dan agama atau kepercayaan, harga dan kemudahan BAHAN DAN METODE
transportasi dan eksistensi saluran pemasaran,
stabilitas harga dan tersedianya modal dan kredit. Kajian ini dilakukan di Propinsi Jawa Timur
Masyarakat atau petani pada umumnya yang meliputi beberapa kabupaten diantaranya:
melakukan budidaya secara intensif karena pada Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan,
keadaan ini petani umumnya mempunyai luasan Sumenep, Lamongan, Kediri, Sidoarjo, Gresik, dan
lahan yang terbatas. Usaha budidaya pertaniannya Probolinggo. Penelitian dilakukan pada bulan Mei
dilakukan dalam usaha pemenuhan kebutuhan 2009 yaitu pada akhir musim penghujan.
keluarganya. Dengan latar belakang pendidikan yang Data yang diperlukan diperoleh dari survey
terbatas dan bertanggung jawab dalam pemenuhan dengan mencatat kombinasi tanaman tumpangsari
kebutuhan pangan keluarganya, maka pola tanam milik petani di 9 kabupaten dengan jumlah
dalam budidaya ini relatif lamban perkembangannya. responden 150 petani. Data dalam penelitian ini
Petani mengubah sistemnya sedikit demi sedikit adalah data tentang ragam pola tanam tumpangsari
dengan perhitungan resiko yang sekecil mungkin. yang merupakan kearifan lokal dari masyarakat
Keinginan mengikuti perkembangan pertanian dalam setempat. Dari data ini selanjutnya dikelompokkan
upaya meningkatkan hasil tetap terpikirkan tetapi menurut jumlah tanaman yang dikombinasikan serta
upaya untuk pemenuhan kebutuhan pangan menurut jenis tanamannya.
keluarganya adalah hal yang utama.
Dengan pola tanam tumpang sari HASIL DAN PEMBAHASAN
(intercropping) dapat meningkatkan macam dan Iklim memegang peranan penting dalam
jumlah produksi persatuan luas persatuan waktu, penentuan jenis dan kultivar tanaman yang dapat
dapat mengurangi resiko kegagalan panen, dibudidayakan dan dalam penentuan hasil akhir.
meningkatkan produktivitas penggunaan tanah, Keberhasilan produksi tanaman mensyaratkan
waktu dan sumberdaya yang tersedia selama satu penggunaan sumber daya iklim, seperti penyinaran
musim tanam, menghasilkan total out put dalam arti matahari, karbon dioksida, dan air secara efisien.
nilai ekonomis yang tinggi (Gascho, 2001). David et Fenologi dan laju perkembangan suatu tanaman
al. (2002), rotasi tanaman memiliki dampak pada tergantung pada faktor-faktor iklim seperti suhu,
perkembangan hama yang kompleks, hasil tanaman panjang hari dan persediaan air (Setiawan, 2009).
dan ekonomi. Pengolahan tanah dan rotasi tanaman Dari hasil penelitian kearifan lokal ragam tanaman
merupakan dua manajemen dalam memperbaiki tumpangsari diperoleh 28 macam jenis tanaman yang
karakteristik fisik tanah (Katsvairo et al., 2002). diusahakan oleh petani seperti tertera pada Tabel 1
Sedangkan Popp (2002), untuk meningkatkan hasil dibawah ini. Tanaman jagung, singkong dan kacang
produksi kedelai diperlukan pengairan yang baik, tanah merupakan tanaman mayoritas yang dipilih
salah satunya dengan memanfaatkan air hujan. oleh petani. Jagung dan singkong merupakan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanaman pangan yang digunakan untuk mencukupi
ragam pola tanam tumpangsari yang dilakukan oleh kebutuhan sehari-hari petani dan sisanya dijual. Dari
masyarakat di Propinsi Jawa Timur berdasarkan tanaman pada Tabel 1 di atas terdapat 80 model
kearifan lokal petani yang dilakukan pada saat akhir kombinasi tanaman, dimana terdapat sejumlah
musim penghujan. Kearifan lokal tersebut akan kesamaan model kombinasi tanaman antara daerah /
menambah khasanah pengetahuan kita tentang petani satu dengan petani lainnya yaitu sebesar 31%
bagaimana petani memutuskan untuk menanami (25 model). Sedangkan sisanya sebesar 69% (55
lahannya dengan tanaman yang menurutnya paling model) model kombinasi tanaman antar daerah /
menguntungkan ditinjau dari aspek iklim lokal, tanah, petani satu dengan petani lainnya berbeda seperti
ekonomi, struktur sosial dan budaya dan tentunya yang disajikan pada Gambar 1 di bawah ini.
yang mempunyai resiko paling kecil.
81 Eko Setiawan : okal Pola nam ..................................................
Keraifan LT a
Tabel 1. Jenis tanaman yang diusahakan oleh petani dalam pola tanam tumpangsari
No Jenis Tanaman Jumlah petani yang menanam
1 Jagung 80
2 Singkong 48
3 Kacang tanah 78
4 Kacang hijau 9
5 Kedelai 8
6 Cabe 23
7 Terong 9
8 Pisang 21
9 Jati 6
10 Ubi jalar 11
11 Talas 14
12 Pepaya 3
13 Kelapa 3
14 Cabe jamu 3
15 Kelor 1
16 Lamtoro 2
17 Mangga 8
18 Kacang panjang 24
19 Ganyong 2
20 Turi 7
21 Padi 7
22 Kunyit 3
23 Kacang komak 1
24 Uwi 1
25 Wijen 1
26 Kacang merah 2
27 Jahe 1
28 Siwalan 1
Jumlah 378
Pola tanam tumpang sari dapat berhasil kombinasi tanaman; 2% petani menanam 5
dan berdaya guna apabila beberapa hal yang kombinasi tanaman; dan sisanya 1% petani
prinsip tidak ditinggalkan. Prinsip tumpang sari mengusahakan 6 kombinasi tanaman seperti
banyak menyangkut tanamannya,diantaranya: pada Gambar 2 di bawah ini.
a. Tanaman tumpang sari, dua tanaman atau Dari kesamaan model kombinasi
lebih sebaiknya mempunyai periode tanaman antara daerah / petani satu dengan
pertumbuhan yang tidak sama petani lainnya yaitu sebesar 31% pada Gambar 1
b. Apabila tanaman tumpang sari mempunyai di atas dapat diuraikan lebih rinci yaitu ada 25
umur yang hampir sama, sebaiknya fase model yang mempunyai kesamaan seperti tertera
pertumbuhannya berbeda pada Tabel 2 di bawah ini. Kombinasi tanaman
c. Terdapat perbedaan kebutuhan terhadap jagung dan kacang tanah paling banyak menjadi
faktor lingkungan seperti air, kelembaban, pilihan petani dalam menanami lahannya di
cahaya dan unsur hara akhir musim hujan. Secara umum petani
d. Tanaman mempunyai perbedaan membuat kombinasi tanaman tumpangsari
architecture kanopi dan tinggi tanaman yang antara tanaman pangan seperti jagung, talas, dan
nyata singkong yang dikombinasikan dengan tanaman
e. Tanaman mempunyai perbedaan perakaran, produktif lainnya seperti pada Tabel 1 di atas.
baik sifat, luas dan kedalaman perakarannya Hasil kombinasinya dapat dilihat pada Tabel 2
f. Tanaman tidak mempunyai pengaruh dan Tabel 3.
alollepaty Sedangkan sisanya sebesar 69%, model
Berdasarkan jumlah kombinasi tanaman kombinasi tanaman antar daerah / petani satu
yang digunakan dalam sistem pola tanam dengan petani lainnya yang berbeda yang secara
tumpangsari terdapat: 61% petani menanam 2 rinci ada 55 model yang berbeda antar daerah /
kombinasi tanaman; 24% petani menanam 3 petani satu dengan petani lainnya seperti tertera
kombinasi tanaman; 12% petani menanam 4 pada Tabel 3 di bawah ini.
b
Jumlah Kom inasi Tanaman
6 tanama
5 Tanaman n
1%
2%
2 Tanaman
4 tanaman
61%
12%
3 Tanaman
24%
Tabel 2. Model kombinasi tanaman yang mempunyai kesamaan antara daerah / petani satu dengan petani
lainnya sebanyak 25 model.
No. Model Jumlah Petani Jenis Kombinasi Tanaman Yang Dipakai Petani
1 27 jagung - kacang tanah
2 3 ketela pohon - ubi jalar
3 2 pisang - jati
4 3 ketela pohon - kacang panjang
5 4 ketela pohon - kacang tanah
6 2 ketela pohon - cabe rawit
7 4 jagung - ketela pohon
8 2 jagung - kacang tanah - kacang hijau
9 5 jagung - kedelai
10 4 jagung - ketela pohon - kacang tanah
11 2 jagung - kacang tanah - ubi jalar
12 2 ketela pohon - kacang tanah - kacang hijau - turi
13 3 ketela pohon - kacang tanah - kacang panjang
14 2 jagung - padi
15 3 jagung - cabe rawit
16 2 kacang tanah - cabe rawit
17 2 ketela pohon - talas
18 4 kacang tanah - kacang hijau
19 2 jagung - mangga - padi
20 5 jagung - kacang tanah - kacang panjang
21 2 kacang tanah - talas
22 2 cabe rawit - kacang panjang
23 2 jagung - kacang panjang
24 2 jagung - kacang merah
25 3 ketela pohon - kacang tanah - talas
Tabel 3. Model kombinasi tanaman yang berbeda antara daerah / petani satu dengan petani lainnya
sebanyak 55 model.
tumpangsari, karena pertanaman secara berulang kali, (h) mengurangi populasi hama
tumpangsari pada lahan kering dapat dan penyakit tanaman, dan (i) memperkaya
memelihara kelembaban dan kadar air tanah kandungan unsur hara antara lain nitrogen dan
serta mengurangi erosi dan meningkatkan bahan organik (Beets, 1982).
kesuburan tanah (Beets, 1982). Sistem penanaman ganda yang lain
Tumpangsari merupakan salah satu yaitu sistem tumpang gilir, yang merupakan cara
bentuk program intensifikasi pertanian alternatif bercocok tanaman dengan menggunakan 2 atau
yang tepat untuk melipatgandakan hasil lebih jenis tanaman pada sebidang tanah dengan
pertanian pada daerah-daerah yang kurang pengaturan waktu. Penanaman kedua dilakukan
produktif. Keuntungannya adalah selain setelah tanaman pertama berbunga. Sehingga
diperoleh panen lebih dari sekali setahun, juga nantinya tanaman bisa hidup bersamaan dalam
menjaga kesuburan tanah dengan waktu relatif lama dan penutupan tanah dapat
mengembalikan bahan organik yang banyak dan terjamin selama musim hujan (Beets, 1982).
penutupan tanah oleh tajuk tanaman. Dalam
sistem pertanaman tumpangsari, agar diperoleh Tanah Dan Sistem Pola Tanam
hasil yang maksimal maka tanaman yang Syarat tanah untuk tumpang sari adalah
ditumpangsarikan harus dipilih sedemikian rupa pada dasarnya sama seperti bentuk yang lain.
sehingga mampu memanfaatkan ruang dan Dari produksi tanaman intensif, ketika tanah
waktu seefisien mungkin serta dapat tidak subur, kebasaan menggabungkan tanaman
menurunkan pengaruh kompetitif yang sekecil- dengan akar yang berbeda diyakini mendapat
kecilnya. Selanjutnya Harrera (1974) produksi yang layak. Ketika tanaman tunggal
menjelaskan bahwa jenis tanaman yang hanya memberikan menghasilkan yang kecil
digunakan dalam tumpangsari harus memiliki karena terbatasnya nutrisi menjadi jalan utama
pertumbuhan yang berbeda, bahkan bila dalam memperoleh spesies yang berbeda.
memungkinkan dapat saling Dalam susunan sstem pola tanam,
melengkapi. Tanaman tumpangsari jagung populasi tumbuhan dan kekuatan intensitas pola
dapat dilakukan dengan padi gogo, palawija lain tanam adalah seringnya menentukan kesuburan
atau sayuran yang dilakukan dengan tujuan ; (1) tanah. Tingginya kesuburan tanah, tumbuhan
penganekaragaman penggunaan makanan, (2) yang hanyut atau pola tanam yang menghendaki
mengurangi resiko kegagalan panen, dan (3) pemanfaatan lingkungan. Ketika kesuburan
meningkatkan intensitas tanam (Beets, 1982). alami tanah rendah dan tidak tersedianya
Sistem pertanian ganda ini sangat cocok kesuburan urutan pola tanam tidak seperti yang
bagi petani kita dengan lahan sempit di daerah di harapkan. Tapi pola tanam campuran dapat
tropis, sehingga dapat memaksimalkan produksi menguntungkan. Situasi selanjutnya adalah
dengan input luar yang rendah sekaligus biasanya mendirikan area hutan hujan di daerah
meminimalkan resiko dan melestarikan tropis, di daerah katulistiwa yang basah,
sumberdaya alam. Selain itu keuntungan lain khusunya dimana tanah sering gersang yang
dari sistem ini : (a) mengurangi erosi tanah atau sangat relatif untuk dilepaskan. Di daerah ini
kehilangan tanah-olah, (b) memperbaiki tata air tumpang sari juga dapat menguntungkan, selain
pada tanah-tanah pertanian, termasuk itu permukaan tanah menjadi lebih baik dan
meningkatkan pasokan (infiltrasi) air ke dalam akan melindungi tanah dari kerusakan akibat
tanah sehingga cadangan air untuk pertumbuhan hujan dan erosi. Dimana di daerah tropis yang
tanaman akan lebih tersedia, (c) menyuburkan lembab tanah menjadi subur, gabungan dan
dan memperbaiki struktur tanah, (d) urutan dari sistem pola tanam mempunyai
mempertinggi daya guna tanah sehingga potensi penghasilan yang tinggi (Beets, 1982).
pendapatan petani akan meningkat pula, (e)
mampu menghemat tenaga kerja, (f) KESIMPULAN
menghindari terjadinya pengangguran musiman Dari hasil penelitian kearifan lokal
karena tanah bisa ditanami secara terus menerus, ragam tanaman tumpangsari di Jawa Timur
(g) pengolahan tanah tidak perlu dilakukan diperoleh 28 macam jenis tanaman yang
Eko Setiawan : Keraifan Lokal Pola Tanam .................................................. 88
diusahakan oleh petani. Terdapat 80 model Gascho, GJ., Robert K. Hubbard, Timothy B.
kombinasi tanaman, dimana terdapat sejumlah Brenneman, Alva W. Johnson,
kesamaan model kombinasi tanaman antara Donald R. Sumner, and Glendon H.
daerah / petani satu dengan petani lainnya yaitu Harris. 2001. Effects of Broiler Litter
sebesar 31% (25 model). Sedangkan sisanya in an Irrigated, Double-Cropped,
sebesar 69% (55 model) model kombinasi Conservation-Tilled Rotation. Agron.
tanaman antar daerah / petani satu dengan petani J. 93:1315–1320
lainnya berbeda. Herrera, W.A.T. and Harwood, R.R. 1974.
Berdasarkan jumlah kombinasi tanaman “Effect of Time of overlap of Corn in
yang digunakan dalam sistem pola tanam Sweet potato under intermediate
tumpangsari di Jawa Timur terdapat: 61% petani nitrogen levels”, Paper read at the 6th
menanam 2 kombinasi tanaman; 24% petani Annual Convention of the Crop
menanam 3 kombinasi tanaman; 12% petani Science Society of the Philippines,
menanam 4 kombinasi tanaman; 2% petani Bacolod City, Philippines.
menanam 5 kombinasi tanaman; dan sisanya 1% Katsvairo, T., William J. Cox, and Harold van
petani mengusahakan 6 kombinasi tanaman. Es. 2002. Tillage and Rotation
Tanaman jagung, singkong dan kacang tanah Effects on Soil Physical
merupakan tanaman mayoritas yang dipilih oleh Characteristics. Agron. J. 94:299–
petani. 304.
Norman, D.W, 1974. “Crop Mixtures under
PUSTAKA indigenous conditions in the
Northern part of Nigeria”, Samaru
Arnon, I. 1972. Crop Production in Dry Regions. Bulletin 205, Zaria, Nigeria.
Leonard Hill. London. Popp M. P., Terry C. Keisling, Ronald W.
Beets, W.C. 1982. Multiple Cropping and McNew, Lawrence R. Oliver, Carl R.
Tropical Farming Systems. Westview Dillon, and Daniel M. Wallace. 2002.
Press, Inc. USA Planting Date, Cultivar, and Tillage
Dalrymple, GD. 1971. Survey of Multiple System Effects on Dryland Soybean
Cropping in less developed nations, Production. Agron. J. 94:81–88.
U.S. Agency for International
Setiawan, E. 2009. Pemanfaatan Data Cuaca
Development, Washington, D.C.
Untuk Pendugaan Produktivitas (Studi
David L. Jordan, Jack E. Bailey, J. Steven
Kasus Tanaman Cabe Jamu Di Madura).
Barnes, Clyde R. Bogle, S. Gary
Makalah disampaikan pada Lomba
Bullen, A. Blake Brown, Keith L.
Karya Ilmiah Penerapan Metode
Edmisten, E. James Dunphy, and P.
Prakiraan Cuaca Jangka Pendek. BMG.
Dewayne Johnson. 2002. Yield and
Jakarta. 33 halaman.
Economic Return of Ten Peanut-
Based Cropping Systems. Agron. J. Smeltekop, H., David E. Clay, and Sharon A.
94:1289–1294. Clay. 2002. The Impact of
Frances, CA. and Flor, C.A. 1975. “Adapting Intercropping Annual ‘Sava’ Snail
Varieties for intercropping systems Medic on Corn Production. Agron. J.
in the Tropics”, Paper presented in 94:917–924.
Symposium American Society
Agronomy Knoxville, Tennessee,
USA.
89