagian eksin, merupakan salah satu karakter yang digunakan
dalam identifikasi. Struktur halus eksin dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu: tektat,
semitektat, dan intektat.

Stratifikasi eksin

Morfologi eksin dibagi menjadi dua lapisan, yaitu lapisan luar yang berukir
(seksin), terdiri dari lapisan dalam tegak seperti tongkat disebut kolumela (bakula),
bagian atas ditutup lapisan seperti atap (tektum). Sehingga eksin memiliki tiga lapisan
terdiri dari tektum, kolumela, dan neksin. Secara kimia eksin berdiferensiasi menjadi
dua lapisan, lapisan luar disebut ekteksin dan lapisan dalam disebut endeksin.

Gambar 3. Struktur eksin

Apertura
Apertura adalah suatu area yang tipis pada eksin yang berhubungan dengan
perkecambahan serbuk sari dan merupakan salah satu karakter serbuk sari yang sangat
penting, yaitu bahwa evolusi apertura sangat berguna dalam menentukan perjalanan
evolusi tumbuhan berbiji.
Apertura serbuk sari dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang celah memanjang
(kolpus) dan yang merupakan celah pendek, atau berbentuk bulat (porus).

Ornamentasi eksin
Pencandraan tipe ornamentasi eksin dibuat berdasarkan ukuran, bentuk, dan
susunan unsur ornamentasinya. Kapp (1969) dan Moore & Webb (1978) membagi
tipe ornamnetasi sebagai berikut:

Psilat seluruh permukaannya halus, rata dan licin.


Perforat permukannya berlubang, dan ukuran lubangnya kurang
dari 1µm.
Foveolat permukaannya berluang, dan ukuran lubangnya lebih
besar dari 1µm.
Skabrat unsur ornamentasi berbentuk isodiametrik, ukuran tidak
lebih besar dari 1µm.
Verukat unsur ornamentasi berbentuk isodiametrik, dan
tingginya lebih dari 1µm.
Gemat unsur ornamnetasi berbentuk isodiametrik, dan besarnya
lebih dari 1µm.
Klavat unsur omamentasi berbentuk seperti tangkai, bagian
dasarnya menyempit, dan ukuran tingginya lebih besar
daripada lebarnya.
Pilat unsur ornamentasi seperti pada klavat, tetapi bagian
apikalnya menggembung.
Ekinat unsur ornamentasi berbentuk seperti duri.
Rugulat unsur ornamentasi memanjang horizontal, dengan pola
yang tidak be.raturan.
Striat unsur ornamentasi memanjang horizontal, dengan
susunan sejajar antara satu dengan lainnya.
Retikulat unsur ornamentasi membentuk pola seperti jala.
Gambar 4. Tipe-tipe apertura pollen
Gambar 5. Penampang unsur-unsur ornamentasi

Gambar 6. Kenampakan ornamentasi pada permukaan pollen


Gambar 7. Kenampakan ornamentasi permukaan dan strukturnya.
Bentuk dan Ukuran Pollen
Unit pollen dibedakan atas: monad, diad, tetrad, dan polyad. Selain itu ada
pollen yang dilepaskan dari tumbuhan dalam bentuk polinia. pollen tertrad dibedakan
ke dalam 5 tipe, yaitu: tetrahedral, tetragonal, rhomboid, decussata, dan tetrad
silang.

Tumbuhan Angiospermae yang memiliki serbuk sari polyad diketahui ada lima
Famili, yaitu: Annonaceae, Leguminosae, Hippocrateaceae (pada marga Hippocraea),
Asclepiadaceae, dan Orchidaceae.

Bentuk butir pollen dapat dicandra menggunakan kenampakan pada


pandangan polar dan pandangan ekuatorial. Bentuk pollen dapat pula ditentukan
berdasarkan perbandingan antara panjang aksis polar (P) dan diameter ekuatorial (E)
atau indeks P/E. Bentuk butir serbuk sari juga terkait erat dengan tipe aperturanya,
contohnya: butir serbuk sari dengan tipe apertura trikolpat akan cenderung berbentuk
bulat hingga bulat telur, sedangkan pada pollen yang aperturanya monosulkat akan
cenderung berbentuk seperti perahu.
Ukuran pollen dibedakan dalam enam kelas, berdasarkan aksis terpanjang
(kecuali pada serbuk sari yang ekinat, maka durinya tidak dimasukkan dalam ukuran).
Pembagian kelas ukuran tersebut adalah:
 < 10 µm = sarigat kecil
 10 - 25 µm = kecil
 25 - 50 µm = sedang
 50 - 100 µm = besar
 100 - 200 µm = sangat besar
 200 µm = raksasa
Gambar 8. Macam-macam bentuk butir serbuk sari dan spora tetrad

Gambar 11. Klasifikasi bentuk serbuk sari berdasarkan indeks P/E


Gambar 9. Tipe-tipe bentuk Pollen

Gambar 10 Tipe-tipe spora

Anda mungkin juga menyukai