Materi Inisiasi I :
Struktur bunga
Bunga terdiri dari kumpulan bagian fertil dan steril yang terdapat pada dasar
bunga (reseptakulum). Fungsi biologi bunga adalah sebagai wadah menyatunya gamet
jantan (mikrospora) dan betina (makrospora) untuk menghasilkan biji. Proses dimulai
dengan penyerbukan, yang diikuti dengan pembuahan, dan berlanjut dengan
pembentukan biji.
Bunga disebut bunga sempurna bila memiliki alat reproduksi jantan (benang
sari) dan alat betina (putik) secara bersama-sama dalam satu organ. Bunga yang
demikian disebut bunga banci atau hermafrodit. Suatu bunga dikatakan bunga lengkap
apabila memiliki semua bagian utama bunga.
Organ reproduksi betina adalah daun buah atau carpellum yang pada pangkalnya
terdapat bakal buah (ovarium) dengan satu atau sejumlah bakal biji (ovulum) yang
membawa gamet betina di dalam kantung embrio. Pada ujung putik terdapat kepala
putik atau stigma untuk menerima serbuk sari atau pollen. Tangkai putik atau stylus
berperan sebagai jalan bagi pollen menuju bakal bakal buah.
Benang sari atau stamen ialah organ reproduksi jantan pada bunga. Setiap
benang sari umumnya terdiri dari tangkai sari atau filamen dan, pada ujung tangkai sari,
kepala sari atau anter. Anter biasanya terdiri dari empat kotak sari, disebut
mikrosporangia. Perkembangan mikrosporangia dan spora haploid yang terkandung di
dalamnya yaitu serbuk sari
a. mikrosporogenesis
Pada kepala sari terdapat mikrosporosit yang bersifat haploid. Mikrosporosit
akan mengalami pembelahan meiosis I sehingga menghasilkan dua sel anak yang
bersifat haploid. Pada proses meiosis II dihasilkan empat sel anak (mikrospora) yang
bersifat haploid dan mengelompok menjadi satu. Inti setiap mikrospora mengalami
pembelahan sehingga masing-masing mikrosopra menghasilkan dua inti haploid. Satu inti
disebut inti generatif. inti vegetatif memiliki ukuran besar dibandingkan inti generatif.
selanjutnya inti generatif mengalami pembelahan mitosis sehingga terbentuk dua inti
sperma(inti sperma I dan inti sperma II). Inti vegetatif tidak mengalami pembelahan. Jadi
satu serbuk sari yang masak memiliki satu vegetatif dan dua inti sperma yang masing-
masing bersifat haploid.
Setelah kepala sari masak, serbuk sari (pollen) akan keluar melalui lubang yang
disebut stomium. Serbuk sari yang baru terbentuk biasanya memiliki sitoplasma yang
padat dengan inti di bagian tengahnya. Serbuk sari memiliki dua lapisan dalam (intin )
dan lapisan luar (eksin)
b. Mikrogametogenesis
Di dalam sporangium, terdapat banyak sel induk mikrospora. Sel induk tersebut
akan berkembang menjadi serbuk sari. Langkah pertama dalam pembentukan serbuk sari
adalah mikrosporogenesis. Proses ini dimulai dengan pembelahan meiosis sel induk
mikrospora. sel diploid tersebut melalui dengan pembelahan meiosis kan menghasilkan
empat mikrosopa haploid yang masih berdekatan satu sama lain. empat sel mikrospora
hasil meiosis akhirnya saling memisah. Langkah kedua adalah mikrogametogenesis,
proses pematangan mikrospora menjadi serbuk sari fungsional. Proses pematangan
melibatkan pembelahan mitosis sel mikrospora dan terjadi dalam dua tahap. Tahap
pertama menjadi pembelahan inti dan sitoplasma sel mikrospora membentuk sel tabung
(sel vegetatif) dan sel generatif. Sel generatif berada dalam sel tabung. Dua sel yang
berada dalam satu dinding sel ini merupakan serbuk sari matang.
Tahap kedua jika serbuk sari menempel pada putik saat polinasi sel tabung akan
membentuk jalan tabung bagi sel generatif. saat jalan tabung terus memanjang ke bawah,
sel tabung membelah secara mitosis menjadi dua sel generatif haploid. Kedua sel ini
nantinya berperan dalam pembuahan ganda.
Gametofit jantan masak terdiri atas tiga sel yang dihasilkan dari dua kali
pembelahan mitosis yang terjadi di dalam butir serbuk sari. Pada pembelahan mitosis
pertama, nulkeus butir serbuk sari (mikrospora) muda mengambil tempat di dekat
dinding. Pembelahan pertama menghasilkan dua sel, yaitu sel vegetatif dan sel generatif.
Sel generatif muda mempunyai sebuah kalosa dan dinding selulosa. Selanjutnya, sel
generatif terpisah dari dinding butir serbuk sari dan kehilangan dinding kalosa atau
dinding selulosa. Selanjutnya sel generatif terpisah dari dinding butir serbuk sari dan
kehilangan didnding kalosanya, dikelilingi oleh sitoplasma sel vegetatif, kemudian
menjadi oval atau berbentuk lensa. Pada tahap ini, butir serbuk sari gugur dari antera dan
sel generatif membelah hanya setelah pematakan buluh serbuk sari yang berkembang.
Lamela bagian dalam dinding buluh serbuk sari terdiri atas kalosa dan selulosa.
Protoplas hanya terdapat pada bagian distal pembuluh dan terpisah dari bagian proksimal
oleh pembentukan sumbat kalosa yang dibentuk dari waktu ke waktu oleh protoplas.
Daerah pertama membesar dan berisi sejumlah gelembung Golgi besar dan kecil, dan
hanya mempunyai dinding pektoselulosa. Pada daerah di bawah ujung terdapat dua
lapisan dinding : bagian luar berupa pektoselulosa dan bagian dalam kalosa tipis.
Sitoplasma kaya akan organel. Badan golgi sangat aktif menghasilakan gelembung besar
dan kecil. Gelembung kecil mengandung polisakarida, sedangkan gelembung besar berisi
perkusor sakarida. Daerah inti berisi inti vegetatif dan inti generatif. Bermacam organel
dan vakuola kecil terdapat dalam daerah ini. Dalam daerah pembentukan sumbat kalosa
banyak banyak terdapat vakuola besar, dan dinding kalosa sangat tebal. Dalam daerah ini,
sitoplasma sangat padat elektron, ada mitokondria, RE kasar, sejumlah ribosom, beberapa
vakuola dan badan lemak. Organel yang lain tidak ada. Dalam sitoplasma terdapat
sejumlah struktur sferis yang berisi kalosa dan menghasilkan sumbat kalosa.
Palinologi
Palinologi merupakan Ilmu yang mempelajari tentang serbuk sari (pollen) dan spora,
baik yang masih hidup maupun yang sudah menjadi fosil. Kajian palinologi meliputi:
sifat, morfologi, dan cirinya. Palinologi merupakan disiplin yang penting untuk
kepentingan dasar dan terpakai.
Analisis serbuk sari (pollen analysis) merupakan metode yang paling penting dalam
rekonstruksi flora, vegetasi, dan lingkungan masa lampau, karena:
a. Sifat serbuk sari yang sangat awet atau tahan terhadap kerusakan akibat proses
diagenesis.
b. Serbuk sari dihasilkan dalam jumlah yang sangat banyak.
c. Serbuk sari dapat tersebar secara lebih luas dan merata dibandingkan dengan
makrofosil.
d. Serbuk sari dapat diperoleh dari sedimen dalam jumlah yang sangat banyak
sehingga memungkinkan untuk diuji secara kuantitatif / statistik.
Pollen memiliki sel vegetatif, dua gamet jantan dan mengandung butiran-butiran
pati. Dinding tebalnya terbentuk dari dua lapisan, eksin dan intin, yang cukup keras.
Karena adanya perbedaan perkembangan bunga pada spikelet jantan yang terletak di atas
dan bawah dan ketidaksinkronan matangnya spike, maka pollen pecah secara kontinu dari
tiap tassel dalam tempo seminggu atau lebih.
Gambar 2: Perkembangan pollen dari sel induk pollen sampai menjadi butir pollen
(serbuk sari); A. stamen (benang sari); B. irisan melintang anther; C.
Perkembangan sel tetrad dari sen induk pollen melalui pembelahan meiosis; D. 4
mikrospora; E. butir pollen; F. Perkecambahan pollen. (sumber: Taji, Kumar &
Lakshmanan, 2002: 46).
Struktur dinding Pollen (serbuk sari)
Dinding pollen Angiospermae terdiri dari dua lapisan: eksin (lapisan luar) dan in
tin (lapisan dalam). Eksin tersusun atas sporopolenin, sedangkan intin tersusun atas
selulosa. Lebih lanjut eksin terbagi atas dua lapisan, yaitu seksin dan neksin. Seksin
merupakan lapisan yang memiliki ornamenetasi, sedangkan neksin tidak. Struktur
dinding pollen, khususnya bagian eksin, merupakan salah satu karakter yang digunakan
dalam identifikasi. Struktur halus eksin dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu: tektat,
semitektat, dan intektat.
Stratifikasi eksin
Morfologi eksin dibagi menjadi dua lapisan, yaitu lapisan luar yang berukir
(seksin), terdiri dari lapisan dalam tegak seperti tongkat disebut kolumela (bakula),
bagian atas ditutup lapisan seperti atap (tektum). Sehingga eksin memiliki tiga lapisan
terdiri dari tektum, kolumela, dan neksin. Secara kimia eksin berdiferensiasi menjadi
dua lapisan, lapisan luar disebut ekteksin dan lapisan dalam disebut endeksin.
Apertura
Apertura adalah suatu area yang tipis pada eksin yang berhubungan dengan
perkecambahan serbuk sari dan merupakan salah satu karakter serbuk sari yang sangat
penting, yaitu bahwa evolusi apertura sangat berguna dalam menentukan perjalanan
evolusi tumbuhan berbiji.
Apertura serbuk sari dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang celah memanjang
(kolpus) dan yang merupakan celah pendek, atau berbentuk bulat (porus).
Ornamentasi eksin
Pencandraan tipe ornamentasi eksin dibuat berdasarkan ukuran, bentuk, dan
susunan unsur ornamentasinya. Kapp (1969) dan Moore & Webb (1978) membagi
tipe ornamnetasi sebagai berikut:
Tumbuhan Angiospermae yang memiliki serbuk sari polyad diketahui ada lima
Famili, yaitu: Annonaceae, Leguminosae, Hippocrateaceae (pada marga Hippocraea),
Asclepiadaceae, dan Orchidaceae.