Anda di halaman 1dari 126

GEOLOGI DASAR

DISUSUN OLEH:

ZOELFAN ALBAN BAYUAJI

073 0020 00040

PROGAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS KEBUMIAN DAN ENERGI

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA 20
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah-
Nya dan juga kesempatan dan nikmat berupa Kesehatan sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah mata kuliah GEOLOGI DASAR. Shalawat serta salam kita
sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan
pedoman hidup yakni Al-Qur’andan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Geologi Dasar di program studi
teknik pertambangan fakultas teknik pada Universitas Trisakti. Kemudian juga tidak
lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr.Ir.
Bani Nugroho, MT selaku dosen pembimbing mata kuliah Geologi Dasar. Juga
kepada seluruh pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan dan juga
petunjuk selama penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bogor, 25 oktober-2020

ZOELFAN ALBAN BAYUAJI


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Pengertian Umum...........................................................................................................1
1.2 Ruang Lingkup Geologi.................................................................................................2
1.3 Hubungan Geologi Dengan Ilmu Lainnya......................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................7
TERJADINYA BUMI............................................................................................................7
2.1 Macam-macam Terjadinya Bumi...................................................................................7
2.2 Teori Tektonik Lempeng..............................................................................................11
BAB III.................................................................................................................................17
MINERAL DAN BATUAN.................................................................................................17
3.1 Pengertian Umum.........................................................................................................17
3.2 Tejadinya Mineral dan Batuan.....................................................................................19
3.3 Identifikasi Mineral dan Batuan...................................................................................27
BAB IV..................................................................................................................................38
PROSES-PROSES GEOLOGI...........................................................................................38
4.1 PROSES EKSOGEN....................................................................................................38
4.2 Proses Endogen............................................................................................................48
BAB V...................................................................................................................................56
GEOMORFOLOGI.............................................................................................................56
5.1 Pengertian umum.........................................................................................................56
5.2 Macam-macam Bentukan Asal....................................................................................57
5.3 POLA ALIRAN SUNGAI...........................................................................................62
BAB VI..................................................................................................................................73
STRATIGRAFI....................................................................................................................73
6.1 Pengertian Umum.........................................................................................................73
6.2 Cekugan dan Formasi..................................................................................................77
6.3 Umur Geologi..............................................................................................................86
BAB VII................................................................................................................................97
STRUKTUR GEOLOGI.....................................................................................................97
7.1 Pengertian Umum.........................................................................................................97
7.2 Macam-macam Struktur Geologi...............................................................................110
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................116
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Umum
 Kata geology berasal dari Bahasa Yunani,yaitu geo ( yang berarti bumi ) dan
logo (yang berarti ilmu).Jadi, geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi dan
fenomena yang terjadi didalamnya. Geologi secara umum membahas mengenai
material pembentuk bumi dan segala proses yang terjadi baik di dalam bumi (bawah
permukaan) maupun yang terjadi di atas permukaan bumi. Gaya yang bekerja di
dalam bumi (endogen) menghasilkan gempa bumi dan aktivitas vulkanik, sementara
itu gaya eksternal (eksogen) menyebabkan terjadinya pelapukan, erosi, dan
pembentukan bentang alam (Anonim, 2016). Geologi juga dapat diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari tentang bumi. Pengertian bumi sendiri mencakup selubung
gas yang mengitari planet bumi(atmosfer) perairan yang ada di permukaan
bumi(hidrosfer) dan bagian padat dari planet bumi(lithosfer). Dan kemudian terjadi
sepesialisasi lebih lanjut sehingga menghasilkan sub-bidang geologi/ cabang geologi.
Kemudian sub-bidang geologi tersebut adalah:
=> Petrologi, mempelajari batuan sebagai materi penyusun bumi
=> Mineralogi, mempelajari mineral sebagai penyusun bumi
=> Geologi struktur, mempelajari struktur/ susunan/ hubungan batuan-batuan
penyusu kerak Bumi
=> Stratigrafi, mempelajari tentang perlapisan batuan sedimen
=> Paliontologi, mempelajari fosil-fosil yang terkandung dalam batuan untuk
mengungkap kejadian dimasa silam
=> Vulkanologi, mempelajari masalah ke gunung apian
=> Seismologi, mempelajari asal-usul gempa bumi
=> Geologi Pertambangan, mempelajari bahan galian yang bernilai ekonomi
=> Geologi Minyak dan Gas Bumi, lebih mengkhususkan pada asal-usul terjadinya
gas dan minyak bumi
=> Geologi Tekhnik, mempelajari kondisi geologis dalam kaitannya dengan
konstruksi bangunan seperti pembuatan

1
PENDAHULUAN
1.2 Ruang Lingkup Geologi
Bumi terusun oleh berbagai macam unsur yang saling terintegrasi dan tidak
hanya didominasi oleh batuan, air, atau udara saja. Interaksi antar-unsur tersebut terus
berlangsung, seperti kontak air dengan batuan, batuan dengan udara, dan air dengan
udara. Lebih lanjut, biosfer, sebagai keseluruhan bentuk kehidupan di bumi, tersebar
pada ketiga realms tersebut yang terintegrasi secara setara. Oleh sebab itu, ruang
lingkup ilmu geologi terdiri dari empat lingkup utama, yaitu: hidrosfer, atmosfer, dan
geosfer. Ketiga lingkup ini kemudian membentuk suatu lingkup sebagai keseluruhan
keberadaan makhluk hidup yang disebut biosfer.
A.Hidrosfer
Bumi dijuluki sebagai Planet Biru, hal ini karena 71% permukaan bumi
diselimuti oleh air dengan kedalaman rata-rata 3,8 km. 97% dari air yang ada di bumi
merupakan air permukaan. Hidrosfer adalah massa air yang dinamis dan bergerak
secara kontinu melalui sebuah siklus. Siklus yang dimaksud adalah siklus hidrologi,
yang terdiri dari evaporasi air permukaan ke atmosfer, presipitasi air ke daratan, dan
kemudian mengalir kembali sebagai air permukaan yang bermuara di laut. Daur
hidrologi ini turut berkontribusi dalam membentuk bentang alam bumi ini. Selain air
laut, hidrosfer juga terdiri dari air tawar yang berada di aliran sungai, danau, gleiser,
dan airtanah. Meskipun jumlahnya tak sebanyak air laut, namun keberadaan air tawar
(fresh water) sangat penting. Oleh sebab itu usaha pencarian sumber daya air bersih
terus dilakukan hingga sekarang, termasuk oleh para ahli geologi, khususnya
hidrogeologi.

Gambar 1.1 Siklus hidrologi

2
PENDAHULUAN
B. Atmosfer
Bumi dikelilingi oleh tudung gas yang memberi kehidupan. Tudung gas
inilah yang disebut atmosfer. Jika dibandingkan dengan ketebalan kerak bumi (sekitar
6400 km), atmosfer jauh lebih tipis, yaitu hanya 5,6 km di atas permukaan bumi dan
hanya sampai kedalaman 16 km di bawah permukaan bumi. Namun, di samping
dimensinya yang sederhana, selimut tipis tersebut tetap merupakan elemen penting di
planet bumi. Atmosfer bukan hanya menyediakan udara untuk dihirup oleh makhluk
hidup, namun juga mampu melindungi kita dari paparan radiasi sinar ultra violet dari
matahari. Pertukaran energy secara kontinu terjadi antara atmosfer dengan permukaan
bumi menghasilkan sesuatu yang kita sebut cuaca dan iklim. Cuaca dan iklim bumi
dari sejak awal terbentuk hingga sekarang berkontribusi dalam pembentukan bentang
alam dan sumberdaya geologi. Sehingga atmosfer berperan penting dalam proses
geologi yang telah dan sedang berlangsung dibumi.

Gambar 1.2 Ketebalan lapisan atmosfer (kiri) dan Proporsi gas pada tiap lapisan
atmosfer (kanan)

3
PENDAHULUAN
C. Geosfer
Bagian di dasar atmosfer dan samudera adalah lapisan kerak bumi. Bagian
padat itulah yang disebut sebagai geosfer. Geosfer membentang dari permukaan
hingga ke inti bumi pada kedalaman 6.400 km. Sehingga geosfer merupakan lingkup
yang paling besar yang ada di bumi jika dibandingkan dengan atmosfer, hidrosfer,
dan biosfer. Kebanyakan penelitian mengenai geosfer difokuskan pada kenampakan
di permukaan yang mudah untuk diakses. Setiap kenampakan di permukaan
merepresentasikan kondisi di bawah permukaan bumi yang bersifat dinamis. Dengan
meneliti kenampakan dari lapisan geosfer yang berada di permukaan, dapat diketahui
petunjuk mengenai proses geologi yang telah terjadi sewaktu bumi ini sedang terbentuk.
Lapisan-lapisan geosfer dan proses yang berlangsung di dalamnya akan banyak
dipelajari oleh para ahli geologi.
1.3 Hubungan Geologi Dengan Ilmu Lainnya
Geologi merupakan ilmu multi-disiplin yang mempelajari mengenai bumi dan
sejarahnya.Cabang-cabang ilmu geologi tersebut antara lain:
a. Geomorfologi
Studi mengenai proses keterjadian dan deskripsi dari bentang alam.
b. Kristalografi dan Mineralogi
Studi mengenai geometri dan susunan atom di dalam mineral, proses
pembentukan, dan jenis-jenis mineral pembentuk batuan.
c. Petrologi
Studi mengenai batuan, termasuk mineralogi, klasifikasi, dan proses
keterjadiannya.
d. Mineral optik dan Petrografi
Studi mengenai parameter sifat-sifat optik mineral yang dilihat
menggunakan mikroskop petrografi. Klasifikasi batuan berdasarkan
sifat optik mineral pembentuknya.

4
PENDAHULUAN
e. Paleontologi
Studi mengenai kehidupan purba (fosil), termasuk paleobotany,
paleontologi vertebrata serta invertebrata, mikropaleontologi, dan studi
spora dan polen purba (Palionologi).
f. Sedimentologi
Studi mengenai faktor lingkungan yang mengontrol pembentukan sedimen dan
batuan sedimen, termasuk perkembangan dan model pengendapannya.
g. Stratigrafi
Studi mengenai perlapisan batuan yang menekankan pada
hubungannya terhadap waktu dan keterjadiannya.
h. Geologi Struktur
Studi mengenai manifestasi/struktur yang terlihat pada permukaan
bumi sebagai produk dari kegiatan tektonik. Stuktur tersebut disebut
dengan struktur geologi, contohnya lipatan dan kekar. Ilmu yang
memperlajari struktur geologi secara lebih komprehensif dan
menyeluruh dari berbagai aspek disebut sebagai ilmu Tektonika.
i. Geologi Terapan
Penerapan geologi untuk kepentingan manusia pada bidang tertentu,
misalnya: Geologi Pertambangan, Geologi Batubara, Geologi Minyak
dan Gas Bumi, Hidrogeologi, Geofisika, Geotermal, Geologi Teknik,
dan sebagainya.

5
PENDAHULUAN

Gambar 1.3 Cabang teori ilmu geologi

6
BAB II

TERJADINYA BUMI

2.1 Macam-macam Terjadinya Bumi


Bumi merupakan planet ketiga dari matahari dan satu-satunya planet yang
bisa menyangga kehidupan. Di alam semesta ini terdapat sebuah galaksi, yang
didalamnya terdapat tata saurya. Tata surya terpercaya terbentuk semenjak 4,6 miliar
tahun yang lalu dan merupakan hasil pengumpulan gas dan debu diluar angkasa yang
membentuk matahari dan membentuk planet-planet lainnya yang mengelilingi
matahari. Adapun beberapa teori tentang terbentuknya bumi, yaitu:
 Teori Nebula (kabut)
Menceritakan teori terjadinya bumi dalam 3 tahap. Teori ini
dikemukakan oleh dua ilmuan, yaitu Immanuel kant (1753) dan petere de
laplace (1796). Teori ini biasanya disebut dengan teori kant-place. Teori ini
memaparkan terjadinya bumi awalnya dengan bahwa langit dan tata surya
berawal dari dari kabut. Kabut tersebut mengandung gas dan hydrogen.
Suatu waktu, kabut tersebut berproses dan berputar dengan sangat kencang.
Jika digambarkan mungkin seperti pusaran angin. Dari sana, terbentuklah
bulatan besar, yang memiliki gaya gravitasi, yaitu matahari. Menceritakan
teori terjadinya bumi dalam 3 tahap,yaitu
1. Matahari dan plane-planet lainnya masih berbentuk gas dan kabutyang
begitu pekat dan tebal

Gambar 2.1

7
BAB II TERJADINYA BUMI

2. Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan


terjadi di pusat lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada
saat yang bersamaan materi lain-pun terbentuk menjadi massa yang
lebih kecil dari matahari yang disebut sebagai planet, bergerak
mengelilingi matahari.

Gambar 2.2
3. Materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan
gerakan secara teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang
tetap dan membentuk Susunan Keluarga Matahari.

Gambar 2.3
 Teori big bang (ledakan besar)
Teori ini mungkin teori yang paling terkenal. Teori ini menyebutkan
bahwa Bumi terbentuk selama puluhan miliar tahun. Mulanya, terdapat
gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran tersebut
menyebabkan bagian-bagian kecil dan ringan dari kabut terlempar ke luar dan
berkumpul membentuk cakram raksasa. Di satu waktu, gumpalan kabut

8
raksasa itu meledak membentuk galaksi dan nebula-nebula. Selama kurang-
lebih 4,6
TERJADINYA BUMI

miliar tahun, nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk Galaksi Bima


Sakti yang di dalamnya terdapat Tata Surya. Bagian ringan yang terlempar
keluar di awal mengalami kondensasi hingga membentuk gumpalan yang
mendingin dan memadat menjadi planet-planet, termasuk Bumi.

Gambar 2.3
 Teori bintang kembar
Teori bintang kembar dikemukakan oleh Astronom, RA. Lyttleton.
Dalam teori ini dikatakan bahwa ada dua bintang kembar di dunia ini sebelum
akhirnya menjadi planet-planet.Kemudian, salah satu bintang tersebut
meledak. Ledakan ini menyebarkan serpihan material yang akhirnya terbentuk
menjadi planet. Sementara, matahari adalah bintang kembar yang tidak
meledak. Itu sebabnya, planet yang terbuat dari ledakan bintang tadi memiliki
gaya gravitasi mengelilingi matahari, seperti halnya bumi.

9
TERJADINYA BUMI

Gambar 2.4
 Teori planetesimal
Teori ini dikemukakan oleh Forest Ray Morton, seorang astronom
Amerika dan Thomas C. Chamberlein, ahli geologi pada 1916. Dalam
teorinya mereka mengemukakan bahwa matahari sudah ada sejak awal.
Suatu ketika, ada bintang yang lebih besar dari ukuran matahari mendekati
matahari. Hal ini mengakibatkan terjadinya daya tarik pasang pada matahari
sehingga ada sebagian materi matahari yang terlepas dan bertebaran pada
orbitnya.
Lama kelamaan, material tersebut menyerupai lidah api raksasa dan menjauh
dari matahari. Namun, material-material yang kecil tersapu oleh material yang
lebih besar kemudian bersatu dan berputar pada orbitnya. Pada akhirnya,
terciptalah planet-planet dari material tersebut, salah satunya bumi yang kita
tempati ini.

10
TERJADINYA BUMI

Gambar 2.5

2.2 Teori Tektonik Lempeng


Apa itu lempeng tektonik? Lempeng-lempeng tektonik adalah bagian kerak
bumi yang di bawahnya disokong oleh magma. Lempeng ini berada di wilayah dasar
gunung api. Ketika lempeng ini bergerak naik, turun dan bergeser, gerakannya akan
mengakibatkan perubahan pada bentuk kulit bumi. Perubahan bentuk serta
pergerakan yang terjadi ini disebut gempa bumi.Lantas, kenapa lempeng ini dapat
bergerak? Sebab ada yang menggerakannya, yakni tenaga lempeng. Tenaga ini
mendorong lempeng-lempeng untuk berbgerak bebas sehingga terjadi tumbukan,
gesekan atau pemisahan lempeng. Kita bisa memahami deskripsi pergerakan melalui
teori lempeng tektonik.
Teori ini menyampaikan bahwa pada bagian luar bumi (litosfer), terdapat
sekitar 20 segmen padat yang disebut lempeng. Lempeng yang paling besar di antara
semua lempeng tersebut adalah lempeng Pasifik. Lempeng Pasifik menempati
sebagian besar lautan, kecuali hanya pada sebagian kecil di Amerika Utara (meliputi
Kalifornia bagian Baratdaya dan Semenanjung Baja).Litosfer berada di atas zona atau
material yang lebih lemah dan lebih panas, atau yang dinamakan sebagai astenosfer.
Jadi, lempeng-lempeng litosfer yang bersifat padat ini dilapisbawahi material yang
bersifat lebih “plastis”. Ketebalan lempeng-lempeng litosfer ini berhubungan dengan
sifat material kerak bumi yang menutupinya. Lempeng-lempeng samudera yang
bersifat lebih tipis memiliki variasi ketebalan antara 80 sampai 100 km, sedangkan
lempeng atau blok kontinen memiliki ketebalan antara 100 km atau lebih. Di
beberapa daerah, ketebalan blok kontinen bisa mencapai 400 km. Jadi, inti teori
lempeng tektonik adalah kerak Bumi sejatinya terdiri dari lempengan-lempengan

11
besar yang seolah-olah mengapung dan bergerak pada lapisan inti Bumi yang lebih
cair.
TERJADINYA BUMI
Hingga kini, teori lempeng tektonik dianggap relevan dalam menjelaskan berbagai
peristiwa geologis yang terjadi, seperti peristiwa gempa bumi, tsunami, serta
meletusnya gunung berapi, dan juga tentang bagaimana terbentuknya gunung, benua,
dan samudra. Teori ini juga membuktikan bahwa benua-benua selalu bergeser. Ini
adalah salah satu prinsip utama teori tektonik lempeng, yakni tiap-tiap lempeng dapat
bergerak-gerak sebagai satu unit terhadap unit lempeng lain.
 Perjalanan Panjang Penemuan Teori Tektonik Lempeng
Teori Tektonik Lempeng dapatlah dikatakan sebagai “kristalisasi” dari banyak
teori yang menyatakan bahwa struktur bumi ini sesungguhnya bersifat dinamis.
Perubahan total cara berfikir dan diterimanya konsep ini terjadi dalam tempo yang
lama seiring makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebelum
digunakannya terminologi “Tektonik Lempeng”, konsep bumi yang dinamis mula-
mula di pelopori oleh teori Continental Drift (Pergeseran Benua) yang diperkenalkan
oleh meteorologist asal Jerman Lothar Wagener pada Tahun 1915. Teorinya
menyatakan bahwa pada periode Kapur (sekitar 200 juta tahun lalu), semua benua
dulunya menyatu dalam satu superbenua yang di sebut Pangea, namun kemudian
terpecah menjadi kontinen-kontinen yang lebih kecil, lalu berpindah secara
mengapung menempati posisinya seperti sekarang ini.

12
TERJADINYA BUMI
Gambar 2.6 Ilustrasi Teori Continental Drift. Menurut teori ini Bumi dahulunya
hanya satu daratan yang disebut Pangea. (Sumber: britannica)
Untuk mendukung teorinya, Wegener mengemukakan penemuan ilmiahnya
sebagai bukti tentang adanya super-kontinen Pangaea tersebut, diantaranya adanya
kecocokan/kesamaan Garis Pantai antara Benua Afrika dan Amerika Selatan,
kesamaan fosil dan kesamaan batuan, namun begitu Wegener tidak mampu
menjelaskan secara mendasar gaya-gaya apa yang bisa menggerakkan benua-benua
tersebut saling menjauhi satu sama lainnya. Wegener hanya menerangkan dengan
sangat sederhana bahwa pergerakan benua-benua tersebut terjadi di atas dasar
samudera. Pendapat ini kemudian banyak dipertanyakan oleh para ahli, Harold
Jeffreys salah satunya, seorang ahli geofisika terkenal dari Inggris mengatakan adalah
tidak mungkin sebuah massa yang sangat besar tidak terpecah ketika bergerak di
lantai samudera. Demikianlah pertanyaan tersebut masih menjadi misteri yang belum
bisa terpecahkan sehingga tidaklah mengejutkan, bahwa Teori Continental Drift tidak
diterima dengan baik pada masa itu. Setelah meninggalnya Wegener, Teori
Continental Drift secara berangsur hampir dilupakan karena dianggap tidak biasa,
absurd, dan tidak mungkin terjadi. Akan tetapi, banyaknya bukti baru yang timbul di
awal tahun 1950-an membangkitkan kembali perdebatan tentang teori dari Wegener
itu, terutama setelah adanya perkembangan teknologi eksplorasi pemetaan bawah laut

13
pada periode tahun 1950-an. Pemetaan bawah laut yang banyak dilakukan dari 1900
hingga 1950-an menghasilkan beberapa penemuan baru, salah satunya yaitu
ditemukannya rangkaian pegunungan besar di dasar samudera yang mengelilingi
bumi, yang kemudian dinamai dengan istilah “Bubungan Tengah Samudera” (Mid-
Ocean Ridge). Penemuan lainya yaitu adanya medan magnet purba yang terekam
pada batuan dasar samudera (Paleomagmatisme).

TERJADINYA BUMI

14
Gambar 2.7 Kapal-kapal yang digunakan untuk eksplorasi laut hingga Tahun 1950-
an. Data-data yang diperoleh diantaranya morfologi permukaan laut, medan magnet
batuan, endapan sedimen & ketebalan kerak samudera. (Sumber: Jason Morgan,
2018)
Penemuan-penemuan ini kemudian memicu ditemukannya teori baru yang disebut
Teori Pemekaran Lantai Samudera (Sea Floor Spreading). Teori ini dikemukakan
pada Tahun 1962 oleh Harry H. Hess, seorang geologis dari Princeton University dan
Robert S Dietz dari Survey Pantai dan Geodesi Amerika. Hess berpendapat bahwa
kerak samudera merupakan proses daur ulang. Pertama-tama kerak samudera yang
baru terbentuk di sepanjang bubungan (Mid Oceanic Ridge) lalu bergerak menjauhi
bubungan, kemudian secara perlahan masuk dibawah kerak benua dan mengalami
penggerusan.

TERJADINYA BUMI

15
Gambar 2.8 Prof. Dr. Harry Hess. Seorang Geologis USA Penemu Teori Sea Floor
Spreading (Sumber: gettyimages.com)

Penemuan Hess ini banyak menginspirasi para Ilmuan, salah satunya adalah
Seorang Ahli geofisika Kanada bernama J. Tuzo Wilson. Wilson mengenal Harry
Hess pada akhir tahun 1930-an ketika belajar untuk meraih gelar doktornya di
Universitas Princeton USA. Pemikiran dan teorinya juga banyak dipengaruhi oleh
ide-ide menarik Harry Hess.Pada tahun 1965, Wilson banyak mengembangkan
konsep yang penting bagi teori lempeng-tektonik. Beberapa kontribusi Wilson
diantaranya yaitu penemuannya tentang Teori Hotspot dan Teori Pergerakan
Transform. Wilson juga yang pertama-tama menggunakan istilah lempeng dalam
menjelaskan teori-teori nya.Argumen-argumen yang menguatkan teori pergerakan
lempeng hingga akhir tahun 60-an semakin banyak, para ilmuan dari masing-masing
kualifikasi/bidang keahlian turut menyumbangkan pendapat-pendapatnya, sehingga
konsep Teori Tektonik Lempeng semakin dikenal dunia.

TERJADINYA BUMI

Ilmuan dunia yang turut memperkuat Teori Tektonik Lempeng salah satunya
Dan Mc Kenzie, seorang geofisikawan asal Inggris. Tulisan-tulisanya dari Tahun
1960 s.d 1970 secara detail mengungkapkan sistem kerja pergerakan lempeng dari
aspek kinematik, dia juga banyak menjelaskan mengenai struktur Bumi, khususnya
viskositas mantel. Selain itu Dan Mc Kenzie termasuk yang mula-mula meluaskan
terminologi “Lempeng” dalam setiap tulisannya. Dalam tulisannya Tahun 1969 yang
berjudul Speculations on the Consequences and Causes of Plate Motions (Gambar 7),
Mc Kenzie berpendapat bahwa oleh karena batas zona seismik (kegempaan) secara
umum tidak sama dengan batas benua maka istilah Continental Drift (pergeseran
benua) kurang tepat bila diaplikasikan, sebagai gantinya digunakan istilah “Plate”
(Lempeng).

16
Gambar 2.9 Para Pioner Teori Tektonik Lempeng (Sumber: geolsoc.org.uk)

BAB III

MINERAL DAN BATUAN


3.1 Pengertian Umum

1. MINERAL

Mineral merupakan padatan senyawa kimia homogeny, non-organik, yang


mempunyai bentuk teratur ( sistem kristal ) dan terbentuk secara alami. Untuk
istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur
mineral. Mineral ini merupakan termasuk ke dalam komposisi unsur murni dan
garam sederhana hingga silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang
diketahui ( senyawa organik biasanya tidak termasuk ), ilmu yang mempelajari
mineral disebut mineralogi. Mineral terbentuk dari atom-atom serta molekul-

17
molekul dari berbagai unsur kimia, dimana atom-atom tersebut tersusun dalam
suatu pola yang teratur. Keteraturan dari rangkaian atom ini akan menjadikan
mineral mempunyai sifat dalam yang teratur. Mineral pada umumnya merupakan
zat anorganik. ( Murwanto, Helmy, dkk. 1992 )

Beberapa jenis mineral memiliki sifat dan bentuk tertentu dalam


keadaanpadatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya.
Kristal secara umum dapat didefinisikan sebagai bahan padat yang homogen
yangmemiliki pola internal susunan tiga dimensi yang teratur. Studi khusus
yangmempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan
padattersebut dinamakan kristalografi.Pengetahuan tentang mineral merupakan
syarat mutlak untuk dapat mempelajaribagian yang padat dari bumi ini, yang
terdiri dari batuan. Bagian luar yang padatdari bumi ini disebut litosfir, yang
berarti selaput yang terdiri dari batuan,dengan mengambil lithos dari bahasa latin
yang berarti batu , dan sphere yang berarti selapu

MINERAL DAN BATUAN

2. BATUAN

18
3.1 SKEMA BATUAN

Batuan adaiah kompleks/kumpulan dari mineral sejenis atau tak sejenis yang
terikat secara gembur ataupun padat. Bedanya dengan mineral, batuan tidak memiliki
susunan kimiawi yang tetap, biasanya tidak homogen. Batuan tidak perlu padat dan
keras dan biasanya merupakan agregat-agregat yang berukuran cukup besar, tetapi
dapat pula dalam ukuran yang cukup kecil atau tersusun oleh benda gelas saja.
Batuan dari segi asal dan keterdapatan di lapangan dapat digolongkan menjadi 3
golongan besar, yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf.
Perkembangan batuan mengikuti suatu siklus/daur batuan. atuan merupakan
sekumpulan mineral-mineral

MINERAL DAN BATUAN

19
yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral. Lapisan lithosphere di
bumi terdiri dari batuan. Sedangkan mineral adalah substansi yang terbentuk karena
kristalisasi dari proses geologi, yang memiliki komposisi fisik dan kimia. Dalam
ilmu geologi batu ( tunggal ) dan batuan ( jamak ) merupakan benda padat yang
terbuat secara alami dari mineral dan atau mineraloid. Lapisan luar padat Bumi
Litosfer terbuat dari batuan. Dalam batuan umumnya ialah tiga jenis yaitu batuan
beku, sedimen dan malihan. Penelitian ilmiah batuan disebut perrologi dan petrologi
yang merupakan komponen penting dari geologi.
3.2 Tejadinya Mineral dan Batuan

1. Mineral

Secara umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun


non-logam dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh
aktivitas magma, dan mineral ekonomis selain karena aktivitas magma, juga
dapat dihasilkan dari proses alterasi, yaitu mineral hasil ubahan dari mineral
yang telah ada karena suatu faktor. Pada proses pembentukan mineral baik
secara mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari faktor-faktor tertentu yang
selanjutnya akan dibahas lebih detail untuk setiap jenis pembentukan mineral.

Adapun menurut M. Bateman, maka proses pembentukan mineral dapat


dibagi atas beberapa proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu, baik
yang bernilai ekonomis maupun mineral yang hanya bersifat sebagai gangue
mineral.

1. Proses Magmatis

Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat
ultra basa, lalu mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-
mineral silikat dan bijih. Pada temperatur tinggi (>600˚C) stadium liquido
magmatis

20
MINERAL DAN BATUAN

mulai membentuk mineral-mineral, baik logam maupun non-logam. Asosiasi


mineral yang terbentuk sesuai dengan temperatur pendinginan saat itu. Proses
magmatis ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu ;

a. Early magmatis

Endapan Early Magmatic dihasilkan dari proses magmatik langsung, yang


disebut orthomagmatik (proses pengkristalan magma hingga mencapai 90%).
Mineral bijih pada endapan ini selalu berasosiasi dengan batuan beku plutonik
ultrabasa dan basa. Cara terbentuknya endapan ini bisa terjadi dengan 3 cara,
yaitu :

• Disseminated

• Segregasi

• Injeksi

b. Late magmatis

Jebakan menghasilkan kristal setelah terbentuk batuan silikat sebagai


bentuk sisa magma yang lebih kompleks dan mempunyai corak dengan variasi
yang lebih banyak. Magma dari endpan late magmatic mempunyai sifat
mobilitas tinggi. Jebakan ore mineral late magmatic terjadi setelah
terbentuknya batuan silikat yang menerobos dan bereaksi dan menghasilkan
rangkaian reaksi. Perubahan ini disebut Deuteric alteration yang terjadi pada
akhir kristalisasi dari batuan beku dan cirri-cirinya hampir mirip dengan efek
yang dihasilkan proses pneumatolytic atau larutan hydrothermal. Jebakan late
magmatic terutama berasosiasi dengan batuan beku yang basic dan
disebabkan

21
MINERAL DAN BATUAN

oleh bermacam-macam proses differensiasi, kebanyakan jebakan mgmatic


termasuk dalam golongan ini.

• Residual Liquid Segregation

• Residual Liquid Injection

• Immiscible Liquid Segregation

• Immiscible Liquid injection

2. Proses Pegmatisme

Setelah proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma (larutan


pegmatisme) yang terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan ini
berkisar antara 600˚C sampai 450˚C berupa larutan magma sisa. Asosiasi
batuan umumnya Granit.

3. Proses Pneumatolisis

Setelah temperatur mulai turun, antara 550-450˚C, akumulasi gas


mulai membentuk jebakan pneumatolisis dan tinggal larutan sisa magma
makin encer. Unsur volatile akan bergerak menerobos batuan beku yang telah
ada dan batuan samping disekitarnya, kemudian akan membentuk mineral
baik karena proses sublimasi maupun karena reaksi unsur volatile tersebut
dengan batuan-batuan yang diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral
yang disebut mineralpneumatolitis.

22
MINERAL DAN BATUAN

4. Proses Hydrotermal

Merupakan proses pembentuk mineral yang terjadi oleh pengaruh


temperatur dan tekanan yang sangat rendah, dan larutan magma yang
terbentuk sebelumnya. Adapun bentuk-bentuk endapan mineral dapat
dijumpai sebagai proses endapan hidrotermal adalah sebagai Cavity filling.
Cavity filling adalah proses mineralisasi berupa pengisian ruang-ruang bukaan
(rongga) dalam batuan yang terdiri atas mineral-mineral yang diendapkan dari
larutan pada bukaan-bukaan batuan.

5. Proses Replacement (Metasomatic replacement)

Replacement adalah proses dalam pembentukan endapan-endapan


mineral epigenetic yang didominasi oleh pembentukan endapan-endapan
hipotermal, mesotermal dan sangat penting dalam grup epitermal. Mineral-
mineral bijih pada endapan metasomatic kontak telah dibentuk oleh proses ini,
dimana proses ini dikontrol oleh pengayaan unsur-unsur sulfide dan dominasi
pada formasi unsur-unsur endapan mineral lainnya.

6. Proses Sedimenter

Proses Sedimenter adalah endapan yang terbentuk dari proses


pengendapan dari berbagai macam mineral yang telah mengalami pelapukan
dari batuan asalnya, yang kemudian terakumulasi dan tersedimentasikan pada
suatu tempat.

23
MINERAL DAN BATUAN

7. Proses Evaporasi

Proses evaporasi mieneral adalah proses pembentukan mineral pada


daerah yang beriklim kering dan panas akibat dari prose penguapan. Yaitu
mineral yang teralut pada air tetap tinggal ketika terjadi penguapan pada air.

8. Konsentrasi Residu Mekanik

Endapan residual yaitu endapan hasil pelapukan dimana proses


pelapukan dan pengendapan terjadi di tempat yang sama, dengan kata lain
tanpa mengalami transportasi (baik dengan media air atau angin) seperti
endapan sedimen yang lainnya. Proses pelapukan (weathering) biasanya
terjadi secara fisika dan kimia.

9. Proses Oksidasi dan Supergen Enrichment

Tubuh bijih (lode, urat, pipa dll) yg muncul dekat permukaan akan
mengalami pelapukan krn rembesan air & udara. Perembesan tsb
menyababkan pelapukan & pelarutan shg batuan asalnya yg kompak mjd
porous dg batuan yg terbentuk disebut gossan. Mineral primer di daerah ini
mengalami oksidasi smpai batas nuka air tanah, daerah diatas muka air tanah
disebut zona oksidasi. Pada zona oksidasi akan terakumulasi mineral oksida
sekunder limonitdgn ciri2 khusus. Proses pengayaan oksida tsb bisa juga
t’bentuk dari mineral sulfida & tjd di zona oksidasi. Lalu tjd pelarutan garam2
& asam sulfat lewat zona sulfidasi (dibwh muka air tanah)/zona pengayaan
supergen t’bentuk mineral sekunder. Terjadi reaksi2 pada zona oksidasi &
sulfidasi.

24
MINERAL DAN BATUAN

10. Proses Metamorfisme

Mineral yang membentuk batuan metamorf adalah mineral asal batuan


beku, batuan sedimen dan batuan metamorf yang berubah karena proses
metamorfosis. Proses metamorfosisme mengubah mineral menjadi kondisi
terbentuk mineral baru, dan/atau membentuk mineral yang sama namun
memiliki sifat yang berbeda karena menyesuaikan kondisi lingkungan yang
baru. Sebagai contoh perubahan pada kondisi pertama yaitu mineral olivine
terubah menjadi asbestos, dan mineral homblende membentuk serpentine.
Sedangkan perubahan pada kondisi kedua yaitu mineral calcite tetap calcite,
dan quartz tetap quartz.

2. Batuan

Seperti layaknya proses terjadinya hujan, batu pun juga demikian.


Setidaknya adabeberapa proses dari siklus batuan ini. Proses atau siklus ini
melibatkan tigapokok jenis batuan, yakni batuan beku, batuan sedimen, dan
batuan metamorf.Ketiga jenis batuan ini ternyata terjadi dalam satu siklus
yang sama, dengan katalain ketiga batuan ini terbentuk saling beriringan.
Berikut ini dijelaskan mengenaiproses siklus batuan.

1. Magma mengalami kristalisasi

Terjadinya batuan pertama kali diawali oleh adanya magma. Magma


inimerupakan bahan pokok pembentuk batuan. Terbentuknya batuan pertama
kalikarena diawali oleh adanya magma yang mengalami proses kristalisasi.
Magmaini tidak terdapat di semua area bumi, sebagian besar magma terbentuk
disepanjang batas lempeng bumi. Kemudian magma yang yang membeku

25
akanmembentuk sebuh kristal atau mineral (hal ini dinamakan kristalisasi).
Magmayang membentuk kristal ini sma seperti air yang didinginkan menjadi

MINERAL DAN BATUAN

es. Magmayang mengkristal ini akan banyak ditemukan pada gunung berapi
yang mengalami erupsi. Magma yang keluar dari dalam gunung akan
membeku setelah sampai kepermukaan bumi .Magma yang membeku ini akan
membentuk sebuah jenis batuan, yakni batuan beku. Magma yang
membekunya setelah sampai di permukaa bumi akan membentuk batuan beku
yang jenisnya ekstrusif. Sementara magma yang membeku namun belum
sampai ke permukaan bumi ini membentuk sebuah batuan jenis intrusif.
Namun, semua batuan yang dibentuk karena adanya pembekuan magma
disebut dengan batuan beku.

2. Mengalami pengangkatan dan pelapukan

Kemudian batuan- batuan beku yang telah terbentuk tadi lama- kelamaan akan
mengalami proses pelapukan. Batuan yang mengalami proses pelapukan
paling cepat terutama adalah batuan yang membeku di permukaan bumi
(batuan ekstrusif). Batuan ini lebih cepat mengalami proses pelapukan karena
terpapar secara langsung oleh cuaca di bumi dan juga atmosfer bumi,
sehingga pelapukannya lebih cepat daripada yang berada di bawah permukaan
bumi.Meskipun demikian, bukan berarti batuan yang berada di permukaan
bumi ini tidak bisa mengalami pelapukan. Batuan yang berada di bawah
permukaan tanah tetap bisa mengalami pelapukan, namun harus mengalami
proses pengangkatan kepermukaan tanah terlebih dahulu. Batuan yang berada
di bawah permukaan bumi harus terangkat ke permukaan bumi melalui proses
tektonik, kemudian lapisan batuan yang berada di atasnya harus hilang
terlebih dahulu oleh proses erosi.Setelah berada di permukaan bumi inilah
proses pelapukan batuan dimulai. Pelapukan yang terjadi pada batuan ini

26
dapat terjadi karena adanya beberapa reaksi fisik dan kimia yang dapat
disebabkan oleh interaksi udara, air, maupun organisme tertentu. Setelah
batuan menjadi lapuk

MINERAL DAN BATUAN

karena angin, air, es, gletser ataupun yang lainnya, maka akan menjadi
material sedimen melalui sebuah proses yang disebut erosi.

3. Mengalami erosi

Setelah mengalami proses pengangkatan dan pelapukan, maka proses


yangselanjutnya adalah erosi. Dalam proses erosi ini yang paling banyak
berperan adalah air. Air yang mengalir misalnya dari sungai merupakan salah
satu hal yang paling sepat menyebabkan proses erosi ini terjadi. Arus dari air
ini pula yang akan mengangkut material- baterial pelapukan batu menuju ke
tempat lain. Selain air, ada pula yang mengangkut meterial- material lainnya
yakni angin ataupun gletser.

4. Pengendapan dan pembentukan batuan sedimen

Material- material dari pelapukan batuan beku yang telah terangkut


oleh air, angin,ataupun gletser, lama kelamaan akan mengendap di suatu
tempat dan kan berjumlah semakin banyak. Karena semakin banyak batuan
yang mengendap ini,akibatnya semakin lama akan semakin mengeras dan
mengeras . Karena prosespengerasan inilah membentuk terjadinya batuan
yang disebut dengan batuan sedimen. Penjelasan yang ilmiah mengenai
pembentukan batuan sedimen yang lebih ilmiah,dalam material sedimen muda
akan mengubur endapan yang lebih lama (tua). Kemudian tekanan yang
dihasilkan akan membuat endapan lama ini menjadi kompak. Ketika air
bergerak dan masuk ke dalam material sedimen, maka mineral kalsit dan
silika yang terlarut akan terendap dan mengisi rongga antar butir yang

27
bertindak sebagai semen yakni merekatkan butiran sedimen antar satu dengan
yang lainnya.

MINERAL DAN BATUAN

5. Batuan sedimen berubah menjadi batuan metamorf

Batuan sedimen banyak terdapat di bawah permukaan bumi. Batuan


beku intrusive juga berada di bawah permukaan bumi. Ketika batu yang
berada di di bawah permukaan bumi ini tidak tersingkap ke atas permukaan
bumi ketika proses pengangkatan, maka batuan tersebut akan terkubur lebih
dalam lagi. Semakin dalam terkubur, maka akan semakin besar kemungkinan
untuk terpapar suhu dan juga tekanan tinggi yang dihasilkan oleh kompresi
tektonik dan energi panas yang berasal dari dalam bumi, yang pada akhirnya
dapat mengubah batuan tersebut. Batuan yang telah berubah di bawah
permukaan bumi akibat paparan suhu, tekanan, dan juga kontak magma ini
disebut dengan batuan metamorf atau malihan.

6. Batuan metamorf atau malihan berubah lagi menjadi magma

Setelah batuan menjadi batuan malihan atau metamorf, lama kelamaan


batuan metamorf atau malihan ini akan berubah menjadi magma kemballi.
Dan dari magma inilah proses terjadinya batu bisa terjadi kembali. Itulah
proses atau siklus batuan yang menggambarkan terjadinya batuan dari awal
hingga batuan tersebut lapuk, membentuk batuan baru dan akhirnya menjadi
magma dan kembali menjadi batuan. Dan begitulah seterusnya.
3.3 Identifikasi Mineral dan Batuan

1. Mineral

28
Identifikasi mineral merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang
suatu mineral tertentu. Setelah identifikasi dilakukan, maka kita dapat dengan jelas
memberi nama mineral tersebut.Mineral adalah bahan anorganik yang terbentuk
secara alamiah, memiliki komposisi kimia yang tetap dan struktur kristal yan
beraturan. Di alam ini

MINERAL DAN BATUAN

terdapat lebih dari 2000 jenis mineral yang telah diketahui. Tetapi, hanya beberapa
mineral saja yang dijumpai sebagai mineral pembentuk batuan. Mineral-mineral
tersebut dapat diidentifikasi berdasarkan sifat fisisnya secara khusus, antara lain :

1. Kilat (luster)

2. Warna (colour)

3. Kekerasan (hardness)

4. Cerat (streak)

5. Belahan (cleavage)

6. Pecahan (fracture)

7. Bentuk (form)

8. Berat jenis (specific gravity)

9. Sifat dalam

10. Kemagnetan

11. Kelistrikan

29
12. Daya lebur

1.Kilat

Kilat sering juga disebut kilapan merupakan kenampakan suatu mineral yang
ditunjukkan dari pantulan cahaya yang dikenakan padanya. Kilat secara garis besar
biasanya dibagi menjadi 2 jenis :

A.Kilat Logam (metallic luster) : bila mineral tersebut memiliki kilat seperti logam.

B.Kilat Non-Logam (non-metallic luster), dibagi atas :

 Kilat intan (adamantin luster) ; cemerlang seperti intan.

 Kilat kaca (vitreous luster); contohnya kuarsa dan kalsit.

MINERAL DAN BATUAN

 Kliat sutera (silky luster); umumnya terdapat pada mineral yang memiliki
serat, seperti asbes dan gips.

 Kilat damar/resin (resinous luster); kilat seperti getah damar/resin, misalnya


mineral sphalerit

 Kilat mutiara (pearly luster); kilat seperti lemak atau sabun, misalnya
serpentin, opal dan nepelin.

 Kilat tanah, kilat seperti tanah lempung, misal kaolin, bauxit, dan limonit.

2.Warna

Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan


tetapi tidak dapat diandalkan dalam identifikasi mineral karena suatu mineral dapat

30
memiliki lebih dari satu warna. Misalnya, kwarsa dapat berwarna putih susu, ungu,
coklat kehitaman atau tidak berwarna (bening).Beberapa contoh warna mineral :

- kwarsa : berwarna putih jernih, putih susu dan tidak memiliki belahan.

- mika : apabila berwarna putih diberi nama muskovit, bila berwarna


hitam diberi nama biotit, keduanya dicirikan adanya belahan
seperti lembaran-lembaran.

- feldspar : apabila berwarna merah daging diberi nama ortoklas


(bidang belah tegak lurus/ 90°), bila berwarna putih abu- abu
diberi nama plagioklas (belahan kristal kembar).

- karbonat : biasanya mineral ini diberi nama kalsit dan dolomit, ciri utama
mineral karbonat ini adalah bereaksi dengan HCl.

MNERAL DAN BATUAN

- olivin : hijau (butiran/granular), atau biasanya berwarna kuning


kehijauan seperti gula pasir.

- piroksen : hijau kehitaman berbentuk prismatik pendek.

- amfibol : hitam mengkilat berbentuk prismatik panjang

- oksida besi : kuning- coklat kemerahan

- lempung : bila berwarna putih berkilap tanah disebut kaolin yang


merupakan hasil pelapukan feldspar, dan bila berwarna kelabu
disebut illit yang merupakan hasil pelapukan muskovit.

31
- azurit : bila berwarna biru

- jasper : bila berwarna merah

3.Kekerasan

Kekerasan merupakan ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan


nisbi suatu mineral dapat ditetapkan dengan membandingkan suatu mineral dengan
mineral tertentu. Skala kekerasan yang biasa digunakan ialah skala yang dibuat oleh
Friedrich Mohs dari Jerman atau yang lebih dikenal dengan skala Mohs. Skala Mohs
dimulai dari skala 1 sampai 10, dengan skala 1 mulai dari mineral terlunak dan skala
10 adalah mineral terkeras. Skala yang lebih kecil akan memiliki bekas goresan
apabila dikenakan pada yang skala lebih besar.

MINERAL DAN BATUAN

32
Gambar 3.2 Skala Mohs

Sebagai perbandingan dari skala tersebut di atas, maka dapat diberikan skala
kekerasan untuk :

- Kuku jari : 2,5

-Uang logam tembaga :3

- Pisau/paku baja : 5,5

- Pecahan kaca jendela : 5,5 – 6

4. Cerat

Cerat merupakan warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini
dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian yang kasar suatu keping

MINERAL DAN BATUAN

porselen atau dapat dilakukan dengan membubuk mineral kemudian dilihat warna
bubuk tersebut. Cerat dapat berupa warna asli mineral, dapat pula berbeda.

5.Belahan

Belahan merupakan kecenderungan mineral tertentu untuk membelah diri


pada satu atau lebih pada arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik
mineral yang disebabkan oleh tekanan dari luar atau pemukulan dengan palu. Yang
dimaksud belah adalah bila mineral kita pukul tidak akan hancur, tetapi terbelah
melalui bidang belahan yang licin. Sehingga dapat digunakan juga istilah ada bidang

33
belah atau tanpa bidang belah.Contohnya : kalsit memiliki tiga arah belahan, tetapi
kwarsa tidak memiliki belahan.

6.Pecahan

Bila dalam belahan mineral akan pecah dalam arah yang teratur, sedangkan
pada pecahan mineral akan pecah secara tidak teratur. Perbedaannya bidang belah
pada belah akan nampak memantulkan sinar seperti pada cermin datar, sedangkan
pada pecahan akan memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur. Beberapa
jenis pecahan mineral adalah sebagai berikut :

· Concoidal : bila memperlihatkan gelombang yang melengkung,


seperti pada pecahan botol.

· Fibrous : bila menunjukkan gejala pecahan seperti serat,


contohnya asbes.

· Even : bila pecahan tersebut menunjukkan bidang pecahan


yang halus, contohnya mineral lempung.

MINERAL DAN BATUAN

· Uneven : bila pecahan tersebut menunjukkan bidang pecahan


yang kasar, contohnya mineral magnetit atau miberal
besi.

· Hackly : bila pecahan tersebut menunjukkan bidang pecahan


yang kasar tidak teratur dan runcing, contohnya
mineral perak atau emas.

7. Bentuk

34
Mineral ada yang memiliki bentuk struktur kristal, ada pula yang tidak
memiliki bentuk atau struktur kristal. Mineral yang memiliki bentuk kristal disebut
mineral kristalin, sedangkan yang tidak memiliki bentuk kristal disebut amorf.

2.Batuan

Identifikasi batuan merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang


suatu batuan tertentu. Setelah identifikasi dilakukan, maka kita dapat dengan jelas
memberi nama batuan tersebut. Sifat fisika dan kimia yang umum dikenal dalam
mengidentifikasi batuan biasanya dibagi dalam 4 kategori sifat, yaitu :

 Warna

 Tekstur

 Struktur

 Komposisi mineral pembentuk batuan

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma, baik di
bawah permukaan (intrusif) maupun di atas permukaan (ekstrusif). Ciri khas batuan
beku adalah kenampakannya yang kristalin, yaitu memiliki unit-unit kristal yang kecil
yang saling mengikat satu sama lain.

MINERAL DAN BATUAN

 Warna

Warna batuan beku biasanya representasi dari mineral pembentuk batuan beku
itu sendiri. Mineral-mineral tersebut biasanya dibedakan menjadi dua kelompok,
yakni : berwarna cerah (bersifat asam/felsic) dan berwarna gelap (bersifat
basa/mafic).Beberapa ciri warna pada mineral yang penting pada batuan beku:

35
- kwarsa : berwarna putih jernih, putih susu dan tidak memiliki
belahan.

- mika : apabila berwarna putih diberi nama muskovit, bila


berwarna hitam diberi nama biotit,
keduanya dicirikan adanya belahan seperti
lembaran-lembaran.

- feldspar : apabila berwarna merah daging diberi nama ortoklas


(bidang belah tegak lurus/ 90°), bila berwarna putih abu-abu
diberi nama plagioklas (belahan kristal kembar).

- olivin : hijau (butiran/granular), atau biasanya berwarna kuning


kehijauan seperti gula pasir.

- piroksen : hijau kehitaman berbentuk prismatik pendek.

- amfibol : hitam mengkilat berbentuk prismatik Panjang

- sedikit oksida besi : kuning- coklat kemerahan

MINERAL DAN BATUAN

 Tekstur

Tekstur merupakan kenampakan batuan berkaitan dengan ukuran, bentuk, dan


susunan butir mineral dalam batuan. Tekstur batuan dapat dijadikan petunjuk
tentang proses (genesa) yang terjadi pada waktu lampau sehingga menghasilkan
batuan tersebut. Tekstur umum yang sering dijumpai pada batuan beku :

36
1.Faneritik : bila butiran-butiran mineral dapat dilihat dengan mata telanjang. Bila
faneritik dengan ukuran yang seragam, maka disebut
faneritik granular.

2 Afanitik : bila butiran-butiran mineral sangat halus sehingga tidak dapat dilihat
dengan mata telanjang.

3.Porfiritik : bila mineral butiran yang besar (fenokris-nya) dikelilingi mineral-


mineral yang berukuran butir lebih kecil (massa dasar-nya).

4.Glassy (gelas) : bila batuan beku tersusun oleh gelas/kaca.

MINERAL DAN BATUAN

37
GAMBAR 3.3 batuan bila terbuat dari gelas atau kaca

5.Fragmental : Bila batuan beku terdiri dari fragmen (bagian-baguan) batuan beku
hasih erupsi gunung api

 Surktur

Struktur adalah kenampakan hubungan antar bagian batuan yang berbeda.


Macam-macam struktur yang terdapat pada batuan beku :

1.Masif : bila batuan tersebut pejal, tanpa retakan maupun lubang gas

2.Jointing : bila batuan tampak memiliki retakan

3.Vesikular : bila batuan tersebut memiliki lubang-lubang gas

MINERAL DAN BATUAN

38
4.Aliran : bila batuan tersebut memiliki kesan orientasi sejajar seperti
aliran/sisipan, baik oleh kristal maupun lubang gas

5.Amigdaloidal : bila batuan tersebut memiliki lubang-lubang gas yang terisi


oleh minel mineral sekunder yang terbentuk setelah
pembekuan magma

 Komposisi Mineral pembentuk batuan

Mineral-mineral yang terdapat pada batuan beku , antara lain : kwarsa, mika,
feldspar, olivin, piroksen.Mineral-mineral yang terdapat pada batuan metamorf,
antara lain : kwarsa, mika, feldspar, karbonat,mineral lempung.

39
BAB IV

PROSES-PROSES GEOLOGI
4.1 PROSES EKSOGEN

Proses eksogen ini berasal dari luar permukaan bumi. Permukaan bumi tidak
rata, selalu berubah-ubah setiap waktu. Bentuk permukan bumi yang beragam disebut
sebagai relief bumi. Pembentukkan relief bumi tidak serta merta terjadi begitu saja.
Terdapat dua energi yang memicu pembentukkan relief bumi tersebut. Tenaga yang
berasal dari dalam bumi atau disebut sebagai tenaga endogen dan tenaga yang bukan
berasal dari dalam bumi atau disebut sebagai tenaga eksogen. Tenaga eksogen adalah
tenaga yang berasal dari gejala-gejala terjadi di permukaan bumi dan mempengaruhi
bentuk permukaan bumi itu sendiri. Gejala tersebut antara lain terdiri atas gejala
atmosfer (angin, suhu), air (air hujan, aliran air permukaan, pasang surut), dan
aktivitas makhluk hidup (mikroorganisme, hewan, tumbuhan, manusia). seperti yang
sudah dijelaskan diatas, tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar perut
bumi. Oleh karena itu, semua yang ada diatas permukaan bumi dapat dianggap
sebagai sumber tenaga eksogen. Berikut ini adalah beberapa sumber tenaga eksogen
yang sering kita temukan di kehidupan sehari-hari.

 Atmosfer

 Aktivitas Manusia

 Aktivitas Flora dan Fauna

 Air

 Ekstraterrestrial (luar angkasa)

Atmosfer dan segala komponennya merupakan salah satu sumber tenaga eksogen
yang paling sering terlihat di permukaan bumi. Suhu udara, kelembaban, serta angin
menjadi komponen-komponen atmosfer yang menjadi sumber dari tenaga eksogen.

40
PROSES-PROSES GEOLOGI

Daur air juga merupakan sumber tenaga eksogen yang sangat besar dan berpengaruh.
Siklus ini sendiri meliputi penguapan, pembentukan awan, pembentukan hujan,
hingga pergerakan air di permukaan tanah dalam bentuk sungai-sungai.Aktivitas
manusia tentu saja akan mempengaruhi alam disekitarnya. Hal ini dibuktikan oleh
teori possibilisme milik Paul Vidal de la Blache. Contoh dari dampak aktivitas
manusia adalah perubahan bentang alam, pencemaran lingkungan, dan hujan asam.
Aktivitas flora dan fauna juga dapat mempengaruhi bentuk permukaan bumi. Seperti
yang telah kita pelajari, terdapat pelapukan yang disebabkan oleh aktivitas tumbuhan
dan hewan. Flora dan fauna ini dapat melemahkan batuan, sehingga membuatnya
mudah lapuk. Fenomena-fenomena ekstraterestrial juga dapat dianggap sebagai
sumber tenaga eksogen bagi planet bumi. Contohnya adalah meteor yang jatuh
menimpa bumi, atau efek badai matahari yang mempengaruhi tingkat radiasi dan
dinamika di atmosfer.

JENIS TENAGA EKSOGEN

Secara umum, terdapat 4 jenis tenaga eksogen yang kerap kita rasakan dalam
kehidupan sehari-hari. Keempat jenis tenaga tersebut adalah pelapukan, erosi,
sedimentasi, dan pergerakan tanah.

1. Pelapukan

Pelapukan pada dasarnya adalah proses hancurnya batu-batuan menjadi batu


yang lebih kecil dan nantinya menjadi tanah atau pasir. Proses pelapukan
memerlukan waktu yang lama dan kondisi lingkungan yang mendukung. Secara
umum, terdapat 3 jenis pelapukan yaitu pelapukan mekanis, kimiawi dan biologi.
Namun, banyak naskah akademik yang menyebutkan bahwa sebenarnya hanya ada 2
jenis pelapukan, yaitu kimiawi dan mekanis.

41
PROSES-PROSES GEOLOGI

GAMBAR 4.1 Pelapukan batu dipermukaan tanah

 Pelapukan kimiawi

Pelapukan kimiawi adalah hancurnya batuan oleh proses kimiawi yang dapat
mengubah komposisi dari batuan tersebut. Disini, batuan hancur karena terjadi
perubahan komposisi kimiawi. Umumnya, pelapukan kimiawi ini didorong oleh
adanya air dan elemen-elemen kimiawi seperti asam. Proses kimiawi yang
mempengaruhi pelapukan kimiawi antara lain adalah proses Hidrolosis di batuan atau
material yang terlapukkan.

42
PROSES-PROSES GEOLOGI

GAMBAR 4.2 Pelapukan pada besi

Contoh:adalah besi yang berkarat ketika teroksidasi oksigen dan terkena air.

 Pelapukan mekanis

GAMBAR 4.3 pelapukan mekanis

43
Pelapukan mekanis adalah pelapukan yang disebabkan oleh faktor-faktor fisik
yang menghancurkan batuan secara fisik. Disini, ketika batuan hancur, tidak ada
proses

PROSES-PROSES GEOLOGI

perubahan kimiawi di batu-batuan tersebut.Umumnya, pelapukan mekanis terjadi


karena adanya perusakan batuan oleh es. Air yang di siang hari masih berupa cairan
pada malam hari akan membeku menjadi es. Karena volume es lebih besar dari air,
maka batuan tersebut akan terpecah perlahan-lahan. Selain, itu, perubahan suhu yang
tiba-tiba di daerah gurun juga dapat menyebabkan pecahnya batuan. Hal ini terjadi
karena suhu di siang dan malam hari di daerah gurun sangat tinggi perbedaannya.

 Pelapukan biologis

Pelapukan biologis kerap dianggap sebagai bagian dari pelapukan kimiawi


atau pelapukan mekanis. Hal ini terjadi karena pelapukan yang disebabkan oleh
makhluk hidup ini terjadi dalam 2 proses, mekanis dan kimiawi.

GAMBAR 4.4 pelapukan biologis pada batuan

Pelapukan biologis yang termasuk kedalam pelapukan mekanis antara lain


adalah pelapukan yang disebabkan oleh akar tumbuhan dan aktivitas pergerakan
hewan di permukaan bumi ataupun di dalam tanah.Sedangkan, pelapukan biologis

44
yang termasuk kedalam pelapukan kimiawi antara lain adalah pelapukan karena zat
asam atau humic acid yang dikeluarkan oleh lumut dan tumbuhan-tumbuhan lainnya.

PROSES-PROSES GEOLOGI

2. Erosi

GAMBAR 4.5 erosi di tepi sungai

Erosi pada dasarnya adalah proses pengikisan batuan atau material lainnya
beserta pemindahan material tersebut oleh agen erosi. Artinya, ketika suatu batuan
terkikis, maka serpihan-serpihannya tidak akan berada di tempat tersebut lagi, tetapi
akan dipindahkan ke tempat lain. Agen erosi adalah gaya atau elemen yang
menyebabkan erosi terjadi. Umumnya,

yang menjadi agen erosi adalah air, angin, ataupun es. Secara umum, terdapat 4 jenis
erosi yang disebabkan oleh agen erosional dan melibatkan proses-proses yang
berbeda pula. Keempat jenis erosi tersebut adalah

 Ablasi

45
Ablasi adalah erosi yang disebabkan oleh aliran air yang mengikis suatu
material atau batuan. Erosi jenis ini merupakan salah satu yang paling sering kita lihat
di kehidupan sehari-hari.Secaram umum, terdapat 4 jenis erosi yang termasuk
kedalam ablasi yaitu

PROSES-PROSES GEOLOGI

1. Erosi Percik

2. Erosi Lembar

3. Erosi Alur

4. Erosi Parit

Contoh bentang alam yang disebabkan oleh ablasi antara lain adalah sungai-sungai,
air terjun, dan lembah-lembah aliran sungai zaman dahulu. Selain itu, parit-parit
erosional dan faset triangular yang ada pada daerah curam juga terbentuk karena erosi
berjenis ablasi ini.

 Deflasi

46
GAMBAR 4.6 Deflasi

Deflasi adalah proses erosi yang disebabkan oleh angin kencang yang
mengikis batuan. Umumnya, kedua jenis erosi ini terjadi di daerah-daerah yang

PROSES-PROSES GEOLOGI

memiliki angin kencang, seperti di daerah gurun. Contoh bentang alam yang
terbentuk akibat proses korasi dan deflasi ini adalah mushroom rock di gurun-gurun
yang memiliki bentuk unik seperti jamur. Selain itu ada pula Yardang dan deflation
hollows yang juga dipengaruhi oleh dinamika deflasi.

 Eksarasi

Eksarasi adalah erosi yang disebabkan oleh pergerakan gletser dan es di


permukaan bumi. Pergerakan es ini mengikis permukaan batuan/tanah sehingga
menyebabkan erosi. Umumnya, bentang alam eksarasi dapat dilihat di daerah kutub
atau di daerah lintang tinggi. Pada gunung-gunung yang sangat tinggi dan memiliki
es serta gletser di puncaknya, kita juga dapat mengamati fenomena eksarasi.

47
3. Pergerakan tanah

GAMBAR 4.7 Pergerakan tanah di daerah pegunungan

Pergerakan massa tanah atau kerap dikenal sebagai mass wasting adalah
pergerakan tanah menuruni suatu lereng perbukitan. Fenomena bencana yang kerap
kita kenal, longsor, merupakan salah satu contoh pergerakan tanah. Semakin curam

PROSES-PROSES GEOLOGI

lereng tersebut maka semakin cepat pula pergerakan tanah menuruni lerengnya.
Selain itu, komposisi tanah dan keberadaan flora dan fauna diatasnya pun
mempengaruhi pergerakan tanah di lokasi tersebut.Pergerakan massa tanah ini
merupakan salah satu bentuk bencana geologis yang mungkin terjadi di daerah-
daerah berbukit. Jenis pergerakannya pun cukup banyak ada yang cepat yaitu jatuhan
batu dan yang cukup lambat yaitu longsor dan creep.

4. Sedimentasi

48
GAMBAR 4.8 Sedimentasi

Sedimentasi adalah proses pengendapan material-material yang dibawa oleh agen


erosional seperti angin, air, ataupun es. Jika proses-proses sebelumnya cenderung
bersifat destruktif, maka sedimentasi adalah aspek konstruktif dari tenaga eksogen.
Secara umum, terdapat 3 jenis sedimentasi yang terjadi di permukaan bumi. Ketiga
jenis tersebut adalah aeolian oleh tenaga angin, marine oleh laut, akuatis tenaga air.

PROSES-PROSES GEOLOGI

Jenis-jenis ini dipengaruhi oleh agen erosional apa yang membawa dan akhirnya
mengendapkan sedimen tersebut. Selain itu, ketiga proses sedimentasi ini juga akan
menghasilkan bentang alam yang berbeda-beda pula.

Dampak positif eksogen

Secara umum, dampak positif dari tenaga eksogen adalah bahwa tenaga ini
akan menghasilkan bentang alam yang baru di permukaan bumi. Selain itu, tenaga
eksogen juga dapat mendorong terbentuknya unsur-unsur yang dibutuhkan oleh

49
kehidupan. Berikut ini adalah beberapa contoh dampak positif dari tenaga eksogen
bagi kehidupan di permukaan bumi

 Pengikisan dapat menyingkap sumber daya alam tambang dan migas yang
bernilai cukup tinggi

 Pembentukan bentang alam tertentu seperti delta dan endapan pantai yang
bermanfaat bagi ekosistem pesisir

 Pembentukan tanah dari pengikisan dan pelapukan batuan di daerah hulu


sungai

 Pengikisan daerah kapur menghasilkan banyak bentang alam unik seperti


sinkhole, uuvala, atau danau karst

 Intensitas tenaga eksogen yang berbeda beda di bumi merupakan salah satu
faktor persebaran flora dan fauna di dunia

Banyak sekali manfaat yang didapatkan dari interaksi antara tenaga eksogen dengan
permukaan bumi. Interaksi-interaksi ini turut menunjang terbentuknya bioma yang
stabil di planet bumi.

PROSES-PROSES GEOLOGI

DAMPAK NEGATIF EKSOGEN

Meskipun begitu, tenaga eksogen juga memiliki banyak dampak negatif


terhadap lingkungan dan kehidupan di bumi. Dampak negatif ini juga berkutat pada
aktivitas erosi, pelapukan, dan sedimentasi serta aktivitas pergerakan tanah di

50
permukaan bumi. Berikut ini adalah beberapa dampak negatif tenaga eksogen
terhadap kehidupan di permukaan bumi

 Bencana alam berupa longsor di daerah tebing-tebing terjal

 Bencana alam berupa banjir dan banjir bandang

 Menurunnya kesuburan tanah karena erosi ablasi yang terus menerus

 Pendangkalan danau dan badan air lainnya karena proses sedimentasi

 Bencana alam berupa asteroid atau objek langit yang jatuh ke permukaan
bumi Ternyata, cukup banyak juga ya dampak negatif yang dihasilkan oleh
tenaga eksogen! Namun, dengan mengetahui dampak positif dan dampak
negatif dari tenaga eksogen, kita dapat berupaya lebih untuk memaksimalkan
dampak positifnya dan memitigasi dampak negatifnya.
4.2 Proses Endogen

Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam perut bumi dan akan
mempengaruhi permukaan bumi. Artinya, tenaga ini berasal jauh dari dalam perut
bumi, dari kerak bumi, mantel, dan inti bumi. Karena berasal dari dalam perut bumi,
tentu saja sumber tenaga endogen ini adalah dari pergerakan magma di dalam lapisan
bumi. Pergerakan ini nantinya akan menghasilkan aktivitas vulkanisme, tektonisme,
dan aktivitas seisme lainnya. Tenaga endogen juga merupakan penggerak gerakan-
gerakan lempeng bumi. Pergerakan lempeng inilah yang nantinya akan membentuk
benua-benua mulai dari superbenua zaman dahulu yaitu Pangaea, hingga benua-
benua yang kita kenal sekarang.

PROSES-PROSES GEOLOGI

Apakah Tenaga Endogen Selalu Konstruktif? Anggapan yang umumnya ada


di orang-orang adalah, tenaga endogen selalu konstruktif, sedangkan tenaga eksogen

51
senantiasa destruktif dan bersifat menghancurkan. Namun, jika kita lihat secara garis
besarnya, hal ini tidak selalu benar lho teman-teman. Banyak contoh tenaga endogen
yang bersifat destruktif di kehidupan kita sehari hari. Contohnya adalah gempa yang
bisa menghancurkan bangunan atau letusan gunung berapi yang bisa merusak
lingkungan sekitarnya. Namun, memang harus disadari bahwa tenaga endogen juga
memiliki banyak aspek konstruktif. Gempa bumi dapat menyingkap sumber daya
alam di dalam tanah, letusan gunung berapi dapat menyuburkan tanah, dan
pergerakan lempeng tektonik dapat menciptakan pulau atau bahkan benua baru.

JENIS TENAGA ENDOGEN

Seperti yang sudah kita bahas diatas, tenaga endogen adalah tenaga yang
berasal dari dalam planet bumi. Oleh karena itu, tenaga ini bersumber dari pergerakan
magma bumi dan dinamika antar lapisan bumi. Secara umum, terdapat 3 jenis tenaga
endogen yang kerap kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika jenis tenaga
tersebut antara lain adalah

1) Tektonisme

GAMBAR 4.9 Terjadinya tektonik

PROSES-PROSES GEOLOGI

Tektonisme adalah gerakan-gerakan di permukaan bumi yang disebabkan oleh


dinamika pada kerak bumi dan lapisan astenosfer dibawahnya. Pergerakan ini

52
disebabkan oleh adanya arus konveksi yang terjadi di daerah mantel bumi. Secara
umum, terdapat 3 jenis gerakan tektonik lempeng yang perlu kita ketahui dan pahami
dengan baik yaitu Gerakan konvergen, divergen, dan transform.

Ketiga jenis gerakan ini akan mempengaruhi bentang alam yang terbentuk di
permukaan bumi. Gerakan konvergen cenderung akan menyebabkan vulkanisme dan
pembentukan pegunungan. Gerakan divergen akan cenderung menyebabkan rekahan
dan palung atau jurang di lokasi divergensinya. Sedangkan, gerakan transform akan
menyebabkan sesar transform serta gempa-gempa kecil.

2) Vulkanisme

GAMBAR 4.10 Keluarnya magma dari perut bumi

PROSES-PROSES GEOLOGI

53
Vulkanisme adalah proses keluarnya magma dari dalam perut bumi ke
permukaan bumi. Keluarnya magma ini dapat terjadi lewat berbagai proses-
proses yang berbeda-beda. Magma dapat keluar dalam jumlah banyak dan
dalam waktu yang singkat lewat letusan gunung berapi. Magma juga dapat
keluar secara perlahan-lahan lewat proses rekahan-rekahan di permukaan
bumi. Terkadang, material dari dalam perut bumi seperti lahar panas, sulfur,
dan juga air panas dikeluarkan lewat geyser, fumarole, dan solfatara. Oleh
karena itu, vulkanisme memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kondisi
bentang alam di permukaan bumi.

3) Seisme

GAMBAR 4.11 Gunccangan pada jalanan

Guncangan-guncangan yang kerap dirasakan di permukaan bumi, atau sering disebut


sebagai gempa bumi termasuk kedalam fenomena seisme. Fenomena ini memiliki
banyak sekali implikasi di permukaan bumi, terutama aspek kebencanaannya. Secara
umum, terdapat 3 hal yang dapat menyebabkan terjadinya fenomena seisme yaitu

PROSES-PROSES GEOLOGI

54
 Pergerakan lempeng tektonik

 Aktivitas vulkanisme

 Runtuhan-runtuhan di kerak bumi (terban)

Ketiga hal tersebut dapat memicu terjadinya getaran di permukaan bumi. Namun,
skala dari gempa bumi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pemicunya, tetapi
kedalaman dari gempa tersebut. Gempa yang dangkal bisa jadi akan menghasilkan
getaran yang lebih kuat dibandingkan dengan gempa dalam. Selain itu, komposisi
tanah di suatu wilayah juga akan mempengaruhi kekuatan dari gempa yang terjadi.
Fenomena penguatan gelombang gempa ini dikenal sebagai amplifikasi gempa. Lalu,
ada pula fenomena likuifaksi dimana gelombang gempa membuat lapisan tanah yang
berair menjadi seakan seperti lumpur.

Dampak Positif Endogen

Tenaga endogen memiliki banyak dampak yang dapat dianggap positif pada
kehidupan kita sehari-hari. Berikut ini adalah beberapa dampak positif yang dapat
kita rasakan

 Sebagai sumber tenaga listrik geothermal

 Pergerakan lempeng tektonik dapat menyingkap sumber daya tambang dan


migas

 Membantu menciptakan ekosistem yang stabil bagi flora dan fauna

 Sebagai media pariwisata, pendidikan, dan riset mengenai alam

 Aktivitas gunung api dapat meningkatkan kesuburan tanah

55
Jika kita lihat, banyak sekali dampak positif dari tenaga endogen pada kehidupan kita
sehari-hari. Dibawah ini, kita akan mencoba untuk membahas secara lebih detail
setiap poin tersebut.

PROSES-PROSES GEOLOGI

Sebagai Sumber Tenaga Listrik Geothermal

Panas bumi yang dihasilkan oleh dinamika magma di dalam perut bumi dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik. Salah satu jenis pembangkit listrik
yang memanfaatkan hal ini adalah pembangkit listrik tenaga panas bumi atau
geothermal. Panas bumi ini nanti akan dimanfaatkan untuk memanaskan air menjadi
uap panas. Kemudian, uap tersebut dapat digunakan untuk menggerakkan turbin yang
ada pada pembangkit listrik. Energi panas bumi ini merupakan salah satu jenis
sumber daya alam yang terbarukan.

Sebagai Media Pariwisata, Pendidikan, dan Riset

Bentang alam yang ada diciptakan oleh tenaga-tenaga endogen sangatlah bervariasi.
Oleh karena itu, variasi ini dapat dimanfaatkan sebagai media pariwisata, pendidikan,
dan riset oleh manusia. Bentang alam yang indah dapat digunakan sebagai wahana
relaksasi dan petualangan bagi para manusia. Selain itu, keunikan bentang alam
beserta flora dan fauna yang ada juga dapat dimanfaatkan sebagai wahana pendidikan
dan riset untuk mengembangkan ilmu mengenai bumi.

Meningkatkan Kesuburan Tanah

Aktivitas vulkanisme yang terjadi pada kawasan sekitar gunung api dapat
mengeluarkan mineral dan zat hara lewat letusan-letusan kecilnya. Sehingga, hal ini
dapat menyebabkan peningkatan kesuburan tanah dan produktivitas pertanian di
sekitar gunung api. Indonesia sebagai salah satu pulau yang dilewati oleh sirkum
pasifik dan mediterania memiliki banyak sekali gunung api. Oleh karena itu, lapisan

56
tanah di Indonesia menjadi cukup tebal dan sangat subur. Hal ini menjadi salah satu
faktor yang menyebabkan keanekaragaman hayati di Indonesia sangat tinggi.
Keanekaragaman ini dapat dilihat dari persebaran flora dan fauna di Indonesia yang
sangat menarik.

PROSES-PROSES GEOLOGI

Dampak Negatif Endogen

Meskipun begitu, tenaga endogen juga memiliki banyak dampak negatif pada
kehidupan di muka bumi. Berikut ini adalah beberapa dampak negatif yang dapat
dirasakan.

 Bencana gempa bumi

 Bencana letusan gunung api

 Bencana tsunami

Secara umum, hampir semua dampak negatif dari tenaga endogen ini adalah
keberadaan bencana alam yang berhubungan dengan sumber-sumber tenaga yang
ada.

 Gempa bumi

Gempa bumi merupakan salah satu dampak tenaga seisme yang sangat
merusak. Hal ini terjadi karena gempa bumi menghasilkan getaran-getaran yang dapat
menghancurkan bangunan dan mengganggu aktivitas manusia di permukaan bumi.
Selain itu, gempa bumi juga kerap memutus jalur pipa gas/minyak dan jalur-jalur
kabel yang ditanam jauh didalam tanah. Hal ini penting mengingat mayoritas negara
di dunia sekarang menggunakan kabel fiber optic untuk terhubung dengan internet.

 Bencana Letusan Gunung Api

57
Letusan gunung api, meskipun sangat bermanfaat bagi kesuburan tanah di
wilayah sekitar, sangat berbahaya bagi siapapun yang tinggal disekitarnya. Hal ini
terjadi karena lahar dan lava yang dikeluarkan oleh gunung api dapat
menghancurkan rumah dan apapun yang dilewatinya. Fenomena letusan gunung
api ini dapat terjadi dengan sangat cepat dan tiba-tiba sehingga sulit untuk
memitigasi dan mengurangi dampaknya. Oleh karena itu, dalam menjalankan

PROSES-PROSES GEOLOGI

proses perencanaan, aspek kebencanaan harus senantiasa diperhatikan dan


dipertimbangkan.

 Bencana Tsunami

Bencana tsunami atau gelombang air besar merupakan salah satu dampak dari
tenaga endogen gempa bumi dan pergerakan lempeng tektonik. Jika terjadi
pergeseran lempeng dan gempa bumi di lautan, maka sangat mungkin terbentuk
tsunami. Tsunami ini sangat berbahaya bagi masyarakat yang tinggal di kawasan
pesisir karena dapat menghancurkan rumah dan bangunan-bangunan lainnya.
Selain itu, sangat sulit pula untuk memitigasi bencana ini, salah satu cara yang
saat ini digunakan adalah membangun tembok laut dan pertahanan pantai untuk
mengurangi energi dari Tsunami.

58
BAB V

GEOMORFOLOGI
5.1 Pengertian umum

Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi


dan perubahan-perubahan yang terjadi pada bumi itu sendiri. Geomorfologi biasanya
diterjemahkan sebagai ilmu bentang alam. Mula-mula orang memakai kata fisiografi
untuk ilmu yang mempelajari tetang ilmu bumi ini, hal ini dibuktikan pada orang-
orang di Eropa menyebut fisiografi sebagai ilmu yang mempelajari rangkuman
tentang iklim, meteorologi, oceanografi, dan geografi. Akan tetapi orang, terutama di
Amerika, tidak begitu sependapat untuk memakai kata ini dalam bidang ilmu yang
hanya mempelajari ilmu bumi saja dan lebih erat hubungannya dengan geologi.
Mereka lebih cenderung untuk memakai kata geomorfologi. Ditinjau dari asal bahasa,
geomorfologi terdiri dari tiga kata, yaitu geos, morphos, dan logos. Geos berarti
bumi, morphos berarti bentuk, dan logos berarti ilmu. Sehingga geomorfologi
dimengerti sebagai ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi.

Geomorfologi adalah bidang ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi


(morfologi (morphology) / bentuklahan (landform) / bentang-alam). Selanjutnya
dalam bendel pelajaran ini dipergunakan istilah bentang-alam. Dalam
mempelajarinya, mencakup deskripsi, wilayah sebaran/distribusi, dan genesis (cara
kejadiannya). Bentang-alam merupakan fenomena kebumian. Pembentuk bentang-
alam adalah batuan yang telah mengalami peristiwa tertentu, dan hasil interaksi

59
antara peristiwa yang bersumber dari dalam bumi, dan yang bersumber dari luar
bumi. Prinsip dari geologi adalah pokok ilmu yang mempelajari batuan dalam
pengertian luas dan proses yang bekerja pada batuan tersebut. Dengan demikian
geomorfologi berguna sebagai penunjang dan ditunjang oleh geologi. Bloom (1978)
menilai, bahwa geomorfologi harus ditinjau dari penyusunnya yaitu faktor
mineralogi, litologi, proses perubah asal luar (eksogen), dan faktor endogen misalnya
gaya tektonik maupun volkanik.

GEOMORFOLOGI

Verstappen (1983) mengartikan geomorfologi sebagai ilmu yang mempelajari


bentang-alam, tercakup di dalamnya mengenai proses pembentukan, genesa, dan
kaitannya dengan lingkungan. Sebagai salah satu ilmu kebumian, geomorfologi dapat
disebut bagian dari lingkungan fisik (physical environment). Dikarenakan kehidupan
di bola bumi ini tidak dapat menghindarkan diri dari bentang-alam, maka ada
relevansi aplikasi geomorfologi (applied geomorphology) dalam kehidupan.
5.2 Macam-macam Bentukan Asal

1) Bentuklahan asal proses volkanik (V): bentuk lahan yang berasal dari
aktivitas vulkanisme. contoh: kaldera, kawah, laccolith.

60
GAMBAR 5.1 Bentuk vulkanik

2) Bentuklahan asal proses struktural (S): bentuk lahan yang berasal dari proses
geologi. contoh: bukit, patahan, lipatan sinkilin dan antiklin.

GEOMORFOLOGI

GAMBAR 5.2 Lipatan pegunungan

3) Bentuklahan asal fluvial: bentuk lahan akibat pengerjaan sungai. contoh:


meander, gosong pasir, dataran banjir (flood plain), point bar.

61
GAMBAR 5.3 Meander

GEOMORFOLOGI

4) Bentuklahan asal solusional: bentuk lahan akibat proses pelarutan pada batuan
yang mudah larut. contoh: bentukan di daerah karst yaitu stalagnit, stalaktit,
dolina.

GAMBAR 5.4 Stalaktit dan Stalagnit

62
5) Bentuklahan asal denudasional: bentuk lahan akibat proses erosi dan
degradasi. contoh: bukit sisa, lembah sungai, lahan kritis.

GAMBAR 5.5 Bukit sisa (residual hill)

6) Bentuklahan asal aeolin: bentuk lahan akibat proses erosi angin. contoh:
gumuk pasir (sandune) dan barchan.

GEOMORFOLOGI

GAMBAR 5.6 Gumuk pasir

7) Bentuklahan asal marine: bentuk lahan akibat aktivitas air laut. contoh:
tombolo, clift, arch, stack. Selain itu terdapat kombinasi antara bentuklahan

63
marine dengan fluvial (fluvio-marine) karena sungai bermuara ke laut, contoh:
delta, estuari.

GAMBAR 5.7 Tombolo (kiri) dan Delta (kanan)

8) Bentuklahan asal glasial: bentuk lahan akibat pengerjaan es. contoh: lembah
menggantung.

GEOMORFOLOGI

GAMBAR 5.8 Lembah es

64
9) Bentuklahan asal organik: bentuk lahan akibat pengaruh aktivitas organisme.
contoh: mangrove, terumbu karang.

GAMBAR 5.9 Terumbu karang

GEOMORFOLOGI

10) Bentuklahan asal antropogenik: bentuk lahan akibat aktivitas manusia.


contoh: kota, pedesaan, waduk, taman.

65
GAMBAR 5.10 Perkotaan
5.3 POLA ALIRAN SUNGAI

Pola aliran sungai adalah kumpulan dari sungai yang memiliki bentuk sama
yang menggambarkan keadaan profil dan genetik sungai tersebut. Terbentuknya pola
aliran air sungai disebabkan oleh faktor-faktor alami seperti morfologi, jenis tanah
dan batuan, tingkat erosi dan struktur geologi.

GEOMORFOLOGI

66
GAMBAR 5.11 Aliran sungai

Seiring berjalannya waktu, sistem jaringan sungai akan membentuk pola


aliran yang bercabang-cabang dan menyesuaikan dengan faktor lingkungannya.
Sungai sendiri dapat diartinga sebagia aliran air yang berukuran besar dan
memanjang yang mengalir terus menurus dari hulu menuju hilir. Sungai tidak harus
berupa aliran air dipermukaan tanah, namun dapat pula berada dibawah tanah atau
disebut underground river. Jenis sungai dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah air,
genetik, serta sumber air yang mengalir berikut ini:

 Sungai berdasarkan jumlah airnya, yaitu sungai permanen, sungai periodik,


sungai interminttent dan sungai ephemeral.

 Sungai berdasarkan genetiknya, yaitu sungai konsekwen, subsekwen,


obsekwen, insekwen, resekwen, andesen, dan anaklinal.

 Sungai berdasarkan sumber airnya, yaitu sungai hujan, sungai gletser, dan
sungai campuran.

67
GEOMORFOLOGI

Aliran sungai secara alami membentuk pola secara alami mengikuti topografi, jenis
tanah dan batuan, geologi, kemiringan serta faktor lainnya. Berikut ini adalah
pembahasan mengenai jenis-jenis aliran sungai.

Jenis Aliran Sungai

Pola aliran sungai secara umum dibagi menjadi 5 macam, yaitu pola aliran
dendritik, pola aliran rektangular, pola aliran trellis, pola aliran radial, dan pola aliran
radial sentripetal.

1. Pola Dendritik

GAMBAR 5.12 Pola dendritic

Pola aliran sungai dendritik adalah pola aliran dengan cabang-cabang sungai
menyerupai garis penampang atau pertulangan daun. Jenis pola aliran ini dikontrol
oleh litologi yang homogen. Aliran sungainya memiliki tekstur dengan kerapatan
tinggi yang diatur oleh jenis batuan. Tekstur sungai adalah panjang sungai per satuan
luas. Contohnya adalah sungai yang mengalir diatas batuan yang tidak atau kurang
resisten terhadap erosi sehingga membentuk tekstur sungai yang rapat. Namun bila
aliran berada diatas batuan yang resisten, maka akan membentuk tekstur renggang.
Resistensi batuan terhadap erosi memberi pengaruh besar pada proses pembentukan
alur sungai.

68
GEOMORFOLOGI

Sebab, batuan yang tidak resisten akan mudah mengalami erosi membentuk jalur
aliran baru.

2. Pola Aliran Rektagular

Gambar 5.13 Pola aliran rectangular

Pola sungai rektangular adalah pola aliran yang umumnya terdapat di wilayah
batuan beku. Bentuk alur sungai ini lurus mengikuti struktur patahan dengan ditandai
bentuk sungai yang tegak lurus. Pola sungai rektengular biasanya berkembang pada
batuan yang resisten terhadap erosi, tipe erosi cenderung seragam, namun dikontrol
oleh kekar dua arah dengan sudut yang saling tegak lurus.Kekar merupakan
pemecahan atau pemisahan batu secara geologis yang cenderung kurang resisten
terhadap proses erosi sehingga kemungkinan aliran air akan mengembang melalui
rekahan dan pada akhirnya membentuk pola aliran sesuai alur pecahan batuan.

Sungai dengan pola aliran rektangular banyak ditemukan di kawasan sesar


dengan ciri utama aliran sungai akan mengikuti jalur yang kurang resisten serta
terkumpul pada tempat singkapan batuan yang bersifat lunak. Pada percabangan
sungai akan membentuk sudut tumpul dengan sungai utamanya. Pola sungai aliran
rektangular

69
GEOMORFOLOGI

adalah pola yang dikontrol oleh struktur geologi, seperti sesar atau patahan, serta
kekar atau rekahan dengan aliran air yang mengikuti pola geologi tersebut.

3. Pola Aliran Trellis

GAMBAR 5.14 Pola aliran trellis

Pola aliran sungai trellis adalah pola aliran yang bentuknya mirip seperti pagar
yang dikontrol oleh struktur geologi berupa lipatan sinklin dan antiklin. Sungai
dengan aliran tralis memiliki ciri berupa kumpulan saluran air yang bentuknya
sejajar, mengalir mengikuti kemiringan lereng dan tegak lurus terhadap aliran
utamanya. Umumnya arah saluran utama searah dengan sumbu lipatan. Aliran trellis
merupakan perpaduan antara jenis sungai konsekuen dan subsekuen. Selain itu, pola
sungai trellis juga dapat terbentuk di sepanjang lembah pararel pada sabuk lipatan
pegunungan. Alur-alur sungai akan melintasi lembah dan bertemu kembali di saluran
utama.

70
GEOMORFOLOGI

4. Pola Aliran Radial

GAMBAR 5.15 Pola Aliran Radial

Pola aliran radial adalah pola sungai dengan aliran yang arahnya terdistribusi
atau menyebar secara radial dari ketinggain tertentu menuju daerah bawah.
Bentuknya menyerupai gunung berapi atau puncak intrusi magma. Pola sungai radial
mengikuti kontur muka bumi yang cembung dan menjadi asal mula sungai
konsekuen. Pola aliran sungai jenis radial juga dapat ditemukan pada bentukan-
bentukan bentangan alam kubak dan laccolith. Pada jenis bentang alam ini, aliran
sungai akan membentuk pola kombinasi radial dan annular.

71
GEOMORFOLOGI

5. Pola Aliran Sentripental

GAMBAR 5.16 Pola Aliran Sentripetal

Pola sungai radial sentripetal adalah pola yang bentuknya berlawanan dengan
pola radial. Pola ini membentuk alur sungai yang mengarah ke tempat yang cekung.
Pola sungai ini dapat berkembang menjadi pola annular dan memunculkan sungai
obsekuen, sungai subsekuen sejajar dan sungai resekuen.

6. Pola Aliran Pararel

72
GAMBAR 5.17 Pola Aliran Pararel

GEOMORFOLOGI

Pola aliran sungai pararel adalah pola aliran yang terdapat di daerah yang
sangat luas denga kemiringan yang curam. Kemiringan ini menyebabkan gradien
sungai menjadi besar sehingga mengalirkan air ke tempat terendah dengan bentuk
jalur yang hampir lurus. Pola ini dapat ditemukan di kawasan daratan pantai yang
masih muda dengan lereng asli yang kemiringannya mengarah ke laut.

7. Pola Aliran Anular

GAMBAR 5.18 Pola Aliran Annular

Pola aliran sungai annular adalah bentuk variasi dari pola sungai beraliran
radial. Pola annular dapat ditemukan pada daerah dome atau kaldera staium dewasa
yang juga terdapat sungai konsekuen, subsekuen, resekuen, dan obesekuen.

73
GEOMORFOLOGI

8. Pola Aliran Angular

GAMBAR 5.19 Pola Aliran Angular

Pola aliran angular adalah pola aliran yang bentuknya lebih besar atau lebih
kecil dari sudut 90 derajat. Sungai dengan pola seperti ini akan terlihat mengikuti
garis-garis patahan

9. Pola Aliran Radial Sentrifugal

74
GAMBAR 5.20

GEOMORFOLOGI

Pola aliran sungai radial sentrifugal adalah pola aliran yang bentuknya
menyebar secara radial dari titik ketinggian tertentu. Umumnya sungai dengan jenis
aliran ini terdapat di daerah pegunungan yang aliran airnya menyebar ke arah lereng.

10. Pola Aliran Pinnate

GAMBAR 5.21 Pola Aliran Pinnate

Pola aliran pinnate adalah pola aliran air sungai yang pada bagian mura anak
sungai membentuk sudut lancip dengan induk sungai. Sungai jenis ini dapat
ditemukan di bukit-bukit yang memiliki lereng terjal.

Bentuk Aliran Sungai

Terdapat berbagai bentuk atau tipe aliran sungai. Berikut ini adalah 12 bentuk aliran
beserta penjelasannya:

75
a. Sungai Konsekuen Lateral, yaitu sungai yang alirannya mengarah menuruni
lereng-lereng asli di permukaan bumi, seperti dome, block, mountain atau
daratan yang baru terangkat.

GEOMORFOLOGI

b. Sungai Konsekuen Longitudinal, yakni sungai yang alirannya sejajar dengan


antiklinal atau bagian puncak gelombang pegunungan.

c. Sungai subsekwen adalah sungai yang terbentuk pada sungao konsekuwen


lateral yang mengalami erosi mundur hingga ke puncak lerengnya. Sungi ini
akan mengalami erosi ke samping dan memperluas lembah sehingga muncul
aliran baru mengikuti arah patahan.

d. Sungai Superimposed, yaitu sungai yang mengalir pada lapisan sedimen datar
yang menutupi lapisan batuan batu dibawahnya. Jika terjadi peremajaan, maka
sungai tersebut akan mengikis lapisan penutup dan memotong formasi batuan
awal, sehingga alirannya tidak sesuai dengan struktur batuan.

e. Sungai Anteseden, yaitu sungai yang arah alirannya tetap karena


mengimbangi pengangkatan yang terjadi. Sungai ini hanya terbentuk bila
pengangkutan berjalan lambat.

f. Sungai Resekuen adalah sungai yang alirannya menuruni kemiringan patahan


atau dip slope. Alirannya searah dengan sungai resekwen lateral dan bisa
umumnya terbentuk dari aliran sungai subsekwen.

g. Sungai Obsekwen, yakni sungai yang alirannya turun dari permukaan patahan
dan berlawan dengan dip dari formasi-formasi patahan.

76
h. Sungai Insekwen, yaitu sungai yang alirannay terbentuk tanpa penyebab
nyata. Sungai ini mengalir tanpa mengikuri lapisan batuan. Alirannya tidak
menenti dan mengikuti pola aliran dendritis.

i. Sungai Reserve adalah sungai yang tidak mampu mempertahankan arah


alirannya melawan pengangkatan, sehingga arahnya dapat berubah dan
menyesuaikan diri.

j. Sungai Komposit, yaitu sungai yang mengalir dari daerah dengan struktur
geologi berlainan. Contohnya adalah sungai-sungai besar ang ada di
Indonesia.

BAB VI

STRATIGRAFI
6.1 Pengertian Umum

Stratigrafi adalah salah satu ilmu penunjang dalam geologi, terutama untuk
menerangkan mengenai siklus pembentukan batuan dan hubungan antar satu
segmen/perlapisan batuan dengan perlapisan lainnya. Stratigrafi memudahkan
peneliti untuk mengetahui kondisi geologi suatu daerah dengan cepat, ringkas dan
sederhana, serta mendorong untuk mengungkap lebih banyak informasi geologi
lainnya, seperti keberadaan struktur, umur geologi, lingkungan pengendapan dan
kronologi serta evolusi daerah tersebut. Djauhari Noor dalam buku Pengantar Geologi
(Pakuan University Press, 2008) dalam Bab 8: Stratigrafi, memberikan definisi secara
menyeluruh mengenai konsep stratigrafi, serta definisi-definisi turunannya dalam
geologi. Berikut adalah tulisan yang disadur dari buku tersebut.

Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta
distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan

77
sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar lapisan yang berbeda dapat
dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan fosil
(biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita
pelajari untuk mengetahui luas penyebaran lapisan batuan. Ilmu stratigrafi muncul
untuk pertama kalinya di Britania Raya pada abad ke-19. Perintisnya adalah William
Smith. Ketika itu dia mengamati beberapa perlapisan batuan yang tersingkap yang
memiliki urutan perlapisan yang sama (superposisi). Dari hasil pengamatannya,
kemudian ditarik kesimpulan bahwa lapisan batuan yang terbawah merupakan lapisan
yang tertua, dengan beberapa pengecualian. Karena banyak lapisan batuan merupakan
kesinambungan yang utuh ke tempat yang berbeda-beda maka dapat dibuat
perbandingan antara satu tempat ke tempat lainnya pada suatu wilayah yang sangat
luas. Berdasarkan hasil pengamatan ini maka kemudian Willian Smith membuat suatu

STRATIGRAFI

sistem yang berlaku umum untuk periode-periode geologi tertentu walaupun pada
waktu itu belum ada penamaan waktunya. Berawal dari hasil pengamatan William
Smith dan kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang susunan, hubungan
dan genesa batuan yang kemudian dikenal dengan stratigrafi. Berdasarkan dari asal
katanya, stratigrafi tersusun dari 2 (dua) suku kata, yaitu kata “strati“ berasal dari
kata “stratos“, yang artinya perlapisan dan kata “grafi” yang berasal dari kata
“graphic/graphos”, yang artinya gambar atau lukisan. Dengan demikian stratigrafi
dalam arti sempit dapat dinyatakan sebagai ilmu pemerian lapisan-lapisan batuan.
Dalam arti yang lebih luas, stratigrafi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang aturan, hubungan, dan pembentukan (genesa) macam-macam
batuan di alam dalam ruang dan waktu.

 Aturan: Tatanama stratigrafi diatur dalam “Sandi Stratigrafi”. Sandi stratigrafi


adalah aturan penamaan satuan-satuan stratigrafi, baik resmi ataupun tidak

78
resmi, sehingga terdapat keseragaman dalam nama maupun pengertian nama-
nama tersebut seperti misalnya: Formasi/formasi, Zona/zona, Sistem dan
sebagainya.

 Hubungan: Pengertian hubungan dalam stratigrafi adalah bahwa setiap lapis


batuan dengan batuan lainnya, baik diatas ataupun dibawah lapisan batuan
tersebut. Hubungan antara satu lapis batuan dengan lapisan lainnya adalah
“selaras” (conformity) atau “tidak selaras” (unconformity).

 Pembentukan (Genesa): Mempunyai pengertian bahwa setiap lapis batuan


memiliki genesa pembentukan batuan tersendiri. Sebagai contoh, facies
sedimen marin, facies sedimen fluvial, facies sedimen delta, dsb.

 Ruang: Mempunyai pengertian tempat, yaitu setiap batuan terbentuk atau


diendapkan pada lingkungan geologi tertentu. Sebagai contoh, genesa batuan
sedimen: Darat (Fluviatil, Gurun, GlaSial), Transisi (Pasang-surut/Tides,
Lagoon, Delta), atau Laut (Marine: Lithoral, Neritik, Bathyal, atau Hadal)

STRATIGRAFI

 Waktu: Memiliki pengertian tentang umur pembentukan batuan tersebut dan


biasanya berdasarkan Skala Umur Geologi. Contoh: Batugamping formasi
Rajamandala terbentuk pada kala Miosen Awal; Batupasir kuarsa formasi
Bayah terbentuk pada kala Eosen Akhir

SANDI STRATIGRAFI

Pada hakekatnya ada hubungan tertentu antara kejadian dan aturan batuan di
alam, dalam kedudukan ruang dan waktu geologi. Stratigrafi membahas aturan,
hubungan, kejadian lapisan serta tubuh batuan di alam. Sandi stratigrafi dimaksudkan
untuk memberikan pengarahan kepada para ahli geologi yang bekerja mempunyai
persepsi yang sama dalam cara penggolongan stratigrafi. Sandi stratigrafi

79
memberikan kemungkinan untuk tercapainya keseragaman dalam tatanama satuan-
satuan stratigrafi. Pada dasarnya, Sandi Stratigrafi mengakui adanya satuan
lithostratigrafi, satuan litodemik, satuan biostratigrafi, satuan sekuen stratigrafi,
satuan kronostratigrafi dan satuan geokronologi. Sandi ini dapat dipakai untuk semua
macam batuan.Berikut ini pengertian pengertian mengenai Sandi Stratigrafi sebagai
berikut:

 Penggolongan Stratigrafi ialah pengelompokan bersistem batuan menurut


berbagai cara, untuk mempermudah pemerian, aturan dan hubungan batuan
yang satu terhadap lainnya. Kelompok bersistem tersebut diatas dikenal
sebagai satuan stratigrafi.

 Batas Satuan Stratigrafi ditentukan sesuai dengan batas penyebaran ciri satuan
tersebut sebagaimana didefinisikan. Batas satuan Stratigrafi jenis tertentu
tidak harus berimpit dengan batas Satuan Stratigrafi jenis lain, bahkan dapat
memotong satu sama lain.

 Tatanama Stratigrafi ialah aturan penamaan satuan-satuan stratigrafi, baik


resmi maupun tak resmi, sehingga terdapat keseragaman dalam nama maupun

STRATIGRAFI

pengertian nama nama tersebut seperti misalnya: Formasi/formasi, Zona/zona,


Sistem dan sebagainya.

 Tatanama Satuan Stratigrafi Resmi dan Tak Resmi. Dalam Sandi Stratigrafi
diakui nama resmi dan tak resmi. Aturan pemakaian satuan resmi dan tak
resmi masing-masing satuan stratigrafi, menganut batasan satuan yang
bersangkutan. Penamaan satuan tak resmi hendaknya jangan mengacaukan
yang resmi.

80
 Stratotipe atau Pelapisan Jenis adalah tipe perwujudan alamiah satuan
stratigrafi yang memberikan gambaran ciri umum dan batas-batas satuan
stratigrafi. Tipe ini merupakan sayatan pangkal suatu satuan stratigrafi.
Stratotipe hendaknya memberikan kemungkinan penyelidikan lebih lanjut.

1. Stratotipe Gabungan ialah satuan stratotipe yang dibentuk oleh kombinasi


beberapa sayatan komponen

2. Hipostratotipe ialah sayatan tambahan (stratotipe sekunder) untuk


memperluas keterangan pada stratotipe;

3. Lokasitipe ialah letak geografi suatu stratotipe atau tempat mulai


ditentukannya satuan stratigrafi.

 Korelasi adalah penghubungan titik-titik kesamaan waktu atau penghubungan


satuan satuan stratigrafi dengan mempertimbangkan kesamaan waktu.

 Horison ialah suatu bidang (dalam praktek, lapisan tipis di muka bumi atau
dibawah permukaan) yang menghubungkan titik-titik kesamaan waktu.
Horison dapat berupa: horison listrik, horison seismik, horison batuan, horison

STRATIGRAFI

fosil dan sebagainya. Istilah istilah seperti : datum, marker, lapisan pandu
sebagai padanannya dan sering dipakai dalam keperluan korelasi.

 Facies adalah aspek fisika, kimia, atau biologi suatu endapan dalam kesamaan
waktu. Dua tubuh batuan yang diendapkan pada waktu yang sama dikatakan
berbeda facies, kalau kedua batuan tersebut berbeda ciri fisik, kimia atau
biologinya.

81
6.2 Cekugan dan Formasi

A.Cekungan

Para ahli sedimentologi mempelajari batuan sedimen untuk mengetahui


sejarah geologi dan potensi ekonomi dari batuan tersebut. Untuk itu, diperlukan studi
yang bersifat terpadu dari berbagai cabang ilmu geologi, termasuk di dalamnya
sedimentologi, stratigrafi, dan tektonik. Dengan demikian dapat diketahui secara
menyeluruh batuan sedimen yang mengisi suatu cekungan sehingga dapat
dipergunakan sebagai bahan untuk menginterpretasi sejarah geologi dan membuat
evalusasi potensi ekonominya (Boggs, 1995; 2001). Studi terpadu seperti ini dikenal
dengan sebutan analisa cekungan sedimen (basin analysis). Pada perkembangan teori
geosinklin, sebagian para ahli geologi berpikir bahwa batuan sedimen yang umumnya
diendapkan di laut dangkal pada suatu geosinklin, dan terus mengalami subsiden.
Sejalan dengan berkembangnya teori tektonik lempeng pada awal 1960an, pendapat
itu mulai tersisih. Saat ini para ahli geologi menemukan berbagai jenis cekungan
dengan berbagai mekanisme pembentukannya. Secara umum, titik berat perhatian
pada analisa cekungan sedimen adalah pada

STRATIGRAFI

tektonik global pembentukan cekungan dan berbagai proses yang mengontrolnya


(termasuk perubahan muka laut, pasokan sedimen, dan penurunan cekungan).

82
GAMBAR 6.1

Cekungan sedimen adalah suatu daerah rendahan, yang terbentuk oleh proses
tektonik, dimana sedimen terendapkan. Dengan demikian cekungan sedimen
merupakan depresi sehingga sedimen terjebak di dalamnya. Depresi ini terbentuk
oleh suatu proses nendatan (subsidence) dari permukaan bagian atas suatu kerak.
Berbagai penyebab yang menghasilkan nendatan, di antaranya adalah: penipisan
kerak, penebalan mantel litosper, pembebanan batuan sedimen dan gunungapi,
pembebanan tektonik, pembebanan subkerak, aliran atenosper dan penambahan berat
kerak. Dickinson (1993) dan Ingersol dan Busby (1995) yang disarikan oleh Boggs
(2001) memberikan kemungkinan mekanisme nendatan kerak sebagai tertera dalam
Tabel.

STRATIGRAFI

KLASIFIKASI CEKUNGAN SEDIMEN

83
Pembentukan cekungan sedimen erat hubungannya dengan gerakan kerak dan
proses tektonik yang dialami lempeng. Ingersol dan Busby (1995) menunjukkan
bahwa cekungan sedimen dapat terbentuk dalam 4 (empat) tataan tektonik: divergen,
intraplate, konvergen dan transform). Menurut Dickinson, 1974 dan Miall, 1999;
klasifikasi cekungan sedimen dapat berdasarkan pada:

1. tipe dari kerak dimana cekungan berada,

2. posisi cekungan terhadap tepi lempeng,

3. untuk cekungan yang berada dekat dengan tepi lempeng, tipe interaksi
lempeng yang terjadi selama sedimentasi,

4. Waktu pembentukan dan basin fill terhadap tektonik yang berlangsung,

5. Bentuk cekungan.

Klasifikasi cekungan sedimen (Selley, 1988)

PROSES PENYEBAB TIPE CEKUNGAN TATAAN TEKTONIK


LEMPENG
TERBENTUKNYA

Crustal sag Cekungan intrakraton Intra-plate collapse

Puntir (tension) Epicratonic downward Tepian lempeng pasif (passive


plate margin)
Rift
Sea-floor spreading

Tekanan (compression) Palung (trench) Subduksi (tepian lempeng aktif)

Busur depan (fore-arc)

84
Busur belakang (back-arc)

Wrenching Strike-slip Gerakan mendatar lempeng

TABEL 6.1 Klasifikasi cekungan sedimen

STRATIGRAFI

TATAAN TIPE CEKUNGAN


TECTONIK

Divergen           Rift: terrestrial rift valleys; proto-oceanic rift valleys

Antar-lempeng Cekungan beralaskan kerak benua/peralihan: cekungan intrakraton,       paparan


benua, sembulan benua (continental rises) dan undak, pematang benua.

Cekungan beralaskan kerak samodra: cekungan samodra aktif, kepulauan samodra,


dataran tinggi dan bukit aseismik (aseismic rigde and plateau)

Konvergen Cekungan akibat subduksi: palung, cekungan lereng palung, cekungan busur depan,
cekungan intra-busur, cekungan busur belakang.

Cekungan akibat tabrakan: cekungan retroac forels, peripheral foreland basin,


cekungan punggung babi (piggyback basin), broken forland

Tranform Cekungan akibat sesar mendatar: cekungan transextensional, transpressional,


transrotaional

Hybrid Cekungan akibat berbagai sebab: cekungan-cekungan intracontinental wrench,


aulacogen, impactogen, successor

85
TABEL6.2 Klasifikasi cekungan menurut Boggs

STRATIGRAFI

Cekungan Intrakraton (Intracratonic Basin)

Cekungan intrakraton umumnya cukup besar terletak di tengah suatu benua


yang jauh dari tepian lempeng. Subsiden pada cekungan jenis ini umumnya
disebabkan oleh penebalan mantel-litosfir dan bembebanan oleh batuan sedimen atau
gunungapi (Boggs, 2001). Beberapa cekungan intrakraton ini diisi oleh endapan
klastika laut, karbonat, atau sedimen evaporit yang diendapkan mulai dari laut
epikontinental sampai darat. Cekungan tua jenis ini di antaranya adalah Cekungan
Amadeus dan Carpentaria di Australia, Cekungan Parana di Amerika Latin, dan
Cekungan Paris di Perancis. Sedangkan contoh cekungan modern jenis ini adalah
Cekungan Chad di Afrika.

Renggang (Rift)

Cekungan akibat perenggangan ini umumnya sempit tetapi memanjang,


dibatasi oleh lembah patahan. Ukuran berkisar dari beberapa km sampai sangat lebar
seperti pada Sistem Renggangan Afrika Timur, dimana mempunyai lebar 30-40 km
dan panjang hampir 300 km. Cekungan ini dapat terbentuk oleh berbagai tataan
tektonik, namun yang paling umum oleh divergen. Perenggangan lempeng benua
seperti antara Amerika Utara dan Eropa terjadi pada Trias menghasilkan Punggungan
Tengah Atlantik (Mid-Atlantic Ridge). Sistem renggangan pada Afrika Timur
merupakan contoh sistem renggangan modern.

86
Aulakogen (Aulacogen)

Aulakogen adalah jenis khusus dari renggangan yang menyudut besar


terhadap tepian benua, dimana umumnya dianggap sebagai renggangan tetapi gagal
dan kemudian diaktifkan kembali selama tektonik konvergen. Palung yang sempit
tapi panjang dapat menggapai sampai kraton benua dengan sudut besar dari lajur
sesar. Sedimen yang mengisi cekungan jenis ini dapat berupa sedimen darat
(misalnya kipas aluvium), endapan paparan, dan endapan yang lebih dalam seperti
endapan turbit.

STRATIGRAFI

Contoh aulakogen di antaranya Renggangan Reelfoot yang berumur Paleozoik


dimana Sungai Misisipi mengalir dan Palung Benue yang berumur Kapur dimana
Sungai Niger membelahnya.

GAMBAR 6.2 Aulakogen

87
STRATIGRAFI

Cekungan tepian benua

Cekungan tepian benua dicirikan oleh kehadiran baji yang sangat besar dari
sedimen yang ke arah laut dibatasi oleh lereng landai dari benua dan sembulan.
Ketidakterusan struktur dijumpai di bawah sistem ini, antara kerak benua normal dan
kerak peralihan. Sedimen terendapkan pada sistem ini: pada paparan berupa pasir
neritik dangkal, lumpur, kabonat dan endapan evaporasi; pada lerengan terdiri atas
lumpur hemipelagik; dan pada sembulan benua berupa endapan turbit. Cekungan
renggangan (rift basin) dapat berhubungan dengan cekungan tepian benua. Contoh
yang baik dari cekungan jenis ini adalah pantai Amerika dan bagian selatan-timur
Kanada (Cekungan Blake Plateau, Palung Lembah Baltimor, Cekungan George Bank
dan Cekungan Nova Scotian) yang terbentuk pada akhir Trias- awal Jura oleh
renggangan dan terpisahnya Pangea. Beberapa cekungan itu terpisahkan dari laut
membentuk lapisan tebal dari endapan klastik arkosik dan endapan lakustrin;
berselingan dengan batuan gunungapi basa. Cekungan yang lain berhubungan dengan
laut, membentuk sedimen yang berkisar dari endapan evaporit sampai delta, turbit,
dan serpih hitam.

Cekungan berhubungan dengan subduksi

88
Subduksi ditunjukkan dengan aktifnya tepian benus yang mana umumnya
dicirikan oleh adanya palung laut dalam, busur gunungapi aktif, rumpang parit-busur
(arc-trench gap) yang memisahkan ke duanya. Tataan subduksi terjadi lebih banyak
pada tepian benua dibandingkan pada besur samodra. Sedimen terendapkan pada
sistem subduksi ini lebih dikuasai oleh endapan silisiklastik yang umumnya berupa
batuan gunungapi berasal dari busur gunungapi. Endapan ini dapat berupa pasir dan
lumpur yang terendapkan pada paparan, lumpur dan endapan turbit terendapkan
dalam air yang lebih dapam pada lereng, cekungan, dan parit. Sedimen pada parit
dapat berupa endapan terigen yang terangkut oleh arus turbit dari daratan, bersamaan
dengan

STRATIGRAFI

sedimen dari lempeng samodra yang tersubduksikan. Ini umumnya membentuk


kompleks akrasi. Batuan campuraduk (melange) dapat terbentuk pada daerah akrasi
ini, yang dicirikan oleh percampuran dari batuan berbagai jenis yang tertanam pada
masa dasar yang mengkilap (sheared matrix).

89
GAMBAR 6.3

STRATIGRAFI

Contoh yang baik dari sistem subduksi ini adalah subduksi Sumatra, Jepang, Peru,
Chili dan Amerika Tengah. Contoh cekungan busur muka purba di antaranya adalah
cekungan busur muka Great Valley, Kalifornia; Midland Valley, Inggris dan Coastal
range, Taiwan. Contoh cekungan busur belakang di antaranya terjadi pada Jura Akhir
– Awal Kapur terbentuk di belakang Busur Andean di Chili selatan.

90
Cekungan berhubungan patahan mendatar/transform

Patahan yang dapat membentuk cekungan ini adalah patahan mendatar yang
menoreh dalam kerak sampai membatasai dua lempeng yang berbeda (transform
fault) dan patahan yang terbatas dalam suatu lempeng dan hanya menoreh bagian atas
kerak (Sylvester, 1988). Cekungan yang berhubungan dengan patahan mendatar
regional terbentuk sepanjang punggung pemekaran, sepanjang batas patahan antar
lempeng, pada tepian benua dan daratan dalam lempeng benua. Gerakan sepanjang
patahan mendatar regional dapat membentuk berbagai cekungan nendatar (pull-apart
basin). Cekungan yang dibentuk karena patahan mendatar umumnya kecil, garis
tengahnya hanya beberapa puluh kilometer, walaupun ada beberapa yang sampai 50
km. Karena patahan mendatar terbentuk pada berbagai tataan geologi, cekungan ini
dapat diisi sedimen laut maupun darat. Ketebalan sedimen cenderung sangat tebal,
karena kecepatan sedimentasi yang tinggi yang dihasilkan oleh erosi dari daerah
sekitarnya yang berelevasi tinggi, dan boleh jadi ditandai dengan banyaknya
perubahan fasies secara lokal. Di Indonesia Cekungan jenis ini banyak terdapat
sepanjang Patahan Sumatra.

STRATIGRAFI

91
GAMBAR 6.4
6.3 Umur Geologi

Umur geologi merupakan skala umur yang menunjukkan jaman-jaman yang


telah berlangsung sejak bumi terbentuk hingga kehidupan saat ini. skala waktu yang
digunakan disebut skala waktu geologi yang bagannya dapat dilihat pada gambar
berikut:

STRATIGRAFI

92
GAMBAR 6.5 Contoh skala waktu geologi Amerika Utara

Masing-masing dari jaman pada skala waktu geologi tersebut memiliki fosil penciri
yang disebut fosil index. Ciri-ciri dari fosil index tersebut ialah:

 Memiliki rentang hidup yang singkat

 Penyebarannya luas

 Tidak memiliki periode hidup yang khusus. Jadi, dapat hidup dalam iklim dan
cuaca apapun dalam satu jaman.

Fosil index tiap jaman, jumlahnya bisa lebih dari satu. Misalnya saja jaman
Cretaceous atau Kapur yang memiliki fosil index Inoceramus sp. dan Coeloptychium
rude.

93
STRATIGRAFI

Hal ini karena Bumi kita juga mengalami sebuah pergerakan atau perubahan,
misalnya saja pergerakan lapisan batuan ataupun lempeng- lempeng Bumi. Bisa
dikatakan bahwa skala waktu geologi merupakan sebuah penanggalan yang
digunakan untuk mempelajari sejarah mengenai Bumi. Periode waktu yang
digunakan pun bukan lagi tahun ataupun abad, namun jutaan tahun. Skala waktu
geologi yang digunakan untuk menentukan umur Bumi dan mengaitkan berbagai
peristiwa dalam sejarah Bumi ada dua jenis, yaitu Skala Waktu Relatif dan Skala
Waktu Absolut. Penjelasan mengenai masing- masing skala waktu geologi adalah
sebagai berikut:

1. Skala Waktu Relatif

Skala waktu relatif merupakan skala waktu yang digunakan berdasarkan atas
urutan lapisan- lapisan batuan beserta dengan evolusi kehidupan organisme di masa
lalu. Skala ini terbentuk atas dasar peristiwa- peristiwa yang terjadi dalam
perkembangan ilmu geologi itu sendiri. Skala waktu relatif dikembangkan pertama
kalinya pada abad ke 18 hingga abad 19 di Eropa. Berdasarkan skala waktu relatif ini,
Bumi dikelompokkan menjadi Eon (Masa), Eon dibagi menjadi Era (kurun), Era
dibagi kedalam Period (zaman), dan Period dibagi menjadi Epoch (Kala). Dengan
demikian nama- nama seperti Paleozoikum atau Kenozoikum adalah nama- nama
yang memiliki arti tertentu, bukan asal kata saja. Dalam hal ini fosil dari makhluk
purba dipakai sebagai dasar dari skala waktu geologi. Nama- nama dari semua Eon
atau kurun dan juga Era atau masa diakhiri dengan kata zoikum, hal ini karena pada
kisaran waktu tersebut sangat kenal kehidupan binatangnya.

2. Skala Waktu Absolut (Radiometrik)

Skala waktu yang berikutnya adalah skala waktu absolut atau radiometrik
yang merupakan skla yang ditentukan berdasarkan pelarikan radioaktif dari unsur-

94
unsur kimia yang terkandung dalam berbagai jenis-jenis batuan. Skala waktu absolut
atau

STRATIGRAFI

radiometrik ini berkembang dari ilmu pengetahuan fisika yang diterapkan untuk
menjawab permasalahan- permasalahan yang timbul dalam bidang geologi.
Penentuan umur batuan dalam ribuan, jutaan bahkan milyaran tahun dapat
dimungkinkan setelah ditemukan unsur radiokatif. Para ahli geologi atau imuwan
menggunakan mineral yang secar alamiah mengandung unsur radioaktif dan dapat
dipakai untuk menghitung umur secara absolut dalam ukuran tahun sebuah batuan.
Itulah kedua jenis skala wakti geologi yang dapat digunakan, dari uraian diatas
terlihat bahwa metode atau dasar pijak yang dipakai kedua skala berbeda- beda.
Berdasarkan uraian jenis- jenis skala diatas, kita mengetahui bahwa ada dua cara
menentukan umur Bumi. Adapun cara penentuan ini adalah sebagai berikut:

 Menggunakan fosil dari makhluk purba. Hal ini digunakan sebagai dasar
pengukuran dari skala waktu relatif yang mengandalkan fosil- fosil dari
makhluk purba baik binatang maupun bakteri.
 Menggunakan isotop radioaktif yang merupakan kandungan kimia yang
terdapat dalam batuan. Penentuan berdasarkan isotop ini dinilai memiliki
tingkat kesalahan yang relatif sangat kecil.

Itulah dua cara yang digunakan dalam menentukan umur Bumi. Kedua skala tersebut
menggunakan metode yang berbeda. Dibawah ini disajikan tabel mengenai skala
relatif dan skala radioaktif.

95
STRATIGRAFI

GAMBAR 6.6 Skala relative dan Radioaktif

Penentuan Umur

Umur geologi terbagi menjadi 2, yaitu umur relatif dan umur absolut. Umur
relatif ialah umur yang ditentukan berdasarkan posisi batuan atau fosil relatif terhadap
posisi batuan atau fosil di sekitarnya. Dengan kata lain, umur relatif tidak
menunjukkan angka, tetapi pernyataan bahwa tentang mana yang lebih tua dan mana
yang lebih muda berdasarkan proses pembentukannya. Umur absolut ialah umur yang

96
ditunjukkan dengan suatu angka yang diperoleh dari pengukuran radioaktif. Jadi,
umur absolut ini langsung menunjukkan angka umurnya sehingga dapat diketahui
pada jaman apa

STRATIGRAFI

batuan tersebut terbentuk. Material yang dapat diukur antara lain ialah sedimen, fosil,
batuan beku, benda arkeologi dan tumbuhan seperti yang terdapat pada gambar
berikut:

GAMBAR 6.6 Contoh material yang dapat diukur umurnya. Fosil tumbuhan (kiri),
sedimen (tengah) dan benda arkeologi (kanan).

Tiap material tersebut dapat diukur umur relatif maupun umur absolutnya,
tergantung pada keperluan penelitian yang dilakukan. Untuk mengetahui urutan

97
proses pembentukannya, lebih efisien menggunakan umur relatif. Tetapi, jika ingin
mengetahui kapan material tersebut terbentuk, lebih efektif menggunakan umur
absolut. Penentuan umur relatif dapat ditentukan melalui prinsip superposisi, fosil
suksesi, potong memotong, dan prinsip kesebandingan.

STRATIGRAFI

Prinsip superposisi menjelaskan bahwa lapisan batuan yang berada di bawah,


dalam kondisi normal (tidak terdeformasi) lebih tua daripada lapisan di atasnya. Fosil
suksesi merupakan analisa kesejajaran fosil atau disebut juga biostratigrafi.
Berdasarkan prinsip ini, lapisan yang mengandung fosil yang sejenis, memiliki
rentang umur yang sama. Dalam Prinsip potong memotong, lapisan yang memotong
lebih tua daripada lapisan yang dipotongnya. Lalu, prinsip kesebandingan ialah
membandingkan bentuk, misalnya fosil yang memiliki sutura sederhana lebih tua
daripada fosil yang suturanya lebih kompleks. Untuk menentukan umur absolut,
terdapat dua metode, yaitu:

I. Metode menghitung, contohnya ialah menghitung lingkaran tahunan, jumlah


endapan atau sutura fosil, dan sclerochronology (menghitung lapisan dari
pertumbuhan organisme seperti koral, kerang-kerangan, atau kayu yang
membatu).

II. Metode isotop, misalnya ialah radiokarbon atau C-14, kosmogenik (Cl-36,
Be-10, He-3, Al-26), atau Uranium series disequilibrium. Khusus untuk daun,
metode yang cocok ialah radiokarbon karena metode yang lain kesalahannya
terlalu besar untuk penentuan umur absolut daun.

6.4 Ketidak Selarasan

Ketidakselarasan adalah permukaan erosi atau non-deposisi yang memisahkan


lapisan yang lebih muda dari yang lebih tua dan menggambarkan suatu rumpang
waktu yang signifikan. Ketidakselarasan digolongkan berdasarkan hubungan struktur

98
antar batuan yang ditumpangi dan yang menumpangi. Ia menjelaskan rumpang pada
sikuen stratigrafi, yang merekam periode waktu yang tidak terlukiskan di kolom
stratigrafi. Ketidakselarasan juga merekam perubahan penting pada satu lingkungan,
mulai dari

STRATIGRAFI

proses pengendapan menjadi non-deposisi dan/atau erosi, yang umumnya


menggambarkan satu kejadian tektonik yang penting. Pengenalan dan pemetaan
sebuah ketidakselarasan merupakan langkah awal untuk memahami sejarah geologi
suatu cekungan atau provinsi geologi. Ketidakselarasan diketahui dari singkapan, data
sumur, dan data seismik yang digunakan sebagai batas sikuen pengendapan.

GAMBAR 6.7 Tipe-tipe Ketidakselarasan

1. Non-conformity

99
Non-conformity Adalah fenomena adanya lapisan batuan beku/metamorf yang
dibawah lapisan sedimen atau Ketidakselarasan yang terjadi ketika batuan sedimen
menumpang di atas batuan kristalin (batuan metamof atau batuan beku).

STRATIGRAFI

GAMBAR 6.8 Non-conformity

2. Angular unconformity (ketidakselarasan menyudut)

Angular unconformity Adalah fenomena dimana beberapa lapisan sedimen memiliki


perbedaan sudut yang tajam dengan lapisan di atasnya (ketidakselarasan menyudut)
atau Ketidakselarasan dimana lapisan yang lebih tua memiliki kemiringan yang
berbeda (umumnya lebih curam) dibandingkan dengan lapisan yang lebih muda.
Hubungan ini merupakan tanda yang paling jelas dari sebuah rumpang, karena ia
mengimplikasikan lapisan yang lebih tua terdeformasi dan terpancung oleh erosi
sebelum lapisan yang lebih muda diendapkan.

100
GAMBAR 6.9 Angular Unconformity

STRATIGRAFI

3. Disconformity

Disconformity Adalah hubungan antara lapisan batuan sedimen yang


dipisahkan oleh bidang erosi. Fenomena ini terjadi karena sedimentasi terhenti
beberapa waktu dan mengakibatkan lapisan paling atas tererosi sehingga
menimbulkan lapisan kasar atau Ketidakselarasan dimana lapisan yang berada di
bagian atas dan bawah sejajar, namun terdapat bidang erosi yang memisahkan
keduanya (umumnya berbentuk tidak rata dan tidak teratur).

GAMBAR 6.10 Disconformity

101
4. Paraconformity

Paraconformity Adalah hubungan antara dua lapisan sedimen yang bidang


ketidakselarasannya sejajar dengan perlapisan sedimen. Pada kasus ini sangat sulit
sekali melihat batas ketidakselarasannya karena tidak ada batas bidang erosi. Cara
yang digunakan untuk melihat keganjilan antara lapisan tersebut adalah dengan
melihat fosil di tiap lapisan. Karena setiap sedimen memiliki umur yang berbeda dan
fosil yang terkubur di dalamnya pasti berbeda jenis.

STRATIGRAFI

GAMBAR 6.11 Paraconformity

102
BAB VII

STRUKTUR GEOLOGI
7.1 Pengertian Umum

Struktur geologi adalah suatu kegiatan yang mempelajari tentang bentuk-


bentuk Arsitektonik dari bumi yang disebabkan karena adanya proses endogen.
Akibat proses endogen tersebut maka permukaan bumi, termasuk yang ada di dalam
atupun yang ada diluar permukaan bumi juga akan berubah. Ilmu yang mempelajari
tentang hal ini disebut Geologi Struktur. Geologi struktur adalah bagian dari ilmu
geologi yang mempelajari tentang bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses
deformasi. Adapun deformasi batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada
batuan sebagai akibat dari gaya yang bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian
geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan
sebagai bagian dari kerak bumi serta menjelaskan proses pembentukannya. Beberapa
kalangan berpendapat bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai
unsur-unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture), patahan
(fault), dan sebagainya yang merupakan bagian dari satuan tektonik (tectonic unit),
sedangkan tektonik dan geotektonik dianggap sebagai suatu studi dengan skala yang
lebih besar, yang mempelajari obyek-obyek geologi seperti cekungan sedimentasi,
rangkaian pegunungan, lantai samudera, dan sebagainya.

103
Secara geometri, unsur struktur geologi dianggap sebagai bidang-bidang dan
garis-garis. Garis atau bidang tidak selalu merupakan bidang batas dari suatu batuan,
tetapi merupakan unsur yang mewakili batuan atau satuan batuan. Dalam prinsip
geometri, suatu bidang atau garis adalah unsur yang mempunyai kedudukan atau
orientasi yang pasti di dalam ruang dan hubungan antara satu dan lainnya dapat
dideskripsikan. Dalam hal ini, suatu bidang atau garis harus mempunyai komponen
kedudukan yang pada umumnya dinyatakan dalam koordinat grafis, arah (bearing
atau

STRUKTUR GEOLOGI

azimuth), dan kecondongan (inclination). Secara geometris, unsur struktur geologi


dapat dibedakan menjadi:

 Struktur bidang (planar), misalnya: bidang perlapisan, bidang foliasi, bidang


rekahan, bidang sesar, bidang belahan (cleavage).

 Struktur garis (linear), misalnya: lineasi mineral, sumbu lipatan, gores garis
(striation).

Peta Topografi

Peta topografi adalah peta yang menggambarkan relief permukaan bumi


dengan menggunakan garis kontur. Peta topografi umumnya berskala besar dan
menyajikan obyek dengan tingkat detail relatif tinggi. Sebuah survei topografis
umumnya dipetakan menjadi peta topografi dalam bentuk peta berseri. Sebuah seri
peta topografi terdiri dari beberapa peta yang menggambarkan wilayah yang
berdekatan. Karena peta topografi merupakan peta khusus yang dibuat hanya untuk
menunjukkan ketinggian dan rupa bumi dari suatu wilayah, peta topografi memiliki
karakteristik yang berbeda dengan peta lainnya. Selain memiliki komponen peta pada

104
umumnya seperti skala, koordinat, inset, dan proyeksi, peta topografi juga memiliki
karakteristik khusus yaitu:

1. Tidak Memiliki Overlay Informasi Lain

Peta topografi, berbeda dengan peta chloropleth, tidak memiliki overlay


informasi lain selain ketinggian. Meskipun begitu, di Indonesia, Badan Informasi
Geospasial (BIG) memproduksi peta topografi yang disertai dengan data tata guna
lahan, yaitu peta RBI.

STRUKTUR GEOLOGI

2. Memiliki Skala Besar

Peta topografi umumnya memiliki skala besar. Hal ini terjadi karena
diperlukan penggambaran yang akurat terhadap garis-garis kontur yang ada pada
peta. Jika peta topografi yang di print berskala kecil, dikhawatirkan garis kontur yang
ada akan memiliki interval kontur terlalu besar, sehingga kurang akurat terhadap
medan.

3. Memiliki Garis Kontur, Interval Kontur, dan Indeks Kontur

Peta topografi selalu menggunakan garis kontur, interval kontur, dan indeks kontur
dalam menyampaikan informasi. Ketiga simbol ini berguna untuk memberikan
informasi mengenai ketinggian suatu lokasi. Ketiga simbol ini juga sebenarnya
menjadi kelemahan dari peta topografi. Tidak semua orang dapat membaca simbol-
simbol yang digunakan, oleh karena itu, dibutuhkan kemampuan khusus untuk
membaca dan memanfaatkan peta topografi.

105
4. Berfungsi untuk menyajikan informasi mengenai ketinggian dan
perbedaan ketinggian

Peta topografi selalu bertujuan untuk menggambarkan informasi ketinggian


serta perbedaan ketinggian antar lokasi. Informasi ini akan dapat digunakan untuk
menginterpretasikan relief serta bentukan topografi dari suatu lokasi. Indonesia dan
badan pemetaannya yaitu BIG (Badan Informasi Geospasial) membuat peta topografi
dengan informasi tata guna lahan. Peta ini dinamai sebagai peta RBI (Rupa Bumi
Indonesia) dan merupakan salah satu peta dasar yang digunakan dalam perencanaan,
ekspedisi, dan aktivitas navigasi lainnya.

STRUKTUR GEOLOGI

Garis Kontur

Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik – titik yang mempunyai
ketinggian yang sama dari suatu datum / bidang acuan tertentu.

106
GAMBAR 7.1 Contoh Garis kontur dan representasinya. Seitan garis merupakan
titik – titik yang mempunyai ketinggian sama.

Sifat-sifat Garis Kontur

Garis mempunyai sifat – sifat sebagai berikut :

 Berbentuk kurva tertutup.

 Tidak bercabang.

 Tidak berpotongan.

 Menjorok ke arah hulu jika melewati sungai.

 Menjorok ke arah jalan menurun jika melewati permukaan jalan.

 Tidak tergambar jika melewati bangunan.

 Garis kontur yang rapat menunjukan keadaan permukaan tanah yang terjal.

 Garis kontur yang jarang menunjukan keadaan permukaan yang landau

STRUKTUR GEOLOGI

 Penyajian interval garis kontur tergantung pada skala peta yang disajikan, jika
datar maka interval garis kontur tergantung pada skala peta yang disajikan,
jika datar maka interval garis kontur adalah 1/1000 dikalikan dengan nilai
skala peta , jika berbukit maka interval garis kontur adalah 1/500 dikalikan
dengan nilai skala peta dan jika bergunung maka interval garis kontur adalah
1/200 dikalikan dengan nilai skala peta.

107
 Penyajian indeks garis kontur pada daerah datar adalah setiap selisih 3 garis
kontur, pada daerah berbukit setiap selisih 4 garis kontur sedangkan pada
daerah bergunung setiap selisih 5 garis kontur.

 Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu..

 Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih
tinggi.

 Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan punggungan


gunung.

 Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" menandakan suatu


lembah/jurang

Komponen Peta

1. Judul Peta

Judul merupakan kata yang melambangkan isi. Baik di dalam artikel maupun
berita, seseorang akan membaca judul terlebih dahulu. Demikian halnya dengan peta.
Judul peta memuat isi peta. Judul peta juga menginformasikan isi pada peta. Sebelum
membaca peta, biasanya seseorang akan membaca judulnya terlebih dahulu. Ada dua
peletakan judul peta. Yang pertama ada di tengah atas peta, atau di bagian bawah
pada peta.

STRUKTUR GEOLOGI

2. Garis Tepi

108
Garis tepi juga dinamakan dengan border. Garis tepi atau border merupakan
garis- garis yang terletak di bagian tepi peta. Ujung- ujung tiap garis bertemu dengan
ujung garis yang berdekatan. Garis tepi atau border ini biasanya dibuat tebal dan juga
rangkap dua.

3. Skala Peta

Skala peta, pasti kita tidak asing lagi dengan yang satu ini. Skala peta
merupakan sebuah bagian dari peta yang menunjukkan sebuah ukuran perbandingan.
Skala peta adalah perbandingan jarak antara yang tercantum di peta dengan jarak
yang sebenarnya. Mengapa dibutuhkan skala peta? Karena semua jenis peta yang ada
pada dasarnya adalah hasil pengecilan dari sebuah wilayah yang ada di permukaan
Bumi. Bedanya, bumi yang bulat dilukiskan dalam bidang datar. Proses pengecilan
ini tentu saja akan menghasilkan perbandingan antara kenyataan bentuk yang ada di
muka bumi dengan gambar yang dihasilkan. Nah, angka tersebut lah yang disebut
dengan istilah skala. Perlu kita ketahui bersama bahwa skala merupakan faktor yang
sangat penting di dalam sebuah peta. Melalui pengamatan skala, kita dapat
membayangkan luas wilayah maupun jarak antara dua tempat yang sesungguhnya di
permukaan Bumi. Dalam penulisan skala peta ada beberapa macam. Macam- macam
penulisan skala peta ini antara lain sebagai berikut:

 Skala Pecahan atau skala numerik

Skala pecahan atau skala numerik merupakan skala peta yang dinyatakan dalam
bentuk pecahan atau angka perbandingan. Contohnya adalah skala peta 1: 20.000.
Skala yang semacam ini dapat diinterpretasikan atau diterjemahkan dengan 1 cm pada
peta mewakili 20.000 cm pada jarak yang sesungguhnya atau jarak di lapangan
20.000 cm adalah 0,2 km.

STRUKTUR GEOLOGI

109
 dapat ala merupakan faktor yang sangat penting di dalam sebuah peta. melalui
mi dengan gambar yang dihasiskala garis atau skala Grafis

skala garis atau skala grafis merupakan skala yang dinyatakan dalam bentuk
sebuah ruas garis bilangan atau batang pengukur. Skala garis ini merupakan skala
yang lebih jarang digunakan daripada skala numerik atau pecahan.

 Skala kata atau skala verbal

Jenis skala yang ketiga adalah skala kata atau yang disebut juga dengan skala
verbal. Skala kata atau skala verbal ini merupakan skala yang dinyatakan dalam
bentuk kalimat lengkap. Contoh dari skala verbal atau skala kata ini adalah 1
sentimeter pada peta berbanding dengan 500 meter di muka bumi. Apabila kita telaah
lebih jauh, maka skala kata atau skala verbal ini merupakan interpretasi skala numerik
atau angka yang kita jelaskan tadi. Dibandingkan dengan skala pecahan atau numerik,
skala verbal atau kata ini lebih jarang digunakan.

4. Orientasi atau Arah Mata Angin

Yang selalu ada pada peta dan tidak boleh dilupakan, meskipun kita sudah
hafal adalah orientasi atau arah mata angin. Arah mata angin akan mempertegas
keyakinan kita akan arah sehingga kita akan semakin mudah untuk memahami arah
dalam membaca peta. Gambar arah mata angin dalam peta ada berbagai macam
bentuk. Ada yang digambar lengkap dengan 8 sudut atau anak panah, ada pula yang
hanya empat anak panah atau empat arah pokok (timur, selatan, barat, dan utara),
bahkan ada yang hanya satu arah saja, yakni arah utara. Apapun bentuk dari mata
angin tersebut, semuanya sangat membantu pembaca untuk dapat memahami lebih
jelas mengenai isi dari peta.

STRUKTUR GEOLOGI

110
5. Garis Astronomis

Dalam peta, kita pasti melihat ada garis- garis yang melintang dan juga membujur di
atas pulau- pulau atau wilayah yang ada di peta. Garis- garis tipis yang melintang dan
membujur tersebut dinamakan sebagai garis astronomis. Garis astronomis merupakan
garis khayal yang dibuat dan digunakan dalam rangka mempermudaj menentukan
posisi suatu tempat di muka bumi. Garis astronomis ini dinyatakan dalam bentuk
garis lintang dan juga. Garis lintang atau latitude merupakan garis khayal yang
melingkari Bumi dengan arah horizontal. Sementara garis bujur atau longitude atau
garis meridian adalah garis khayal yang melingkari Bumi secara vertical yang
membujur dan menghubungkan kutub utara dengan kutub selatan. Garis- garis
astronomis ini meski merupakan garis khayal, namun mempunyai fungsi yang sangat
banyak. Garis lintang mempunyai fungsi banyak sekali, terutama untuk menentukan
daerah musim. Sementara garis bujur sangat berfungsi untuk menentukan letak
daerah waktu atau sebagai penentu waktu di suatu daerah atau tempat.

6. Lettering atau Tata Penulisan

Lettering atau tata penulisan merupakan salah satu bagian dari peta. Tidak
hanya peta, bahkan di berbagai objek bergambar, keberadaan tulisan memanglah
sangat penting. Tata penulisan pada peta ini mempunyai aturan tersendiri yang
membedakan objek- objek geografi yang ditampilkan pada peta. Dalam pembuatan
peta, ada empat tata penulisan yang harus diperhatikan. Keempat tata penulisan
tersebut antara lain sebagai berikut:

 Nama- nama ibu kota, negara, benua dan pegunungan harus ditulis dengan
huruf kapital tegak.

 Nama- nama samudera, teluk yang luas, laut dan juga selat yang luas harus
ditulis dengan huruf kapital miring.

STRUKTUR GEOLOGI

111
 Nama- nama kota kecil dan gunung harus ditulis dengan huruf kecil tegak.
Awal nama kota dan gunung harus ditulis dengan huruf besar.

 Nama- nama sungai, danau, selat yang sempit, dan teluk yang sempit harus
ditulis dengan huruf kecil miring..

7. Warna

Unsur- unsur dari peta yang lainnya yang juga perlu untuk diperhatikan adalah
warna. Warna tidak hanya bergfungsi untuk mempercantik tampilan saja. Namun
pada peta, warna juga mempunyai peranan yang sangat penting. Hal ini karena warna
warna menyimpan berbagai macam informasi yang berkaitan dengan permukaan
lokasi yang digambarkan pada peta. Warna- warna yang ada di dalam peta tersebut
antara lain sebagai berikut:

 Warna hitam

Di dalam peta, warna hitam merupakan warna yang digunakan untuk


menunjukkan batas administrasi, lettering maupun detail mengenai penghunian. Jadi
warna hitam ini merupakan warna yang menunjukkan sebuah batas.

 Warna biru

Kemudian ada warna biru. Warna biru di dalam peta digunakan untuk
menunjukkan tubuh air, seperti sungai, danau, waduk, maupu laut. Sementara itu di
peta kita seringkali mendapati warna biru dengan berbagai macam degradasi. Nah
degradasi warna biru tersebut menunjukkan tingkat kedalaman dari tubuh air tersebut.
Warna biru yang semakin tua menunjukkan kedalaman yang lebih. Jadi antara
perairan yang mempunyai warna biru tua dengan perairan yang warnanya biru muda,
lebih dalam yang berwarna biru tua.

STRUKTUR GEOLOGI

112
 Warna hijau

Selanjutnya adalah warna hijau. Biasanya warna hijau adalah warna yang
menunjukkan tumbuhan. Dan benar saja, di dalam peta, warna hijau ini berhubungan
dengan tumbuh- tumbuhan. Lebih tepatnya, warna hijau di peta menunjukkan dataran
rendah, vegetasi atau tumbuhan serta hutan (baca: hutan lindung).

 Warna merah

Di dalam pembuatan peta, kita juga menggunakan warna merah. Warna merah
di dalam peta menunjukkan keberadaan jalan raya, atau untuk menunjukkan letak
kota ataupun ibu kota.

 Warna coklatskala ss

Dan yang terakhir adalah warna coklat. Di dalam pembuatan peta kita juga
menggunakan warna coklat. Warna coklat di dalam peta ini digunakan untuk
menunjukkan daerah yang mempunyai kemiringan lereng yang sangat besar atau
sangat curam. Sebagai contoh adalah dataran tinggi atau daerah pegunungan.

8. Simbol

Simbol merupakan tanda konvensional yang terdapat di dalam peta untuk


mewakili keadaan sebenarnya ada di lapangan atau kenyataannya. Dalam pembuatan
peta, pemberian atau pembuatan simbol tidak boleh sembarangan. Setidaknya ada
beberapa syarat untuk dapat membuat simbol yang baik, beberapa syarat tersebut
antara lain sebagai berikut:

STRUKTUR GEOLOGI

113
 Kecil

Simbol pada peta haruslah dibuat kecil. Hal ini bertujuan agar simbol tidak
terlalu memerlukan ruang pada peta, sehingga tidak akan memakan tempat dan
membuat peta menjadi terlihat penuh.

 Sederhana

Simbol pada peta juga harus dibuat sederhana, hal ini bertujuan agar simbol
tersebut mudah untuk digambar.

 jelas

 contoh adalah dataran tinggi atau daerah pegunungan.miringan a uk


menunjukkan letak kota atau Allah lebih dalam yang berwarna bi

Sifat yang paling penting yang dimiliki oleh simbol adalah, simbol harus jelas. Hal
ini bertujuan agar tidak menimbulkan salah tafsir atau salah arti oleh pembaca. Jenis-
jenis simbol yang ada di peta mempunyai fungsinya masing- masing. Beberapa jenis
simbol pada peta antara lain sebagai berikut:

 Simbol titik atau simbol dot

Jenis simbol yang pertama adalah simbol titik atau simbol dot. Simbol titik
atau simbol dot merupakan simbol yang digunakan untuk menyatakan posisi atau
lokasi suatu tempat. Simbol titik atau simbol dot ini dapat berupa simbol pictorial
atau gambar maupun simbol huruf.

STRUKTUR GEOLOGI

114
 Simbol garis

Jenis simbol yang kedua adalah simbol garis. Simbol garis merupakan simbol
yang digunakan untuk menggambarkan batas- batas administrasi, jalan, maupun
sungai. Simbol ini dapat berupa garis bersambung maupun putus- putus, dan juga
garis tipis maupun tebal. Biasanya, simbol garis ini digunakan untuk menyatakan
batas- batas wilayah, maupun sungai.

 Simbol luas

Jenis simbol yang ketiga adalah simbol luas. Simbol luas ini merupakan
simbol yang digunakan untuk menyatakan tempat- tempat dengan luas tertentu.

9. Legenda

Di dalam peta, pasti kita bertemu dengan legenda. Di peta, biasanya legenda
ini biasanya dituliskan dalam kotakan di sebelah pojok. Legenda juga disebut dengan
keterangan. Yang sebenarnya, peta merupakan sebuah informasi mengenai suatu
tempat yang ditulis sederhana dengan berbagai bentuk simbol. Maka untuk
membacanya diperlukan keterangan. Nah, keterangan- keterangan mengenai peta dan
apa saja yang ada di dalamnya inilah yang disebut dengan legenda. Legenda ini pada
umumnya ditulis ringkas di dalam sebuah kotak yang diletakkan di pojok bawa.
Namun tidak semua peta meletakkan legenda di pojok bawah. Legenda juga bisa
diletakkan di tempat- tempat lain yang sekiranya tidak mengganggu kenampakan peta
sehingga membuat peta tersebut tetap terlihat menarik.

10. Sumber dan Tahun Pembuatan Peta

Dalam membuat peta, hal wajib yang harus dicantumkan adalah sumber dan tahun
pembuatan peta. Sumber dan tahun pembuatan peta merupakan komponen yang
sangat

115
STRUKTUR GEOLOGI

penting dalam pembuatan peta. Maka dari itulah, sangat penting bagi kita untuk
memperhatikan sumber serta tahun pembuatan peta apabila ingin mendapatkan peta
yang terpercaya. Mengapa hal tersebut harus dilakukan? Karena sumber serta tahun
pembuatan peta ini menunjukkan data- data yang digunakan dalam pemetaan,
sehingga akan memberikan kepastian informasi yang disajikan adalah informasi yang
akurat.tahun pembuatan peta menunjukkan kapan peta tersebut di buat. Jika kita
membutuhkan peta untuk kegiatan tertentu, maka pilihlah peta dengan tahun
pembuatan yang paling baru. Hal ini karena peta yang paling baru tersebut akan
menyajikan berbagai informasi yang up to date, sehingga sesuai dengan keadaan
sekarang.

11. Inset Peta

Komponen dari peta yang selanjutnya adalah inset peta. Inset peta merupakan
komponen pada peta yang digunakan untuk memperjelas posisi suatu wilayah yang
ada di peta. Inset peta ini terdiri atas dua jenis, yakni inset lokasi dan juga inset
pembesaran. Keterangan lebih lanjut mengenai inset lokasi dan inset pembesaran
adalah sebagai berikut:

 Inset lokasi

Inset lokasi pda peta digunakan untuk memberikan gambaran secara global wilayah
di sekitar daerah yang dipetakan. Sebagai contoh adalah peta Provinsi Riau
memerlukan inset peta sumatera atau Indonesia.

 Inset inset peta. inset jikan berbagai informasi yang up to date, sehingga
sesuai dengan keadaan seapembesaran

Inset pembesaran merupakan inset yang digunakan untuk menggambarkan wilayah


yang kecil.

116
STRUKTUR GEOLOGI
7.2 Macam-macam Struktur Geologi

I. STRUKTUR KEKAR (JOINT)

GAMBAR 7.2 STRUKTUR KEKAR (JOINT)

Hampir tidak ada suatu singakapan dimuka bumi ini yang tuidak
memperlihatkan gejala rekahan. Rekahan pada batuan bukan merupakan gejala yang
kebetulan. Umumnya hal ini terjadi akibat hasil kekandasan akibat tegangan (stress),
karena itu rekahan akan mempunyai sifat-sifat yang menuruti hukum fisika.

Kekar adalah Struktur rekahan dalam blok batuan dimana tidak ada atau
sedikit sekali mengalami pergeseran (hanya retak saja), umumnya terisi oleh sedimen
setelah beberapa lama terjadinya rekahan tersebut. Rekahan atau struktur kekar dapat
terjadi pada batuan beku dan batuan sedimen. Pada batuan beku, kekar terjadi karena
pembekuan magma dengan sangat cepat (secara mendadak). Dalam batuan sedimen
umunya kekar juga dapat terbentuk mulai dari saat pengendapan atau segera
terbentuk setelah pengendapannnya.dimana sedimen tersebut masih sedang mengeras.
Pada batuan sedimen, Kekar terjadi karena intrusi/ekstrusi dan pengaruh iklim.

STRUKTUR GEOLOGI

117
Rekahan adalah sebutan untuk struktur rekahan dalam batuan dimana tidak
ada atau sedikit sekali mengalami pergeseran. Rekahan yang telah bergeser disebut
sesar. Struktur kekar merupakan gejala yang paling umum dijumpai dan justru
karenanya banyak dipelajari secaras luas. Struktur-struktur ini merupakan struktur
yang palinng sukar untuk dianalisa. Struktur ini banyak dipelajari karena hubunganya
yang erat dengan masalah-masalah :

- Geologi teknik

- Geologi minyak, terutaam dengan masalah cadangan dan produksi

- Geologi pertambangan, baik dalam hal sistem penambangan maupun


pengarahan terhadap bentuk-bentuk mineralisasi, dll.

Umumnya dalam batuan sedimen, kekar dapat terbentuk mulai saat


pengendapan atau terbentuk setelah pengendapannya, dimana sedimen tersebut
sedang mengeras. Struktur kekar dipelajari dengan cara statistic, mengukur dan
mengelompokan dalam bentuk diagram Rosset atau dengan diagram kontur (kutub).

STRUKTUR GEOLOGI

118
II. STRUKTUR SESAR (FAULT)

GAMBAR 7.3 STRUKTUR SESAR (FAULT)

Sesar adalah suatu rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran
sehingga terjadi perpindahan antara bagian-bagian yang berhadapan dengan arah
yang sejajar dengan bidang patahan. Hal ini terjadi apabila blok batuan yang
dipisahkan oleh rekahan telah bergeser sedemikian rupa hingga lapisan batuan
sediment pada blok yang satu terputus atau terpisah dan tidak bersambungan lagi
dengan lapisan sediment pada blok yang lainnya. Ukuran panjang maupun kedalaman
sesar dapat berkisar antara beberapa centimeter saja sampai mencapai ratusan
kilometer.Istilah-istilah penting yang berhubungan dengan gejala sesar antara lain :

STRUKTUR GEOLOGI

1. Bidang Sesar

119
Merupakan bidang rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran.

2. Bagian-bagian yang tersesarkan (tergeser)

a. Hanging Wall (Atap sesar)

Adalah bongkahan patahan yang berada dibagian atas bidang sesar.

b. Foot Wall (Alas sesar)

Adalah bongkahan patahan yang berada dibagian bawah bidang sesar.

3. Throw dan Heave

a. Throw, adalah jarak yang memisahkan lapisan atau vein yang terpatahkan yang
diukur pada sesar dalam bidang tegak lurus padanya.

b. Heave, adalah jarak horizontal yang diukur normal (tegak lurus) pada sesar yang
memisahkan bagian-bagian dari lapisan yang terpatahkan.

Berdasarkan pada sifat geraknya, sesar dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :

1. Sesar Normal (Gravity Fault), yaitu gerak elative Hanging Wall turun
terhadap Foot Wall. Disebut juga sebagai Sesar Turun.

2. Sesar Naik (Reverse Fault), yaitu gerak relatif Hanging Wall naik terhadap
Foot Wall. Posisi Hanging Wall lebih tinggi daripada Foot Wall. Namun
jika Hanging Wall bergeser naik hingga menutupi Foot Wall, maka sesar
tersebut.

STRUKTUR GEOLOGI

3. Thrust Fault, yaitu bergantung pada kuat stress horizontal dan dip
(kemiringan bidang sesar).

120
4. Sesar Mendatar (Horizontal Fault), yaitu gerak relative mendatar pada
bagian-bagian yang tersesarkan. Hanging Wall dan Foot Wall bergeser Horizontal
yang diakibatkan oleh kerja shear stress.

Disamping itu juga terdapat sesar-sesar yang lain ,diantaranya :

a. Strike Dip Fault, yaitu kombinasi antara sesar turun dan sesar horizontal

b. Hing Fault, yaitu Sesar Rotasional

III. LIPATAN (FOLDING)

GAMBAR 7.4 Lipatan

Lipatan adalah perubahan bentuk dan volume pada batuan yang ditunjukkan
oleh lengkungan atau melipatnya batuan tersebut akibat pengaruh suatu tegangan
(gaya) yang bekerja pada batuan tersebut yang umunya refleksi perlengkungannya
ditunjukkan oleh perlapisan pada batuan sedimen serta bisa juga pada foliasi batuan
metamorf . Secara umum,jenis-jenis lipatanyang terpenting adalah sebagai berikut :

STRUKTUR GEOLOGI

1. Antiklin, yaitu lipatan yang kedua sayapnya mempunyai arah kemiringan yang
saling berlawanan.

121
2. Sinklin, yaitu lipatan yang kedua sayapnya mempunyai arah kemiringan yang
menuju ke satu arah yang sama.

Beberapa defenisi tentang lipatan :

a. Sayap Lipatan, yaitu bagian sebelah menyebelah dari sisi lipatan

b. Puncak Lipatan, yaitu titik atau garis yang tertinggi dari sebuah lipatan

c. Bidang Sumbu Lipatan, yaitu suatu bidang yang memotong


lipatan,membagi sama besar sudut yang dibentuk oleh lipatan tersebut.

d. Garis Sumbu Lipatan, yaitu perpotongan antara bidang sumbu dengan


bidang horizontal.

e. Jurus (Strike), yaitu arah dari garis horizontal dan merupakan perpotongan
antara bidang yang bersangkutan dengan bidang horizontal.

f. Kemiringan (Dip), yaitu sudut kemiringan yang tersebar dan dibentuk oleh
suatu bidang miring dengan bidang horizontal dan diukur dengan tegak
lurus dengannya.

DAFTAR PUSTAKA

122

Anda mungkin juga menyukai