Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH GEOGRAFI FISIK

“LITOSTER”

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Geografi Fisik

Oleh Dosen Pengampu : Andri Noor Ardiansyah, M.Si

Disusun Oleh Kelompok 1 ( Kelas 2A )

Syahirul Basith (11220150000002)

Alifiah Fitrah Ayunda (11220150000004)

Ilham Ramadhan (11220150000007)

Oktavia Anandha (11220150000010)

Nadya Khoirun Nisa (11220150000020)

Silvi Rosmawita Anggaraini (11220150000023)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN


PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2023

I
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dari awal hingga akhir. Sholawat serta salam
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya
hingga akhir zaman. Dengan rahmat dan hidayah Allah SWT kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul“Litosfer”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok
mata kuliah Geografi Fisik oleh dosen pengampu yaitu Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si.

Kami menyadari sepenuhnya, bahwasanya makalah ini terselesaikan bukan semata-


mata hasil kerja keras kami sendiri, akan tetapi dukungan dari berbagai pihak, khususnya dari
para dosen maupun teman-teman kami yang telah mendorong kami untuk segera
menyelesaikan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
berbagai pihak, khususnya :

1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan sehingga kami dapat


menyelesaikan makalah ini dengan baik.

2. Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si., selaku dosen pengampu pada mata
kuliah Geografi Fisik yang telah membimbing dan memberikan masukan
hingga terselesaikannya makalah ini.

3. Orang tua yang senantiasa mendo’akan kami, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan tepat waktu.

4. Seluruh rekan kelas 2A program studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial


yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak. Atas semua bantuan, dukungan,
dan dorongannya, saya mengucapkan terima kasih.

Jakarta, 2 Mei 2023

Penulis

Kelompok 1

II
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................................. I

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... II

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5

1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 5

1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................................................ 5

1.5 Metode Penulisan ............................................................................................................. 6

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................

2.1 Pengertian Litosfer dan Ilmu Penunjang Litosfer ............................................................ 7

2.2 Pembahasan Geologi ( Geologi Struktural ) .................................................................... 9

2.3 Pembahasan Batuan ( Formasi Geologi )......................................................................... 20

2.4 Pembahasan Bencana Geologi ( Analisis Geografi Terhadap Geologi ) ......................... 21

2.5 Pembahasan Geomorfologi ( Pembagian Bentukan-Bentukan Geomorfologi ) .............. 24

2.6 Pembahasan Geomorfologi ( Analisis Geografi Terhadap Geomorfologi ) ................... 29

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 31

LAMPIRAN PERTANYAAN.............................................................................................. 32

III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Makhluk hidup di planet bumi tinggal pada lapisan bumi yang keras dan kaku yang
disebut kulit bumi atau litosfer. Litosfer ini terletak paling atas atau paling luar dari bagian
bumi, sehingga sering disebut dengan kerak bumi dan terdiri atas batuan dengan ketebalan
1200 km. yang dimaksud batuan disini bukanlah benda yang keras saja yang dilihat dalam
kehidupan sehari-hari berupa batu, akan tetapi juga dalam bentuk tanah liat, abu gunung
api, pasir, kerikil, dan sebagainya. Bumi tersusun atas beberapa lapisan yaitu: Barisfer
(lapisan inti bumi yang merupakan bahan padat yang tersusun dari lapisan nikel dan besi),
lapisan antara (lapisan yang terdapat di atas barisfer dengan tebal 1700 km), dan lapisan
Litosfer (lapisan paling luar yang terletak di atas lapisan antara dengan ketebalan 1200 km).

Secara harfiah Litosfer artinya “Lapian Batu” (The Stone Sphere). Ahli-ahli
geofisika menggunakan istilah litosfer dalam pengertian yang terbatas yaitu kulitluar bumi
yang tipis, disebut dengan kerak (Crust). Pada lapisan inilah makhluk hidup di planet bumi
tinggal. Litosfer ini terletak paling atas atau paling luar dari bagian bumi, sehingga sering
disebut dengan kerak bumi dan terdiri atas batuan dengan ketebalan 1200 km. Yang
dimaksud batuan disini bukanlah benda yang kerassaja yang dilihat dalam kehidupan
sehari-hari berupa batu, akan tetapi juga dalam bentuk tanah liat, abu gunung api, pasir,
kerikil, dan sebagainya.

Litosfer merupakan lapisan bumi yang merupakan tempat tinggal makhluk hidup,
baik manusia, hewan, dan tumbuhan. Semua aktifitas manusia dilakukan dilapisan ini.
Lapisan litosfer memiliki beragam bentuk, ada yang berupa pegunungan, dataran tinggi,
maupun dataran rendah. Perbedaan ini dipengaruhi oleh faktor alam yaitu tenaga endogen
dan tenaga eksogen. Tenaga endogen dan eksogen ialah tenaga yang membentuk dan
mengubah permukaan bumi ini. Jika tenaga endogen ialah tenaga yang berasal dari dalam
bumi yang memiliki sifat membentuk, maka tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal
dari luar bumi yang sifatnya merusak. Oleh sebab itu, kita perlu mengkaji lebih dalam
mengenai litosfer, mulai dari lapisan bumi, geomagnetisme, proses dalam litosfer,

4
lantai samudera, tektonik lempeng, serta klasifikasi batuan guna menambah wawasan kita
mengenai litosfer yang merupakan bagian dari planet Bumi yang dihuni oleh manusia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, penulis merumuskan masalah


sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan litosfer beserta ilmu penunjangnya?


2. Apa saja yang terdapat didalam geologi struktural, beserta contoh-contohnya!
3. Apa saja yang terdapat didalam batuan?, beserta contoh-contohnya!
4. Apa saja yang terdapat didalam bencana geologi?, beserta analisisnya!
5. Apa saja yang terdapat didalam geomorfologi?, beserta pembagiannya serta
analisisnya!

1.3 Tujuan Penulisan

Dalam hal ini, tujuan penulisan memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Dapat memahami secara jelas definisi lengkap terkait dengan litosfer beserta ilmu-
ilmu penunjangnya.
2. Dapat mendeskripsikan apa saja yang terdapat didalam geologi struktural beserta
contoh-contohnya.
3. Dapat mendeskripsikan apa saja yang terdapat didalam batuan beserta contoh-
contohnya.
4. Dapat mendeskripsikan apa yang terdapat didalam bencana geologi beserta paparan
analisisnya.
6. Dapat mendeskripsikan apa saja yang terdapat didalam geomorfologi beserta
pembagiannya serta analisisnya!

1.4 Manfaat Penulisan

Dalam hal ini, penulisan ini memiliki manfaat sebagai berikut :

5
1. Sebagai sumber bahan referensi bagi mahasiswa untuk menulis makalah
ataupun skripsi tentang kajian fenomena“Litosfer”.

2. Sebagai bahan resume bagi mahasiswa untuk memberikan pelajaran singkat


kepada orang lain mengenai tentang kajian fenomena“Litosfer”.

1.5 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan metode
kajian pustaka yaitu berupa mencari serta mengumpulkan beberapa sumber-sumber
referensi buku, makalah, artikel jurnal dan lain sebagainya, mengenai informasi seputar
kajian fenomena “Litosfer”

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Litosfer dan Ilmu Penunjang Litosfer

A. Pengertian

Secara etimologi, litosfer berasal dari kata “lithos” artinya batuan, dan “sphere”
artinya lapisan. Secara harfiah litosfer adalah lapisan bumi yang paling luar atau biasa
disebut dengan kulit bumi. Litosfer adalah lapisan kerak bumi yang paling atas yang terdiri
dari batuan, umumnya lapisan ini terjadi dari senyawa kimia yang kaya akan SO2 (Sulfur
Dioksida). Itulah sebabnya lapisan litosfer seringkali dinamakan lapisan silikat.

Menurut Klarke dan Washington, batuan atau litosfer di permukaan bumi ini hampir
75% terdiri dari silikon oksida dan aluminium oksida. Terdapat dua tipe litosfer yaitu
diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Litosfer samudra, yang berhubungan dengan kerak samudra dan berada di dasar
samudera, memiliki ketebalan 50-100 km.
2. Litosfer benua, yang berhubungan dengan kerak benua. Kerak benua memiliki
kedalaman 40-200 km.

Litosfer merupakan lapisan bumi paling atas setebal 66 km yang terdiri dari batuan.
Oleh karena itu, litosfer sering diartikan sebagai pembentuk muka bumi yang terdiri dari
batuan dan mineral.

B. Ilmu Penunjang Litosfer

Terdapat 2 ilmu penunjang dalam kajian fenomena litosfer. Adapun beberapa ilmu-ilmu
penunjang dalam kajian fenomena litosfer tersebut diantaranya sebagai berikut :

1. Geologi

Kata Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “geo" yang berarti "bumi" dan
“logos” yang artinya "ilmu". Geologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang
berkenaan dengan gejala yang ada di bumi. Geologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang

7
mempelajari tentang bumi (kulit bumi), baik mengenai susunannya, komposisi, sejarah dan
proses terjadi maupun bentukannya.

Definisi lainnya disebutkan bahwa geologi menurut Noor adalah Ilmu Kebumian
yang mempelajari segala sesuatu mengenai planet bumi beserta isinya yang pernah ada.
Dalam buku Pengantar Geologi disebutkan, geologi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu
diantaranya adalah :

➢ Geologi Fisik

Geologi fisik adalah suatu studi yang mengkhususkan dengan mempelajari sifat-sifat fisik
dari bumi, seperti susunan dan komposisi daripada bahan-bahan yang membentuk bumi,
selaput udara yang mengintari bumi, khususnya bagian yang melekat dan berinteraksi
dengan bumi, kemudian selaput air atau hidrosfer, serta proses-proses yang bekerja di atas
permukaaan bumi yang dipicu oleh energi matahari dan tarikan gaya berat bumi. Proses
yang dimaksud tersebut dapat dijabarkan sebagai pelapukan, pengikisan, pemindahan, dan
pengendapan.

➢ Geologi Dinamis

Geologi dinamis adalah suatu bagian yang mempelajari dan membahas tentang sifat-sifat
dinamika bumi. Sisi ini berhubungan dengan perubahan-perubahan pada bagian bumi yang
diakibatkan oleh gaya-gaya yang dipicu oleh energi yang bersumber dari dalam bumi,
seperti kegiatan magma yang menghasilkan vulkanisme, gerak-gerak litosfer akibat adanya
arus konveksi, gempa bumi dan gerak-gerak pembentukan cekungan pengendapan dan
pegunungan.

2. Geomorfologi

Kata geomorfologi (Geomorphology) berasal bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga kata
yaitu: Geos (earth atau bumi), morphos (shape atau bentuk), logos (knowledge atau ilmu
pengetahuan). Maka geomorfologi adalah pengetahuan tentang bentuk permukaan bumi.
Geomorfologi membicarakan tentang bentuk lahan dan proses yang terjadi di permukaan
bumi termasuk pergerakan material, air, faktor lain yang memicu terjadinya proses
geomorfik.

8
2.2 Pembahasan Geologi ( Geologi Struktural )

1. Kekar ( Fracture )

Kekar adalah suatu struktur retakan atau rekahan yang terbentuk pada batuan akibat suatu
gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara umum
dicirikan oleh yang diantaranya adalah :

1. Pemotongan bidang perlapisan batuan.


2. Biasanya terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa, dan lain
sebagainya.
3. Kenampakan breaksiasi.

Kekar merupakan jenis struktur batuan yang berbentuk bidang pecah. Sifat dari
bidang ini memisahkan batuan menjadi bagian-bagian yang terpisah. Tetapi tidak
mengalami perubahan posisinya. Sehingga menjadi jalan atau rongga atau kesarangan
batuan yang dapat dilalui cairan dari luar beserta materi lain seperti air, gas dan unsur-unsur
lain yang menyertainya.

Kekar dapat terjadi pada semua jenis batuan, dengan ukuran yang bervariasi dari
beberapa millimeter (kekar mikro) hingga ratusan kilometer (kekar mayor). Sedangkan
yang berukuran beberapa meter disebut dengan kekar minor.Kekar dapat terjadi akibat
adanya proses tektonik, proses perlapukan dan perubahan temperature yang signifikan.

Dalam bentuk klasifikasinya, kekar atau joint berdasarkan bentuknya dapat


dibedakan menjadi 2 jenis yaitu diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Kekar Sistematik

Kekar sistematik adalah kekar dalam bentuk berpasangan yang arahnya sejajar antara satu
dengan yang lainnya. Kekar sistematis dapat dikenali dengan melihat bidang permukaan
yang halus, terpisah dalam jarak teratur dengan bidang kekar didekatnya, dan memanjang
mengikuti satu arah tertentu. Data kekar sistematik bersifat konsisten dalam suatu wilayah

9
yang relatif luas, sehingga biasa digunakan untuk interpretasi tektonik suatu daerah. Kekar
jenis ini biasanya terjadi akibat dari proses tektonik.

2. Kekar Non Sistematik

Kekar non sistematik adalah kekar yang tidak teratur biasanya melengkung dapat saling
bertemu atau bersilangan di antara kekar lainnya atau tidak memotong kekar lainnya dan
berakhir pada bidang perlapisan.

Dalam bentuk klasifikasinya, kekar atau joint berdasarkan ganesanya dapat


dibedakan menjadi 4 jenis yaitu diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Kekar Kolom

Kekar Kolom pada umumnya terdapat pada batuan basalt, tetapi kadang juga terdapat pada
batuan beku jenis lainnya. Kolom-kolom ini berkembang tegak lurus pada permukaan
pendinginan, sehingga pada sill atau aliran tersebut akan berdiri vertikal sedangkan pada
dike kurang lebih akan horizontal, dengan mengukur sumbu kekar kolom kita dapat
merekonstruksi bentuk dari bidang pendinginan dan struktur batuan beku.

2. Kekar Gerus

10
Kekar gerus adalah kekar yang pada umuya bersifat tertutup ini mmebentuk pola saling
berpotongan membentuk sudut lancip searah gaya utama. Kekar ini terjadi akibat stress
yang cenderung mengelincir bidang satu sama lainnya yang berdekatan. Ciri-ciri jenis
kekar ini jika dilihat dilapangan diantaranya adalah sebagai berikut :

➢ Biasanya bidangnya licin.


➢ Memotong seluruh batuan.
➢ Memotong komponen batuan.
➢ Bidang rekahnya relatif kecil.
➢ Adanya joint set berpola belah ketupat.
3. Kekar Lembar

Kekar Lembar adalah Sekumpulan kekar yang sejajar dengan permukaan tanah, terutama
pada batuan beku. Pembentukan kekar ini akibat menghilangnya beban batuan yang
tererosi. Penghilangan beban pada kekar ini terjadi akibat yang diantaranya adalah sebagai
berikut :

➢ Batuan beku belum benar-benar membeku secara keseluruhan.


➢ Tiba-tiba di atasnya terjadi erosi yang dipercepat.
➢ Sering terjadi pada sebuah intrusi konkordan (sill) dangkal.
4. Kekar Tarik

Kekar tarik adalah kekar yang terbentuk dengan arah tegak lurus dari gaya yang
cenderung untuk memindahkan batuan (gaya tension). Hal ini terjadi akibat dari stress yang

11
cenderung untuk membelah dengan cara menekannya pada arah yang berlawanan, dan
akhirnya kedua dindingnya akan saling menjauhi. Ciri-cirinya yaitu diantaranya adalah
sebagai berikut :

➢ Bidang kekar tidak rata.


➢ Selalu terbuka.
➢ Polanya sering tidak teratur, kalaupun teratur biasanya akan berpola kotak-kotak.
➢ Karena terbuka, maka dapat terisi mineral yangkemudian disebut vein.

Kekar tarikan dapat dibedakan menjadi beberapa bagian yang diantaranya adalah
sebagai berikut :

➢ Tension Fracture, yaitu kekar tarik yang bidang rekahannya searah dengan tegasan.
➢ Release Fracture, yaitu kekar tarik yang terbentuk akibat hilangnya atau
pengurangan tekanan, orientasinya tegak lurus terhadap gaya utama. Struktur ini
biasanya disebut Stylolite.

2. Lipatan ( Fold )

Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan
sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan. Lipatan terjadi
akibat tekanan yang lemah, tapi berlangsung terus-menerus antara lempeng tektonik.
Puncak lipatan disebut antiklinal, lembah lipatan disebut sinklinal.

Lipatan atau kerutan adalah bentuk muka bumi hasil gerakan tekanan secara
mendatar (horizontal) yang menyebabkan lapisan kulit bumi yang elastis menjadikan suatu
lipatan menjadi berkerut dan melipat. Berdasarkan bentuk lengkungannya dalam suatu
lipatan, lipatan dapat terbagi menjadi dua, yaitu diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Lipatan Sinklinal

12
Lipatan sinklinal adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas, yaitu sebuah bagian
lipatan dari sebuah lipatan yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Pada
kumpulan sinklinal dalam sebuah lipatan disebut sinklonorium.

2. Lipatan Antiklinal

Lipatan antiklinal adalah bentuk lipatan yang cembung ke arah atas, yaitu sebuah bagian
dari lipatan yang paling tinggi dibandingkan dengan daerah di sekitarnya. Pada kumpulan
antiklinal dalam sebuah lipatan disebut antiklinorium.

Berdasarkan kedudukan garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat dikelompokkan


menjadi beberapa bagian yang diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Lipatan Pararel

Lipatan pararel adalah sebuah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.

2. Lipatan Similar

Lipatan similar adalah sebuah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu utama.

13
3. Lipatan Disharmonik

Lipatan disharmonik adalah sebuah lipatan yang tidak teratur karena lapisannya tersusun
dari bahan-bahan yang berlainan dengan berdasarkan menerus atau tidaknya sumbu utama.

4. Lipatan Ptigmatik

Lipatan ptigmatik adalah sebuah lipatan yang terbalik terhadap sumbunya.

5. Lipatan Chevron

Lipatan chevron adalah sebuah lipatan bersudut dengan bidang planar.

6. Lipatan Isoklin

14
Lipatan isoklin adalah sebuah lipatan dengan sayap sejajar yang disebabkan oleh tekanan
yang terus menerus dilakukan.

7. Lipatan Klin Bands

Lipatan klin bands adalah sebuah lipatan yang bersudut tajam dengan dibatasi oleh
permukaan planar.

8. Lipatan Tegak

Lipatan tegak adalah sebuah lipatan yang garis sumbunya membagi secarasimetris atau sma
besar antara antiklin dan sinklin.

9. Lipatan Miring

Lipatan miring adalah sebuah lipatan yang garis sumbunya tidak simetris, dan membentuk
sudut.

15
10. Lipatan Menggantung

Lipatan menggantung adalah sebuah lipatan yang mirip dengan lipatan miring, akan tetapi
bagian puncaknya terdorong sangat tinggi, sehingga bentuknya seperti menggantung.

11. Lipatan Rebah

Lipatan rebah adalah sebuah lipatan yang tertekan terus menerus menyebabkan puncaknya
melandai seperti rebahan.

12. Lipatan Kelopak

Lipatan kelopak adalah sebuah lipatan yang bagian dalamnya bekerja daya tekanan dan
sayap tengah tidak menjadi tipis.

13. Lipatan Seretan

Lipatan seretan adalah sebuah lipatan yang terbentuk sebagai akibat seretan suatu sesar.

16
3. Patahan ( Faults )

Patahan atau sesar adalah rekahan yang telah mengalami pergeseran atau
perpindahan tempat atau dislokasi atau disposisi atau displacement karena adanya pengaruh
gaya–gaya endogen baik tekanan maupun tarikan. Umumnya disertai oleh struktur yang
lain seperti lipatan, kekar, dan lain sebagainya.

Patahan atau sesar adalah satu bentuk rekahan pada lapisan batuan bumi yang
menyebabkan satu blok batuan bergerak relatif terhadap blok yang lain. Pergerakan bisa
relatif turun, relatif naik, ataupun bergerak relatif mendatar terhadap blok yang lainnya.
Pergerakan yang secara tiba-tiba dari suatu patahan atau sesar bisa mengakibatkan gempa
bumi.

Adapun klasifikasi patahan dapat dibagi kedalam beberapa jenis ataupun tipe yang
diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Dip Slip Faults

Dip Slip Faults adalah sebuah patahan yang bidang patahannya menyudut (inclined) dan
pergeseran relatifnya berada disepanjang bidang patahannya atau offset terjadi disepanjang
arah kemiringannya. Sebagai catatan bahwa ketika kita melihat pergeseran pada setiap
patahan, kita tidak mengetahui sisi yang sebelah mana yang sebenarnya bergerak atau jika
kedua sisinya bergerak, semuanya dapat kita tentukan melalui pergerakan relatifnya. Untuk
setiap bidang patahan yang yang mempunyai kemiringan, maka dapat kita tentukan bahwa
blok yang berada diatas patahan sebagai “hanging wall block” dan blok yang berada
dibawah patahan dikenal sebagai “footwall block”.

2. Normal Faults

17
Normal Faults adalah sebuah patahan yang terjadi karena gaya tegasan tensional horisontal
pada batuan yang bersifat retas dimana “hangingwall block” telah mengalami pergeseran
relatif ke arah bagian bawah terhadap “footwall block”.

3. Reverse Faults

Reverse Faults adalah sebuah patahan hasil dari gaya tegasan kompresional horisontal pada
batuan yang bersifat retas, dimana “hangingwall block” berpindah relatif kearah atas
terhadap “footwall block”.

4. Thrust Faults

Thrust Fault adalah patahan “reverse fault” yang kemiringan bidang patahannya secara
umum sangat kecil jika dibanding kan dengan reverse fault. Pergeseran dari sesar “Thrust
fault” dapat mencapai hingga ratusan kilometer sehingga memungkinkan batuan yang lebih
tua dijumpai menutupi batuan yang lebih muda.

5. Horst and Grabens Faults

Horst and Grabens Faults adalah sebuah patahan yang dalam kaitannya dengan sesar
normal yang terjadi sebagai akibat dari tegasan tensional yang sering kali dijumpai sesar-
sesar normal secara berpasang-pasangan dengan bidang patahan secara berlawanan. Dalam
kasus yang demikian, maka bagian dari blok-blok yang turun akan membentuk “graben”
sedangkan pasangan dari blok-blok yang terangkat sebagai “horst”.

18
6. Half Grabens Faults

Half Grabens Faults adalah sebuah patahan normal yang bidang patahannya berbentuk
lengkungan dengan besar kemiringannya semakin berkurang kearah bagian bawah
sehingga dapat menyebabkan blok yang turun mengalami rotasi.

7. Strike Slip Faults

Strike Slip Faults adalah sebuah patahan yang pergerakan relatifnya berarah horisontal
mengikuti arah patahan. Patahan jenis ini berasal dari tegasan geser yang bekerja di dalam
kerak bumi. Patahan jenis “strike slip fault” dapat dibagi menjadi 2(dua) tergantung pada
sifat pergerakannya. Dengan mengamati pada salah satu sisi bidang patahan dan dengan
melihat kearah bidang patahan yang berlawanan, maka jika bidang pada salah satu sisi
bergerak kearah kiri kita sebut sebagai patahan “left-lateral strike-slip fault”. Jika bidang
patahan pada sisi lainnya bergerak ke arah kanan, maka kita namakan sebagai “right-lateral
strike-slip fault”. Contoh patahan jenis “strike slip fault” yang sangat terkenal adalah
patahan “San Andreas” di California dengan panjang mencapai lebih dari 600 km.

8. Transform Faults

19
Transform-Faults adalah sebuah jenis patahan yang khas terjadi pada batas lempeng,
dimana dua lempeng saling berpapasan satu dan lainnya secara horisontal. Jenis patahan
transform umumnya terjadi di pematang samudra yang mengalami pergeseran (offset),
dimana patahan transform hanya terjadi diantara batas kedua pematang, sedangkan
dibagian luar dari kedua batas pematang tidak terjadi pergerakan relatif diantara kedua
bloknya karena blok tersebut bergerak dengan arah yang sama.

2.3 Pembahasan Batuan ( Formasi Geologi )

Formasi adalah satuan batuan yang homogen, atau asosiasi dari satuan batuan
berselang-seling yang berbeda, dapat dipisahkan dengan satuan batuan di atasnya dan yang
di bawahnya. KBBI juga mengartikan arti formasi dalam geo (geologi dan geografi)
sebagai seperangkat lapisan atau strata yang memiliki ciri litologis yang sama dan
mengandung sisa-sia kehidupan (fosil) yang sama pula.

Dalam litostratigrafi (cabang geologi yang meneliti strata lapisan batuan), formasi
geologi adalah satuan litostratigrafi yang terdiri dari lapisan batuan yang memiliki
kesamaan karakteristik, seperti jenis batu, fasies, atau sifat lainnya15. Urutan tingkat satuan
litostratigraf resmi, masing- masing dari besar sampai kecil ialah: kelompok, formasi dan
anggota. Formasi adalah satuan dasar dalam pembagian satuan litostartigrafi. Formasi
harus memiliki keseragaman atau ciri-ciri litologi yang nyata, baik terdiri dari satu macam
jenis batuan, perulangan dari dua jenis batuan atau lebih. Formasi dapat tersingkap
dipermukaan, berkelanjutan ke bawah permukaan atau seluruhnya di bawah permukaan.
Formasi haruslah mempunyai nilai startigrafi yang memiliki daerah cukup luas dan
lazimnya dapat dipetakan pada skala 1 : 25.000. Tebal suatu Formasi berkisar antara kurang
dari satu meter sampai beberapa ribu meter, oleh karena itu ketebalan bukanlah suatu syarat
pembatasan Formasi.

Grand Canyon sering digunakan sebagai contoh untuk menjelaskan formasi-


formasi geologi. Diagram lapisan-lapisan pada Grand Canyon Amerika serikat berikut
merupakan contoh formasi geologi.

20
Label putih (1a, 1b, dst.) melambangkan formasi geologi, sedangkan label hitam
(1, 2) melambangkan kelompok statigrafi.

2.4 Pembahasan Bencana Geologi ( Analisis Geografi Terhadap Geologi )

Menurut UU Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan


Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor
alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peris- tiwa yang bisa menimbulkan bencana.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor18. Bencana geologi adalah
bencana alam yang terjadi akibat berlangsungnya proses-proses geologi, yaitu gempa bumi,
tsunami, letusan gunung api, dan tanah longsor.

Macam-macam bencana geologi yaitu diantaranya adalah :

1. Gempa Bumi

Berdasarkan sifatnya, gempa bumi seringkali cukup sulit diprediksi, sehingga dapat
menyebabkan banyak kerusakan jika terjadi tanpa peringatan. Gempa bumi terjadi
sepanjang waktu, tetapi ukuran dan lokasi gempalah yang akan menentukan skala
kehancuran. Seringkali, sejauh mana gempa bumi disebut 'merusak' tergantung pada
lokasinya dalam kaitannya dengan populasi manusia.

Banyak kerusakan yang terkait dengan gempa bumi yang mungkin bukan
disebabkan oleh gempa bumi itu sendiri, tetapi akibat setelahnya, seperti kebakaran dari

21
pipa gas yang pecah, gangguan transportasi dan layanan lainnya, sanitasi yang buruk,
penyakit (misalnya dari selokan yang rusak dan persediaan air yang terkontaminasi),
paparan yang disebabkan oleh kurangnya tempat berlindung, kekurangan makanan,
kurangnya peralatan medis, dan lain sebagainya.

Ada tiga tahap utama gempa bumi yaitu diantaranya adalah :

➢ Guncangan awal: berhubungan dengan awal dari hancurnya penghalang atau ikatan
sepanjang dataran yang hancur
➢ Guncangan utama: merupakan guncangan yang paling parah. Guncangan Ini dapat
berlangsung dari hanya beberapa detik hingga beberapa menit.
➢ Guncangan susulan: berulang saat gelombang kejut bergerak mengelilingi Bumi.
Guncangan susulan umumnya menurun dalam frekuensi dan intensitas dari waktu
ke waktu, tetapi dapat terjadi selama beberapa hari sampai beberapa bulan.
Guncangan susulan memiliki potensi besar untuk menyebabkan kerusakan, karena
struktur telah dilemahkan oleh guncangan utama.

2. Tsunami

Tsunami adalah gelombang pasang besar yang disebabkan oleh perpindahan dasar
laut. Perpindahan dapat disebabkan oleh gempa bumi, tetapi juga dapat disebabkan oleh
merosotnya sedimen di sekitar pantai, atau terutama di dekat parit laut dalam. Rangkaian
gelombang dapat diukur, yang memiliki panjang gelombang beberapa ratus kilometer.
Karena memiliki begitu banyak energi, tsunami dapat melintasi samudra sejauh ribuan
kilometer dengan kecepatan hingga 900 km per jam, tsunami besar dapat melintasi Pasifik
dalam waktu sekitar 24 jam.

Ketinggian tsunami berbanding lurus dengan kedalaman air yang dilaluinya. Di


tengah laut dalam, gelombang tsunami mungkin relatif tidak terlalu terlihat. Oleh karena
itu pengaruhnya paling kuat terjadi di perairan dangkal, sehingga garis pantai yang tertahan
sangat rentan terhadap kerusakan jika terjadi tsunami.

Tsunami yang paling berbahaya terjadi di Samudera Pasifik, karena dikelilingi oleh
pinggiran lempeng tektonik. Sistem Peringatan Tsunami Pasifik telah disiapkan, dengan
alarm peringatan jika gempa bumi lebih besar dari 6,5 skala Richter akan terdeteksi oleh

22
salah satu dari 69 stasiun seismiknya di seluruh area. Peringatan tsunami kemudian dapat
dikeluarkan, dan tindakan yang tepat diambil di daerah yang berisiko.

Namun, seperti yang ditemukan pada tanggal 26 Desember 2004, tsunami yang
berasal dari gempa berkekuatan 9,0 skala Richter di Sumatera bagian utara menewaskan
lebih dari 100.000 orang di negara-negara sekitar Samudera Hindia. Sekarang ada gerakan
untuk memasang sistem peringatan tsunami di Samudera Hindia dan Atlantik23.

3. Gunung Meletus

Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan
istilah “erupsi”. Hampir semua aktivitas gunung api berkaitan dengan zona
kegempaanaktif, sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah
terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan
material di sekitarnya, yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi
batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan-rekahan mendekati permukaan bumi.
Letusan gunung api sangat berbahaya sebab menghasilkan aliran lava panas, awan panas,
gas beracun (mematikan), dan lahar letusan.

Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan
istilah erupsi. Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas, lontaran material
(pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan banjir lahar. Adapun ciri-ciri gunung
berapi meletus diantaranya suhu di sekitar gunung naik, mata air menjadi kering, sering
mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa), tumbuhan di sekitar
gunung layu, binatang di sekitar gunung bermigrasi.

Adapun jenis letusan gunung berapi, dalam urutan besarnya (paling rendah hingga paling
eksplosif) yaitu diantaranya adalah :

1). Islandia.
2). Hawai.
3). Stromboli.
4). Vulkanik.
5). Vesuvian.
6). Krakatoan.
7). Plean.

23
8). Plinian.
Piroklastik

Gunung berapi juga menyemburkan material yang terfragmentasi (atau piroklastik, artinya
'pecah api') dalam berbagai ukuran termasuk.

➢ Tephra (pecahan kaca vulkanik).


➢ Lapili (batu kecil).
➢ Bom (bahan yang lebih besar).
➢ Batu apung (busa/ buih yang mengeras di atas aliran lava).

Kemudian dapat membentuk aliran piroklastik, yang dapat berupa awan gas beracun yang
sangat panas yang bergerak cepat, yang dikenal sebagai nuée ardente (misalnya Mont Pelée,
Martinique, 8 Mei 1902), yang kemudian mengendapkan bahan yang dikenal sebagai
ignimbrite, atau mungkin jatuh ke Bumi dan diangkut menuruni sisi gunung berapi sebagai
lahar, atau longsoran lumpurnya (misalnya Mt Pinatubo, Filipina, 1991).

2.5 Pembahasan Geomorfologi ( Pembagian Bentukan-Bentukan Geomorfologi )

1. Bentuk lahan struktural

Bentuk lahan yang terjadi akibat pengaruh kuat struktur geologis. Bentuk lahan struktural
terbentuk karena adanya proses endogen atau proses tektonik, yakni tenaga yang berasal
dari dalam bumi. Tenaga endogen ini berupa rekahan, lipatan, dan patahan. Bentuk lahan
structural, diantaranya pegunungan blok besar, gawir sesar, pegunungan antiklinal,
perbukitan antiklinal, perbukitan atau pegunungan sinklinal, pegunungan monoklinal,
pegunungan atau perbukitan kubah, pegunungan atau perbukitan Plato, lembah antiklinal,
hogbeck atau cuesta. Salah satu contoh bentuk lahan structural yaitu Ngarai Sianok di
Sumatera Barat.

24
2. Bentuk Lahan Vulkanik

Bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas gunung api. Vulkanisme adalah berbagai
fenomena gerakan magma yang bergerak naik ke permukaan bumi. Akibat dari proses ini
terjadi berbagai bentuk lahan yang secara umum disebut bentuk lahan gunung api atau
vulkanik. Semua fenomena yang berkaitan dengan proses gerakan magma dari dalam bumi
menuju permukaan bumi yang menghasilkan bentukan yang cenderung positif di
permukaan bumi yang disebut sebagai bentukan vulkanik. Contohnya puncak Gunung
Lokon Manado Sulawesi Utara.

3. Bentuk lahan denudasional

Bentuk lahan yang terjadi akibat proses degradasi seperti longsor dan erosi. Proses
denodasional merupakan kesatuan dari proses pelapukan gerakan tanah erosi dan kemudian
diakhiri proses pengendapan semua proses pada batuan baik secara fisik maupun kimia dan
biologi sehingga batuan menjadi disintegrasi dan dekomposisi. Contoh dari bentuk lahan
denudasional yaitu bukit sisa lembah sungai lahan kritis dan erosi pada aliran sungai di
Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat.

4. Bentuk lahan fluvial

Bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas sungai. Bentuk lahan proses fluvial terbentuk
akibat aktivitas aliran sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan, dan pengendapan

25
yang membentuk bentukan-bentukan deposisional yakni berupa bentangan dataran aluvial
dan bentukan lain dengan struktur horizontal yang tersusun oleh material sedimen berbutir
halus. Bentuk lahan fluvial, diantaranya dataran alluvial, Rawa Danau Rawa belakang,
dataran banjir, tanggul alam, teras sungai, kipas alluvial, gosong, delta, dataran delta.
Contohnya, Pulau Kemaro di Sumatera di tengah sungai Musi Palembang Sumatera
Selatan.

5. Bentuk lahan marine

Bentuk lahan yang terjadi akibat proses laut oleh tenaga gelombang arus dan pasang surut.
Aktivitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang surut, dan pertemuan
terumbu karang. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktivitas Marine berada di kawasan
pesisir yang terhampar sejajar garis pantai. Contoh satuan bentuk lahan ini adalah gisik,
dataran pantai, beting pantai, laguna, rataan pasang surut, rataan lumpur, teras marine,
gosong laut, dan pantai berbatu. Salah satu bentuk lahan marine di Indonesia yaitu Gili
Kapal, Lombok.

6. Bentuk lahan glasial

Bentuk lahan yang terjadi akibat proses gerakan es atau gletser. Contoh satuan bentuk lahan
ini antara lain lembah menggantung dan marine. Gletser terjadi dimulai pada lereng

26
pegunungan yang berbentuk cekungan yang disebut dengan sirka. Gletser terbentuk ketika
salju segar turun setelah mengendap udara yang terperangkap di antara serpihan salju
terdorong keluar sehingga terjadi keping salju padat yang disebut dengan firn. Saat salju
semakin banyak turun di puncak pegunungan akan terpadatkan menjadi es gletser.
Bebatuan yang jatuh dari puncak gunung pun akan ikut terbawa oleh gletser ini. Di daerah
yang curam, es terpecah menjadi rekahan-rekahan yang berbentuk baji (crevasse). di
ujungnya gletser mencair dan membentuk aliran sungai yang mengalir ke bawah
pegunungan. Karena gletser berisi dari berbagai macam zat seperti batuan salju dan
sedimen, sehingga saat belajar meluncur ke bawah akan merubah kontur dari pegunungan.

7. Bentuk lahan eolian

Bentuk lahan yang terjadi akibat proses angin. Satuan bentuk lahan ini, antara lain gumuk
pasir, barchan, parallel, parabolic, bintang, lidah, dan transversal. Gerakan udara atau angin
dapat membentuk medan yang khas dan berbeda dari bentuk proses lainnya. Endapan angin
terbentuk oleh pengikisan, pengangkatan, dan pengendapan material lepas oleh angin.
Endapan angin secara umum dibedakan menjadi gemuk pasir dan endapan debu. Contoh
bentuk lahan eolian yakni Gumuk Pasir Parangkusumo, Yogyakarta.

8. Bentuk lahan solusinal

27
Bentuk lahan yang terjadi akibat proses pelarutan pada batuan yang mudah larut seperti
batu gamping dan dolomite, karst Menara, karst kerucut, doline, uvala, polye, goa karst,
dan logva merupakan contoh-contoh bentuk lahan ini. Salah satu contoh karst menara
terdapat di TN Babul, Sulawesi Selatan.

9. Bentuk lahan organik

Bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas organisme (flora dan fauna). Contoh satuan
bentuk lahan ini adalah mangrove dan terumbu karang. Bentukan ini terjadi di dalam
lingkungan laut oleh aktivitas organisme. Endapan batu gamping cangkang dengan struktur
tegar yang tahan terhadap pengaruh gelombang laut pada ekosistem bahari. Contoh bentuk
lahan organic di Indonesia adalah endapan karang mati yang mengelilingi Pulau Bunaken.

10. Bentuk lahan antropogenik

Bentuk lahan yang terjadi akibat aktivitas manusia. Contohnya, kota dan Pelabuhan.
Pelabuhan Paotere merupakan salah satu pelabuhan yang ada di Kota Makassar. Bentuk
lahan ini merupakan bentuk lahan asal antropogenik karena merupakan aktivitas yang telah
disengaja dan direncanakan untuk membuat bentuk lahan yang baru dari bentuk lahan yang
telah ada maupun aktivitas oleh manusia yang secara tidak sengaja telah merubah bentuk
lahan yang telah ada.

28
2.6 Pembahasan Geomorfologi ( Analisis Geografi Terhadap Geomorfologi )

Sama seperti halnya pendekatan geografi terhadap geologi, analisis geografi


terhadap geomorfologi, jika dilihat dari pendekatannya juga termasuk ke dalam pendekatan
spasial atau keruangan dan ekologi atau kelingkungan. Pendekatan spasial ini dapat dilihat
dari penyebab terbentuknya lahan di permukaan bumi yang beragam, seperti akibat
aktivitas tektonik pada bentuk lahan structural, aktivitas gunung api pada bentuk lahan
vulkanik, proses erosi dan sedimentasi pada bentuk lahan denudasional, fluvial, marine,
dan eolian, serta proses pelarutan pada bentuk lahan solusional. Sedangkan pendekatan
ekologi dapat dianalisis dari bentuk lahan antropogenik yang tejadi akibat aktivitas
manusia.

Terkait prinsip geografi, maka geomorfologi termasuk ke dalam prinsip distribusi,


interelasi, dan deskripsi. Prinsip distribusi, misalnya persebaran bentuk lahan yang
berbeda-beda tiap wilayah, seperti persebaran gunung api di Indonesia, persebaran gumuk
pasir, dan sebagainya. Prinsip interelasi, pada bentuk lahan antropogenik terdapat
hubungan antara alam dengan manusia, dimana aktivitas yang dilakukan oleh manusia
tersebutlah sehingga menciptakan bentuk lahan antropogenik, seperti waduk, kota, dan
pelabuhan. Prinsip deskripsi, macam-macam bentuk lahan dapat dideskripsikan proses
terbentuknya, contohnya, dan dapat dilengkapi dengan peta, seperti peta persebaran gunung
api di Indonesia.

Di dalam geomorfologi terdapat konsep geografi, yakni lokasi, keterjangkauan,


pola, morfologi, dan nilai kegunaan. Lokasi, contohnya Pulau Kemaro terletak di tengah
Sungai Musi. Hal ini berarti termasuk bagian dari lokasi relatif, karena dilihat dari objek
yang ada disekitarnya. Keterjangkauan, daerah dengan bentuk lahan karst akan sulit

29
dijangkau karena formasinya berupa gua, lubang, serta bagian-bagian yang tajam, sehingga
lebih sulit untuk bergerak dan lebih berbahaya jika dibandingkan dengan formasi bentang
alam lainnya. Pola, konsep ini mudah ditemukan pada bentuk aliran sungai, seperti pola
aliran sungai dendritik, radial, rectangular, trellis, parallel, dan sebagainya. Morfologi,
mengkaji bentuk permukaan bumi akibat proses alam atau tindakan manusia, salah satunya
kejadian geomorfologi yang dapat menciptakan bentuk pegunungan, lembah, ngarai, dan
sebagainya. Nilai kegunaan, bentuk alam yang indah, sangat cocok untuk dikembangkan
sebagai daerah wisata.

30
DAFTAR PUSTAKA

Adji, T. N. 2010. Karst Glosarium Indonesia. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.


Alfred, J. Z. (2013). Geopedology. Enschede: Faculty of Geo Information Science and
Earth Observation.
Amin, M. (2014). Geologi Dasar Kelas X Semester 1. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Amrita Bajaj, dkk. (2017). Fundamentals of Physical Geography. Haldwani: Uttarakhand
Open University.
Ananda. (n.d.). Jenis Pergerakan Lempeng Bumi: Devergen, Konvergen, dan Transform.
Retrieved from Gramedia Blog: https://bit.ly/3pGYOXH
Azizah, L. N. (n.d.). Apa Itu Batuan Metamorf, Proses Pembentukan, dan Contohnya.
Retrieved from Gramedia Blog: https://bit.ly/3W4kHN6
Batuan Beku. (n.d.). Retrieved from stekom: https://bit.ly/3VfqIpG Brookfield. 2004.
Principles of Stratigraphy. MA: Blackwell Publishing.
Citra. (2016, Desember 5). Pengertian Lipatan dan Gambarnya. Retrieved from
ilmugeografi: https://bit.ly/40Rw8sb
Ettwein, V., & Maslin, M. (2011). Physical Geography: Fundamentals of the Physical
Environment. London: University of London.
Holden, J. (2011). Physical Geography the Basics. Oxon: Routledge.
Husein, S. (2022, Maret 19). Pendidikan Geologi Struktur: Studi Kasus Geologi Jatim.
Retrieved from ITS: https://bit.ly/3AEPnKL
Ihsan. (2013, Juli 31). Jenis-jenis Batuan Sedimen. Retrieved from tambangunp.blogspot:
https://bit.ly/41zTkeC
Ikatan Ahli Geologi Indonesia. Sandi Stratigrafi Indonesia Edisi 1996. Pasal 16.
Indiyani, Ni Komang Sri. (2014). Geomorfologi Indonesia Bentuk Lahan.
Kartono Tjandra. (2017). Empat Bencana Geologi yang Paling Mematikan, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
K3, T. K. (n.d.). Pedoman K3 Gempuran, Gempa Bumi, Erupsi Gunung Merapi, &
Kebakaran.
LaeliTm. (2023). Perbedaan Geologi dan Geografi.
Sutikno. (1991). Geomorfologi Peranannya Dalam Geografi Fisik dan Terapannya dalam
Penelitian.
Wacana, G. (2006, Desember 8). Pembentukan Batu Garam (Rock Salt) dan Kubah Garam
(Salt Dome).

31
LAMPIRAN PERTANYAAN

1. Iha Masfuha (11220150000006)

Batuan SiO2 andesit atau liolit biasanya ada di daerah mana?

Jawab : Batuan andesit/litolit umumnya ditemukan pada lingkungan subduksi tektonik di


wilayah perbatasan lautan seperti di pantai barat Amerika Selatan atau daerah-daerah
dengan aktivitas vulkanik yang tinggi seperti Indonesia. Batuan S102 andesit/litolit secara
pastinya kita tidak tahu di wilayah mana saja tetapi menurut ilmugeografi.com batuan ini
banyak tersebar di daerah daerah daerah seperti di benua Amerika Utara sampai Amerika
Selatan.

2. Fani Kamelia Amandha (11220150000028)

Apa dampak positif dari manfaat meletusnya gunung berapi?

Jawab : Dampak dari meletusnya gunung berapi seperti :

- Tanah menjadi subur karena kandungan abu vulkanik dari letusan gunung berapi
menjadikan pupuk bernutrisi mineral yang mengandung karbon, nitrogen, belerang, dan
fosfor.

- Magma gunung berapi yang meletus dapat menjadi sumber energi geotermal.

- Dapat membentuk pulau pulau kecil seperti contoh pulau di Tonga yang terbentuk dari
letusan gunung berapi di bawah tanah, yaitu Gunung Home Reef.

- Abu vulkanik dari letusan gunung berapi dapat menjadi bahan baku semen Portland
yang umum digunakan di seluruh dunia.

- Dapat menciptakan formasi geologi yang unik.

3. Nanda Octaviana Putri (11220150000009)

Bisakah anda menjelaskan teori yang menjelaskan pembentukan kulit bumi (litosfer)!

Jawab : Jadi menurut Teori lempeng tektonik yang dikemukakan oleh Tozo Wilson.
Berdasarkan teori ini, kulit bumi terdiri atas beberapa lempeng tektonik. Lempeng-
lempeng tektonik tersebut berada diatas lapisan astenosfer. Lempeng-lempeng tersebut
aktif bergerak karena adanya pengaruh arus konveksi yang berasal dari inti bumi.

32
Lempeng-lempeng tersebut terus bergerak dan saling mendesak satu sama lainnya.
Lempeng tektonik bagian bawah disebut lempeng samudra dan lempeng tektonik bagian
atas disebut lempeng benua. Kedua lempeng tersebut memiliki sifat yang berbeda.
Lempeng benua memiliki ketebalan 40 kilometer dengan struktur yang keras. Sedangkan
lempeng samudra memiliki ketebalan 10 kilometer.

4. Carisa Tri Santika Rukmana (11220150000026)

Kalian pakai berapa sumber dan kenapa tadi banyak yang dilewatkan?

Jawab : Kelompok litosfer ini menggunakan beberapa sumber, seperti beberapa referensi
jurnal, beberapa referensi buku, dan juga beberapa referensi makalah. Dan mengapa tadi
ada yang dilewatkan? Karena tadi ada beberapa materi yang pemaparannya hampir sama
dengan materi sebelumnya oleh karena itu untuk mempersingkat waktu kami skip saja
materi yang pemaparannya sama.

5. Salwa Adelia Putri (11220150000015)

Persebaran kekar sistematik dan non sistematik ada dimana saja?

Jawab : Persebaran kekar sistematik dan non sistematik berada di benua Amerika saja,
selain itu tidak ada persebarannya.

33
32

Anda mungkin juga menyukai